AsLan
09-08-2011, 05:41 PM
"Tragedi Cikeusik bukan berlatar belakang agama, melainkan politik," kata Step Vaessen dalam acara televisi populer Belanda, Zomergasten, Minggu malam (7/8). Ia adalah jurnalis Belanda yang sudah 14 tahun bekerja di Indonesia.
Jurnalis Belanda ini kini bekerja sebagai koresponden stasiun televisi Al Jazeera dan sebelumnya koresponden televisi Belanda NOS. Step menulis buku tentang pengalamannya menjadi wartawan dan tinggal di Indonesia. Jihad dengan Sambal, judul buku yang ditulis oleh koresponden ini.
Ahmadiyah
Vaessen menyinggung peristiwa penyerangan dan pembunuhan para pengikut Ahmadiyah di Cikeusik. Video penganiayaan anggota Ahmadiyah juga ditampilkan.
Menurut Vaessen, setelah mendalami dan menyelidiki lebih lanjut latar belakang para pelakunya ia berkesimpulan drama Cikeusik bukan berlatar belakang agama, melainkan politik. "Ada sejumlah mantan jendral Indonesia yang dulu berkuasa, berada di belakang para penyerang," kata Vaessen.
Ditambahkan para pelaku penyerangan hanya mendapat hukuman ringan tiga sampai enam bulan dari hakim. Menurutnya hakim takut akan serangan balasan dari para jendral ini, apabila para pelaku mendapat hukuman berat. Sayangnya Step tidak menyebutkan nama-nama para jendral tersebut.
Terkait:
Kasus Ahmadiyah Bukti Kemandulan Hukum
Jangan-Jangan Terorisnya Muslim Lagi
Solider Dengan Ahmadiyyah Indonesia
Keseharian
Dalam Zomergasten Step menceritakan pengalamannya sewaktu meliput Aceh setelah bencana tsunami, Gunung Merapi setelah meledak, dan juga menyiarkan berbagai kericuhan atau kerusuhan yang disebabkan oleh agama atau berlatar belakang agama di Indonesia.
Ia juga menceritakan pengalaman sehari-hari sebagai seorang ibu dari putranya Agus, yang kadang bertabrakan budaya antara Timur dan Barat.
Al Jazeera
Sekarang Vaessen bekerja untuk stasiun televisi Arab Al Jazeera. Ia bertutur, "Walaupun saya bekerja untuk Al Jazeera bukan berarti saya hanya mencari berita mengenai teroris atau serangan teroris. Stasiun ini menyiarkan semua berita penting.
Al Jazeera bukanlah stasiun televisi dari Al Qaida. Dengan kamera di lapangan Tahrir kami menyiarkan langsung revolusi di Mesir. Semua orang di seluruh dunia bisa mengikuti jalannya revolusi dari ruang tamu dengan segelas bir dan kentang goreng."
Jurnalis Belanda ini kini bekerja sebagai koresponden stasiun televisi Al Jazeera dan sebelumnya koresponden televisi Belanda NOS. Step menulis buku tentang pengalamannya menjadi wartawan dan tinggal di Indonesia. Jihad dengan Sambal, judul buku yang ditulis oleh koresponden ini.
Ahmadiyah
Vaessen menyinggung peristiwa penyerangan dan pembunuhan para pengikut Ahmadiyah di Cikeusik. Video penganiayaan anggota Ahmadiyah juga ditampilkan.
Menurut Vaessen, setelah mendalami dan menyelidiki lebih lanjut latar belakang para pelakunya ia berkesimpulan drama Cikeusik bukan berlatar belakang agama, melainkan politik. "Ada sejumlah mantan jendral Indonesia yang dulu berkuasa, berada di belakang para penyerang," kata Vaessen.
Ditambahkan para pelaku penyerangan hanya mendapat hukuman ringan tiga sampai enam bulan dari hakim. Menurutnya hakim takut akan serangan balasan dari para jendral ini, apabila para pelaku mendapat hukuman berat. Sayangnya Step tidak menyebutkan nama-nama para jendral tersebut.
Terkait:
Kasus Ahmadiyah Bukti Kemandulan Hukum
Jangan-Jangan Terorisnya Muslim Lagi
Solider Dengan Ahmadiyyah Indonesia
Keseharian
Dalam Zomergasten Step menceritakan pengalamannya sewaktu meliput Aceh setelah bencana tsunami, Gunung Merapi setelah meledak, dan juga menyiarkan berbagai kericuhan atau kerusuhan yang disebabkan oleh agama atau berlatar belakang agama di Indonesia.
Ia juga menceritakan pengalaman sehari-hari sebagai seorang ibu dari putranya Agus, yang kadang bertabrakan budaya antara Timur dan Barat.
Al Jazeera
Sekarang Vaessen bekerja untuk stasiun televisi Arab Al Jazeera. Ia bertutur, "Walaupun saya bekerja untuk Al Jazeera bukan berarti saya hanya mencari berita mengenai teroris atau serangan teroris. Stasiun ini menyiarkan semua berita penting.
Al Jazeera bukanlah stasiun televisi dari Al Qaida. Dengan kamera di lapangan Tahrir kami menyiarkan langsung revolusi di Mesir. Semua orang di seluruh dunia bisa mengikuti jalannya revolusi dari ruang tamu dengan segelas bir dan kentang goreng."