PDA

View Full Version : [islam] Dalam Islam, filsafat adalah ilmu sesat???



Agitho_Ryuki
22-02-2011, 01:12 PM
dari blog : http://ainuamri.wordpress.com/2009/02/14/filsafat-islam-filsafat-menurut-pandangan-para-ulama-hubungan-antara-filsafat-dengan-ajaran-agama-islam-ilmu-filsafat-diharamkan-oleh-para-ulama-dan-dianggap-ilmu-sesat-pandangan-islam-terhada/

Filsafat islam – filsafat menurut pandangan para ulama – hubungan antara filsafat dengan ajaran agama islam – ilmu filsafat diharamkan oleh para ulama dan dianggap ilmu sesat – pandangan islam terhadap ilmu filsafat

==============================

Para ulama yang menganggap filsafat sebagai ilmu sesat adalah para ulama arab saudi dan seluruh ulama di dunia ini yang beraliran salafy/wahaby/ ahlus sunnah wal jamaah. Dalam berbagai buku dan majalah dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu sesat yang bertentangan dengan ajaran islam. Namun harus diingat bahwa definisi ilmu filsafat yang dianggap sesat adalah ilmu filsafat yang bertentangan dengan ajaran islam. Imam Ghazali telah menulis buku yang mengkritik filsafat dan menyatakan kafirnya berbagai ajaran fisafat. Namun kemudian Ibnu Rusyd (pengarang kitab bidayatul mujtahid) menulis buku yang membantah buku Imam Ghazali tersebut, dikabarkan bahwa Ibnu Rusyd membela filsafat, mungkin filsafat yang dibela ibnu rusyd adalah filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Demikianlah kira-kira yang tercantum dalam buku pelajaran agama islam untuk SMA/ SMP, saya agak lupa.

Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajarn islam. Dan patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat.

Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Qur’an…(dan seterusnya).

Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya : ‘Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?’ maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Qur’an dan Hadits (Al-Akhbaar) dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebid’ahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama… (dan seterusnya).
=========================================

Berikut ini saya kutipkan makalah Syaikh Mansyhur bin Hasan Ali Salman yang mengharamkan filsafat:
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1936/slash/0

Haram Menjual Buku-Buku Filsafat Dan Ilmu Kalam

Ibnu Katsier berkata dalam Al Bidayah wan Nihayah 11/69 ketika membeberkan kejadian-kejadian pada tahun 279H: “Dalam tahun ini diumumkan tentang terlarangnya penjualan buku-buku filsafat, ilmu kalam dan debat. Itu merupakan keinginan Abul Abbas Al Mu’tadhid, penguasa Islam.”

Hafizhuddin bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan al-Kardiry (w.872H) menceritakan sebuah hikayat yang bagus untuk menjelaskan nilai buku-buku ini (filsafat) disisi para shahabat Nabi.
Beliau berkata : “Diceritakan, ketika Amr bin Al-Ash menguasai kota Iskandariyah, disana ada seorang ahli filsafat bernama Yahya, yang digelari Thumathikus -yaitu ahli ilmu nahwu- , dan penduduk Iskandariyah melaknat dirinya. Ia menganut sekte Al-Yaqubiyah dalam masalah trinitas, kemudian ia meninggalkan trinitas. Maka penduduk Mesir yang beragama Nasrani mendebatnya dan menjatuhkan martabatnya di tengah-tengah masyarakat. Takkala Iskandariyah dikuasai Amr, maka ia selalu menyertai Amr dan suatu hari ia berkata kepada Amr: “Engkau telah mengetahui rahasia penduduk negeri ini, dan engkau menyegel seluruh gudang yang ada, dan engkau tidak mau mengambil menfaat darinya, padahal dalam hal ini tidak seorangpun yang menentangmu. Dan apa-apa yang tidak engkau manfaatkan maka lebih baik diserahkan kepada kami saja!.”
Maka Amr berkata :”Apa yang kau butuhkan?”
Yahya berkata :”Buku-buku filsafat yang ada di gudang.”
“Itu tidak mungkin kecuali dengan ijin dari Amirul mukminin,” jawab Amr.
Kemudian Umar menulis (jawaban) kepada Amr: “Adapun buku-buku yang telah kau ceritakan ,jika sesuai dengan Kitabullah, maka Kitabullah sudah mencukupinya, jika tidak sesuai dengan Kitabullah maka tidak diperlukan.(Oleh karena itu) “Lenyapkanlah” buku-buku itu.”

Maka Amr membagikan buku-buku tersebut pada perapian-perapian di Iskandariyah dan memerintahkan untuk membakar buku-buku tersebut, sehingga selesailah pemusnahan buku-buku filsafat dalam jangka 6 bulan.

Haram Menjual Buku-Buku Karya Al-Hallaj, Ibnu Arabi Dan Tokoh-Tokoh Sufi Lainnya

Al-Malik Al-Muayyib Ismail Abu Fida’ dalam Akhbar Al-Basyar 4/79 :”Ketika tahun 744H, di tahun itu kami mengkoyak-koyak dan mencuci (melunturkan tinta) Kitab Fushulul Hikam karya Muhyidin Ibnu Arabi di Madrasah Al-Ush-furiyah di Halb sesudah pelajaran (didepan murid) sebagai peringatan haramnya menelaah dan memiliki kitab tersebut dan aku berkata : Kitab Fushuh ini sebenarnya tidaklah berharga .Aku membaca goresan-goresannya. Ternyata isinya adalah sebaliknya (dari judulnya)

[Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 12/Th.IV/1421-2000. Diterjemahkan secara ringkas oleh Aris Munandar bin.S.Ahmadi al-Lamfuji, Penerbit Yayasn Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]

================================================

Di antara sebab perpecahan paling dominan sejak dulu sampai sekarang adalah banyaknya umat Islam yang terpengaruh ideologi serta filsafat yang datang dari negeri-negeri kafir. Apapun jenis pemikiran, ideologi dan filsafat tersebut, tetap dinyatakan berbahaya selama berkaitan dengan masalah agama, kebudayaan, hukum dan etika.

Dan menerima barang-barang impor tersebut termasuk mengikuti tradisi orang-orang sebelum kita sebagaimana yang disitir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits beliau.

“Artinya : Kalian bakal mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu” [Al-Hadits]
Oleh sebab itul pula setiap firqah (kelompok) dalam Islam membuat-buat sebagian besar prinsip-prinsipnya dari sekte-sekte terdahulu, Kelompok Rafidhah mengambil prinsip mereka dari Yahudi dan Majusi, kelompok Jahmiyah dan Mu’tazilah mengambil prinsip-prinsip ajaran mereka dari Ash-Sha’ibah dan filsafat Yunani. Kelompok Qadariyah mengambil prinsip ajaran mereka dari Nasrani. Begitulah seterusnya.
[Disalin dari kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu ashabuhu subulul wiqayatu minhu, edisi Indonesia Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql, terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari]

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1027/slash/0

================================================== ========

Inilah Ibnu Taimiyah. Dia telah menulis bantahan kepada Asy’ariyah dan Mutakallimin (ahli filsafat) dalam kitab-kitab yang besar. Diantaranya, kitab bantahan kepada Fakhruddin Ar-Razi yang telah membangun madzhabnya yang menyimpang dalam sebuah kitab, yang dinamakan dengan At-Ta’sis. Ibnu Taimiyah menulis bantahan kepadanya sebanyak 4 jilid. Kitab yang dibantah tersebut sekitar kurang lebih seratus halaman. Dibantah oleh Ibnu Taimiyah dengan kitab sebanyak 4 jilid. Berisi tentang penjelasan kesesatan Jahmiyah dan pembongkaran dasar-dasar bid’ah halamiyah (filsafat). Kitab tersebut, dua jilid besar telah dicetak dan selebihnya insya Allah akan dicetak dalam waktu dekat.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M, Diambil dari materi ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Tanggal 3-6 Muharram 1423H di Ma’had Ali Al-Irsayd Surabaya dengan judul A’lam Dakwah Salafiyah Diterjemahkan oleh Azhar Rabbani dan Muslim Atsari]

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1763/slash/0

================================================== =========
mempelajari filsafat bagaikan bermain dengan api, jika tidak berhati-hati maka kita akan terbakar, filsafat bisa membuat kita kafir tanpa sadar.
-
PERINGATAN PENTING:
MEMPELAJARI FILSAFAT DAPAT MENYEBABKAN KEBINGUNGAN, KESESATAN, KEKAFIRAN, KEMUSYRIKAN, KEBID’AHAN, LEMAH AKIDAH, GILA, STRESS, GANGGUAN IMAN DAN SERANGAN IBLIS
-
Keterangan lebih lanjut mengenai sesatnya ilmu filsafat dapat anda tanyakan kepada para ustadz salafy di kota anda
-
======================================
Filsafat islam – filsafat menurut pandangan para ulama – hubungan antara filsafat dengan ajaran agama islam – ilmu filsafat diharamkan oleh para ulama dan dianggap ilmu sesat – pandangan islam terhadap ilmu filsafat – pandangan islam terhadap ilmu filsafat


menurut teman-teman bagaimana?? Aku seh merasa aneh dari isi artikel ini....

kandalf
22-02-2011, 01:42 PM
Gak ada yang aneh. Aku mengerti ulama2 yang dikutip itu bersikap defensif. Tetapi yang mengutip itu cuma taqlid, cuma main kutip tanpa tahu alasannya.

Ada trauma karena munculnya aliran2 tarekat, lalu aliran2 seperti mu'tazilah yang diduga karena filsafat. Tetapi filsafat itu sendiri cuma alat, cuma pisau.

Filsafat itu seni mempertanyakan. Dalam bahasa Yunaninya, Filosofi, artinya mencintai kebijakan.

Kalau agamawan mengatakan, membunuh itu haram, maka filsuf akan bertanya:
1. apakah ada batasan keharaman perbuatan membunuh?
2. apakah ada budaya lain yang memperbolehkan membunuh?
3. bagaimana bila tidak dibunuh, resiko kerusakan yang lebih besar terjadi. Apakah membunuh dalam konteks ini tetap haram?

bahkan sampai
4. kalau seseorang terbunuh, apakah orang tersebut benar-benar musnah ataukah masih ada?


Salah satu pertanyaan klasik di filsafat adalah pertanyaan Sokrates yang dikutip oleh Plato: "Apakah perbuatan baik itu karena dicintai dewa atau dewa mencintai perbuatan tersebut karena baik?"

Agitho_Ryuki
22-02-2011, 04:09 PM
Berarti ustadzustadz itu hanya ketakutan dengan filsafat?

Asum
22-02-2011, 09:38 PM
Filsafat itu seni mempertanyakan. Dalam bahasa Yunaninya, Filosofi, artinya mencintai kebijakan.

Kalau agamawan mengatakan, membunuh itu haram, maka filsuf akan bertanya:
1. apakah ada batasan keharaman perbuatan membunuh?
2. apakah ada budaya lain yang memperbolehkan membunuh?
3. bagaimana bila tidak dibunuh, resiko kerusakan yang lebih besar terjadi. Apakah membunuh dalam konteks ini tetap haram?

bahkan sampai
4. kalau seseorang terbunuh, apakah orang tersebut benar-benar musnah ataukah masih ada?

Itulah kesesatannya, karena sikap seorang Muslim dalam Syari'at itu harus : سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (Kami mendengar dan kami menta'ati).

Maka ketika Allah SWT mengharamkan makan babi, tidak perlu kita bertanya : "apakah ada batasan keharaman babi tsb ? bagaimana dengan babi hutan ? atau bai perliharaan biasa ? Apakah karena ada cacing pita maka babi haram ? bagaimana jika tidak ada cacing pita ? , dst <<< mirip prilaku yahudi kepada Nabi Musa dalam QS2:68~71

pasingsingan
23-02-2011, 12:05 AM
dimana letak keharaman filsafat?
bukankah filsafat itu seni berfikir
bahkan ada yng mengataken sbg induknya sain :)

danalingga
23-02-2011, 09:17 AM
Itulah kesesatannya, karena sikap seorang Muslim dalam Syari'at itu harus : سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (Kami mendengar dan kami menta'ati).

Maka ketika Allah SWT mengharamkan makan babi, tidak perlu kita bertanya : "apakah ada batasan keharaman babi tsb ? bagaimana dengan babi hutan ? atau bai perliharaan biasa ? Apakah karena ada cacing pita maka babi haram ? bagaimana jika tidak ada cacing pita ? , dst <<< mirip prilaku yahudi kepada Nabi Musa dalam QS2:68~71

Berarti memang dilarang bertanya dalam Islam? Yang implikasi lebih jauhnya dilarang berpikir.

Btw, kami mendengar dan kami menta'ati itu dari aya AQ atau dari hadist ya?

ndugu
23-02-2011, 09:31 AM
apakah itu dari rasa insecurity? :D

kandalf
23-02-2011, 10:03 AM
Itulah kesesatannya, karena sikap seorang Muslim dalam Syari'at itu harus : سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (Kami mendengar dan kami menta'ati).

Maka ketika Allah SWT mengharamkan makan babi, tidak perlu kita bertanya : "apakah ada batasan keharaman babi tsb ? bagaimana dengan babi hutan ? atau bai perliharaan biasa ? Apakah karena ada cacing pita maka babi haram ? bagaimana jika tidak ada cacing pita ? , dst <<< mirip prilaku yahudi kepada Nabi Musa dalam QS2:68~71

Nah mumpung ente nyebut-nyebut Babi nih..

Jadi apa hukumnya menggunakan katup jantung babi untuk pengganti katup jantung manusia?

Sekedar rujukan nih:
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1993/04/10/KSH/mbm.19930410.KSH2733.id.html


Menurut Dokter Puruhito, 50 tahun, perintis dan ketua tim di RS Dokter Soetomo Surabaya itu, yang dipakai adalah katup jantung babi. ''Yang cocok memang katup hewan ini,'' kata dokter yang mendapat brevet dari Deutche Academicer, Jerman, dengan predikat cum laude itu. Penggunaan katup jantung babi sudah diakui dalam dunia kedokteran. Kalau yang dari kambing, misalnya, katupnya kecil. Sedangkan kalau memakai sapi, katup jantungnya terlalu besar.


Soal katup jantung dari babi ini, sempat terjadi silang pendapat, terutama dilihat dari sisi ajaran agama. Misalnya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, yang berpedoman pada salah satu hadis dari Nabi Muhammad SAW, ''barang yang haram tidak bisa digunakan sebagai obat.'' Termasuk memakai alkohol (khamr) sebagai obat, Nabi minta digantikan dengan barang lain yang halal. Makanya, MUI Jawa Timur menyarankan agar diupayakan dulu mengganti katup itu dengan yang halal. Dan kalau memakai yang ''darurat'' itu dilihat dulu konteksnya. ''Selain katup jantung binatang, kan ada katup jantung mekanik dari plastik,'' kata Drs. Sun'an Karwalip, M.A., Sekretaris Umum MUI Jawa Timur. Kecuali tidak ada alternatif lain, dan apabila satu-satunya alternatif itu tidak dilakukan si pasien akan mati, apa boleh buat. Jadi, menurut alumnus Fakultas Syariah Universitas Medinah itu, bila itu benar-benar darurat, dan memang tidak ada alternatif lain, maka barang yang dinyatakan haram tadi menjadi halal.


Penggantian katup jantung secara bioprothesis, menurut Puruhito, cocok untuk kondisi di Indonesia karena memakai katup hewan menguntungkan dibandingkan dengan katup mekanik. Risiko pasca- operasi cenderung kecil, karena pemakainya tidak terus-menerus minum obat, dan terhindar dari efek samping. Lain kalau memakai katup mekanik. Setelah operasi ia masih diharuskan minum obat mencegah terjadi pembekuan darah (antikoagulasi) tiap hari satu pil, selama seumur hidup. Katup mekanik tidak menyatu dengan jaringan jantung. Alat itu selalu menggesek. Akibatnya darah bisa membeku. Diharuskan minum obat itu agar darah tidak membeku, sehingga katup itu berfungsi, tidak macet.


Yakin ente mau bersikap mutlak?
Yakin ente mau menerapkan sami'na wa athona secara mutlak?

Sahabat nabi saja masih bertanya beberapa perkara.

Agitho_Ryuki
23-02-2011, 10:40 AM
Filsafat adalah seni berpikir.. Islam mengajarkan umatnya untuk berfikir... Lalu dimana letak haramnya filsafat??

Asum
24-02-2011, 12:46 AM
Nah mumpung ente nyebut-nyebut Babi nih..

Jadi apa hukumnya menggunakan katup jantung babi untuk pengganti katup jantung manusia?

Gini mas, pola pikir anda ini kacau. Anda seperti orang yang kesana-kemari mencari pembenar atas apa yang anda pikirkan semata tanpa mengikuti kaidah dalam memahami hukum agama (Syari'at).

Kita semua mafhum bahwa Babi itu haram <<<< Hukum asal, yang berlaku dalam semua kondisi dan waktu. Namun keumuman hukum ini dapat berubah ketika ada kondisi darurat yang memaksa, jika kondisi dharurat hilang maka hukumnya kembali ke hukum asal yaitu HARAM.

Contoh lain, hukum wudhu <<<< wajib pakai air, ketika kondisi dharurat maka boleh tayyamum.

Jadi berpindahnya hukum dari hukum asal ke hukum lain (dalam Islam) diperbolehkan dan kebolehannya diukur sesuai kondisi dharurat tsb berlangsung. Jika hilang kondisi yang memaksa berpalingnya dari hukum asal, maka hukumnya kembali ke semula.


Yakin ente mau bersikap mutlak?
Yakin ente mau menerapkan sami'na wa athona secara mutlak?

Jelas mutlak, karena Allah SWT pernah melaknat Iblis yang mempertanyakan perintah nya tsb sebagaimana disebutkan dalam QS38:72~77.


Sahabat nabi saja masih bertanya beberapa perkara.
Nampaknya anda tidak memperhatikan kalimat apa yang saya beri tekanan dari argumen anda tsb, perhatikan lagi :

Filsafat itu seni mempertanyakan
dimana kata mempertanyakan (http://www.artikata.com/arti-380425-mempertanyakan.php) ini memiliki muatan negatif dengan maksud meragukan keabsahan, BEDA dengan bertanya (http://www.artikata.com/arti-380420-bertanya.php).

