PDA

View Full Version : Terapi Rel Kereta Api



E = mc˛
21-07-2011, 05:02 PM
lagi heboh. tadinya mu disimpan di aktualita, tapi kayaknya lebih pas disini :P

http://images.detik.com/content/2011/07/21/10/rel_ka.jpg

Jakarta - Terapi rel yang dilakukan warga di Stasiun Rawa Buaya, Jakarta Barat, dinilai berbahaya. PT KAI memanggil penemu terapi rel yang disebut-sebut bernama Bang Haji, untuk dimintai keterangan.

"Kita sudah panggil orang yang pertama kali melakukan terapi di atas rel ini untuk kita mintai keterangan dan memberi pengertian bahwa rel itu sangat berbahaya," ujar Kadaops I PT KAI Purnomo Radiq.

Purnomo mengatakan itu usai jumpa pers di Jakarta Railway Center Jl Juanda, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2011).

Menurut Purnomo, jika penemu terapi rel tidak datang memenuhi panggilan, pihaknya yang akan mendatangi. Hal ini dilakukan karena terapi di atas rel berbahaya. Jika kegiatan ini ditiru hampir seluruh warga di Indonesia maka akan mengganggu jalannya kereta.

"Jika orang Indonesia melakukan itu semua ya kereta tidak bisa lewat," tuturnya.

Rel, lanjut Purnomo, bukan tempat untuk terapi. Rel merupakan wilayah yang seharusnya tertutup bagi umum.

"Juga saya baru dengar kok rel bisa untuk menyembuhkan penyakit karena sebenarnya rel itu berbahaya," kata Purnomo.

Sebagian warga mempercayai kekuatan listrik itu yang menyembuhkan penyakit warga yang melakukan terapi. Namun menurut Purnomo, tidak ada kekuatan listrik di bawah rel.

"Nggak ada. Kalau paling tinggi 3 volt-lah itu bekas gosokan roda KA dengan rel," tutup dia.

Kabar terapi di rel Rawa Buaya sepertinya sudah menyebar di masyarakat. Setiap hari ada saja yang datang untuk terapi. Terlebih mereka yang sudah lebih awal mencoba, mengakui khasiat dari aliran listrik di atas rel ini.




(nik/vit)

E = mc˛
21-07-2011, 05:04 PM
Only In Indonesia :D

Polisi Tak Bisa Usir "Pengobatan Rel KA"
http://assets.kompas.com/data/photo/2011/07/20/2226034620X310.jpg
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar mengatakan, kepolisian tidak bisa ujug-ujug mengusir orang-orang yang berbaring di rel kereta api di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Pasalnya, itu masalah sosial bukan masalah gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Kami mendapat informasi, orang-orang itu datang dan tidur di rel karena mau terapi. Jadi, itu masalah sosial, bukan semata-mata masalah kamtibmas," kata Baharudin, Kamis (21/7/2011).

Baharudin mengatakan hal itu ketika diminta tanggapannya atas pernyataan pihak Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar polisi segera mengusir atau melarang warga melakukan hal itu karena dapat membahayakan masyarakat dan berpotensi mengganggu kelancaran perjalanan KA.

Menurut Baharudin, penanganan masalah sosial itu harus terpadu, tidak bisa salah satu pihak saja. Jadi, harus ada juga pihak ahli yang dapat membuktikan, terapi itu benar atau tidak berakibat positif pada kesehatan.

"Namun demikian, jika pihak PT KAI merasa kegiatan masyarakat itu mengganggu, kami bersedia bersama-sama untuk mengatasi masalah. Namun, tetap harus ada orang yang ahli, yang dapat membuktikan bahwa terapi semacam itu tidak mempunyai dampak apa pun bagi penyembuhan penyakit," katanya.

