PDA

View Full Version : Untaian Hikmah



Nharura
21-09-2011, 12:16 PM
BELAJARLAH DARI MATAHARI

http://i1191.photobucket.com/albums/z461/AISYAH28/sunrise-matahari-terbit.jpg
Belajarlah pada matahari. Ia tidak peduli berapa kali harus terbenam untuk terbit kembali.

Baginya adalah takdir untuk senantiasa mengabdi dan berkhidmat kepadaNya.

Seorang pembimbing (ulama, dai, guru) adalah penerus risalah Nabi. Ia harus senantiasa memancarkan cahaya kearifan bagi orang-orang disekitarnya. Dalam keadaaan apapun, ia mesti memancarkan ahlak seorang penerus Nabi. Kehidupannya adalah cerminan Alqur’an dan Sunah.

Meskipun dalam upaya meneruskan percikan cahaya petunjukNya, ia harus mengalami apa yang dialami orang-orang sebelumnya (Rosul, Nabi, Sahabat dan Orang Sholeh). Penderitaan, kesengsaraan dan goncangan demi goncangan baginya hanyalah bagian dari perjalanan menemukan pertolonganNya yang begitu dekat. (QS. 2 : 214) Ia senantiasa teguh menebarkan rahmat, meski hidupnya”melarat”.

Bahkan setiap ujian datang, ia makin ”bersemangat.” Ia memahami betul peran hidupnya sehingga tidak mudah terbawa oleh keadaan disekitarnya. Baginya kepuasan tak terhingga bila ia dapat “menularkan” hidayah meski hanya kepada seorang.

Ia tidak menghitung berapa yang mengikutinya. Sebagaimana para Rosul dan Nabi, ia tidak mengharapkan upah dan penghargaan apapun kecuali dari Allah. Ia tidak kenal kata henti kecuali bila mati. Kehidupannya terjaga dalam keterikatan abadi dengan Sang Khalik. Ia tidak mendengki mesti dicaci. Ia tidak memaki mesti tidak dipuji. Bagai matahari, ia mengerti kapan saatnya terbit dan kapan saatnya terbenam, karena, ia lebih mementingkan ”nilai kehadirannya dibumi.
(Matahatiku Matahariku Imam Sibawaih El-Hasany Zaman)

Nharura
21-09-2011, 12:22 PM
http://i1191.photobucket.com/albums/z461/AISYAH28/ilovemuhammad.jpg

Keadaanmu dipengaruhi oleh caramu mengawali ucapan lisanmu, lintasan hatimu dan beban pikiranmu dalam menjalani hari-harimu

Setiap kata yang kita ucapkan sangatlah berpengaruh terhadap cara kita berfikir dan ”merasa”. Bukan saja memengaruhi kehidupan kita sendiri, melainkan juga kehidupan orang disekitar kita. Orang yang mudah berubah-ubah pembicaraannya menunjukan karakternya tidak stabil dalam berfikir dan merasa. Ia mudah terguncang dan mudah terbawa arus karena tidak memiliki prinsip (Pendirian) yang kukuh.

Orang yang terlalu banyak bicara biasanya bersifat angkuh, sombong dan acuh tak acuh terhadap keadaan disekelilingnya. karena itu, agama mengajarkan agar kita memulai setiap keadaan dengan ucapan baik. Dengan kata-kata yang mampu menghadirkan situasi batin yang baik pula dalam menjalani kehidupan. Bahkan, begitu terbangun dari tidur, kita isi pikiran dan hati kita dengan harapan Allah akan memberikan kebaikan dihari yang akan kita jalani.

Bismillah, begitulah kalimat awal yang mesti terucap, agar tercipta keseimbangan batin dalam diri. Dari sana spirit hidup muncul. Terbukalah daya fikir dan rasa yang bersih, murni dan selaras. Nabi menuturkan, ”Tidak akan lurus keyakinan (iman) seseorang itu sehingga lurus hatinya. Tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lisannya (HR. Ahmad)

Sungguh kita mampu menyelamatkan hidup kita dan orang disekitar kita dengan ”kata-kata.” kitapun bisa menghancurkannya dengan”kata-kata” pula.

(Matahatiku Matahariku Imam Sibawaih El-Hasany Zaman)

Nharura
21-09-2011, 12:26 PM
http://i1191.photobucket.com/albums/z461/AISYAH28/285049_1931079996472_1226418285_31709334_5147935_n .jpg

Jika Allah membukakan jalan bagimu untuk mengenaliNYA, tidak usah peduli meski amalmu masih sedikit. Sebab, Dia tidak membukakan jalan tersebut kecuali karena ingin memperkenalkan diri padamu. Tidakkah engkau menyadari bahwa perkenalan tersebut merupakan anugerahNYA untukmu, sementara amal adalah persembahanmu untukNYA. Tentu saja apa yang kau persembahkan untukNYA tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Dia anugerahkan untukmu.