Beda banget antara mempertanyakan dengan bertanya. Bahkan bertanya itu wajib bagi orang yang tidak tahu sesuai QS16:43


Btw, kami mendengar dan kami menta'ati itu dari aya AQ atau dari hadist ya
Ayat al-Qur'an mas, QS5:7


وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُم بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya405 yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'ati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu). (QS5:7)

Silahkan cek ayat QS8:1


يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأَنفَالِ قُلِ الأَنفَالُ لِلّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul593, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." (QS8:1)

Asum
24-02-2011, 12:51 AM
apakah itu dari rasa insecurity? :D
Saya kira bukan insecurity, tetapi adab sikap manusia dalam menerima perintah dari tuhannya.

Rasa-rasanya kita sebagai manusia yang disebut "hamba tuhan", tidak boleh mempertanyakan perintah dari tuhan, yang ada justru bahwa perintah tuhan tsb wajib dita'ati tanpa perlu mempertanyakan perintah tsb.

Dalam Islam, perintah dan larangan itu bertujuan untuk kebaikan manusia. Tidak ada perintah dan larangan tuhan yang bertujuan untuk mencelakakan hambanya.

http://myquran.com/forum/images/smilies/user8/smile.gif

Agitho_Ryuki
24-02-2011, 03:08 PM
lantas dengan begitu dengan mudahnya bisa mengatakan filsafat adalah ilmu sesat??

pasingsingan
24-02-2011, 05:01 PM
anehnya, dalam sejarah perkembangan theology islam sendiri
justru ditopang n dipopulerkan oleh pemikir2 muslim yng getol dng filsafat
sebut saja misalnya:

* Al-Farabi
* Al-Ghazali
* Ibn. Sina
* dlsb

Agitho_Ryuki
24-02-2011, 05:04 PM
Justru itu mbah Pasing.. Kebanyakan ustadz-ustadz yang aku tahu istilahnya *benci* dengan filsafat..

danalingga
24-02-2011, 06:36 PM
Mungkin karena ketika mempertanyakan sebuah ajaran agama dianggap telah mempertanyakan kemaha-tahuan Tuhan.

pasingsingan
24-02-2011, 11:32 PM
ketuhanan atau istilah kerennya theology
dah jadi santapan umum dlm kancah filsafat dari masa kemasa
ironis aja klo maseh ada yng mengaku berilmu pengetahuan
tapi phobia thd filsafat.

bahkan sesama filsuf muslimpun saling serang, saling kritik
dng itulah justru dunia pemikiran konsep2 islam jadi berkembang n maju
lah klo diharamkan ..... dunia pemikiran jadi stagnan bin jumud dong?

ndableg
25-02-2011, 06:57 AM
Mungkin karena ketika mempertanyakan sebuah ajaran agama dianggap telah mempertanyakan kemaha-tahuan Tuhan.

Stuju mas. Yg bertanya2 itu ngeselin Yg sudah mapan... Banyak tanya luh! Makanya Socrates terbunuh.

Asum
25-02-2011, 11:19 PM
Ada trauma karena munculnya aliran2 tarekat, lalu aliran2 seperti mu'tazilah yang diduga karena filsafat. Tetapi filsafat itu sendiri cuma alat, cuma pisau.

Pada dasarnya saya setuju dengan anda. Namun setiap alat, walau sifatnya netral tetapi tetap harus diawasi penggunaannya, apakah dipakai untuk mashlahat atau mudhorot.


Dalam kaidah fiqh disebutkan :


الوسائل تعطى أحكام المقاصد
Semua sarana suatu perbuatan hukumnya sama dengan tujuannya (perbuatan tersebut)

Artinya, semua alat yang digunakan (walau ia netral sifatnya) jika digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan syari'at maka ia haram, begitupun sebaliknya.



Oleh karena itu, yang saya kritisi adalah kalimat yang saya beri warna merah di bawah ini ;;)


Filsafat itu seni mempertanyakan. Dalam bahasa Yunaninya, Filosofi, artinya mencintai kebijakan.


Sehingga, semua kebingungan ini :


bukankah filsafat itu seni berfikir

Berarti memang dilarang bertanya dalam Islam? Yang implikasi lebih jauhnya dilarang berpikir.


Filsafat adalah seni berpikir.. Islam mengajarkan umatnya untuk berfikir... Lalu dimana letak haramnya filsafat??


Stuju mas. Yg bertanya2 itu ngeselin Yg sudah mapan... Banyak tanya luh! Makanya Socrates terbunuh.

Dapat dijawab sambil minum kopi lagi .... ~O)



Ayo, silahkan nambah mas jangan buru2 pulang .... lariissss... manisssss .... :D

Agitho_Ryuki
26-02-2011, 05:00 PM
Tanpa mempertanyakan ("membuat suatu pertanyaan") apakah kita akan berpikir?

ndugu
26-02-2011, 09:10 PM
Saya kira bukan insecurity, tetapi adab sikap manusia dalam menerima perintah dari tuhannya.

Rasa-rasanya kita sebagai manusia yang disebut "hamba tuhan", tidak boleh mempertanyakan perintah dari tuhan, yang ada justru bahwa perintah tuhan tsb wajib dita'ati tanpa perlu mempertanyakan perintah tsb.

Dalam Islam, perintah dan larangan itu bertujuan untuk kebaikan manusia. Tidak ada perintah dan larangan tuhan yang bertujuan untuk mencelakakan hambanya.

http://myquran.com/forum/images/smilies/user8/smile.gif
Apa bedanya tuhan dengan diktator? :lololol: kalo ada yang nanya, mending dibungkan dulu ya?

Jika tuhan seyakin itu kalo semua perintahnya Memang demi kebaikan umatnya, kurasa tuhan tidak perlu kuatir umat2nya mempertanyakannya, maupun melarang ato mewajibkan saran2nya. Bukannya seharusnya demikian?

Asum
27-02-2011, 03:44 PM
Apa bedanya tuhan dengan diktator? :lololol: kalo ada yang nanya, mending dibungkan dulu ya?

Apakah saya mengatakan bahwa dalam Islam tidak boleh bertanya ?

Banyak sekali dalil2 dari al-Qur'an yang memerintahkan manusia bertanya atau Tuhan menjawab pertanyaan2 manusia lewat nabinya.

Dan yang saya permasalahkan adalah istilah "seni mempertanyakan" <<< berkonotasi negatif dan sudah saya jabarkan alasan2nya.

Dan YA, tuhan itu diktator dia tidak suka dibantah dan hanya dia saja yang ingin disembah. Kekuasaan Tuhan yang absolute itulah yang membuat tuhan diktator walau tuhan memberi pilihan kepada manusia untuk ikut atau tidak ikut perintahnya, semua sudah ada balasannya masing2.


Jika tuhan seyakin itu kalo semua perintahnya Memang demi kebaikan umatnya, kurasa tuhan tidak perlu kuatir umat2nya mempertanyakannya, maupun melarang ato mewajibkan saran2nya. Bukannya seharusnya demikian?
Jika semua perintah dan larangan itu memang buat kebaikan umat manusia, untuk apa lagi "mempertanyakan" hal tsb ?

Btw, saya baru tau kalo manusia bisa ngasih saran kepada tuhan, seolah ada hal yang tidak diketahui tuhan sehingga perlu menerima saran manusia.


Itulah (mungkin) sebabnya maka filsafat haram di dalam Islam.

Seandainya tuhan mau dengar penjelasan Adam dan Hawa dan mau melihat secara jernih duduk persoalan sebenarnya, maka tentunya Adam dan Hawa tidak akan dikeluarkan dari surga :D

Agitho_Ryuki
27-02-2011, 07:32 PM
Itulah (mungkin) sebabnya maka filsafat haram di dalam Islam.


Dalilnya plis... Adakah ayat Al-Qur'an atau ucapan Rasulullah sendiri yang mengharamkan filsafat??
Jika ada maka semua sufi (filsuf islam) adalah kafir...

Asum
28-02-2011, 01:21 AM
Dalilnya plis... Adakah ayat Al-Qur'an atau ucapan Rasulullah sendiri yang mengharamkan filsafat??
Jika ada maka semua sufi (filsuf islam) adalah kafir...
Nampaknya mas Agitho kurang jeli nih membaca postingan saya.

Coba perhatikan


Btw, saya baru tau kalo manusia bisa ngasih saran kepada tuhan, seolah ada hal yang tidak diketahui tuhan sehingga perlu menerima saran manusia.


Itulah (mungkin) sebabnya maka filsafat haram di dalam Islam.
Soal dalil, bukankah sudah saya kutipkan di muka tentang kewajiban mendengar dan ta'at kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,posting #10 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=1745&viewfull=1#post1745). Apakah orang yang mempertanyakan perintah dan larangan Allah SWT dan Rasul-Nya masuk kategori ta'at ?

Dan juga mohon dibaca kembali kisah pembangkangan Iblis ketika enggan bersujud dihadapan Adam, dan dimana Iblis berargumen bahwa dia tidak pantas sujud karena dia lebih baik dari Adam dari sisi penciptaan. <<< bentuk mempertanyakan perintah juga kan ?

Apalagi manusia memberi saran kepada Allah SWT sesuai yang saya pahami dari rekan ndugu

kurasa tuhan tidak perlu kuatir umat2nya mempertanyakannya, maupun melarang ato mewajibkan saran2nya.

Maka saya katakan :

Itulah (mungkin) sebabnya maka filsafat haram di dalam Islam.

Kesombongan mana lagi yang lebih besar selain merasa benar di sisi Allah SWT selaku yang menciptakan makhluqnya ?


إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّداً وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. (QS 32:15)

/:)

Agitho_Ryuki
28-02-2011, 10:14 AM
Apakah orang yang mempertanyakan perintah dan larangan Allah SWT dan Rasul-Nya masuk kategori ta'at ?

tergantung dari motifnya dia mempertanyakan... Apakah mempertanyakan karena maksud atau karena ingin menghindar?
contohnya tentang sholat..
Kenapa seh kita mesti sholat, kok repot amat??
Kita wajib melakukan sholat baiklah kulakukan, tapi ada apa sebenarnya kita kok diwajibkan untuk sholat?
Lihat keduanya adalah mempertanyakan.. apakah dengan mempertanyakan berarti tidak taat??



Dan juga mohon dibaca kembali kisah pembangkangan Iblis ketika enggan bersujud dihadapan Adam, dan dimana Iblis berargumen bahwa dia tidak pantas sujud karena dia lebih baik dari Adam dari sisi penciptaan. <<< bentuk mempertanyakan perintah juga kan ?

jelas dari motivasi Iblis mempertanyakan adalah kesombongannya dan karena dia tidak mau...



Apalagi manusia memberi saran kepada Allah SWT sesuai yang saya pahami dari rekan ndugu


Maka saya katakan :


Kesombongan mana lagi yang lebih besar selain merasa benar di sisi Allah SWT selaku yang menciptakan makhluqnya ?


إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّداً وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. (QS 32:15)

/:)
kalau yang ini biarkan rekan Ndugu yang berkomentar.

Dadap serep
28-02-2011, 07:51 PM
Tolong masukan dari temen temen yg faham dengan falsafah :"apakah benar bahwa dalam filsafah cakupannya hanya diranah nalar dan akal manusia. Benar salah , bisa diterima atau ditolaknya argumen semata berdasarkan pertimbangan nalar dan akal manusia ?"
Rasanya bila kita punya persepsi yg sama terhadap pertanyaan tsbt , banyak pendapat yg "kelihatannya" bersilangan bisa dijelaskan.

Agitho_Ryuki
28-02-2011, 11:44 PM
Tolong masukan dari temen temen yg faham dengan falsafah :"apakah benar bahwa dalam filsafah cakupannya hanya diranah nalar dan akal manusia. Benar salah , bisa diterima atau ditolaknya argumen semata berdasarkan pertimbangan nalar dan akal manusia ?"
Rasanya bila kita punya persepsi yg sama terhadap pertanyaan tsbt , banyak pendapat yg "kelihatannya" bersilangan bisa dijelaskan.
Selama ini aku cenderung ke *iya*, tapi tentu saja pasti ada juga yang menjawab *tidak*

Dadap serep
01-03-2011, 01:53 AM
Selama ini aku cenderung ke *iya*, tapi tentu saja pasti ada juga yang menjawab *tidak*

Matur nuwun mas Agith , yg "tidak" itu kira kira apalagi ya , yg jadi dasar argumentasi nya. Apakah dalam kerangka berfikir filsafati mereka percaya "wahyu" atau wangsit mas ? (Saya berpendapat fakta empiris itu masuk area nalar lho mas.)
Atau sedang wegah menjawab. ? he he he he he he becanda saja kok , biar agak kendor sedikit mas Agith.

Nah kalau memang demikian mas Agith , maka jelas kenapa para ulama Islam memandang Falsafah itu ilmu yg sesat.
Karena dalam Islam salah satu rukun imannya kan Iman kepada Allah. Maka karena keimanan itu umat Islam percaya pada Rasul dan kitab kitabnya/ajarannya , dimana salah satu ayat dalam kitab itu bilang :"[20:110] Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. .(diktum yg sama atau senada juga terdapat dalam ayat ayat lain , seperti di ayt Kursyi)
Nah bagaimana ilmu filsafah yg mengandalkan nalar saja itu mampu menjangkau ilmu Allah spt yg dijelaskan dalam kitab pegangan ulama Islam itu ?
Bagaimana "kebenaran" ilmu Allah bisa dibenarkan atau disalahkan oleh ilmu yg manusia tidak punya kemampuan untuk menjangkaunya itu?

Dengan pemahaman yg demikian maka bisa dimaklumi kalau filsafah itu bisa dianggap sesat per keimanan itu . Bukan begitu mas Agith.
Kedudukan nalar dalam agama adalah , nalar itu dipakai unjtuk memahami ajaran agama , dan yg tidak bisa dijangkau oleh nalar , itu area Allah , karena keterbatasan kemampuan manusianya.!.

Agitho_Ryuki
01-03-2011, 09:49 AM
Di IAIN Sunan Kalijaga ada matakuliah Filsafat Islam. Termasuk Ilmu sesat gak neh.. Itu juga termasuk Ilmu Filsafat Loh...
Filsafat kan ada banyak alirannya:
Freethinker
Apologet
Sufi
Rasionalim
Naturalism
Skeptisime
bahkan
Romantism
he he he... apakah semua itu sesat??

danalingga
01-03-2011, 11:15 AM
@Agitho: lah, kan IAIN dikenal sarangnya liberalis, ya sesatlah. :P

Eh, tapi jujur ya -- berfilsafat mungkin memang memperbesar peluang menjadi liberalis, agnosit, atau bahkan atheis. Makanya agak beralasan juga jika para petinggi Islam (ulama) jadinya mennyesatkan filsafat.

Dadap serep
01-03-2011, 01:30 PM
Di IAIN Sunan Kalijaga ada matakuliah Filsafat Islam. Termasuk Ilmu sesat gak neh.. Itu juga termasuk Ilmu Filsafat Loh...
Filsafat kan ada banyak alirannya:
Freethinker
Apologet
Sufi
Rasionalim
Naturalism
Skeptisime
bahkan
Romantism
he he he... apakah semua itu sesat??

Rasanya keynya sudah saya sampaikan to mas Agith. Apa yg mas Agith sampaikan itu , apakah semua "hanya bertumpu pada nalar" saja atau tidak ? ya kalau hanya bertumpu pada nalar saja , dan menganggap benar dan salah hanya berdasarkan itu maka berdasarkan premis bahwa (kemampuan nalar) manusia itu tidak menguasai segala (ilmu)nya , maka ya --seperti saya bilang-- adalah beralasan klo mereka menganggap itu sebagai ilmu sesat. Kalau mas Agith pakai kacamata kuning , maka benda yg berrwarna biru tidak tampak biru , tetapi hijau , warna putih jadi kekuning kuningan , itu wajar !

Btw , sufi , falsafah ? Tasawuf maksud mas Agith ? masak sih tasawuf masuk ordo falsafah:-O , rasanya seh --sepengetahuan saya-- mereka malah meninggalkan banyak nalar ! mereka banyak berpegang pada kata dan mata hati nurani !B-)

Agitho_Ryuki
01-03-2011, 03:17 PM
Rasanya keynya sudah saya sampaikan to mas Agith. Apa yg mas Agith sampaikan itu , apakah semua "hanya bertumpu pada nalar" saja atau tidak ? ya kalau hanya bertumpu pada nalar saja , dan menganggap benar dan salah hanya berdasarkan itu maka berdasarkan premis bahwa (kemampuan nalar) manusia itu tidak menguasai segala (ilmu)nya , maka ya --seperti saya bilang-- adalah beralasan klo mereka menganggap itu sebagai ilmu sesat. Kalau mas Agith pakai kacamata kuning , maka benda yg berrwarna biru tidak tampak biru , tetapi hijau , warna putih jadi kekuning kuningan , itu wajar !

filsafat itu memahami sesuatu sampai dengan batasnya. Dan dalam filsafat tidak serta merta *salah* atau *benar*, tapi apa sebenernya hakekatnya itu lah yang sebenarnya akan dicari. Jika kita menggunakan kacamata hijau semua terlihat hijau, okelah demikian. Tapi tidak serta merta berhenti sampai disitu.
Jika bro Dadap menggunakan premis bahwa (kemampuan nalar) manusia itu tidak menguasai segala (ilmu)nya untuk mendakwa sesat filsafat...
Padahal di filsafat adalah mempelajari sesuatu sampai batasnya sehingga tak bisa dipelajari lagi..


Btw , sufi , falsafah ? Tasawuf maksud mas Agith ? masak sih tasawuf masuk ordo falsafah:-O , rasanya seh --sepengetahuan saya-- mereka malah meninggalkan banyak nalar ! mereka banyak berpegang pada kata dan mata hati nurani !B-)
Filsafat itu diartikan harfiah adalah mencintai kebijaksanaan. So kenapa tidak boleh dimasukkan dalam Filsafat? Ada yang disebut filsafat gerak. Aku lupa siapa tokohnya.. Intinya seperti ini, ketika filsuf barat kebingungan mencari "tuhan", si filsuf gerak ini hanya melakukan apa yang diperintahkan imannya.. Sehingga dia merasa menemukan "tuhan"nya yang selama itu belum ditemukan oleh filsuf barat beraliran freethinker..

Agitho_Ryuki
01-03-2011, 03:20 PM
Jika filsafat adalah sesat menurut Islam,
maka seharusnya penjelasan seseorang dibawah ini juga sesat.