GiKu
21-07-2011, 05:04 PM
setelah ini ada terapi rebahan di jalan tol

E = mc˛
21-07-2011, 05:05 PM
Terapi di Rel, Rasanya Seperti di Surga

JAKARTA, KOMPAS.com — Neneng (45), warga Kampung Kresek, Jakarta Barat, tampak begitu menikmati sore hari di stasiun Rawabuaya, Rabu (20/7/2011). Udara di Rawabuaya terbilang cukup sejuk. Semilir angin terasa berdatangan tanpa henti. Sementara itu di sekitar stasiun masih terdapat banyak ilalang dan kebun yang digarap warga.

Namun, cara Neneng menikmati sore hari tidak seperti warga biasanya. Ia memilih berbaring di atas rel kereta dan ditemani bantal kesayangannya. "Rasanya seperti di surga. Ayo coba di sini," ungkap Neneng, Rabu (20/7/2011), saat dijumpai di stasiun Rawabuaya, Jakarta Barat.

Neneng mengaku memiliki penyakit diabetes. Semenjak menjalankan terapi rel kereta api di Rawabuaya, sakitnya itu sudah mulai membaik. Ia merasa tak takut akan aliran listrik yang ada pada rel kereta api itu.

"Awalnya saya hanya lihat kok sore-sore ada banyak orang di sini. Akhirnya saya coba. Ternyata enak juga," ujarnya.

Saat pertama kali mengikuti terapi ini, Neneng mengaku sedikit takut. "Saya pas pertama cuma berani pegang dengan dua tangan saja. Waktu itu kaget tiba-tiba terasa ada listrik dan tangan saya gerak-gerak sendiri," ucap Neneng.

Lama-kelamaan, karena merasa penasaran, Neneng pun mulai mengikuti aksi merebahkan diri yang sudah dilakukan beberapa warga sebelumnya. "Listriknya mengalir ke semuanya, sampai terasa ke dada ini," terangnya.

Tidak hanya merebahkan diri, kini Neneng pun sering melakukan berbagai macam gaya dalam menjalankan terapinya di atas rel listrik. "Kadang duduk sambil pegang dua relnya, kadang tiduran bawa bantal biar empuk, kadang juga berdiri sambil nempelin kaki di relnya. Mana yang enak saja dan yang mau disembuhin," tambah Neneng.

Selain Neneng, ada sekitar 20 warga sore itu yang berjejer di rel kereta stasiun Rawabuaya. Banyak cara yang dilakukan para warga ini dalam melakukan terapi atau sekadar menikmati sore hari di stasiun Rawabuaya.

Kumiati (61), warga Duri Kosambi, Jakarta Barat, misalnya. Di antara sekian banyak warga yang datang, Kumiati tampak mencolok. Pasalnya, hanya dia yang membawa payung sambil merebahkan diri di atas rel.

"Supaya enggak panas. Kan kalau gini asik kaya di pantai sambil sembuhin penyakit," canda perempuan yang mengaku terbebas dari penyakit darah tinggi dan diabetes semenjak melakukan terapi rel listrik ini.

Lain lagi dengan Sri (50), warga Duri Kosambi, Jakarta Barat. Ia sengaja membawa sebuah botol air minum dan sebuah lap ke rel kereta api. Air tersebut tidak digunakan untuk diminum, tetapi justru untuk membasahi lap. Lap basah itu biasa ia letakkan di bawah kakinya saat ia rebahan di atas rel kereta. "Supaya listriknya makin kuat, pakai lap basah itu," kata Sri.

Setiap pagi dan sore hari, rel kereta di dekat stasiun Rawabuaya selalu dipadati warga yang datang dari berbagai wilayah. Mereka percaya aliran listrik dari rel kereta itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Biasanya, terapi rel kereta ini dilangsungkan selama 1-2 jam. Tidak jelas kapan dan siapa yang memulai kebiasaan ini.

