ancuur
05-07-2011, 12:00 PM
http://i.okezone.com/content/2011/06/19/320/470098/kxbzmYPuMQ.jpg
JAKARTA - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan konsumsi kopi nasional bisa naik 20 persen pada tahun ini.
"Konsumsi kopi di dalam negeri selalu naik sekira 20 persen per tahun," kata Wakil Ketua Umum AEKI bidang Spesialti dan Industri Kopi Pranoto Soenarto di Jakarta pada akhir pekan lalu.
Pranoto optimistis, dengan upaya peningkatan produksi kopi nasional, Indonesia bisa menjadi produsen utama kopi di dunia. Pasalnya, lanjut dia, Brasil dan Vietnam masih mengandalkan peningkatan kualitas produk, jadi belum fokus untuk menggenjot produksi. Sementara itu, lanjut dia, tiga kopi spesial Indonesia menempati posisi kelima unggulan teratas. Bahkan, kata dia, dengan adanya pengembangan, maka bisa saja Indonesia mendominasi 10 kopi spesial di dunia.
AEKI mencatat, saat ini, Indonesia merupakan produsen kopi ketiga terbesar di dunia, setelah Brazil dan Vietnam. Sedangkan, ekspor kopi Indonesia pada tahun 2010 adalah 443 ribu ton atau senilai USD791,76 juta.
"Saat ini, permintaan kopi di dunia tinggi. Harganya juga mulai tinggi. Seandainya 10 persen saja penduduk Indonesia yang minum hingga tiga cangkir kopi per hari, produksi kita habis diserap lokal,” kata Pranoto.
Maka dari itu, lanjut dia, program peningkatan produksi dengan pengembangan lahan, harus difokuskan kepada petani. Sehingga, bisa menikmati pertumbuhan pasar kopi dunia.
"Kalau bisa, industri-industri perusahaan kopi skala besar-menengah tidak usah investasi di lahan lagi. Kita ajukan penambahan lahan petani saja. Jadi, industri di dalam negeri membeli dari petani," ujar Pranoto.
AEKI mencatat, saat ini, ada sekitar lima perusahaan pengolah kopi skala besar, yakni PT Santos Jaya Abadi, PT Nestle Indoensia, PT Torabika Eka Semesta, PT Aneka Coffee Industri, dan PT Sari Incofood Corp. Skala menengah diantaranya adalah, PT Ayam Merak, PT Inbraco, PT Bola Dunia, PT naga Sanghie, dan PT Tri Menggolo Dento.
Produk hilir olahan dari biji kopi yang saat ini dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah untuk jenis kopi bubuk, permen, kopi instan bubuk dan siap saji, dan bahan baku industri makanan seperti biskuit.
Di sisi lain, AEKI berharap, pemerintah mulai mengkaji kemungkinan untuk membatasi kebebasan trader asing yang bisa membeli kopi langsung ke petani. Suyanto mencontohkan, pembelian kopi oleh pedagang asing harus melalui kerjasama dengan pengusaha lokal
"Mereka pinjam uang dari bank di luar negeri dengan bunga lebih rendah. Tentu harga pembelian di tingkat petani lebih baik. Apalagi, saat ini pasokan kopi dunia sedang turun. Jadi, wajar trader asing mencari hingga langsung kepada petani di negara-negara penghasil kopi. Para trader mau amankan suplai kopi dari Indonesia," tegas Suyanto.
Selain itu, menurut Suyanto, AEKI masih mempertanyakan penerbitan Permendag 10/2011 2011 tentang Ketentuan Ekspor Kopi. Pasalnya, kata Suyanto, dengan Permendag itu, AEKI tidak lagi wajib menarik iuran sebesar Rp30 per kg bubuk kopi untuk setiap ekspor. Dana itu merupakan iuran keanggotan pemerintah Indonesia di International Coffee Organization (ICO). Akibatnya, lanjut dia, AEKI harus menggelar rapat umum anggota luar biasa untuk mengubah aturan organisasi, yakni guna menetapkan besaran iuran keanggotaan AEKI.
"Iuran keanggotaan itu sebagai dana untuk merealisasikan sejumlah rencana kerja AEKI, termasuk pengembangan dan peningkatan produksi kopi nasional," tandas Suyanto. dapur (http://voucherspekta.com/panelNewsBody/33670)
Note: Kemungkinan tipis karna banyak yg begadang browsing Kopimaya, sambil minum kopi maka konsumsi itu bertambah ... ah ini cuma canda
JAKARTA - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan konsumsi kopi nasional bisa naik 20 persen pada tahun ini.