"Shalat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, ruku' dan salam, sebuah gerakan-gerakan fisik yang terkait erat dengan tatanan fiqih. Padahal bila kita mau merenung sejenak, di dalamnya terdapat simbol hikmah yang dapat kita ambil dari postur, irama dan gerak ritmik tubuh ketika kita shalat. Mulai dari berdiri, mengucapkan takbir, ruku', menunduk, sujud hingga terakhir salam. Semuanya menjadi simbol atau perlambang dari siklus kehidupan (life cycling), yakni daur kehidupan yang dinamis.

Dalam shalat seseorang dituntutuntuk melakukan gerak fisik. Dalam hal gerakan ini kita melihat adanya isyarat dari simbol-simbol yang terkandung dalam shalat, yaitu filsafat gerak. Seorang pribadi muslim harus bergerak dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan qiyam, 'berdiri', sebagai perlambang kejayaan (dewasa).

Manusia tidak selamanya muda, berjaya dan berdiri kuat. Karena itu sesaat lagi kita harus ruku', sebagai simbol adanya saat-saat manusia mulai rapuh, umur setengah baya. tak lama kemudian, kita pun harus sujud. Hal ini pertanda manusia memasuki masa manula, tua reta, simbol kelemahan, penghujung perjalanan kehidupan dan akhirnya mau tidak mau, manusia harus mengakhiri perjalanan pendek kehidupannya dengan mengucapkan salam -- seakan-akan melambangkan akhir kehidupan itu sendiri.

Shalat haruslah ditutup dengan salam, seakan-akan bukan hanya mengisyaratkan bahwa seorang muslim seharusnya mencintai kedamaian, menyebarkan keselamatan ke arah kanan dan kiri (sekitarnya), tapi juga memberikan isyarat hidup ini haruslah berakhir dengan hati yang damai (qalbu salim). Hati yang salim adalah hati yang merdeka, tidak lagi terpenjara oleh urusan duniawi.

Shalat sebagai bentuk ritual, seakan-akan menggugah hati kita bersama. Bila menyembah Allah SWT saja harus dengan gerak, apalagi hidup seorang muslim tentunya dalam kondisi dan situasi apapun harus gerak pula. Sehingga dari sini memantulkan dinamika hidup. Dengan kata lain, seakan-akan tidak ada tempat bagi seorang muslim yang 'jumud', statis dan terbelenggu dalam sikap apatisme. Karena itu, bila ada shalat tanpa (hanya sedikit) gerak, dia berdiri kemudian salam, maka itulah dinamakan shalat mayit. Hal ini menjadi sebuah perlambang bahwa pribadi yang setatis -- tidak ada kreativitas gerak -- sesungguhnya sedang berada dalam kematian. "Static condition means death". kata Muhammad Iqbal.

Manusia yang mengaku beriman saja, tidaklah sempurna keislamannya, bila tidak diikuti oleh manifestasi dalam bentuk dinamika amal shaleh. Mengaku Islam, bukan hanya dzikir dan diam di dalam Masjid, tapi harus diikuti pula nalar pikir menguak keajaiban hikmah Illahiyah, kemudian diterjemahkan dalam bentuk atau gerak yang realistik, yakni gerak prestasi hidup. Dari simbol ini, tampaklah jelas bahwa tiap muslim adalah tipikal manusia dinamis, yang bergerak terus maju, tak mau diam, selalu saja ingin berbuat sesuatu yang positif. Berpikir positif, berilmu positif dan akhirnya membuahkan karya yang positif pula.

Shalat juga menunjukkan sikap untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui prilaku yan jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Sikap yang demikian, insya Allah akan menjadi upaya batin untuk mendapatkan kekuatan lahir, 'manundukan dunia' (bukan sebaliknya malah ditundukkan dan dikuasai oleh dunia), serta mampu menampilkan diri sebagai Khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini dengan baik.

Shalat adalah awal dari kesiapan kita untuk menerima amanah maha berat. Bagi orang yang memahami makna shalat, sesungguhnya ia akan mengejar waktu amanat tersebut, karena dengan shalat, dia menpunyai kekuatan untuk hidup melaksanakan amanat Allah; mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan dan mengangkat derajat mereka dari kegelapan. Karena itu, wajarlah, melalui shalat ini dalam diri mereka akan muncul sikap optimis yang luar biasa."

Dadap serep
02-03-2011, 12:04 PM
Mas Agith dalam ajaran Islam segala ibadah itu akan bernilai ibadah kepada Allah bila ibadah itu semata karena Allah, termasuk ibadah sholat.

Kalau karena ada manfaat dalam gerak,adanya kesiapan batin dalam mengahadapi tugas dll maka sejauh itu memang terbukti secara akal , yg itu akan berhenti sampai kepada manfaat itu.

Mas Aqith lihat apakah tinjauan dalam artikel tersebut bertumpu pada analiasa hubungan :"niat amalan karena Allah" dengan diterimanya sholat sebagai ibadah kepada Allah ,-- manfaat dunia mungkin ya --, aspek akheratnya apakah jadi concern dlm uraian tsbt ? Rasanya tidak saya ketemukan mas Agith.
Nah kalau ibadah sholat itu hanya dimaknai seperti yg diuraikan itu --manfaat scara nalar-- itu menurut saya tidak salah , maka --uraian yg kliatannya menurut mas Agith dianggap filsafati-- saya berpendapat itu uraian tidak sesuai dengan kaidah keeIslaman , ajaran Islam , jadi ya sesat.

Niatan ibadah atau amalan yg hanya karena Allah lah yg men switch amalan duniawi yg dilakukan ,manjadi amalan yg juga berdampak akhirati , meskipun kita lihat secara phisik suatu amalan itu sama !

Jadi kalau mas Agith mempsting seperti in :
Jika filsafat adalah sesat menurut Islam,
maka seharusnya penjelasan seseorang dibawah ini juga sesat. , ya jawabannya , benar , tidak sesuai dg ajaran Islam.

Dadap serep
05-03-2011, 12:45 AM
filsafat itu memahami sesuatu sampai dengan batasnya. Dan dalam filsafat tidak serta merta *salah* atau *benar*, tapi apa sebenernya hakekatnya itu lah yang sebenarnya akan dicari. Jika kita menggunakan kacamata hijau semua terlihat hijau, okelah demikian. Tapi tidak serta merta berhenti sampai disitu.
Jika bro Dadap menggunakan premis bahwa (kemampuan nalar) manusia itu tidak menguasai segala (ilmu)nya untuk mendakwa sesat filsafat...
Padahal di filsafat adalah mempelajari sesuatu sampai batasnya sehingga tak bisa dipelajari lagi..

Lho kan yg dimasalahkan itu kan menurut pandangan Islam to mas Agith , kalau berdasarkan , ngilmu filsafat lah yo bener ae to mas , piye to genahe ki ?



Filsafat itu diartikan harfiah adalah mencintai kebijaksanaan. So kenapa tidak boleh dimasukkan dalam Filsafat? Ada yang disebut filsafat gerak. Aku lupa siapa tokohnya.. Intinya seperti ini, ketika filsuf barat kebingungan mencari "tuhan", si filsuf gerak ini hanya melakukan apa yang diperintahkan imannya.. Sehingga dia merasa menemukan "tuhan"nya yang selama itu belum ditemukan oleh filsuf barat beraliran freethinker..

Lho lha monggo mau menemukan Tuhan , atau merasa menemukan Tuhan , sopo sing ngerti to mas Agith ? Lha yg ditemukan filsuf itu apa sama dengan Tuhan dalam konsep or yg diyakini sebagai Allah dalam Islam mas ? Ada yg bisa memvalidasi ?

Agitho_Ryuki
09-03-2011, 10:27 AM
Lho kan yg dimasalahkan itu kan menurut pandangan Islam to mas Agith , kalau berdasarkan , ngilmu filsafat lah yo bener ae to mas , piye to genahe ki ?

Lah iya kalo sesat dalilnya mana?? Filsafat secara harfiah kan cinta akan kebijaksanaan dan seorang Doktor berkata padaku filsafat hanyalah olah pikir.



Lho lha monggo mau menemukan Tuhan , atau merasa menemukan Tuhan , sopo sing ngerti to mas Agith ? Lha yg ditemukan filsuf itu apa sama dengan Tuhan dalam konsep or yg diyakini sebagai Allah dalam Islam mas ? Ada yg bisa memvalidasi ?
Filsuf itu macem-macem mas.. Orang ngomongin *kursi* aja pendapat dan keyakinan bisa beda-beda.

Dadap serep
09-03-2011, 06:33 PM
Lah iya kalo sesat dalilnya mana?? Filsafat secara harfiah kan cinta akan kebijaksanaan dan seorang Doktor berkata padaku filsafat hanyalah olah pikir.

Ya memang hanyalah olah pikir yg tidak menyertakan keimanan , hanya mengandalkan nalar thok mas Agith , nah rasanya sudah saya sampaikan dalilnya DISINI (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=3326&viewfull=1#post3326) , monggo dibaca lagi !B-)



Filsuf itu macem-macem mas.. Orang ngomongin *kursi* aja pendapat dan keyakinan bisa beda-beda.
Lha iya lah satu ngomong kursi malesh , untuk leyeh leyeh , satu lagi kursi menteri koalisi ;) ya pating blasur to mas omongannya,..... satu ngalor satu ngidul satu lagi menduwur:D

Agitho_Ryuki
09-03-2011, 09:04 PM
dimana dalilnya belum nemu tuh... Membantah ayat Al Qur'an itu tidak sama dengan *berfilsafat*, apalagi sombong. Sombong itu bukan juga berfilsafat. Berfilsafat mungkin saja bisa membantah, tapi kan tidak semua yang berfilsafat itu adalah membantah.
Filsafat itu ibarat alat...
Karenanya ada filsuf mengatakan:
"pemikiran-pemikiran yang agung bisa membawa kita ke kebenaran yang agung tapi juga bisa membawa kita ke kesesatan yang agung".
Kalau aku berfikir, tidak ada alasan bagi kita untuk mengharamkan filsafat, ibarat pisau, bukan pisau yang diharamkan tapi *menggunakan pisau untuk membunuh orang* itu yang diharamkan.
Apakah iya, kita akan mengharamkan filsafat yang menggunakan Ayat Qur'an sebagai dasar filosofisnya???
:minum:

Asum
09-03-2011, 09:23 PM
Apakah iya, kita akan mengharamkan filsafat yang menggunakan Ayat Qur'an sebagai dasar filosofisnya???
:minum:

Nah ini dia, ada baiknya diberikan contoh implementasi filsafat dalam Islam tsb >:/

Agitho_Ryuki
10-03-2011, 09:35 AM
Mudah saja, filsuf yang sangat dibanggakan oleh kaum muslimin. Filsafatnya Ibnu Sina.. Silahkan baca sendiri..

Asum
10-03-2011, 09:18 PM
yang anda akan bahas tsb soal bidang kedokteran Ibnu Sina atau soal filsafat Ibnu Sina ?

Atau anda akan katakan bahwa kesuksesan beliau dalam bidang kedokteran karena filsafat ?

Lagi-lagi asal stempel dong, maka orang boleh berkata itu bukan filsafat tetapi kemampuan manusia untuk mengolah pikirannya. Sejak kapan manusia memiliki kemampuan olah pikiran ? sejak dia lahir didunia dengan diberi kelebihan akal oleh Allah SWT, dan bukan sejak tercatatnya Socrates sebagai filsuf tertua ...


Nah, sekarang bisa gak anda berikan contoh nyata filsafat dalam agama Islam. Inget loh dalam agama Islam dan BUKAN dalam orang-orang Islam. >:/

Agitho_Ryuki
11-03-2011, 02:51 PM
http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm
nih ada yang buat makalah tentang ibnu sina...
Lihat daftar Pustakanya..
DAFTA PUSTAKA



Al-Ahwan, Ahmad Fuad, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1984

Al-Ghazali Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, al-Munqidz min al-Dlalah wa al-Muwassil ila dzi al-Izzah wa al-Jalal, Lebanon, Beirut, 1967

____________, Madarij al-Salikin, Kairo, tsaqofah Islamiyah, 1964

____________, Ma’rij al-Quds fi Madaarij Ma’rofah al-Nafs, Kairo, Maktabah al-Jund, 1968

____________, Tahafut al-Falasifah, Kairo, Mesir, Maktaba’ah al-Qahirah, 1903

Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para filosof Muslim, Yogyakarta, Al-Amin Press, 1997

Daudy Ahmad, Dr. MA., Kuliah Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1986

_____________, Segi - Segi Falsafi dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1984

Hanafi, Ahmad, MA, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1986

Imam Munawir, Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari masa ke masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1985

Nasution, harun, Prof., Dr., Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 1996

_____________, Falsafat dan Msitisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1992

Oemar Amin Husein, Dr., Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1975

Poerwantana, dkk., Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung, PT remaja Rosdakarya, 1991

Syarif, MM., MA., Para Filosof Muslim, Bandung, Mizan, 1994

Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Semarang, Dina Utama Semarang, 1993

Zaenal Abidin Ahmad, Ibnu Sina (Avecenna) sarjana dan Filosof Dunia, Jakarta, Bulan Bintang, 1949

Apakah anda benar-benar sudah mengenal filsafat??

Asum
11-03-2011, 04:08 PM
loh...loh... kok malah ngasih referensi segudang toh mass... :D

saya kan tanya, coba kasih contoh filsafat dalam agama islam dan BUKAN filsafat orang2 Islam.

Beda banget loh antara oknum Islam yang berfilsafat dengan filsafat dalam agama Islam.

Nah, jika anda menguasai filsafat, tentunya mudah saja bagi anda memberi contoh filsafat dalam agama Islam. :D

Agitho_Ryuki
11-03-2011, 05:25 PM
Loh katanya tanya tentang filsafat Islam.. Ya itu contoh-contoh bukunya.. kalo ga mau ya silahkan baca di blognya itu, itu adalah rangkuman dari filsafatnya Ibnu Sina.. Gampang toh.. :D. Oh iya saya tidak pernah bilang menguasai filsafat, tapi memang benar jika saya sedang berusaha mempelajari filsafat.. :D

Agitho_Ryuki
11-03-2011, 05:35 PM
http://id.shvoong.com/humanities/1919708-al-farabi/
Al-Farabi
Sebutan Al-Farabi berasal dari kota Farab. Nama lengkap Al-Farabi : Abu Nashr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tharkhan Al-Farabi. Al-Farabi pernah tinggal di Baghdad selama 20 tahun, belajar pada Bishr Matta Ibnu Yunus dan Juhana Ibnu Haylam, kemudian ia pindah ke Aleppo untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan filsafat dan juga mengarang .

Al-Farabi adalah seorang filosof muslim dalam arti yang sebenarnya. Ia telah menciptakan sistem filsafat yang relatif lengkap, dan telah memainkan peranan penting dalam perkembangan pemikiran filsafat di dunia Islam. Ia menjadi anutan/guru dari filosof-filosof Islam sesudahnya, seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd .
Al-Farabi terkenal sebagai filosof sinkretisme yang mempercayai filsafat. Al-Farabi berusaha meemadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran plato dan plotinus, juga antara agama dan filsafat . Usaha Al-Farabi diperluas lagi, bukan hanya mempertemukan aneka aliran filsafat yang bermacam-macam, tapi ia berkeyakinan bahwa aliran-aliran tersebut pada hakikatnya satu, meskipun berbeda-beda corak dan macamnya . Menurutnya, tujuan filsafat itu memikirkan kebenaran, karena kebenaran itu hanya ada satu, tidak ada yang lain .

Al-Farabi berkeyakinan bahwa agama dan filsafat tidak bertentangan, justru sama-sama membawa kebenaran . Hal ini terbukti dengan karangannya yang berjudul Al-Jami’ Baina Ra’yani Al-Hakimain dengan maksud mempertemukan pikiran-pikiran plato dengan Aristoteles. Kendatipun begitu, Al-Farabi juga mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan wahyu dengan bersenjatakan ta’wil (interpretasi batini) . Al-Farabi umumnya dianggap sebagai pendiri dan seorang wakil paling terkemuka aliran utama filsafat Islam, yaitu aliran Masysyai (Peripaterik) filosof-keilmuan. Tidak heran jika ia mendapat gelar Al-Mu’alim Al-Tsani .

Al-Farabi adalah orang pertama yang memberikan uraian sistematik terhadap hirearki wujud dalam kerangka hirearki intelegensi dan jiwa serta pemancaran (faidh)-nya dari Tuhan. Al-Farabi membagi wujud menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah sebabnya. Pertama, wujud keberadaannya sama sekali tidak memiliki sebab. Al-Farabi menyebut wujud ini sebagai wujud pertama atau sebab pertama yang merupakan prinsip tertinggi eksistensi setiap wujud lainnya. Tentang prinsip tertinggi ini hanya terbatas pada pengetahuan tentang hal itu dan bukan prinsip-prinsip wujudnya. Kedua, wujud yang memiliki keempat sebab Aristetolian: material, formal, efisien, dan final. Jenis kedua ini mengacu kepada genus-genus benda terindra, termasuk benda langit. Ketiga, wujud yang sepenuhnya immaterial - yang lain daripada wujud benda di dalam atau menempati benda-benda . Atas dasar tiga skema klasifikasi wujud di atas, maka pembahasan makalah ini mengecil pada basis ontologis yang khas Faribian

Agitho_Ryuki
11-03-2011, 05:40 PM
http://asmakulo.blogspot.com/2010/09/seba-akibat-menurut-imam-gazali.html
Sebab-Akibat menurut Imam Gazali
Bantahan al-Ghazzali terhadap kepastian hukum sebab-akibat bukan tanpa alasan. Sebab kepastian bentuk hubungan (wajh al-iqtiran) sebab-akibat itu tidak dapat dibuktikan secara empiris. Yang ada hanya pengalaman bahwa setiap ada sebab biasanya diikuti oleh akibat (nafs al-iqtiran). Inilah yang ditiru oleh David Hume. Tapi, berbeda dari Hume, al-Ghazzali menganggap apa yang kita saksikan sebagai kebiasaan (‘adah) sebab-akibat ini tunduk pada kehendak Allah.