E = mc˛
21-07-2011, 05:06 PM
ada yg mau coba? rasanya seperti di Surga lho.... kalo kelindes... beneran masuk surga ::elaugh::


bukti negara gak becus jamin kesehatan warga -_-

opera
21-07-2011, 05:07 PM
hahahaha keren keren.... kreatif orang orang Indonesia.. teori listrik statis untuk kesehatan. cuma alat gak tanggung tanggung pake rel kereta

GiKu
21-07-2011, 05:09 PM
tiap 4 menit di jalur pondok kopi ada kereta lewat
terapi yang mengerikan

cha_n
21-07-2011, 06:51 PM
iya ga tanggung2 banget deh

duh polisi kok aneh banget sih, kan rel itu daerah berbahaya, seingetku ada UU-nya ga boleh berkeliaran di sekitar rel kereta, masa gitu ga cukup untuk menertibkan?

AsLan
21-07-2011, 07:16 PM
Ini semacam terapi kompres panas.
Bisa melebarkan pembuluh darah yg menyempit dan me relax kan otot pundak yg tegang.

Tidak ada bukti bisa menyembuhkan penyakit, tapi yg pasti terasa enak di badan, seperti mandi air hangat.

Jadi ingat terapi kasur giok yg terkenal di kalangan masyarakat bawah, intinya cuma menghangatkan tubuh dan memberi rasa nyaman.

Kalau mau yg aman, buat sebuah kantung air hangat lalu kompres di pundak dan telapak kaki, bisa meredakan ketegangan dan menghilangkan pusing2.

Alip
21-07-2011, 07:38 PM
atau datanglah ke ruas kereta api antara stasiun Citayam dan Nambo, Gunung Putri.
Sudah lima tahun nggak ada kereta yang lewat di situ... dijamin aman...:luck:

etca
21-07-2011, 09:09 PM
Weleh d pondok kopi perlintasan kereta apinya ga pake plang tuh.
Dah makan banyak korban noh.
Ini malah ada2 aja.. Coba kalo tdran, trus bablas bobo
tau2 nyawa dah ikutan bablas.

Kingform
22-07-2011, 06:54 AM
kalo pas terapi ada kereta lewat, semua penyakit akan hilang seketika.......

E = mc˛
22-07-2011, 09:33 AM
atau datanglah ke ruas kereta api antara stasiun Citayam dan Nambo, Gunung Putri.
Sudah lima tahun nggak ada kereta yang lewat di situ... dijamin aman...:luck:

kan mereka nganggapnya kalo kereta yg lewat bakal bangkitin arus statis. nah, arus ini yg "bermanfaat bagi keseharan". kalo gak ada kereta, gak ada arus statisnya :D

Alip
22-07-2011, 09:50 AM
Kalo gitu boboknya sedeket mungkin sama percabangan rel di Pabuaran, Citayam. Hampir setiap sepuluh menit ada kereta lewat, tanpa kuatir 'lewat':luck:

GiKu
22-07-2011, 10:38 AM
10 menit kelamaan Kop

di pondok kopi hampir setiap 4 menit di 1 jalurnya
di sana ada 2 jalur

gembel
22-07-2011, 11:19 AM
Ketika pemerintah tidak bisa memberikan pengobatan secara gratis ke masyarakat mendingan biarkan saja mereka melakukan terapi. Melakukan pelarangan tapi tidak memberikan solusi kesehatan. Diam lebih baik...

cha_n
22-07-2011, 12:56 PM
pelarangan bukan melarang pengobatan alternatif, tapi menghindari bunuh diri massal

cha_n
22-07-2011, 01:51 PM
Dinkes Jakarta : Terapi di Rel Kereta Api Membahayakan

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA- Kebiasaan warga di sekitar Stasiun Rawabuaya, Jakarta Barat, yang merebahkan diri di rel karena mengganggap unsur listrik pada rel tersebut bisa menyembuhkan penyakit, dinilai Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emawati, sangat membahayakan.

Menurut Dien Emawati, terapi dengan unsur listrik biasanya hanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan, sedangkan untuk penyakit lainnya belum ada penelitian yang membuktikan.

Untuk itu, pihaknya meminta petugas puskesmas kelurahan dan kecamatan memberikan penyuluhan terkait bahaya terapi tersebut.