"Konsumsi kopi di dalam negeri selalu naik sekira 20 persen per tahun," kata Wakil Ketua Umum AEKI bidang Spesialti dan Industri Kopi Pranoto Soenarto di Jakarta pada akhir pekan lalu.
Pranoto optimistis, dengan upaya peningkatan produksi kopi nasional, Indonesia bisa menjadi produsen utama kopi di dunia. Pasalnya, lanjut dia, Brasil dan Vietnam masih mengandalkan peningkatan kualitas produk, jadi belum fokus untuk menggenjot produksi. Sementara itu, lanjut dia, tiga kopi spesial Indonesia menempati posisi kelima unggulan teratas. Bahkan, kata dia, dengan adanya pengembangan, maka bisa saja Indonesia mendominasi 10 kopi spesial di dunia.
AEKI mencatat, saat ini, Indonesia merupakan produsen kopi ketiga terbesar di dunia, setelah Brazil dan Vietnam. Sedangkan, ekspor kopi Indonesia pada tahun 2010 adalah 443 ribu ton atau senilai USD791,76 juta.
"Saat ini, permintaan kopi di dunia tinggi. Harganya juga mulai tinggi. Seandainya 10 persen saja penduduk Indonesia yang minum hingga tiga cangkir kopi per hari, produksi kita habis diserap lokal,” kata Pranoto.
Maka dari itu, lanjut dia, program peningkatan produksi dengan pengembangan lahan, harus difokuskan kepada petani. Sehingga, bisa menikmati pertumbuhan pasar kopi dunia.
"Kalau bisa, industri-industri perusahaan kopi skala besar-menengah tidak usah investasi di lahan lagi. Kita ajukan penambahan lahan petani saja. Jadi, industri di dalam negeri membeli dari petani," ujar Pranoto.
AEKI mencatat, saat ini, ada sekitar lima perusahaan pengolah kopi skala besar, yakni PT Santos Jaya Abadi, PT Nestle Indoensia, PT Torabika Eka Semesta, PT Aneka Coffee Industri, dan PT Sari Incofood Corp. Skala menengah diantaranya adalah, PT Ayam Merak, PT Inbraco, PT Bola Dunia, PT naga Sanghie, dan PT Tri Menggolo Dento.
Produk hilir olahan dari biji kopi yang saat ini dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah untuk jenis kopi bubuk, permen, kopi instan bubuk dan siap saji, dan bahan baku industri makanan seperti biskuit.
Di sisi lain, AEKI berharap, pemerintah mulai mengkaji kemungkinan untuk membatasi kebebasan trader asing yang bisa membeli kopi langsung ke petani. Suyanto mencontohkan, pembelian kopi oleh pedagang asing harus melalui kerjasama dengan pengusaha lokal
"Mereka pinjam uang dari bank di luar negeri dengan bunga lebih rendah. Tentu harga pembelian di tingkat petani lebih baik. Apalagi, saat ini pasokan kopi dunia sedang turun. Jadi, wajar trader asing mencari hingga langsung kepada petani di negara-negara penghasil kopi. Para trader mau amankan suplai kopi dari Indonesia," tegas Suyanto.
Selain itu, menurut Suyanto, AEKI masih mempertanyakan penerbitan Permendag 10/2011 2011 tentang Ketentuan Ekspor Kopi. Pasalnya, kata Suyanto, dengan Permendag itu, AEKI tidak lagi wajib menarik iuran sebesar Rp30 per kg bubuk kopi untuk setiap ekspor. Dana itu merupakan iuran keanggotan pemerintah Indonesia di International Coffee Organization (ICO). Akibatnya, lanjut dia, AEKI harus menggelar rapat umum anggota luar biasa untuk mengubah aturan organisasi, yakni guna menetapkan besaran iuran keanggotaan AEKI.
"Iuran keanggotaan itu sebagai dana untuk merealisasikan sejumlah rencana kerja AEKI, termasuk pengembangan dan peningkatan produksi kopi nasional," tandas Suyanto. dapur (http://voucherspekta.com/panelNewsBody/33670)
Note: Kemungkinan tipis karna banyak yg begadang browsing Kopimaya, sambil minum kopi maka konsumsi itu bertambah ... ah ini cuma canda