Posisi al-Ghazzali dalam masalah ini berada di antara mutakallimun dan falasifah. Al-Ghazzali menggunakan teori jawhar (atom) para mutakallimun (Asy’ariyyah dan Mu’tazilah). Segala benda dan makhluk di dunia ini terdiri dari substansi (jawhar) dan aksidensi (‘ard). Dan semua itu diciptakan Allah secara terus menerus (dawam al-khalq wa al-in’idam). Tapi ia tidak sependapat dengan mutakallimun yang menolak adanya sebab-akibat. Al-Ghazzali justeru sepakat dengan falasifah bahwa di alam semesta ini terdapat hukum sebab-akibat. Hanya saja ia tidak sependapat dengan falasifah yang mengatakan bahwa hubungan sebab dan akibat dalam alam semesta ini adalah pasti. Di mana ada sebab pasti di situ akan ada akibat. Setiap api (sebab) pasti membakar (akibat). Bagi al-Ghazzali ini akan membatasi kekuasaan Tuhan. Ertinya dengan menerapkan konsep Aristotle ini maka hubungan antara alam semesta dengan Tuhan menjadi tidak langsung. Tuhan tidak mempunyai peranan langsung dalam mengatur kejadian alam yang berupa sebab akibat ini. Dengan teori ini bererti hukum-hukum alam ini berjalan sendiri tanpa peranan langsung Tuhan.
Pokok Syariah dari SIO

Pandangan falasifah sejalan atau bahkan dapat dikatakan berasal dari konsep limpahan di mana Tuhan sebagai Sebab Pertama dan Makhluk sebagai akibat berkaitan secara pasti. Dari Penyebab Pertama ke akal pertama hingga akal ke sepuluh merupakan kaitan serial yang pasti (necessary). Namun, dalam teori ini akhirnya Tuhan tidak lagi berkaitan langsung dengan dunia material, termasuk dalam menentukan hubungan sebab-akibat.
Kajian tentang perdebatan al-Ghazzali dan para falasifah ini tidak dapat didekati dalam perspektif jadali. Ia lebih tepat didekati dengan teori atau framework worldview. Dengan menggunakan falasifah ini, konsep sebab-akibat al-Ghazzali ditelusuri dari konsepnya tentang Tuhan, yang merupakan realiti Mutlak, konsep alam, konsep manusia dan konsep ilmu. Kesemuanya itu diperlukan sebagai matriks perbedaan.

Dari matrik sini maka dapat diketahui bahawa dalam konsep al-Ghazzali sebab-akibat di dalam realiti fizik dilihat dalam kaitan dengan realiti metafizik. Bahkan sebab-akibat di dunia fizik sebagai bahagian daripada sebab-akibat dalam realiti metafizika. Jika demikian maka ilmu pengetahuan tentang fenomena fizik yang empiris tidak bisa dilepaskan dari pengetahuan metafizik. Ini bererti bahwa sains merupakan sebahagian daripada teologi. Inilah landasan dari teori sebab-akibat al-Ghazzali yang secara diametrikal bertentangan dengan pandangan sains Barat modenn yang terpisah dari metafizika (teologi).
Tapi dapatkah kita memperoleh pengetahuan dari hukum kausalitas yang mungkin dikaitkan dengan realiti metafizik. Menurut al-Ghazzali dapat, sebab ia memiliki prinsip integrasi bahwa setiap ilmu pengetahuan agama adalah rasional dan setiap pengetahuan rasional adalah bersifat spiritual. Dalam proses epistemologinya ia menggunakan metod demonstrasi (al-burhan) para filsuf yang ia modifikasi agar sejalan dengan prinsip-prinsip sebab-akibatnya.

Asum
11-03-2011, 09:26 PM
Lah filsafat dalam agama islamnya mana ? itu semua kan filsafat yang dimainkan orang-orang islam ?

Piye sampeyan iki, ketika anda katakan

Apakah anda benar-benar sudah mengenal filsafat??
saya pikir anda benar2 sudah mengenal filsafat shg bisa memberikan contoh konkret filsafat dalam Islam. Lah ini malah diposting pemikiran orang Islam soal filsafat :D

btw, Imam Bukhari, Imam Muslim dll sampe Ibnu Katsir nampaknya kalah ya sama tokoh2 islam yang berfilsafat. Tapi asal anda tau saja, mereka yang anda posting (selain Imam al-Ghazali), tidak mendalami ilmu2 syari'at. Bahkan fiqh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin (kehidupan Ilmu-ilmu Agama) sudah mulai ditinggalkan karena konon tertalu berfilsafat pada sesuatu yang tidak diatur dalam syari'at. :D

Jadi, bagi saya... sampai saat ini yang anda berikan dan tampilkan baru pengetahuan anda soal tokoh2 filsafat barat dan timur tetapi belum memberi contoh soal filsafat dalam Islam.

Dadap serep
14-03-2011, 10:18 PM
dimana dalilnya belum nemu tuh...
Sudah di klik belum tulisan DISINI warna merah itu ? Saya kutipkan sja lagi deh :"[20:110] Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.



Membantah ayat Al Qur'an itu tidak sama dengan *berfilsafat*, apalagi sombong. Sombong itu bukan juga berfilsafat. .

Lohhhh lha siapa to yg bilang membantah Al Qur'an itu sama dengan berfilsafah mas Agith ? Apalagi masalah sombong rasanya saya tidak biolang sombong atau tidak sombong lho !



Berfilsafat mungkin saja bisa membantah, tapi kan tidak semua yang berfilsafat itu adalah membantah
Filsafat itu ibarat alat...
Karenanya ada filsuf mengatakan:
"pemikiran-pemikiran yang agung bisa membawa kita ke kebenaran yang agung tapi juga bisa membawa kita ke kesesatan yang agung".

Lha iya memang gitu mas Agith nalarnya juga bukan begitu kan. Saya kan juga hanya berusaha memahami yg berpendapat bahea ilmu filsafah itu sesat. Dengan premis ayat yg saya kutip itu maka wajar kalau ilmu filsafat yg hanya mendasarkan diri pada nalar itu --yg dalam keimanan islam kemampuannya tidak bisa mengcover ilmuNya-- kok bisa punya kemampuan untuk menyatakan salah/membantah ajaran Tuhan.
Maka saya juga mengajukan premis berikut ini :Kedudukan nalar dalam agama adalah , nalar itu dipakai unjtuk memahami ajaran agama , dan yg tidak bisa dijangkau oleh nalar , itu area Allah , karena keterbatasan kemampuan manusianya.!.

Postingan itu bisa dilihat KLIK DISINI (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=3326&viewfull=1#post3326)
Nah apakah falsafah bisa menerima premis ini. Kalau premis ini bisa diterima maka tidak ada pertentangan dengan ajaran Islam. Maka falsafah berarti tidak hanya menggunakan nalar saja , tidak mendasrkan diri hanya pada nalar saja.



Kalau aku berfikir, tidak ada alasan bagi kita untuk mengharamkan filsafat, ibarat pisau, bukan pisau yang diharamkan tapi *menggunakan pisau untuk membunuh orang* itu yang diharamkan.

Kelihatannya analognya bukan gitu lho mas Agith , kalau mau pakai analog dg pisau , statemennya adalah "segala sesuatu itu bisa di potong dengan pisau" (sebagai analog=" benar bahwa dalam filsafah cakupannya hanya diranah nalar dan akal manusia. Benar salah , bisa diterima atau ditolaknya argumen semata berdasarkan pertimbangan nalar dan akal manusia ?")
Dan ternyata pisau tidak bisa memotong semua benda , maka stetemen itu salah. Benar salah tidak bisa didekati hanya dengan akal , ada area yg tidak bisa didekati akal yaitu Area ilmunya Tuhan.



Apakah iya, kita akan mengharamkan filsafat yang menggunakan Ayat Qur'an sebagai dasar filosofisnya???
:minum:
Lho mas Agith kan sudah ngasih contohy perihal sholat ! Nah kalau pendekatan atau pemahaman mengenai ibadah sholat itu didekati /difahami dengan pemahman filosfi gerak , filosofi kesehatan dll dll dll menurut saya ya salah ,spt jawaban saya sblm ini.

Saya kasih contoh saja yg gampang . Ada larangan dalam Islam bahwa makan daging babi itu adalah haram. Maka kemudian larangan itu didekati dengan filosofi ajaran hidup sehat , karena ternyata dalam daging babi itu mengandung telur cacing pita. Secara filosofis , dari data empiris itu bener adanya.
Tetapi pendekatan begini tidak dibenarkan. Kebenaran dalam ajaran itu bukan karena alasan filosofis spt itu , kebenaran ajaran itu , karena itu diajarkan atau diperintahkan oleh Allah. Itu namanya keimanan mas !

Moga moga mas Agith bisa memahami pendekatan yg saya sampaikan kenapa kira kira ada pendapt tentang filsafah itu dianggap sesat dalam Islam.

pasingsingan
15-03-2011, 10:53 AM
btw
benarkah mempelajari filsafat menurut islam dilarang/diharamkan?

plis dalil qur'aninya jika ada #-o

danalingga
15-03-2011, 07:02 PM
Kalo menurut saya, mungkin contoh tertua filsafat adalah kisah nabi Ibrahim mencari Tuhan. Tapi ya itu tadi, kalo menganggap itu bukan filsafat, ya nggak bisa dipaksa juga.

Asum
15-03-2011, 07:10 PM
Contoh penerapan filsafat dalam Islam, menurut saya sudah dikemukakan mas Agith di post #32 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=3510&viewfull=1#post3510) dan oleh sdr Dadap

Saya kasih contoh saja yg gampang . Ada larangan dalam Islam bahwa makan daging babi itu adalah haram. Maka kemudian larangan itu didekati dengan filosofi ajaran hidup sehat , karena ternyata dalam daging babi itu mengandung telur cacing pita. Secara filosofis , dari data empiris itu bener adanya.
Tetapi pendekatan begini tidak dibenarkan. Kebenaran dalam ajaran itu bukan karena alasan filosofis spt itu , kebenaran ajaran itu , karena itu diajarkan atau diperintahkan oleh Allah. Itu namanya keimanan mas !

Moga moga mas Agith bisa memahami pendekatan yg saya sampaikan kenapa kira kira ada pendapt tentang filsafah itu dianggap sesat dalam Islam.
Saya tidak tahu, apakah Pelanggan lain setuju dengan contoh filsafat dalam Islam sebagaimana yang dicontohkan di atas ?

Maka, adakah filsafat dalam Islam ? :-/

Agitho_Ryuki
15-03-2011, 10:42 PM
Maka, adakah filsafat dalam Islam ? :-/
Kenapa ada mata kuliah Filsafat Islam di UIN Sunan Kalijogo??
Kenapa malah ada program studi Filsafat Islam pula di UIN Sunan kalijogo..
:p

Agitho_Ryuki
15-03-2011, 10:43 PM
Kalo menurut saya, mungkin contoh tertua filsafat adalah kisah nabi Ibrahim mencari Tuhan. Tapi ya itu tadi, kalo menganggap itu bukan filsafat, ya nggak bisa dipaksa juga.
Aku bilang *termasuk* filsafat.. Karena Nabi Ibrahim melakukan perenungan, berpikir dan berefleksi.

Asum
16-03-2011, 07:41 AM
Kenapa ada mata kuliah Filsafat Islam di UIN Sunan Kalijogo??
Kenapa malah ada program studi Filsafat Islam pula di UIN Sunan kalijogo..
:p
Orang Islam yang berfilsafat tidak saya pungkiri, tapi adakah filsafat dalam Islam ?

Itu yang harus dibuktikan oleh Pelanggan. Apologi antum dan mas Agith, masih belum menjawab pertanyaan tsb selain contoh2 bahwa ada manusia2 yang beragama Islam yang berfilsafat. Jelas beda, "Filsafat Islam" dengan "Filsafat orang2 Islam". Tidak bisa dikatakan bahwa jika ada orang Islam yang berfilsafat = Filsafat Islam. Apakah akan kita katakan sama jika ada orang Islam yang bermeditasi = meditasi Islam :D

Asum
16-03-2011, 07:43 AM
Aku bilang *termasuk* filsafat.. Karena Nabi Ibrahim melakukan perenungan, berpikir dan berefleksi.
Bagaimana jika dikatakan "hikmah" saja ? boleh ? :D

keremus
16-03-2011, 08:07 AM
Filsafat itu kan sejatinya cara berpikir.
Islam ada dalam filsafat ? Ada. Pada masa kini, Filsafat Islam
lebih berkembang-biak dalam tradisi Islam Syiah.


Dalam Islam Sunni, dulunya, filsafat ditentang dengan Al Ghazali
yang dianggap sebagai tokoh utama penentang dan disalahkan
atas stagnasi pemikiran Islam selama berabad-abad.


Namun, bagi sebagian kelompok, sebenarnya Al Ghazali tidak
benar-benar menentang filsafat tapi hanya tidak menyetujui
aspek dan pemikiran filsafat tertentu



Apa yang membedakan Filsafat Islam dengan Filsafat yang lain, misalnya
filsafat barat ?

Atau redaksi lainnya : Apa itu Filsafat Islam ?


Saya memberikan satu definisi :


Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim.
Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-
filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian
menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih
'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang
dan tidak dbahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena
sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada
finalnya


Para Filsuf Muslim :

AL KINDI
AL FARABI
IBNU SINA
IBNU RUSYD
IBNU BAJJAH
MULLAH SADRA
SUHRAWARDI

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 09:02 AM
Orang Islam yang berfilsafat tidak saya pungkiri, tapi adakah filsafat dalam Islam ?

Lah itu renungan nabi Ibrahim... :D
Ketika itu ada yang menyembah matahari... Nabi Ibrahim menolak... dst...


Itu yang harus dibuktikan oleh Pelanggan. Apologi antum dan mas Agith, masih belum menjawab pertanyaan tsb selain contoh2 bahwa ada manusia2 yang beragama Islam yang berfilsafat. Jelas beda, "Filsafat Islam" dengan "Filsafat orang2 Islam". Tidak bisa dikatakan bahwa jika ada orang Islam yang berfilsafat = Filsafat Islam. Apakah akan kita katakan sama jika ada orang Islam yang bermeditasi = meditasi Islam :D
Ibnu Sina berfilsafat atas dasar pemahamannya akan Agama Islam yang diyakininya. Yang namanya Filsafat itu ya pemikiran. Pemikiran siapa? Ya Pemikiran-pemikiran orang.. Orang yang mana? Ya orang-orang yang berpikir.. Filsafat Kuno = Filsafat Yunani. Kenapa? Ya karena mereka yang tercatat semua pemikiran orang Yunani. Filsafat Islam: Pemikiran-pemikiran cendikiawan-cendekiawan dan imam-imam Islam yang mana pemikiran mereka itu berdasarkan dasar-dasar Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dll dan tentu saja banyak dari mereka yang menentang filsafat Barat, Tapi ya memang begitu Filsafat saling bantah-membantah dengan argumen masing-masing. Filsafat Apologet: Itu ya pemikir-pemikir yang mendasarkan pemikirannya pada Al-Kitab atau Injil, contohnya Leibniz, Galileo (walaupun waktu itu dianggap (Bida'ah) oleh gereja, J.J. Rosseau dll

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 09:17 AM
Bagaimana jika dikatakan "hikmah" saja ? boleh ? :D
Itu seh monggo-monggo saja, di Filsafat tidak ada larangan mau berpendapat saja. Tapi aku menganggapkan kanjeng Nabi Ibrohim telah berfilsafat karena kanjeng Nabi telah melalui proses berpikir, merenung, dan menyimpulkan serta berefleksi..

Asum
16-03-2011, 12:46 PM
ah mulai terang nampaknya. jd kemampuan manusia untuk berfikir secara rasional dgn menggunakan akalnya sdh ada sejak jmn manusia itu sendiri diciptakan. Al-Quran sendiri byk mmrintahkn manusia utk berfikir sperti QS39:18 dikrnkan manusi diberi akal.

Maka, jika anda ingin mengklaim "kemampuan akal manusia" utk berfikir sbg "Filsafat", bagi sy gak pas krn ini sama dgn anda maksa nyebut "telur" dgn istilah "egg", afa laa ta'qiluun :D

Asum
16-03-2011, 01:09 PM
@keremus,
ya kalo gitu ada juga filsafat kristen, budha, hindu << dilihat dr sisi agama
nanti ada filsafat amerika, filsafat belanda, jepang, cina << dilihat dr sisi kewarganegaraan

:D

pasingsingan
16-03-2011, 01:16 PM
Namun, bagi sebagian kelompok, sebenarnya Al Ghazali tidak
benar-benar menentang filsafat tapi hanya tidak menyetujui
aspek dan pemikiran filsafat tertentu
betul
Al-Ghazali hanya menentang model pemikiran bhw teori kausalitas
yng tidak berujung dlm konteks keqadiman (keabadian alam) itu juga nonsense
dng begitu bertolak belakang dng teori yng diyakininya (ketidak abadian alam)

Ibnu Rusyid mengcounter pendapat Al-Ghazali pada bagian yng mengkafirkan
filsuf yng berseberangan dng pendapatnya. Menurut Rusyid, obyek pengetahuan
wajib ada (wajibul wujud), krn itu menjadi pijakan tegaknya prinsip pengetahuan itu sendiri.

pasingsingan
16-03-2011, 01:30 PM
Orang Islam yang berfilsafat tidak saya pungkiri, tapi adakah filsafat dalam Islam ?

Itu yang harus dibuktikan oleh Pelanggan. Apologi antum dan mas Agith, masih belum menjawab pertanyaan tsb selain contoh2 bahwa ada manusia2 yang beragama Islam yang berfilsafat. Jelas beda, "Filsafat Islam" dengan "Filsafat orang2 Islam". Tidak bisa dikatakan bahwa jika ada orang Islam yang berfilsafat = Filsafat Islam. Apakah akan kita katakan sama jika ada orang Islam yang bermeditasi = meditasi Islam :D
filsafat = seni/cara berfikir yng benar
apakah dlm ajaran islam tdk ada mengajarkan seni/cara berfikir yng benar?

klo ada kelompok/individu yng menyatakan bhw mempelajari filsafat
adalah dilarang atau diharamkan dlm islam, plis dalil qur'annya dong :D

Asum
16-03-2011, 01:56 PM
Bolak-balik deh, coba baca lg yg sdh saya sampaikan gak jelasnya dimana. Al-Qur'an gak pernah mengharamkan manusia untuk berfikiran positif, banyak dalil dlm Al-Quran yg nyuruh manusia utk berfikir atau merenung dengan akalnya selama tdk bertentangan dgn syari'at.

Masalahnya, apakah anda akan ngotot menyebut telor sebagai egg dan mengganti semua telur di dunia dgn sebutan egg dan mengklaim bahwa semua telur adalah egg ?
:))
Bisa dipahami maksud tulisan saya di atas ?

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 02:02 PM
Bolak-balik deh, coba baca lg yg sdh saya sampaikan gak jelasnya dimana. Al-Qur'an gak pernah mengharamkan manusia untuk berfikiran positif, banyak dalil dlm Al-Quran yg nyuruh manusia utk berfikir atau merenung dengan akalnya selama tdk bertentangan dgn syari'at.<----- Ini adalah juga berfilsafat

Berarti Filsafat tidak diharamkan bukan??? hanya filsafat yang menyimpang disebut bida'ah atau bahkan sesat!! Tapi bukan filsafatnya yang diharamkan...

keremus
16-03-2011, 02:04 PM
@keremus,
ya kalo gitu ada juga filsafat kristen, budha, hindu << dilihat dr sisi agama
nanti ada filsafat amerika, filsafat belanda, jepang, cina << dilihat dr sisi kewarganegaraan

:D

Ya memang iya.

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.

Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya.


Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama.


Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 02:08 PM
Bolak-balik deh, coba baca lg yg sdh saya sampaikan gak jelasnya dimana. Al-Qur'an gak pernah mengharamkan manusia untuk berfikiran positif, banyak dalil dlm Al-Quran yg nyuruh manusia utk berfikir atau merenung dengan akalnya selama tdk bertentangan dgn syari'at.

Masalahnya, apakah anda akan ngotot menyebut telor sebagai egg dan mengganti semua telur di dunia dgn sebutan egg dan mengklaim bahwa semua telur adalah egg ?
:))
Bisa dipahami maksud tulisan saya di atas ?
Semua telur dalam bahasa inggris ya egg. Semua telur kalo dalam bahasa jawa ya endog. Entah telur, egg atu endog yang dibicarakan itu makhluknya sama..
:))

Asum
16-03-2011, 02:56 PM
Semua telur dalam bahasa inggris ya egg. Semua telur kalo dalam bahasa jawa ya endog. Entah telur, egg atu endog yang dibicarakan itu makhluknya sama..
:))
nah itu die, ngapain musti ngotot menggunakan istilah filsafat jika ia sinonim dengan love of wisdom atau natural wisdom? ngapain mencatat thales sbg org yg pertama berfilsafat sdg ada nabi ibrahim yg juga melakukan olah pikir dari akal yg dianugrahkan allah swt kpd manusia ? :))

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 04:03 PM
jika memang ternyata hal yang sama kenapa yang satu sesat yang satunya dianjurkan??? =))

Asum
16-03-2011, 05:17 PM
Nampaknya anda tidak membaca dengan cermat tulisan saya di post #62 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=6612&viewfull=1#post6612)

Repot kalo gini, ujung2 jadi jadi debat kusir yang gak jelas. Satu ke mana, yg satu kemana :D

Agitho_Ryuki
16-03-2011, 10:27 PM
oke deh, jawab yang tegas jadi filsafat (dalam hal etimologi adalah olah pikir) itu sesat apa tidak?

keremus
16-03-2011, 11:41 PM
nah itu die, ngapain musti ngotot menggunakan istilah filsafat jika ia sinonim dengan love of wisdom atau natural wisdom? ngapain mencatat thales sbg org yg pertama berfilsafat sdg ada nabi ibrahim yg juga melakukan olah pikir dari akal yg dianugrahkan allah swt kpd manusia ? :))

Siapa sih yang ngotot ? Memangnya Anda ini dipaksa menggunakan istilah itu?


Kalau Thales dicatat sebagai orang pertama dan bukan Ibrahim, emang
pencatatnya itu menyisir hingga ke Ibrahim AS ?

Makanya itu perlunya klasifikasi filsafat sehingga Anda tidak mencampur-aduk
Ibrahim dengan Thales dalam konteks ini.

Thales itu kan ada dalam tradisi Helenistik. Dalam kebudayaan Helenistik.
La bagaimana bisa -misalnya- anda menyeruak kerumunan tradisi Helenistik
dengan membawa-bawa Ibrahim AS ? Andai Anda ini hidup dalam tradisi
dan zaman mereka, Anda bisa saja memprotes kepada Aristoteles yang
mengenalkan Thales sebagai filsuf pertama.

Lagian, filsafat yang kita kenal kini kan memiliki metodologi dan sekian
rentetan. Sementara Nabi Ibrahim AS, betul sejatinya melakukan pere-
nungan, itu dalam makna praktik filsafat secara sederhana.

keremus
16-03-2011, 11:42 PM
oke deh, jawab yang tegas jadi filsafat (dalam hal etimologi adalah olah pikir) itu sesat apa tidak?

Asum ini yang muter2 kok bilang orang lain muter.
Betul, jawab itu, Asum. Tegas saja.

Asum
18-03-2011, 12:33 AM
oke deh, jawab yang tegas jadi filsafat (dalam hal etimologi adalah olah pikir) itu sesat apa tidak?
Apakah anda tidak membaca posting #10 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=1745&viewfull=1#post1745) dan #18 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=2540&viewfull=1#post2540) dan #21 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=2967&viewfull=1#post2967)?

Tidak sesat, karena al-Qur'an memang tidak melarang orang untuk berfikir dan merenung. Justru diperintahkan, coba anda renungkan sebuah ayat yang sering dikutip dalam surat undangan pernikahan sbb :


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir/berakal. (QS 30:21)

Bagaimana bisa saya katakan berfikir = haram sedangkan Allah SWT justru nyuruh saya, mas Agith, mas keremus buat mikir ? :P



Nah sekarang, sesuai judul topik : Dalam Islam, filsafat adalah ilmu sesat???

Terkait soal ilmu, maka apa yang dipelajari dalam ilmu filsafat shg dikatakan sebagai ilmu sesat ?

Nampaknya, bukan sekedar istilah filsafatnya yang sesat namun terkait pada pokok-pokok pengajaran ilmu filsafat yang dikaitkan dengan Islam.

Seperti apa praktek filsafat dalam Islam ?


Nah ini yang harus dijelaskan oleh mas Agith yang ngotot dengan konsep ilmu filsafat dalam Islam.

Makanya saya tegaskan di post #38 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=5253&viewfull=1#post5253)

Dan sampai sekarang, mas Agith belum menunjukkan filsafat dalam Islam INGAT Filsafat dalam Islam BUKAN Filsafat orang2 Islam.

Kenapa jadi repot hanya soal bahas istilah dan bukan pada bagaimana implemetasi filsafat dalam Islam ?

Bisa gak ngasih 1 saja contoh filsafat dalam Islam ?

Agitho_Ryuki
18-03-2011, 11:30 AM
Terkait soal ilmu, maka apa yang dipelajari dalam ilmu filsafat shg dikatakan sebagai ilmu sesat ?
Nampaknya, bukan sekedar istilah filsafatnya yang sesat namun terkait pada pokok-pokok pengajaran ilmu filsafat yang dikaitkan dengan Islam.

anda sudah tahu apa itu ilmu filsafat dan apa itu filsafat?


Seperti apa praktek filsafat dalam Islam ?

renungan nabi Ibrahim itu contoh jelas praktek filsafat seorang Nabi dalam Al-Qur'an.. :D



Nah ini yang harus dijelaskan oleh mas Agith yang ngotot dengan konsep ilmu filsafat dalam Islam.

Makanya saya tegaskan di post #38 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=5253&viewfull=1#post5253)

Dan sampai sekarang, mas Agith belum menunjukkan filsafat dalam Islam INGAT Filsafat dalam Islam BUKAN Filsafat orang2 Islam.

sudah saya tunjukkan tapi anda sepertinya yang ngotot tidak menerima contoh yang telah diberikan.. :D
Praktek filsafat dalam Islam (Qur'an) ----> renungan nabi Ibrahim.
Filsafat Islam ---> kumpulan pikiran-pikiran para pemikir, cendekiawan, imam Islam.




Oke lupakan semua 7 halaman dibelakang, biar lebih jelas lagi. Mulai pembahasan dari nol.
Jadi jawab yang tegas, Menurut saudara Asum "Filsafat"(dalam hal ini, secara etimologis adalah olah pikir, karena itulah sejatinya berfilsafat) itu dalam Islam sesat atau tidak?? Jangan bolak-balik mundar-mundur gitu....
:minum::minum:

Asum
18-03-2011, 07:38 PM
renungan nabi Ibrahim itu contoh jelas praktek filsafat seorang Nabi dalam Al-Qur'an.. :D

Lah, kalo soal ini, tanpa perlu saya belajar dan baca2 soal ilmu filsafat saya dah tau kalo nabi Ibrahim itu lagi mikir dengan akalnya.

Ngapain saya belajar sejarah filsafat dan tokoh2 filsafat serta contoh karya2 nay kalo pada dasarnya SEJAK LAHIR, manusia sudah dibekali kemampuan berfikir oleh Allah SWT ?


Ngabisin waktu aja diskusi soal filsafat, taunya yang dibahas cuman soal telur yang selalu diklaim sebagai egg :))

pasingsingan
18-03-2011, 09:43 PM
gw jg gak mudeng dng yng dimaksud bro asum
ada apa dng istilah telur vs egg?

apakah penamaan/istilah telur (indonesia)
menjadi egg (english) merupakan persoalan filsafat yng begitu rumitnya? :-?

sahabat
18-03-2011, 10:40 PM
Filsafat yang notabene menyatakan diri sebagai pencinta kebijakan atau pencinta kebenaran, itu sebenernya konsekwensi logis dari peranan manusia yang mampu berbudaya/berbudi dan mempunyai modal akal. Semua kemajuan ilmu teknologi, science ataupun ekonomi, sebenernya semua dari filsafat, tapi...kalau bicara dalam agama memang filsafat harus hati-hati.

Filsafat kalau boleh saya definisikan adalah mencari kebenaran dari sebuah object, baik object tersebut nyata terlihat, atau nyata tidak terlihat, bahkan kebenaran object menurut pikiran. lalu dibangun argument-argumet untuk mendukung kebenaran tersebut.

kalaulah objectnya nyata terlihat misalnya saja kita lihat pisau, maka copy dari realita itu merupakan kebenaran, misalnya saja kita menyatakan pisau itu tajam, apa yang ad dalam pikiran sesuai dengan apa yang terlihat. Atau objectnya tidak nyata, merupakan sesuatu yang tidak sulit. Misalnya objectnya nyata tidak terlihat, misalnya saja energi panas dlsb, masih bisa kita membenarkan dalam pikiran, yang agak rumit dan selalu timbul kontra filsafat itu adalah membenarkan object yang ada dalam pikiran.

Dalam hal fisika, tidak terlalu sulit, pembuktian kebenaran bisa dengan mencari bukti, bahkan dengan experiment yang berulang, masalah agama itu adalah kebanyakan masalah metafisika, diantaranya yang manusia mengenalnya TUHAN.

Kemampuan manusia tentang agama ini adalah hanya sampai Tuhan ada atau Tuhan tidak ada, seperti Aristoteles membuktikan sebuah filsafat yang akhirnya menyimpulkan bahwa Tuhan itu ada.

Yang meyakini Tuhan itu ada juga menimbulkan polemik baru dalam pencariannya, ada deisme, monotheisme, polytheisme, animisme, dinamisme, dll.

jangan lupa monotheisme juga banyak gamanya, deisme juga begitu, dan seterusnya.

Hukum buat agamawan itu akhirnya ada hirarkinya: Kalau agama adalah given dan mutlak kebenarannya, maka filsafat akan dinyatakan benar bila sudah menjadi hukum, jika filsafat belum mencapai kebenaran, maka timbul yang namanya kontra filsafat.

Saya ambil contoh hukum Heliocentris. Dulu ada perdebatan manusia antara copernicus versus galileo atas kebenaran object apakah bumi mengitari matahari atau matahari mengelilingi bumi?

Setelah penelitian dan eksperiment-eksperiment akhirnya yang benar menyatakan Bumi mengelilingi mathari atau heliocentris, maka heliocentris meruakan hukum, bukan filsafat lagi, dan geocentris menjadi gugur dengan sendirinya. Itulah kebenaran yang dicapai oleh filsafat.

Sebaliknya agama adalah given, kebenaran itu diberikan, sifatnya mutlak dn kebanyakan memang hal-hal yang bersifat metafisis, dimana manusia memang tidak bisa menjangkau, selain hanya mampu mengikutinya.

Katakanlah tentang terjadinya alam semesta ini, tentang makhluk-makhluk yang ada diluar manusia, dlsb. Jika di jangkau oleh filsafat hanya ada dua kemungkinan, membenarkan atau memang belum sampai kesana atau tidak akan pernah bisa menjangkau kesana.

haramnya filsafat sebenernya dalam wilayah tertentu saja, katakanlah seperti Tuhan setelah menciptakan alam ini, mendiamkan. bagaimana mengontrol kebenarannya? karena hal tersebut hanya akan diketahui bila Tuhan memberitahu tentang itu.

keremus
18-03-2011, 11:55 PM
Kesimpulan saya membaca jawaban2 Asum : Ia tidak mengharamkan filsafat, ok?

Bener gak ? (harus jawab biar posisi Anda nampak tegas, tidak usah pakai
anekdot oke)

Saya tertarik salah satu jawaban Anda di topik ini :



Rasa-rasanya kita sebagai manusia yang disebut "hamba tuhan", tidak boleh mempertanyakan perintah dari tuhan, yang ada justru bahwa perintah tuhan tsb wajib dita'ati tanpa perlu mempertanyakan perintah tsb.


Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan ini.
Apa salahnya seorang hamba bertanya?
Kalau seseorang beriman tanpa bertanya itu bukan taat namanya
tapi membeo

Seorang hamba harus tahu dan mengerti makna dan tujuan semua
perintah Tuhan. Pernyataan diatas ini seolah agama atau iman tak
memerlukan nalar (dengan catatan bahwa tidak semua bisa dijangkau
nalar dan dianggap hanya dimengerti secara imaniah)





Dalam Islam, perintah dan larangan itu bertujuan untuk kebaikan manusia. Tidak ada perintah dan larangan tuhan yang bertujuan untuk mencelakakan hambanya.


Ya iya, kalau itu larangan atau ajaran yang jelas dengan gamblang.
La, dalam Islam itu ada ilmu tafsir yang berarti ada ayat-ayat yang
perlu penafsiran


Dan kegiatan menafsirkan (dan semua kegiatan keilmuan Islam) bukankah
bersumber dari kegiatan bertanya dan mempertanyakan ?

sahabat
19-03-2011, 04:03 PM
Dan kegiatan menafsirkan (dan semua kegiatan keilmuan Islam) bukankah
bersumber dari kegiatan bertanya dan mempertanyakan ?

sebetulnya diturunkan Rasul itu juga ada yang bersifat akademis, seperti dibawah ini:

[2:151] Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

tentunya pasti ada tanya jawab disana, namanya juga mengajarkan, kan belum tentu umat langsung mengerti

Agitho_Ryuki
20-03-2011, 07:23 PM
Jadi jawab yang tegas, Menurut saudara Asum "Filsafat"(dalam hal ini, secara etimologis adalah olah pikir, karena itulah sejatinya berfilsafat) itu dalam Islam sesat atau tidak?? Jangan bolak-balik mundar-mundur gitu....
:minum::minum:
Ini belum dijawab neh.... Jadi "sesat" apa "tidak"???

Asum
20-03-2011, 09:10 PM
wah repot deh kalo anda tidak bisa memahami apa yang saya post di sini #72 (http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?184-islam-Dalam-Islam-filsafat-adalah-ilmu-sesat&p=7018&viewfull=1#post7018) [-(

Saya ambil contoh gampang aja : dalam Islam dikatakan bahwa hukum makan babi haram <<< bisa tidak anda menerapkan filsafat di dalam kasus ini. Mongggooooo .... 8->

Agitho_Ryuki
21-03-2011, 12:04 PM
Jadi...


adi jawab yang tegas, Menurut saudara Asum "Filsafat"(dalam hal ini, secara etimologis adalah olah pikir, karena itulah sejatinya berfilsafat) itu dalam Islam sesat atau tidak??

jawabannya "sesat" atau "tidak"???

Asum
21-03-2011, 01:58 PM
Jawab dulu pertanyaan sy, jgn sampai kita menghukumi sesuatu yg gak jelas maksud, tujuan, & penggunaannya. :p

Agitho_Ryuki
22-03-2011, 08:46 AM
Jawab dulu pertanyaan sy, jgn sampai kita menghukumi sesuatu yg gak jelas maksud, tujuan, & penggunaannya. :p

di jawab yang tegas, Menurut saudara Asum "Filsafat"(dalam hal ini, secara etimologis adalah olah pikir, karena itulah sejatinya berfilsafat) itu dalam Islam sesat atau tidak??
Kalau filsafat digunakan untuk merndalami dan memperkuat keimanan, apakah filsafat sesat?
Kalau filsafat digunakan untuk membantah ajaran dan mematahkan keimanan, apakah filsafat sesat?

sama seperti

Kalau pisau digunakan untuk memasak makanan yang enak, apakah pisau haram?
Kalau pisau digunakan untuk merampok dan membunuh, apakah pisau haram?
:D

Asum
22-03-2011, 06:52 PM
Monggo dijawab dulu pertanyaan saya :


Saya ambil contoh gampang aja : dalam Islam dikatakan bahwa hukum makan babi haram <<< bisa tidak anda menerapkan filsafat di dalam kasus ini. Mongggooooo .... 8->
Baru nanti dinilai apakah filsafat yang anda maksud tsb sesat secara syari'at atau tidak.



aneh ya, katanya paham filsafat, tapi diminta berfilsafat pada kasus di atas suusaaahhhh nya mendapat jawabaan =))

kala
11-05-2011, 11:45 PM
masa shee
kenapa bukan pencarian, ilmu dan kebenaran
renungan nabi Ibrahim itu contoh jelas praktek filsafat seorang Nabi dalam Al-Qur'an..

setelah keliling ...
ternyata .. yang sesat itu ngeyelnya, walau sudah jelas dan terang tetap saja berusaha mengaburkan dengan pertanyaan yang tidak berujung ... ...
seperti masuk rimba ... muterr saja didalam, walo tidak digigit nyamuk akhirnya mati juga karena nda bisa ngopi ....