"Pengobatan itu lebih banyak resikonya, serta membahayakan diri sendiri dan orang lain," kata Dien saat dihubungi, Kamis (21/7).

Hingga saat ini kata Dien kepada beritajakarta.com, belum ada pernyataan atau penelitian yang menyatakan, terapi rel listrik tersebut mampu menyembuhkan penyakit. Pihaknya mengimbau agar warga tidak mengulangi terapi rel listrik itu lagi.

Kepala Daop 1 PT Kereta Api Indonesia (KAI), Purnomo Radik, menegaskan rel kereta bukan untuk terapi kesehatan. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik.

"Saya belum dengar rel bisa untuk terapi kesehatan. Itu dilarang karena membayakan. Pada prinsipnya tidak boleh," tegasnya.

Pihak PT KAI berjanji akan memangil warga yang melakukan terapi di rel listrik tersebut, untuk dilakukan pembinaan.

"Kalau dipanggil mereka tidak datang, kita akan datangi dan diberikan pengertian tidak boleh. Akan dilakukan pembinaan karena itu tidak sepantasnya. Nanti kalau dilanjutkan kereta tidak akan jalan, kita akan bawa dasar-dasarnya kalau itu dilarang," tandasnya.

ancuur
22-07-2011, 04:44 PM
http://1.bp.blogspot.com/_6g4jWWvu7bg/Sf6KEUpTkyI/AAAAAAAAACc/awu7ih023ws/s320/kereta-api.jpg

hayo.. rumus, giku, opera, deddy, urzu..
silahkan bobo.. katanya mau therapi X_X

GiKu
22-07-2011, 06:00 PM
sepertinya yg perli diterapi rel keretanya
pada melengkung tuh

btw, siapa di antara youli-youli yg tinggal di seputaran pondok kopi ?

ancuur
22-07-2011, 06:25 PM
mau therapi bareng yah ??
emang di pondok kopi ada rel kereta api?

E = mc˛
23-07-2011, 05:23 PM
Ini Terapi atau Cari Mati

EMPO Interaktif, Jakarta - Terik matahari tak lagi menyengat Kamis sore lalu, 21 Juli 2011. Warga sekitar Stasiun Rawa Buaya, Duri Kosambi, Jakarta Barat, berduyun-duyun menuju rel kereta api.

Seperti menantang kereta yang bisa sewaktu-waktu datang, beberapa orang lalu duduk di bantalan rel sembari menaruh kedua tangannya di rel. Beberapa lagi bahkan nekat rebahan, kepala diletakkan di satu bentang rel lalu kaki di bentang rel lainnya.

Tak peduli larangan, mereka bermaksud mencari terapi listrik gratis. Menurut kesaksian beberapa warga, kejutan arus listrik yang dirasakan begitu badan ditempelkan dengan rel berkhasiat menyembuhkan. "Badan jadi enak. Tidak sering nyeri lagi," kata Sri, 50 tahun, yang mengaku mengidap diabetes.

Sri mengaku sudah mengikuti terapi massal itu selama setahun. "Bagi orang kecil seperti saya, terapi gratis ini kan sangat membantu. Kalau terapi beneran, mana saya mampu?" ujar Sri.

Warga yang datang dari Semanan, Kalideres, itu menyatakan tidak khawatir akan kemungkinan tertabrak kereta saat terapi. Teguran atau pengusiran dari petugas PT Kereta Api (KA) diakui telah dia diterima. Tapi, dia mengatakan, "Tangkap ya tangkap saja. Kalau kemungkinan mati kan bisa kapan dan di mana saja."

Budi, 52 tahun, juga mengaku memperoleh efek positif dari terapi itu. Dia menyatakan penyakit asam urat yang dideritanya kini membaik. "Belum saya cek ke dokter, tapi saya pribadi merasakan perubahan baik di tubuh saya," kata pria yang sore itu rebahan dengan bercelana pendek, kaus putih, topi cokelat, dan kacamata hitam itu.