YA HAYYU Ya Qayyum birahmatika astaghitsu....Allah senantiasa memberikan sesuatu sesuai dengan ukuranNYA. Tidak ada sangkut pautnya dengan kelayakan seseorang menurut ukuran dirinya sendiri. Sungguh, betapa banyak dari kita yang memperoleh pencerahan spiritual meskipun mereka tidak belajar secara formal. Betapa sering Allah memberikan sapaan-sapaan lembutNYA kepada mereka yang ”amal”nya sedikit, dan bukan kepada mereka yang hidupnya penuh dengan amal. bukanlah wilayah kita mempertanyakan kebijakanNYA. Sebab, Allah berbuat menurut kehendakNYA, bukan menurut kehendak hambaNYA. Jadi, selalu mintalah RahmatNYA, bukan keadilanNYA...

Al Hikam
Untaian Hikmah Ibnu ’Athaillah

Nharura
21-09-2011, 12:31 PM
http://i1191.photobucket.com/albums/z461/AISYAH28/294139_2029686981585_1226418285_31829383_748447538 _n.jpg

Jika ingin memanen ”buah” cintaNya
Tanamlah biji rahmatNya
Rawatlah dengan kesabaran
Sirami dengan kasih sayang
Pagari dengan keikhlasan
Pupuklah dengan keridhoan
Jaga terus dengan dzikir dan Doa

Kebaikan adalah “benih” yang hanya akan tumbuh subur dalam hati yang dipenuhi iman (QS.16 : 17). Kita hanya akan kelelahan apabila kita memaksakan diri dengan kebaikan yang kita lakukan, sementara hati tidak terbuka untuk itu. Harus ada kesabaran agar kebaikan itu dapat terus kita jalani. Mesti ada kelembutan dalam kasih sayang agar tidak ”mengganggu” ketentraman oranglain.Dan ikhlas menjadi pagar yang kokoh agar kebaikan itu merambat dengan teratur kearah yang benar. Sementara ridha adalah ”pupuk” yang menyuburkan kebaikan dimaksud. Semua menjadi lebih terjaga bila kita senantiasa terjaga dalam ikatan (dzikir)dengan Allah dan senantiasa memohon pertolonganNya. Benih kebaikan sekecil apapun kelak pasti akan membuahkan hasil yang menyenangkan dan banyak, bila semua itu dijalankan dengan benar.

Bukankah ”satu benih” padi mampu menghasilkan ”butiran” yang banyak apabila dirawat dengan benar dan diridhai Allah. Maka mulailah menanam dari hal yang kecil agar kelak rahmatNya meliputi kita dan buah cintaNya terasa nikmat. Renungkanlah hadits Rasulullah SAWW berikut ini : ”Janganlah meremehkan sedikitpun tentang Makruf (Kebaikan), meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria (senyum),” (HR. Muslim)

Matahatiku Matahariku
Imam Sibawaih El-Hasany

Nharura
21-09-2011, 12:36 PM
http://i1191.photobucket.com/albums/z461/AISYAH28/305895_2029808984635_1226418285_31829473_447293946 _n.jpg


Ujian adalah ”alat ukut”Nya agar manusia senantiasa menyadari dan mengenal ”kekuatan” dirinya dalam ”Memikul beban”. Saat semua terasa berat, pertolonganNya semakin dekat.

Kalau kita tidak memahami dengan benar seluk beluk watak dan tabiat kita sebagai manusia, kita tidak akan pernah benar dalam menyikapi musibah. Seiring bertambahnya pengetahuan kita tentang diri (kelemahan, kekurangan, aib dan sifat buruk) bertambah pula kesiapan kita menghadapi setiap musibah. Karena pada prinsipnya, Allah senantiasa mengukur kuat atau lemahnya iman kita dengan menghadirkan kembali ujian (Musibah).

Dengan ujian, Allah ingin mengingatkan kembali bahwa kita adalah mahlukNya yang sempurna, yang dianugerahi nalar ganda Jasmani-Rohani. Keduanya diharapkan membuat manusia mampu ”mengukur” kekuatan dan kelemahan dirinya. Dan karena itu, tidak ada ujian yang melampaui batas ”ukuran” kemampuan kita menerimanya (QS. Albaqarah :286)

Begitulah. Ketika ujian terasa semakin berat, sesungguhnya kemuliaan yang dijanjikannya semakin dekat. Saat itulah pertolongan Allah senantiasa meliputi kita. Memang berat, kita harus berani mengimbanginya dengan sabar dan sholat (QS. Al Baqarah : 153). Agar kita merasakan kebersamaan denganNya.


Matahatiku Matahariku
Imam Sibawaih El-Hasany