....

hajime_saitoh
25-05-2011, 10:23 AM
Hafizhuddin bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan al-Kardiry (w.872H) menceritakan sebuah hikayat yang bagus untuk menjelaskan nilai buku-buku ini (filsafat) disisi para shahabat Nabi.
Beliau berkata : “Diceritakan, ketika Amr bin Al-Ash menguasai kota Iskandariyah, disana ada seorang ahli filsafat bernama Yahya, yang digelari Thumathikus -yaitu ahli ilmu nahwu- , dan penduduk Iskandariyah melaknat dirinya. Ia menganut sekte Al-Yaqubiyah dalam masalah trinitas, kemudian ia meninggalkan trinitas. Maka penduduk Mesir yang beragama Nasrani mendebatnya dan menjatuhkan martabatnya di tengah-tengah masyarakat. Takkala Iskandariyah dikuasai Amr, maka ia selalu menyertai Amr dan suatu hari ia berkata kepada Amr: “Engkau telah mengetahui rahasia penduduk negeri ini, dan engkau menyegel seluruh gudang yang ada, dan engkau tidak mau mengambil menfaat darinya, padahal dalam hal ini tidak seorangpun yang menentangmu. Dan apa-apa yang tidak engkau manfaatkan maka lebih baik diserahkan kepada kami saja!.”
Maka Amr berkata :”Apa yang kau butuhkan?”
Yahya berkata :”Buku-buku filsafat yang ada di gudang.”
“Itu tidak mungkin kecuali dengan ijin dari Amirul mukminin,” jawab Amr.
Kemudian Umar menulis (jawaban) kepada Amr: “Adapun buku-buku yang telah kau ceritakan ,jika sesuai dengan Kitabullah, maka Kitabullah sudah mencukupinya, jika tidak sesuai dengan Kitabullah maka tidak diperlukan.(Oleh karena itu) “Lenyapkanlah” buku-buku itu.”

Maka Amr membagikan buku-buku tersebut pada perapian-perapian di Iskandariyah dan memerintahkan untuk membakar buku-buku tersebut, sehingga selesailah pemusnahan buku-buku filsafat dalam jangka 6 bulan.

Agitho_Ryuki
25-05-2011, 02:20 PM
lalu apa itu filsafat sehingga dia dikatakan *sesat*? Lantas apakah Ibnu Sina termasuk orang yang tersesat?

sedgedjenar
30-12-2011, 09:35 AM
awal adanya agama kan dari filsafat
setelah manusia sampai di puncak filsafat, baru lahir agama

jadi kalo jaman sekarang udah banyak agama, lalu orang masih berfilsafat itu artinya downgrade
makanya dianggap sesat

karena apa ?
kalo orang banyak yang berfilsafat dikhawatirkan muncul agama baru
efeknya apa ? agama yang sudah ada bisa kehilangan umat
dan pasti akan banyak tukang jual kecap yang jualan dengan promo surga masing2 agamanya

::ngakak2:: ::ngakak2:: ::ngakak2::

Asum
30-12-2011, 10:27 AM
lalu apa itu filsafat sehingga dia dikatakan *sesat*? Lantas apakah Ibnu Sina termasuk orang yang tersesat?
Filsafat (yang katanya disebut "seni berfikir") bisa halal bisa haram, tergantung bagaiamana kita menggunakan pikiran kita tsb, JIKA bertentangan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at, MAKA ia haram, DAN JIKA sejalan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at MAKA dia halal.

Ini sama dengan anda bertanya : Apakah makan itu haram ?

Secara umum, makan makanan itu halal, tetapi jika ia memakan yang haram (yang dilarang oleh Syari'at), maka ia haram.

Kaidah fiqh, pada prinsipnya termasuk bagian dari filsafat yang sejalan dengan syar'at karena bertumpu pada dalil2 syar'at.


CMIIW

annaas
13-06-2012, 02:52 PM
Filsafat (yang katanya disebut "seni berfikir") bisa halal bisa haram, tergantung bagaiamana kita menggunakan pikiran kita tsb, JIKA bertentangan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at, MAKA ia haram, DAN JIKA sejalan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at MAKA dia halal.

Ini sama dengan anda bertanya : Apakah makan itu haram ?

Secara umum, makan makanan itu halal, tetapi jika ia memakan yang haram (yang dilarang oleh Syari'at), maka ia haram.

Kaidah fiqh, pada prinsipnya termasuk bagian dari filsafat yang sejalan dengan syar'at karena bertumpu pada dalil2 syar'at.


CMIIW

INTINYA YG JDI PNEKANAN MAS ASUM ADALAH BHWA BERPIKIR ITU ADA 2, ADA YG BNAR ADA YG SALAH/SESAT. NAH FILSAFAT ADLH TRMASUK CARA BRPKIR YG SALAH.KNAPA? Krena ia brtentangan islam, ptnjuk islam, syariat islam alquran hadits DAN BRTENTANGAN JG DG CARA BRPKIR YG D MAKSUD ALLAH DLM FIRMANNYA

INTINYA ALLAH MEMERNTAHKN U BRPKR TETAPI BRPKIR SEPRTI APA? NAH PERTANYAN DAN JAWABANNY INI PERLU DI PERINCI DN D PERJELAS YAITU KALO BRPKIR ITU SESUAI DG SYARIAT ISLAM MKA BRPKR SPT ITULAH YG D PERNTAHKAN DN Jka brtetntangan dg syariat islam nah spt itu yg dilarang, dan dlm kategori d larang ini ya trmasuk FILSAFAT, KNPA FILSLAFAT DI LARANG DAN SESAT YA KMBALI LG KRNA BRTNTANG DG ISLAM ALQURAN HADITS. Bkan bgtu Mas Asum?

pasingsingan
15-06-2012, 08:11 AM
INTINYA YG JDI PNEKANAN MAS ASUM ADALAH BHWA BERPIKIR ITU ADA 2, ADA YG BNAR ADA YG SALAH/SESAT. NAH FILSAFAT ADLH TRMASUK CARA BRPKIR YG SALAH.KNAPA? Krena ia brtentangan islam, ptnjuk islam, syariat islam alquran hadits DAN BRTENTANGAN JG DG CARA BRPKIR YG D MAKSUD ALLAH DLM FIRMANNYA
Persualannya kemudian adlh:
Syariat islam versi kalangan yngmn?
Ahlusunah, Syi'ah, Ahmadiyah, Wahabiyah atau yngmn?
Sementara klo sudah ada yng ngotot, pokoknya ahlusunah yng paling benar
yang laen salah atau sesat. Lalu bgmn kalangan diluar islam memandang islam?


INTINYA ALLAH MEMERNTAHKN U BRPKR TETAPI BRPKIR SEPRTI APA? NAH PERTANYAN DAN JAWABANNY INI PERLU DI PERINCI DN D PERJELAS YAITU KALO BRPKIR ITU SESUAI DG SYARIAT ISLAM MKA BRPKR SPT ITULAH YG D PERNTAHKAN DN Jka brtetntangan dg syariat islam nah spt itu yg dilarang, dan dlm kategori d larang ini ya trmasuk FILSAFAT, KNPA FILSLAFAT DI LARANG DAN SESAT YA KMBALI LG KRNA BRTNTANG DG ISLAM ALQURAN HADITS. Bkan bgtu Mas Asum?
Ya berpikirlah layaknya manusia yng konon dianugerahi kelebihan n akal dibanding mahluk lain :D

ndableg
15-06-2012, 04:14 PM
Dibagian mana dari ilmu filsafat yg bertentangan dgn islam? Ilmu filsafat itu induk dari semua ilmu. Tanpa ilmu filsafat, jalan kaki kita ke blok m.

sedgedjenar
16-06-2012, 10:22 AM
Ya kalo beragamanya warisan, wajar aja gak kenal filsafat sebagai awal mulanya agama

Darrul_Iman
21-06-2012, 08:19 PM
Salam

wahai saudara saudaraku sekalian

tidak ada satu pun dalam ayat Al Qur'an yang mengatakan bahwa Filsafat itu HARAM

datanglah padaku ... mari duduk dan berbicara

hajime_saitoh
26-06-2012, 11:03 AM
Kebingungan dan Penyesalan Para tokoh Ahli Kalam
11 Oktober 2009
admin ilmu kalam mantiq filsafat al ghozali, al juwaini, fakhrurrozi, filsafat, IAIN, ilmu kalam, UIN Tinggalkan Komentar

Aqidah ahlussunnah dibangun di atas dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dan prinsip yang dipegang oleh para shohabat yang mulia, semoga Allah meridhai mereka semua. Aqidah yang bersih dan sangat jelas, tidak susah dipahami dan rumit.

Beda dengan lainnya yang bersandar kepada logika akal dan menakwil dalil-dalil naql (wahyu). Dimana mereka membangun aqidah keyakinan mereka di atas ilmu kalam. Itupun akhirnya para ahli kalam menjelaskan bahaya yang ada dalam ilmu kalam. Mereka menyesal karena habis waktu mereka dengan ilmu kalam, namun tidak sampai kepada kebenaran. Ujung kesudahan mereka adalah kebingungan dan penyesalan. Di antara mereka ada yang diberi taufik untuk meninggalkan ilmu kalam dan mengikuti jalan salaf. Mereka juga mencela ilmu kalam.

Abu Hamid Al-Ghozali rahimahullah termasuk dari orang-orang yang mapan menguasai ilmu kalam. Namun bersamaan dengan itu dia mencela ilmu kalam, bahkan sangat keras celaannya. Dia menjelaskan bahaya ilmu kalam, dia mengatakan dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin hal 91-92:

“أمَّا مضرَّته، فإثارةُ الشبهات وتحريك العقائد، وإزالتها عن الجزم والتصميم، فذلك مِمَّا يحصل في الابتداء، ورجوعُها بالدليل مشكوك فيه، ويختلف فيه الأشخاص، فهذا ضررُه في الاعتقاد الحقِّ، وله ضررٌ آخر في تأكيد اعتقاد المبتدعة للبدعة، وتثبيته في صدورهم، بحيث تنبعث دواعيهم، ويشتدُّ حرصُهم على الإصرار عليه، ولكن هذا الضرر بواسطة التعصُّب الذي يثور من الجدل”.
“Adapun bahaya ilmu kalam manthiq, yaitu akan memberikan kerancuan dan menggoyangkan aqidah, dan menghilangkan penetapan aqidah. Itulah diantara bahaya pada permulaannya. Dan kembalinya dengan dalil diragukan. Dalam hal ini orang berbeda-beda. Ini bahayanya dalam keyakinan yang benar. Dan ilmu kalam mantiq punya bahaya yang lain dalam mengokohkan keyakinan ahli bid’ah pada bid’ah dan mengokohkan keyakinan itu dalam dada-dada mereka, dimana faktor-faktor pendorongnya akan bangkit dan bertambah kuat semangat mereka di atas ilmu kalam. Namun bahaya ini dengan perantaraan fanatik yang muncul dari jidal (debat).”
Sampai dia mengatakan:

“وأمَّا منفعتُه، فقد يُظنُّ أنَّ فائدَتَه كشفُ الحقائق ومعرفتُها على ما هي عليه، وهيهات؛ فليس في الكلام وفاء بهذا المطلب الشريف، ولعلَّ التخبيط والتضليل فيه أكثر من الكشف والتعريف، وهذا إذا سمعته من محدِّث أو حشوي ربَّما خطر ببالك أنَّ الناسَ أعداءُ ما جهلوا، فاسمع هذا مِمَّن خَبَر الكلامَ ثم قلاه بعد حقيقة الخبرة وبعد التغلغل فيه إلى منتهى درجة المتكلِّمين، وجاوز ذلك إلى التعمُّق في علوم أخر تناسبُ نوع الكلام، وتحقق أنَّ الطريقَ إلى حقائق المعرفة من هذا الوجه مسدود، ولعمري لا ينفكُّ الكلام عن كشف وتعريف وإيضاح لبعض الأمور، ولكن على الندور في أمور جليَّة تكاد تفهم قبل التعمُّق في صنعة الكلام”.
“Adapun manfaat ilmu kalam, disangka bahwa faedahnya adalah menyingkap dan mengetahui hakekat sebenar-benarnya. Jauh, jauh sekali persangkaan itu. Dalam ilmu kalam tidak ada yang memenuhi tujuan yang mulia ini. Bahkan pengacauan dan penyesatan dalam ilmu kalam itu lebih banyak daripada penyingkapan dan pengenalan hakekat. Ini jika engkau mendengarnya dari seorang muhaddits atau hasyawi. Kadang terbetik di benakmu bahwa manusia adalah musuh selama mereka tidak mengetahui. Dengarkan ini dari orang yang telah mendalami ilmu kalam, kemudian membencinya setelah mengetahui dengan sebenarnya dan sampai dengan susah payah kepada puncak derajat ahli kalam, lalu melewati hal itu menuju ilmu-ilmu yang lain yang sesuai dengan jenis ilmu kalam, kemudian yakin bahwa jalan menuju hakekat ma’rifat (pengenalan) dari sisi ini tertutup. Sungguh, ilmu kalam itu tidak memberi manfaat kepadamu untuk menyingkap, mengenalkan dan memperjelas sebagian perkara. Namun kadang-kadang dalam perkara yang jelas, hampir engkau paham sebelum engkau mendalami ilmu kalam.”
Ibnu Rusyd Al-Hafid -beliau juga termasuk orang yang paling tahu dengan madzhab dan pendapat ahli filsafat, di kitabnya Tahafut At-Tahafut berkata:
(ومَن الذي قال في الإلَهيات شيئاً يعتدُّ به؟)،
“Siapakah orangnya yang berkata sesuatu tentang ilahiyah, kemudian dianggap pendapatnya?”

Demikian juga Al-Amidi -orang termulia di masanya- dia diam berhenti bingung dalam permasalahan yang besar.

Demikian juga Abu ‘Abdillah Muhammad bin Umar Ar-Rozi berkata dalam kitabnya tentang macam-macam dzat:

نِهايةُ إقدام العقول عِقالُ … وغايةُ سعي العالمين ضلالُ
وأرواحنا في وحشة من جسومنا … وحاصلُ دنيانا أذَى ووبالُ
ولم نستفد من بحثنا طول عمرنا … سوى أن جمعنا فيه: قيل وقالوا
فكم قد رأينا من رجال ودولةٍ … فبادوا جميعاً مسرعين وزالوا
وكم من جبال قد عَلَت شُرُفاتِها … رجالٌ فزالوا والجبالُ جبالُ
لقد تأمَّلتُ تلك الطرق الكلامية والمناهج الفلسفية، فما رأيتُها تشفي عليلاً، ولا تُروي غليلاً، ورأيتُ أقربَ الطرق طريق القرآن، اقرأ في الإثبات {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}، {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ}، واقرأ في النفي {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ}، {وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْماً}، ثم قال: “ومَن جرَّب مثلَ تجربَتِي، عرف مثل معرفتِي”.
“Akhir dari mendahuluan akal adalah belenggu
Dan puncak usaha orang-orang yang tahu adalah kesesatan
Ruh-ruh kita liar dalam jasad-jasad kita
Dan hasil dunia kita adalah kesusahan dan bencana
Kita tak memperoleh dari pembahasan kita sepanjang umur kita
Selain kita mengumpulkan: katanya dan katanya
Betapa banyak kita melihat para tokoh dan negara
Kemudian mereka semua binasa dan musnah
Betapa banyak gunung (ilmu kalam) yang telah didaki puncaknya
Oleh orang-orang, kemudian mereka binasa, sedang gunung itu tetap gunung
Aku telah memperhatikan berbagai metode ilmu kalam dan manhaj-manhaj ahli filsafat, namun aku memandang ia tidak bisa menyebuhkan dan memuaskan. Aku memandang jalan yang paling dekat adalah metode Al-Qur’an. Dan bacalah dalam penetapan sifat mulia untuk Allah: “Allah Yang Maha Penyayang istiwa di atas ‘Arsy”, “Dan kepada-Nya lah naik ucapan-ucapan yang baik”. Dan bacalah dalam peniadaan: “Tiada sesuatupun yang semisal dengan-Nya”, “Dan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” … Barangsiapa yang mengalami seperti aku, dia akan tahu seperti aku.” (Lihat Tobaqot Asy-Syafiiyah 8/96 karya As-Subki)

Demikian Asy-Syaikh Abu Abdillah bin Abdil Karim Asy-Syihristani, dia tidak mendapati di sisi ahli filsafat dan ahli kalam selain kebingungan dan penyesalan. Dia berkata:

لعمري لقد طُفت المعاهد كلها … وسَيَّرتُ طرفي بين تلك المعالم
فلم أر إلاَّ واضعاً كفَّ حائر … على ذقن أو قارعاً سنَّ نادم
“Demi umurku, sungguh aku telah mendatangi ma’had-ma’had semua
dan aku jalankan kedua mataku antara petunjuk-petunjuk itu
Namun aku tak melihat kecuali dengan meletakkan tangan orang yang bingung
Di dagu, atau menggertakkan gigi orang yang menyesal.”
Demikian juga Abul Ma’ali Al-Juwaini rahimahullah dia berkata:
يَا أَصْحَابَنَا لَا تَشْتَغِلُوا بِالْكَلَامِ فَلَوْ عَرَفْت أَنَّ الْكَلَامَ يَبْلُغُ بِي إلَى مَا بَلَغَ مَا اشْتَغَلْت بِهِ.
“Wahai para shababat kami, janganlah kalian sibuk dengan ilmu kalam. Kalau aku dulu tahu bahwa ilmu kalam itu akan menyampaikan kepada batas yang telah aku sampai sekarang, tentu aku tidak akan menyibukkan dengannya.”

Beliau juga berkata ketika mau meninggalnya:
“لقد خضتُ البحرَ الخِضَمَّ، وخلَّيتُ أهل الإسلام وعلومَهم، ودخلتُ في الذي نَهونِي عنه، والآن فإن لم يتداركنِي ربِّي برحمته، فالويل لابن الجوينِي، وها أنا ذا أموت على عقيدة أمِّي، أو قال: على عقيدة عجائز نيسابور”،
“Aku telah menyelami lautan besar (ilmu kalam). Aku juga meninggalkan kaum muslimin dan ilmu-ilmu mereka. Aku masuk dalam perkara yang mereka larang. Dan sekarang … jika Rabbku tidak memberikan rohmat-Nya kepadaku, maka celakalah Ibnul Juwaini… Inilah aku yang meninggal di atas keyakinan (aqidah) ibuku, atau dia berkata: di atas aqidah orang tua-orang tua Naisabur.”

Demikian juga banyak lagi para tokoh ahli kalam yang bingung dan menyesal dengan ilmu kalam. Seperti Syamsuddin Al-Khosrusyahi –salah satu murid Fakhrur Rozi, Al-Khounji, dan lainnya.