Warga memang serius menjalani terapi. Mereka bahkan datang dengan persiapan handuk untuk alas tidur. "Mungkin banyak orang ke sini karena dekat dengan stasiun yang punya 2 jalur rel dan ada pengeras suara sehingga gampang tahu jika ada kereta melintas," tutur Budi.

PT KA jelas tak senang dengan adanya terapi itu. Selain berbahaya, kondisi stasiun juga menjadi kumuh. Mereka berusaha mencari dan memanggil orang yang dianggap sebagai tabib dari terapi itu. "Tapi, belum ada yang datang," kata Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional I, Purnomo Radiq, Kamis lalu.

Kepala Stasiun Rawa Buaya, Suardi, mengungkapkan pihaknya telah bolak-balik menertibkan. Juga memasang spanduk berisi peringatan dan larangan. "Tapi warga masih saja membandel. Susah juga (menghalau warga)," katanya mengeluh.

Wakil Lurah Duri Kosambi Firmansyah tak tahu pasti sejak kapan kebiasaan aneh itu dilakoni warga. Menurut dia, kebiasaan itu memang pernah marak, tapi kemudian menghilang, sampai muncul lagi saat ini. "Sepertinya ini berkembang dari mulut ke mulut saja. Tidak ada yang bertindak sebagai tabibnya," kata Firmansyah.

Tak urung, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pun angkat bicara. Dia meminta warga untuk berhenti terapi. "Sudah diimbau, itu satu langkah yang secara medis tak bisa dipertanggungjawabkan," kata Fauzi di Balai Kota, Jumat kemarin, 22 Juli 2011.

Fauzi membantah dugaan rendahnya pelayanan kesehatan di puskesmas setempat, sehingga warga memilih terapi alternatif berbaring di rel. "Itu mindset yang keliru saja, puskesmas kecamatan kita sudah mendapat ISO," katanya.

Secara terpisah, Kepala Polsek Cengkareng Komisaris Ruslan menyatakan menunggu permintaan dari PT KA untuk bisa ikut menertibkan di jalur kereta itu. "Tidak bisa main tangkap atau usir. Bukan wewenang kami tiba-tiba masuk ke sana," kata Ruslan.

ARIE FIRDAUS | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI | HERU TRIYONO | IRA GUSLINA | SITA

Urzu 7
24-07-2011, 01:06 AM
terapi listrik gratis yah panjat tower sutet..ada2 aja:lololol:

gembel
24-07-2011, 09:45 AM
klo sudah yakin tertanam pada masyarakat akan khasiat terapi rel, susah untuk merubah cara pandang terhadap terapi.

noodles maniac
24-07-2011, 11:00 AM
terapi listrik gratis yah panjat tower sutet..ada2 aja:lololol:

Hmmm... ide yang menarik mungkin bakal ada... terapi sutet hahaha :lololol:


klo sudah yakin tertanam pada masyarakat akan khasiat terapi rel, susah untuk merubah cara pandang terhadap terapi.

hey.. ponari sweat aja bisa terlupakan kok, ini juga bakal gitu, liat aja.. ;)

E = mc˛
24-07-2011, 11:50 AM
^ atau nunggu korban dulu :ninja:

gembel
25-07-2011, 10:07 AM
hey.. ponari sweat aja bisa terlupakan kok, ini juga bakal gitu, liat aja..

yoi mbah :mrgreen:

MoodPecker
26-07-2011, 01:44 PM
Efek placebo kali yah? :mikir:

nerissa
02-08-2011, 11:56 AM
antara pengen ketawa
aneh
kasihan

dan



pengen nyoba :mikir:

kyuman
03-08-2011, 06:47 PM
Weleh d pondok kopi perlintasan kereta apinya ga pake plang tuh.
Dah makan banyak korban noh.
Ini malah ada2 aja.. Coba kalo tdran, trus bablas bobo
tau2 nyawa dah ikutan bablas.

Ah masa sie 'bu...X_X
ane sering lewat situ ada kok...:luck: