PDA

View Full Version : Sabda Yang Menuai Kontroversi



Parameswara Li
17-05-2015, 11:14 PM
Selama ini Sultan Jogja selalu menampilkan diri sebagai sosok yang low profile, tenang dan rasional. Namun sekitar awal tahun ini Sultan mulai bicara tentang kemungkinan bolehnya gubernur perempuan dalam konteks keistimewaan DIY. Setelah gagasan tersebut menuai banyak penolakan dari berbagai pihak, termasuk kerabat keraton sendiri, saya pikir Sultan akan mengalah dan melupakan impiannya untuk mengangkat salah satu puterinya menjadi penggantinya kelak. Tetapi ternyata hal itu masih berlanjut, terbukti dengan keluarnya dua sabda yang dinilai aneh oleh banyak pihak.

Sabda Raja pada 30 April 2015

Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto paringono siro kabeh adiningsun, sederek dalem, sentono dalem lan abdi dalem nompo welinge dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto lan romo ningsun eyang-eyang ingsun, poro leluhur Mataram wiwit waktu iki ingsun nompo dawuh kanugrahan dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto asmo kelenggahan ingsun Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabdo Rojo iki perlu dimangerteni diugemi lan ditindakake yo mengkono sabdo ingsun.

Artinya:

Tuhan Allah, Tuhan Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti itu sabda saya.


Sabda Raja pada 5 Mei 2015

Siro adi ingsun, sekseono ingsun Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo Kadawuhan netepake Putri Ingsun Gusti Kanjeng Ratu Pembayun tak tetepake Gusti Kanjeng Ratu GKR Mangkubumi. Mangertenono yo mengkono dawuh ingsun.

Artinya:

Saudara semua, saksikanlah saya Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo mendapat perintah untuk menetapkan putri saya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Mengertilah, begitulah perintah saya.


Ada 2 poin yang menjadi publik :

1. Penghapusan gelar khalifatullah pada gelar raja yang baru. Sebelumnya adalah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat, sedangkan sekarang menjadi Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo.

2. Pengangkatan putri Sultan HB X Gusti Kanjeng Ratu Pembayun sebagai pemimpin Mataram selanjutnya atau menjadi ratu. Sebelumnya putri HB X bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun telah diubah menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram, yang merupakan gelar bagi raja Mataram selanjutnya.


Saya tidak pernah menduga bahwa Sultan akan bertindak sejauh itu. Tapi tentu saja kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam benak orang lain.

ndableg
18-05-2015, 02:30 AM
Kontroversinya di mana? Perempuan jadi ratu, atau penghapusan khalifatullah?

surjadi05
18-05-2015, 04:58 AM
Iya, apa salahnya perempuan jadi ratu? kalo sebagian besar penduduk jogja setuju, bukannya itu yg menyebabkan jogja sebagai daerah istimewa?

Parameswara Li
18-05-2015, 07:57 AM
Kontroversinya di mana? Perempuan jadi ratu, atau penghapusan khalifatullah?

Tentu saja kedua poin tersebut.

Parameswara Li
18-05-2015, 08:21 AM
Aduh, saya sudah tulis reply yang panjang kok tidak masuk ?

surjadi05
18-05-2015, 08:32 AM
Kalo menurut gw harusnya kalo sultan hbx, mengundurkan diri, mungkin harus ada pilkada, antara para keluarga kesultanan, minimal pertama kali untuk mengetahui pilihan penduduk jogja, well tapi gw juga sangat tahu, kekuasaan itu candu? kalo benar sebagian besar penduduk jogja menolak, yah tinggal minta pilkada aja ::managuetahu::

hajime_saitoh
18-05-2015, 10:11 AM
Kalo menurut gw harusnya kalo sultan hbx, mengundurkan diri, mungkin harus ada pilkada, antara para keluarga kesultanan, minimal pertama kali untuk mengetahui pilihan penduduk jogja, well tapi gw juga sangat tahu, kekuasaan itu candu? kalo benar sebagian besar penduduk jogja menolak, yah tinggal minta pilkada aja ::managuetahu::

yup "absolute power tend to corrupt" cuman lupa siapa yang punya ungkapan demikia

kandalf
18-05-2015, 10:29 AM
Ada 2 poin yang menjadi publik :

1. Penghapusan gelar khalifatullah pada gelar raja yang baru. Sebelumnya adalah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat, sedangkan sekarang menjadi Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo.

2. Pengangkatan putri Sultan HB X Gusti Kanjeng Ratu Pembayun sebagai pemimpin Mataram selanjutnya atau menjadi ratu. Sebelumnya putri HB X bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun telah diubah menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram, yang merupakan gelar bagi raja Mataram selanjutnya.


Saya tidak pernah menduga bahwa Sultan akan bertindak sejauh itu. Tapi tentu saja kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam benak orang lain.

Point pertama, saya setuju.
Jadi jabatan sultan sudah tidak se-seksi dahulu.

Point kedua, saya tidak berkomentar.


yup "absolute power tend to corrupt" cuman lupa siapa yang punya ungkapan demikia


Lord Acton
Tapi jujur, saya gak tahu konteks ucapan tersebut. :)

Parameswara Li
18-05-2015, 11:46 AM
Iya, apa salahnya perempuan jadi ratu? kalo sebagian besar penduduk jogja setuju, bukannya itu yg menyebabkan jogja sebagai daerah istimewa?

Mengenai Persetujuan Penduduk

Tidak ada survey yang menyatakan bahwa sebagian besar penduduk Jogja setuju. Yang saya lihat biasanya ketika sebagian besar rakyat setuju terhadap ucapan tindakan pemimpin mereka, maka dukungan dan antusiasme akan terlihat jelas, sedangkan ketika mereka tidak setuju, biasanya mereka akan memilih untuk diam dan pasrah. Nah dalam konteks sekarang, saya kok tidak melihat dukungan yang nyata terhadap dekrit Sultan tersebut.


Mengenai Perempuan Menjadi Pemimpin

Tidak ada yang salah dengan hal itu. Malah dalam masa sekarang ini, sebenarnya ini bisa menjadi indikator tentang betapa progresifnya suatu peradaban. Namun tentu saja semua itu harus melalui proses yang semestinya. Kalau Sultan memutuskan hal tersebut berdasarkan atas kemajuan jaman maka sudah seharusnya Sultan bersedia mendiskusikan hal itu dan berusaha mengajukan argumen yang mendukung gagasannya. Lha ini beliau malah menyatakan bahwa itu perintah dari Tuhan. Apa tidak malah bertentangan dengan dasar dari progresifitas yang beliau anut ?

Ketika beliau berwacana untuk tentang kemungkinan adanya gubernur perempuan untuk DIY, sudah terlihat bagaimana respon dari publik. DPRD juga terlihat tidak mau membahas tentang itu. Nah kalau beliau masih mau memperjuangkan aspirasinya tersebut bukankah jauh lebih elegan jika beliau, seperti selama ini, dengan upaya persuasif mendekati berbagai pihak, termasuk keluarga besarnya, berupaya duduk satu meja untuk mencapai titik temu. Kalau beliau memilih cara itu, jelas saya akan dukung 100%. Cara itu memang lama dan tidak ada jaminan untuk berhasil karena pasti penuh dengan kompromi, tapi hasilnya akan jauh lebih baik.


Mengenai Penghilangan "Khalifatullah"

Saya tidak akan berkomentar banyak dengan ini karena sudah masuk ranah agama. Yang jelas, yang membedakan Mataram Hindu dengan Mataram Islam dalah adanya keterkaitan antara Kerajaan Mataram dengan perkembangan agama Islam. Kita tahu bahwa Rejim Pesisir Demak-Pajang didukung oleh para ulama. Ketika kemudian Panembahan Senopati yang berlatar belakang pedalaman berkuasa maka mau tidak mau beliau harus mendapatkan dukungan dari para ulama. Salah satu cara mengakomodasi para ulama tersebut adalah dengan menyisipkan gelas-gelar yang berbau Islam.


Mengenai Perubahan Nama

Menurut saya ini sama sekali tidak perlu. Namun karena beliau mengatakan bahwa ini perintah dari Allah, ya mau bagaimana lagi. Adalah sepenuhnya hak beliau untuk mengganti Buwono menjadi Bawono. Walau saya agak bingung kenapa beliau tetap memakai kata kesepuluh. Mestinya kan mulai dari satu lagi. Jadi seharusnya kalau mau logis maka beliau harus disebut Hamengku Bawono I, bukan Hamengku Bawono X.

Lagipula, apa ini tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku tentang keistimewaan DIY ? Bukankah sudah jelas tercantum bahwa Gubernur DIY adalah Hamengku Buwono. Karena sekarang beliau menjadi Hamengku Bawono, bukankah UU harus diubah juga ? Ini masalah legal formal dalam hukum. Kalau di pengadilan salah tulis nama, bisa gugur itu dakwaan.

surjadi05
18-05-2015, 12:53 PM
Kalo opini gw sih, sultan ingin "mewariskan " kursi gubernur ke anaknya yg kebetulan ce, makanya langkah2 diatas harus dilakukan, eh ini cuma pemikiran subyektif gw sih, kalo anaknya cowo, maka langkah2 diatas ga perlu dilakukan ::ngopi::

ndableg
18-05-2015, 07:31 PM
yah.. ud ketauan kalo namanya raja itu posisinya spt tuhan ato nabi. Makanya raja bersabda.
Kalo buat gw sih sebaiknya keraton jadi simbol aja, ga usah ikut2an dipemerintahan. Pemerintah kasih aja santunan buat kehidupan keraton. Jadi orang jogja dikenai pajak keraton. Itu kalo orang jogja mau mempertahankan kerajaannya.

Ronggolawe
18-05-2015, 08:44 PM
kenapa masih ada Kesultanan? Karena ada "tradisi"
yang ingin dijaga dan dipelihara.... kalau "tradisi lu
hur" itu ingin dirubah (demi sesuatu yang tidak sub
stansial), kenapa ngga sekalian saja Kesultanan di
bubarkan :)

ngga ada esensi nya Pembayun di jadikan Sultanah,
kecuali ngiri ama Elizabeth atau Beatrix :)

#ternyatasultanbelajardarisentanu
#kelakuanhemasmiripsetyawati


::ngakak2::::ngakak2::::ngakak2::

surjadi05
19-05-2015, 01:56 PM
yah.. ud ketauan kalo namanya raja itu posisinya spt tuhan ato nabi. Makanya raja bersabda.
Kalo buat gw sih sebaiknya keraton jadi simbol aja, ga usah ikut2an dipemerintahan. Pemerintah kasih aja santunan buat kehidupan keraton. Jadi orang jogja dikenai pajak keraton. Itu kalo orang jogja mau mempertahankan kerajaannya.
Iya gw setuju dengan ini, kesultanan dijadikan simbol aja kayak inggris, thailand, lumayan buat tarik turis ke indo ::hohoho::

Agitho_Ryuki
19-05-2015, 03:37 PM
Let us determine our own destiny...................
::ungg::::ungg::::ungg::

tuscany
19-05-2015, 05:17 PM
Darah biru sekarang sudah nggak terlalu penting seehh.
Eh entahlah kalo ini menyangkut duit. Just follow the money.