Engkau dapati sebagian mereka ketika meninggalnya kembali kepada aqidah orang-orang tua biasa, dan menetapkan apa yang mereka tetapkan. Di antara ahli kalam tadi ada yang bingung dan goncang dalam masalah sifat Allah, kemudian kembali ke madzhab salaf.

Seperti Abu Hamid Al-Ghozali yang mempunyai i’tiqod menurut jalan para ahli kalam (mutakallimin). Sebagian ulama telah menukilkan perkataannya yang menunjukkan bahwa dia rujuk. Ini sebagaimana yang disebutkan Ibnu Abi Al-Izzi Al-Hanafi pensyarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah ketika membicarakan sekumpulan para ahli kalam dan kebingungan mereka:
“وكذلك الغزالي رحمه الله انتهى آخرُ أمرِه إلى الوقف والحيرة في المسائل الكلاميَّة، ثمَّ أعرَضَ عن تلك الطُّرُق، وأقبَل على أحاديث الرَّسول صلى الله عليه وسلم ، فمات و(البخاري) على صدره”.
“Demikian juga Al-Ghozali rahimahullah, akhir hidupnya berakhir pada sikap diam dan kebingungan dari permasalahan-permasalahan ilmu kalam. Kemudian dia berpaling dari jalan-jalan ilmu kalam itu dan menghadap kepada hadits-hasits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian meninggal dalam keadaan Shahih Al-Bukhari ada di dadanya.”

Dan di dalam kitabnya Iljam Al-‘Awam ‘An ‘Ilm Al-Kalam, Al-Ghozali memperingatkan agar tidak sibuk dengan ilmu kalam dan mendorong untuk sibuk dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan jalan yang ditempuh para salaf sholeh. (Ar-Rodd ‘Ala Ar-Rifai hal 99)

Di dalam Lisan Al-Mizan (4/427) dibawakan biografi Ar-Rozi –dia termasuk tokoh ahli kalam-:
“وكان مع تبحُّره في الأصول يقول: من التزم دينَ العجائز فهو الفائز
“Dia bersamaan dengan luasnya cakrawala /wawasan pengetahuan dia dalam ilmu ushul, dia mengatakan: ‘Barangsiapa yang memegang teguh agamanya orang-orang tua, maka dia beruntung.”

Ja’far bin Burqon, dia berkata: seseorang datang kepada Umar bin Abdil Aziz, kemudian menanyainya tentang sesuatu dari pemikiran bid’ah, maka dia menjawab:
الزَم دينَ الصبِيِّ في الكُتَّاب والأعرابيِّ، والْهُ عمَّا سوى ذلك
“Pegangilah agama anak-anak kecil dalam madrasah dan orang-orang pedusunan. Dan abaikan yang selain itu.” (HR. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thobaqot 5/374 dengan sanad shohih menurut imam Muslim, sebagaimana dikatakan Imam An-Nawawi dalam Tahdzib Al-Asma wal Lughot 2/22)

Bagaimana sekarang dengan para mahasiswa IAIN – UIN – STAIN dan lainnya, yang mereka sibuk dengan ilmu kalam mengikuti pemahaman mu’tazilah (rasionalis) yang asal pemikiran mereka berasal dari filsafat Al-Yunan. Mereka nantinya juga akan bingung, atau na’udzu billah ada yang ragu tidak meyakini aqidah (keyakinan) kaum muslimin. Hendaknya mereka sadar bahwa ilmu kalam tidak akan memberi manfaat sedikitpun, bahkan akan membawa dirinya kepada kebinasaan. Wallahu a’lam.

(Sumber Al-Adab Asy-Syar’iyyah, Ar-Rodd ‘Ala Ar-Rifai hal 99, dan Qothf Al-Jani hal 25-26, 30-31)

---------- Post Merged at 11:03 AM ----------

Imam Syafii dan Imam Lain tentang Ilmu Kalam
Imam Syafii dan Para Imam Lain Tentang Ilmu Kalam
Kita telah mengetahui sebagian pendapat Imam Syafii tentang hukuman bagi ahli kalam. Untuk lebih meyakinkan kita tentang bahayanya ilmu kalam, akan dibawakan perkataan para imam yang lainnya tentang ilmu kalam.
Telah banyak ungkapan para salaf, seperti Imam Syafii, Imam Ahmad dan lainnya yang memperingatkan dari ilmu kalam dan ahli kalam. Dan sebagaimana yang telah lalu bahwa ilmu kalam akan menghantarkan kepada syubhat (kesamaran) dan keraguan-keraguan.
I. Perkataan-perkataan Imam Asy-Syafii tentang ilmu kalam
1. Imam Ahmad berkata:
“Dulu Imam Asy-Syafii jika telah dipastikan di sisinya ada satu khobar (hadits), beliau mengikutinya. Dan sebaik-baik sifat Imam Syafii adalah tidak menginginkan ilmu kalam. Beliau hanya antusias dengan ilmu fiqih.”
2. Imam Ahmad meriwayatkan tentang Imam Asy-Syafii:
“Seseorang menulis surat kepada Imam Asy-Syafii menanyainya tentang berdebat dengan ahli kalam dan duduk-duduk bersama mereka. Imam Syafii berkata: “Yang kami dengar dan kami dapati dari salaf (pendahulu) kami dari para ulama, bahwa mereka membenci ilmu kalam dan berdebat dengan orang-orang menyimpang. Agama itu hanyalah dalam tunduk dan berhenti kepada apa yang ada di Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak melampuinya.”
3. Ar-Robi’ berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata:
“Kalau Allah menguji seorang hamba dengan semua dosa selain menyekutukan-Nya, itu lebih baik baginya daripada al-ahwa (bid’ah, ilmu kalam).”
4. Ibnu ‘Abdil Hakam berkata Imam Asy-Syafii:
“Kalau seorang mengetahui apa yang ada pada al-ahwa (bid’ah) dari ilmu kalam, sungguh mereka akan lari darinya sebagaimana lari dari singa.”
5. Imam Asy-Syafii juga berkata
“Tidak ada seorang pun jatuh dalam ilmu kalam, kemudian dia bisa beruntung.”
6. Al-Muzani bertanya kepada Imam Asy-Syafii tentang satu masalah dari ilmu kalam. Kemudian beliau balik bertanya: “Sedang dimana engkau?” Al-Muzani menjawab: “Di Masjid Jami di Fusthoth.” Kemudian Imam Ay-Syafii berkata: “Engkau sedang berada di Taron.” Taron adalah satu tempat di Laut Al-Qulzum, dimana hanpir tidak ada satu perahu yang selamat di sana. Kemudian Imam Asy-Syafii memberikan satu masalah fiqih kepadanya. Kemudian dia menjawabnya. Kemudian beliau memasukkan kepada Al-Muzani sesuatu yang merusak jawabannya. Kemudian Al-Muzani menjawab dengan selain itu. Kemudian beliau memasukkan sesuatu yang merusak jawabanku. Setiap kali Al-Muzani menjawab, beliau mendatangkan sesuatu yang merusak jawaban itu. Kemudian Imam Asy-Syafii berkata:
“Ini fiqih yang tentangnya ada penjelasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pendapat-pendapat ahul ilmi, memasukinya seperti ini, maka bagaimana dengan ilmu kalam tentang Allah, yang berdebat tentangnya kafir?”
Kemudian Al-Muzani meninggalkan ilmu kalam dan menghadap kepada ilmu fiqih.
7. Imam Asy-Syafii berkata:
“Kalau seseorang berwasiat dengan kitab-kitabnya kepada orang lain, dan di dalamnya ada kitab-kitab ilmu kalam, maka kitab-kitab ilmu kalam itu tidak termasuk dalam wasiat, karena itu bukanlah ilmu (yang bermanfaat.”
II. Perkataan Imam Abu Hanifah rahimahullah
Nuh Al-Jami’ berkata: Aku bertanya kepada Abu Hanifah tentang ilmu kalam seperti al-a’radh dan al-ajsam yang diadakan oleh orang-orang, maka dia menjawab:
“Perkataan-perkataan filsafat, wajib engkau menempuh jalan salaf, dan hati-hati engkau dari setiap perkara yang baru.”
III. Perkataan Imam Ahmad rahimahullah (salah seorang murid Imam Asy-Syafii)
1. Imam Ahmad rahimahullah berkata:
“Ahli kalam tidak akan beruntung selama-lamanya.”
2. Imam Ahmad rahimahullah juga telah melarang melihat dan membaca kitab-kitab ahli kalam dan ahli bid’ah yang menyesatkan.
Beliau berkata dalam riwayat Al-Marrudzi:د
“Bukanlah aku termasuk ahli kalam. Aku tidak memandang ilmu kalam sedikitpun melainkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an, atau hadits Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, para shohabatnya rodhiyallahu ‘anhum atau dari tabiin. Adapun yang selain dari itu maka berbicara tentangnya tidak terpuji.” (Diriwayatkan oleh Al-Khollal)

nurdin
27-06-2012, 01:03 PM
Dibagian mana dari ilmu filsafat yg bertentangan dgn islam? Ilmu filsafat itu induk dari semua ilmu. Tanpa ilmu filsafat, jalan kaki kita ke blok m.

Setahu saya filsafat diadopsi oleh generasi ulama muslim terdahulu, kemudian dibuang bagian2 yg bertentangan dg akidah dan logika. Kemudian setelah mengalami proses pepenyesuaian tersebut digunakan untuk mengembangkan sains, adapun untuk masalah akidah dan masalah2 agama lainnya mereka tidak pernah (dan memang tidak perlu) menggunakan filsafat.

Seorang ilmuwan muslim di eropa pernah mengatakan eropa mengalami masa pencerahan (di luar masalah akidah) karena telah mewarisi filsafat yg sudah diperbaiki di atas dari peradaban islam.

danalingga
27-06-2012, 01:22 PM
^ dan ironisnya dunia Islam masuk pada jaman kegelapan setelah itu.

pasingsingan
28-06-2012, 07:04 AM
bentul
krn lebih suka menyibukkan diri dlm memperdebatkan
sah-batal, halal-haram, najis-suci, makruh-mubah dll dst :D

jaga_manis
06-07-2012, 10:36 PM
ibarat pisau, bukan pisau yang diharamkan tapi *menggunakan pisau untuk membunuh orang* itu yang diharamkan.
Apakah iya, kita akan mengharamkan filsafat yang menggunakan Ayat Qur'an sebagai dasar filosofisnya???
:minum:
perlu dipertanyakan juga konteks membunuhnya, jika demi mencegah kemudharatan lebih besar seperti yg dilakukan para sahabat Rasulullah, why not ? , so, bukan hanya pisau nya yg diperbolehkan, membunuh dgn pisaupun malah di anjurkan selama memiliki landasan dalil yg jelas :)

jaga_manis
06-07-2012, 10:38 PM
Filsafat (yang katanya disebut "seni berfikir") bisa halal bisa haram, tergantung bagaiamana kita menggunakan pikiran kita tsb, JIKA bertentangan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at, MAKA ia haram, DAN JIKA sejalan dengan perintah dan larangan dalam Syari'at MAKA dia halal.

Ini sama dengan anda bertanya : Apakah makan itu haram ?

Secara umum, makan makanan itu halal, tetapi jika ia memakan yang haram (yang dilarang oleh Syari'at), maka ia haram.

Kaidah fiqh, pada prinsipnya termasuk bagian dari filsafat yang sejalan dengan syar'at karena bertumpu pada dalil2 syar'at.


CMIIW
jika filsafat itu seperti makan, berarti yg sesat adalah yg mengharamkan filsafat dan makan.
Smakin banyak ustadz yg menyesatkan filsafat, semakin banyak pula ustadz yg tersesat, wahhh::hihi::

Aghaanantyab
01-09-2012, 01:05 PM
alah, persetan dengan al quran.... gw ga percaya tuhan yg maha sempurna menciptakan buku petunjuk untuk umat2nya. kalo tuhan yg aha sempurna itu menciptakan buku petunjuk yg sempurna, maka harusnya ga akan ada orang yg tersesat setelah membaca buku itu...

dan sebelum tuhan menciptakan buku sebagai sebuah kitab, tuhan yg maha tahu itu mestinya sudah sadar bahwa buku ciptaannya akan menghasilkan teroris.



gara2 quran, teroris melakukan aksi teror, pengrusakan rumah ibadah, dan penutupan rumah makan di bulan puasa.
gara2 quran, dilarang menggambar menyerupai mahluk hidup ciptaan allah, dilarang menyentuh cewe, dilarang memotong sebagian rambut di kepala, dilarang memakai kain dibawah mata kaki, dilarang memilih pemimpin non-muslim, dilarang mengucapkan hari raya non-islam.

siapa sih yg ngomong "dilarang memilih pemimpin non-muslim"?? MUI?? sini si MUI dan kitabnya gw bakar....

ndableg
01-09-2012, 03:01 PM
Halah.. ngomong doang lu mah..

Pencari Kebenaran
01-09-2012, 03:27 PM
alah, persetan dengan al quran.... gw ga percaya tuhan yg maha sempurna menciptakan buku petunjuk untuk umat2nya. kalo tuhan yg aha sempurna itu menciptakan buku petunjuk yg sempurna, maka harusnya ga akan ada orang yg tersesat setelah membaca buku itu...

dan sebelum tuhan menciptakan buku sebagai sebuah kitab, tuhan yg maha tahu itu mestinya sudah sadar bahwa buku ciptaannya akan menghasilkan teroris.



gara2 quran, teroris melakukan aksi teror, pengrusakan rumah ibadah, dan penutupan rumah makan di bulan puasa.
gara2 quran, dilarang menggambar menyerupai mahluk hidup ciptaan allah, dilarang menyentuh cewe, dilarang memotong sebagian rambut di kepala, dilarang memakai kain dibawah mata kaki, dilarang memilih pemimpin non-muslim, dilarang mengucapkan hari raya non-islam.

siapa sih yg ngomong "dilarang memilih pemimpin non-muslim"?? MUI?? sini si MUI dan kitabnya gw bakar....



Mas Aghaanantyab, kalau mau berdialog/diskusi diharapkan menggunakan bahasa yang wajar, berpendidikan dan tidak PROVOKote. Sebuah pohon dinilai dari buahnya dan seorang pribadi dinilai dari BAHASANYA. Jangan kaya kebanyakan forum di indonesia sekarang ini yang kebanyakan komentar/postnya tidak berbudaya dan tidak berwawasan (kayanya hanya lulus SD) serta terkesan kampungan (emosional). Elite sedikitlah dalam berdiskusi.....

Aghaanantyab
05-09-2012, 12:20 AM
Mas Aghaanantyab, kalau mau berdialog/diskusi diharapkan menggunakan bahasa yang wajar, berpendidikan dan tidak PROVOKote. Sebuah pohon dinilai dari buahnya dan seorang pribadi dinilai dari BAHASANYA. Jangan kaya kebanyakan forum di indonesia sekarang ini yang kebanyakan komentar/postnya tidak berbudaya dan tidak berwawasan (kayanya hanya lulus SD) serta terkesan kampungan (emosional). Elite sedikitlah dalam berdiskusi.....

hhehehe oke bro....

pasingsingan
06-09-2012, 12:17 PM
alah, persetan dengan al quran.... gw ga percaya tuhan yg maha sempurna menciptakan buku petunjuk untuk umat2nya. kalo tuhan yg aha sempurna itu menciptakan buku petunjuk yg sempurna, maka harusnya ga akan ada orang yg tersesat setelah membaca buku itu...

dan sebelum tuhan menciptakan buku sebagai sebuah kitab, tuhan yg maha tahu itu mestinya sudah sadar bahwa buku ciptaannya akan menghasilkan teroris.
ckckck ....
Ini orang abis minom2 dimana yak?
perkara ente gak percaya tuhan n qur'an, itu mah urusan ente tong
tp jgn mabok n ngamuk2 disini dong :gebuk:


gara2 quran, teroris melakukan aksi teror, pengrusakan rumah ibadah, dan penutupan rumah makan di bulan puasa.
gara2 quran, dilarang menggambar menyerupai mahluk hidup ciptaan allah, dilarang menyentuh cewe, dilarang memotong sebagian rambut di kepala, dilarang memakai kain dibawah mata kaki, dilarang memilih pemimpin non-muslim, dilarang mengucapkan hari raya non-islam.
Jadi, ente jg percaya thd perkataan orang yng memahami ajaran islam hanya sebatas itu?
lalu, apa bedanya ente dng orang2 yng gemar menebarkan kebencian n permusuhan?
Yakin ente sudah mempelajari sendiri isi quran?, coba tunjukkan contoh2 ajarannya
seperti yng ente tuduhkan itu?, jgn hanya berdasar katanya-katanya lho ya? :D


siapa sih yg ngomong "dilarang memilih pemimpin non-muslim"?? MUI?? sini si MUI dan kitabnya gw bakar....
klo cumen nulis kalimat kyk gini mah, bukan elo aja yng punya nyali tong
coba wujudkan dlm tindakan ..... berani??
klo nulis tuh difilter dulu yak, jgn seenaknya (asal mangap/asal jeplak)


neh gw copykan tata-tertib dialog lintas keyakinan diforum ini.

Agar jalannya dialog tertib, terarah, aman dan nyaman, perlu ditentukan koridor atau rambu-rambunya sebagai berikut :
1. Format forum ini bersifat umum, dalam arti untuk segala penganut Agama & Keyakinan.
Tidak ada bilik khusus spt misal: khusus Islam, Kristen, Hindu, Buddha dll dst. Silakan membuat topik/permasalahan sesuai kategori Sub-Forum yng ada. Jika topik dirasa Kurang sesuai/pas dengan Sub-Forum yang sudah ada, cukup letakkan di Induk Forumnya . Nanti akan ditinjau/diatur oleh Barista (kru dapur)
2. Dialog, boleh antar pemeluk Agama&Keyakinan yng sama, atau lintas pemeluk Agama & Keyakinan.
3. Pelanggan bertindak dan bertanggung jawab atas namanya sendiri, meski ybs mempertahankan atau menjelaskan keyakinan tertentu, tidak berarti ybs mewakili komunitas keyakinan dimaksud.
4. Tidak diperbolehkan menuliskan kalimat yng dapat dikonotasikan sbg menghujat, menghina, mencemooh serta melecehkan pribadi lawan debat/dialognya.
5. Tidak diperbolehkan menghujat, menghina, mencemooh serta melecehkan keyakinan atau keimanan pelanggan lain.
6. Tidak diperbolehkan menghujat, menghina, mencemooh serta melecehkan figur-figur yang sangat dihormati dalam sebuah keyakinan, spt misal: nabi Muhammad, rasul Paulus, sang Buddha Gautama dsbnya.
7. Mengutip, mengcopas suatu materi sebagai dasar argumen, harus menyertakan refrensinya atau linknya agar dapat dipertanggung jawabkan sumbernya.
8. Debat, dialog, di warung ini dimaksudkan untuk memahami perbedaan dan persamaan dari masing-masing konsep Agama/Keyakinan untuk kemudian menumbuhkan rasa toleran, bukan untuk menghakimi atau mencari pembenaran dan benarnya sendiri.

Next, klo maseh kumat spt itu gw timpuk ampas kopi lu #-o

BundaNa
06-09-2012, 12:24 PM
alah, persetan dengan al quran.... gw ga percaya tuhan yg maha sempurna menciptakan buku petunjuk untuk umat2nya. kalo tuhan yg aha sempurna itu menciptakan buku petunjuk yg sempurna, maka harusnya ga akan ada orang yg tersesat setelah membaca buku itu...

dan sebelum tuhan menciptakan buku sebagai sebuah kitab, tuhan yg maha tahu itu mestinya sudah sadar bahwa buku ciptaannya akan menghasilkan teroris.



gara2 quran, teroris melakukan aksi teror, pengrusakan rumah ibadah, dan penutupan rumah makan di bulan puasa.
gara2 quran, dilarang menggambar menyerupai mahluk hidup ciptaan allah, dilarang menyentuh cewe, dilarang memotong sebagian rambut di kepala, dilarang memakai kain dibawah mata kaki, dilarang memilih pemimpin non-muslim, dilarang mengucapkan hari raya non-islam.

siapa sih yg ngomong "dilarang memilih pemimpin non-muslim"?? MUI?? sini si MUI dan kitabnya gw bakar....

terlepas bahasa sampah lo...komentar lo tentang Al Qur'an menandakan lo belum baca Al Qur'an...cuman komentari perilaku sebagian muslim YANG KEBETULAN lo temui, bukan SEMUA kayak begitu. Yang tersesat justru mereka YANG BUTA. Buta mata hatinya, buta sikapnya, buta sifatnya.

Teroris bukan milik satu agama aja. Dan bukan milik PENCIPTA. Yang tidak punya agama pun bisa jadi teroris, liat sono negeri2 komunis yang BENCI TUHAN pemerintahnya berhasil membuat bukit tengkorak dimana2. Kalau ngomong pake data oe...terpelajar bukan ente?

MUI masih anteng tuh sekretariatnya. Kalau mau, sana samperin, bakar sono. Paling lo doang yang pengecut

Agitho_Ryuki
07-09-2012, 08:10 PM
alah, persetan dengan al quran.... gw ga percaya tuhan yg maha sempurna menciptakan buku petunjuk untuk umat2nya. kalo tuhan yg aha sempurna itu menciptakan buku petunjuk yg sempurna, maka harusnya ga akan ada orang yg tersesat setelah membaca buku itu...

dan sebelum tuhan menciptakan buku sebagai sebuah kitab, tuhan yg maha tahu itu mestinya sudah sadar bahwa buku ciptaannya akan menghasilkan teroris.



gara2 quran, teroris melakukan aksi teror, pengrusakan rumah ibadah, dan penutupan rumah makan di bulan puasa.
gara2 quran, dilarang menggambar menyerupai mahluk hidup ciptaan allah, dilarang menyentuh cewe, dilarang memotong sebagian rambut di kepala, dilarang memakai kain dibawah mata kaki, dilarang memilih pemimpin non-muslim, dilarang mengucapkan hari raya non-islam.

siapa sih yg ngomong "dilarang memilih pemimpin non-muslim"?? MUI?? sini si MUI dan kitabnya gw bakar....

kalo disuarakan seperti kerbau kentut nih...
=)) =))

hisyam
05-10-2012, 10:10 PM
Maaf koreksi, sebetulya Al-Ghazali itu Filsud dan tidak menentang Filsafat, kitab filsafatnya yang terkenal adalah Tahafutul Falasifah, dia hanya mengkritik persepsi dari filsuf islam sebelumya, bukan berarti dia menolak filsafat. Yang menolak filsafat itu hanya kaum Wahaby

andyamou
16-01-2013, 02:53 PM
hm...


filsafat merupakan mencari kebenaran sebenar-benarnya tanpa terikat. kalau toh filsafat itu memang mengkaji akan kebenaran dalam misteri hidup, kenapa Islam menyangkalnya?


barangkali memang orang-orang yg sok Islam dan sudah yakin benar itu takut untuk 'kalah'. dan ini psikologis sih. mereka mengharam-haramkan filsafat agar tetap berpegang teguh pada kelompoknya, tidak ingin punah, tidak ingin disangkal.


padahal sebenernya apa sih jeleknya melajari filsafat?


itu bagus buat ngelatih open mind kita. :)


memang filsafat bisa membuat kita kafir, tapi bisa jadi itu karena masih bodoh. masih belum menemukan jawaban yg benar. :)


ajak adu argumen aja yg atheis sama theis di filsafat ketuhanan, gitu aja kok repot. :3

Asum
18-07-2013, 05:32 AM
jika filsafat itu seperti makan, berarti yg sesat adalah yg mengharamkan filsafat dan makan.
Smakin banyak ustadz yg menyesatkan filsafat, semakin banyak pula ustadz yg tersesat, wahhh::hihi::
Hmmm ...

Orang2 yg mengunggulkan dan mendukung "filsafat" ditopik ini nampaknya tidak bisa mencerna kalimat sederhana yang saya sampaikan di atas (katanya "filsafat" itu seni berfikir, kenapa gak mikir utk merenungkan jawaban saya ?)

Islam, tidak mengharamkan makan ("filsafat"), yang diharamkan ialah jika makan makanan haram. Artinya, secara umum, filsafat itu boleh dalam Islam, menjadi haram (terlarang) ketika ia tidak sejalan dengan syari'at (aturan hukum Islam).

Jika kalimat saya di atas masih tdk bisa disimpulkan dan dicerna dengan baik, maka yang bermasalah adalah otak dan akidah anda-anda yang mencintai "filsafat" secara membabi buta. Dalam analogi, menganggap semua makanan adalah halal (padahal ada yg diharamkan), maka pada dasarnya, kecerdasan yg اَللّهَ berikan kepada manusia, digunakan untuk kufur kepadanya (menolak hukum2 اَللّهَ).

::hihi::

Cekidot : http://aljurem.wordpress.com/tag/filsafat-adalah/

---------- Post Merged at 04:32 AM ----------


...
INTINYA ALLAH MEMERNTAHKN U BRPKR TETAPI BRPKIR SEPRTI APA? NAH PERTANYAN DAN JAWABANNY INI PERLU DI PERINCI DN D PERJELAS YAITU KALO BRPKIR ITU SESUAI DG SYARIAT ISLAM MKA BRPKR SPT ITULAH YG D PERNTAHKAN DN Jka brtetntangan dg syariat islam nah spt itu yg dilarang, dan dlm kategori d larang ini ya trmasuk FILSAFAT, KNPA FILSLAFAT DI LARANG DAN SESAT YA KMBALI LG KRNA BRTNTANG DG ISLAM ALQURAN HADITS. Bkan bgtu Mas Asum?
Ah, nampaknya malah anda yang menunjukkan kemampuan filsafat dibanding orang2 yg mengaku "filsafat" :))

hajime_saitoh
02-08-2013, 07:04 PM
ne beberapa pendapata paraulaanesar Syfiiyah tentang ilmu kalam (filsafat)

Al-Imam Abul Qosim Sa’ad az-Zanjani berkata: “Senantiasa ahli agama dan ulama dari dahulu sampai akhir zaman mengingkari ilmu kalam, ia hanya kebodohan yang nyata dan keluar dari agama, mereka semuanya sepakat dalam mence*lanya dan berlepas diri dari ahlinya, dan menghajr (meninggalkan) orang yang mereka kenal meyakini bahwa itu sebagai agama Alloh dan mendekatkan diri (ketaatan) kepada-Nya.”[12]

Di antara imam Ahlus Sunnah yang sangat keras dalam mencela ilmu kalarr/dan memperingatkan umat dari bahayanya serta melarang duduk bersama ahlinya adalah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah[13]. Bahkan merupakan sifat mulia yang dimiliki beliau adalah tidak pernah sama sekali suka kepada ilmu kalam, tetapi perhatiannya hanya tercurah kepada ilmu dan fiqih

Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Telah mutawatir dari al-Imam asy-Syafi’i bahwa beliau mencela ilmu kalam dan ahli kalam. Beliau adalah seorang yang semangat dalam mengikuti atsar (sunnah) baik dalam masalah aqidah atau hukum fiqih,”[15]

Perkataan al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah dalam hal ini begitu banyak, di antaranya:

“Mempelajari ilmu kalam adalah kejahilan (kebo*dohan). “[16]

Beliau juga berkata:

“Hukumanku bagi ahli kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, dan dinaikkan di atas unta, kemudian dia dikelilingkan (diarak) ke kampung seraya dikatakan kepada khalayak, ‘Inilah hukuman bagi orang yang berpaling dari al-Qur’an dan Sunnah lalu menuju ilmu kalam/ filsafat.’”[17]

Demikian selayang pandang tentang sikap al-Imam asy-Syafi’i terhadap ilmu kalam/filsafat dan ahlinya, dan ini pula yang merupakan sikap seluruh ulama Syafi’iyyah yang berjalan di atas Sunnah. Perkataan mereka dalam mengingkari ilmu kalam dan filsafat banyak sekali, bahkan kitab-kitab yang mereka tulis tentang sunnah/aqidah sarat (penuh, -adm) dengan pengingkaran, kecaman, dan celaan terhadap ilmu kalam dan ahlinya.

al-Imam Abul Path Nashr al-Maqdisi (wafat 490 H) pengarang kitab الحجة على تارك المحجة . Dalam kitab ini beliau memuat beberapa bab yang menghujat dan mencela ilmu kalam dan ahlinya, di antaranya: Bab: Para Imam yang Mencela Kalam dan Melarang Darinya dan Tidak Menjadikannya Sebagai Bagian Dari llmu‘.[18] Dan Bab: Hukuman Ahlul kalam‘ ,[19] Dan Bab: Pujian (bagi) Orang Yang Meninggalkan Kalam Dan Tidak Berbicara Dengannya‘[20]

Kemudian beliau rahimahullah menukil dalam bab-bab di atas riwayat yang banyak dari ulama salaf — terkhusus al-Imam asy-Syafi’i— dalam mencela ilmu kalam dan menjelaskan hukuman bagi orang yang mempelajarinya dan keutamaan orang yang me*ninggalkan kalam dan tidak menyibukkan diri dengannya.

al-Imam Abu Muzhoffar as-Sarn’ani (wafat 489 H) pengarang kitab الإنتصار لاصحاب الحديث , beliau memuat dalam kitab tersebut beberapa pasal tentang celaan terhadap ilmu kalam dan para pengkultus akal dan menjelaskan kebatilan metode ahlul kalam yang menjadikan akal sebagai sumber beragama[21], di antaranya: Pasal ‘Apa Yang Datang Dari Para Imam Dalam Mencela Kalam‘[22]

Kemudian beliau membawakan sebagian perkataan para imam Ahlus Sunnah dalam hal ini, seperti al-Imam asy-Syafi’i, Ahmad, dan yang lain, kemudian berkata, “Inilah ucapan al-Imam asy-Syafi’i tentang cela ilmu kalam dan anjuran untuk mengikuti Sunnah. Dialah imam yang tidak diperdebatkan dan tidak terkalahkan.”[23] Beliau juga berkata, “Maka jelaslah bagi kita bahwa jalan (yang diikuti dalam beragama) menurut para imam yang mendapat petunjuk adalah: mengikuti (mazhab) salaf dan meneladani mereka tanpa kembali kepada pemikiran/akal.”[24]

Al-Imam Abul Qosim Ismail at-Taimi rahimahullah (wafat 535 H) pengarang kitab الحجة في بيان المحجة وشرح عقيدة أهل السنه beliau memuat dalam kitabnya beberapa pasal yang mencela ilmu kalam dan ahlinya, diantaranya: ‘Pasal: Para Imam yang Mencela Dan Membenci Kalam‘.,[25] Dan ‘Pasal: Celaan Para Imam Terhadap Ilmu Kalam‘[26]. Beliau menyebutkan dalam kedua pasal tersebut dengan sanadnya riwayat yang banyak dari para imam Ahlus Sun*nah yang mencela ilmu kalam, seperti al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, dan al-Imam asy-Syafi’i serta imam-imam yang lain.

---------- Post Merged at 07:04 PM ----------

ne beberapa pendapata paraulaanesar Syfiiyah tentang ilmu kalam (filsafat)

Al-Imam Abul Qosim Sa’ad az-Zanjani berkata: “Senantiasa ahli agama dan ulama dari dahulu sampai akhir zaman mengingkari ilmu kalam, ia hanya kebodohan yang nyata dan keluar dari agama, mereka semuanya sepakat dalam mence*lanya dan berlepas diri dari ahlinya, dan menghajr (meninggalkan) orang yang mereka kenal meyakini bahwa itu sebagai agama Alloh dan mendekatkan diri (ketaatan) kepada-Nya.”[12]

Di antara imam Ahlus Sunnah yang sangat keras dalam mencela ilmu kalarr/dan memperingatkan umat dari bahayanya serta melarang duduk bersama ahlinya adalah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah[13]. Bahkan merupakan sifat mulia yang dimiliki beliau adalah tidak pernah sama sekali suka kepada ilmu kalam, tetapi perhatiannya hanya tercurah kepada ilmu dan fiqih

Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Telah mutawatir dari al-Imam asy-Syafi’i bahwa beliau mencela ilmu kalam dan ahli kalam. Beliau adalah seorang yang semangat dalam mengikuti atsar (sunnah) baik dalam masalah aqidah atau hukum fiqih,”[15]

Perkataan al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah dalam hal ini begitu banyak, di antaranya:

“Mempelajari ilmu kalam adalah kejahilan (kebo*dohan). “[16]

Beliau juga berkata:

“Hukumanku bagi ahli kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, dan dinaikkan di atas unta, kemudian dia dikelilingkan (diarak) ke kampung seraya dikatakan kepada khalayak, ‘Inilah hukuman bagi orang yang berpaling dari al-Qur’an dan Sunnah lalu menuju ilmu kalam/ filsafat.’”[17]

Demikian selayang pandang tentang sikap al-Imam asy-Syafi’i terhadap ilmu kalam/filsafat dan ahlinya, dan ini pula yang merupakan sikap seluruh ulama Syafi’iyyah yang berjalan di atas Sunnah. Perkataan mereka dalam mengingkari ilmu kalam dan filsafat banyak sekali, bahkan kitab-kitab yang mereka tulis tentang sunnah/aqidah sarat (penuh, -adm) dengan pengingkaran, kecaman, dan celaan terhadap ilmu kalam dan ahlinya.

al-Imam Abul Path Nashr al-Maqdisi (wafat 490 H) pengarang kitab الحجة على تارك المحجة . Dalam kitab ini beliau memuat beberapa bab yang menghujat dan mencela ilmu kalam dan ahlinya, di antaranya: Bab: Para Imam yang Mencela Kalam dan Melarang Darinya dan Tidak Menjadikannya Sebagai Bagian Dari llmu‘.[18] Dan Bab: Hukuman Ahlul kalam‘ ,[19] Dan Bab: Pujian (bagi) Orang Yang Meninggalkan Kalam Dan Tidak Berbicara Dengannya‘[20]

Kemudian beliau rahimahullah menukil dalam bab-bab di atas riwayat yang banyak dari ulama salaf — terkhusus al-Imam asy-Syafi’i— dalam mencela ilmu kalam dan menjelaskan hukuman bagi orang yang mempelajarinya dan keutamaan orang yang me*ninggalkan kalam dan tidak menyibukkan diri dengannya.

al-Imam Abu Muzhoffar as-Sarn’ani (wafat 489 H) pengarang kitab الإنتصار لاصحاب الحديث , beliau memuat dalam kitab tersebut beberapa pasal tentang celaan terhadap ilmu kalam dan para pengkultus akal dan menjelaskan kebatilan metode ahlul kalam yang menjadikan akal sebagai sumber beragama[21], di antaranya: Pasal ‘Apa Yang Datang Dari Para Imam Dalam Mencela Kalam‘[22]

Kemudian beliau membawakan sebagian perkataan para imam Ahlus Sunnah dalam hal ini, seperti al-Imam asy-Syafi’i, Ahmad, dan yang lain, kemudian berkata, “Inilah ucapan al-Imam asy-Syafi’i tentang cela ilmu kalam dan anjuran untuk mengikuti Sunnah. Dialah imam yang tidak diperdebatkan dan tidak terkalahkan.”[23] Beliau juga berkata, “Maka jelaslah bagi kita bahwa jalan (yang diikuti dalam beragama) menurut para imam yang mendapat petunjuk adalah: mengikuti (mazhab) salaf dan meneladani mereka tanpa kembali kepada pemikiran/akal.”[24]

Al-Imam Abul Qosim Ismail at-Taimi rahimahullah (wafat 535 H) pengarang kitab الحجة في بيان المحجة وشرح عقيدة أهل السنه beliau memuat dalam kitabnya beberapa pasal yang mencela ilmu kalam dan ahlinya, diantaranya: ‘Pasal: Para Imam yang Mencela Dan Membenci Kalam‘.,[25] Dan ‘Pasal: Celaan Para Imam Terhadap Ilmu Kalam‘[26]. Beliau menyebutkan dalam kedua pasal tersebut dengan sanadnya riwayat yang banyak dari para imam Ahlus Sun*nah yang mencela ilmu kalam, seperti al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, dan al-Imam asy-Syafi’i serta imam-imam yang lain.

tuscany
02-08-2013, 07:45 PM
Setau saya sih filsafat itu induk dari segala ilmu. Mulai dari matematika sampe biologi itu asal muasalnya dari filsafat. Kalo itu disebut kejahilan konsekuensinya semua yang kita pelajari dari esde jahil semua.

sedgedjenar
02-08-2013, 08:53 PM
Setau saya sih filsafat itu induk dari segala ilmu. Mulai dari matematika sampe biologi itu asal muasalnya dari filsafat. Kalo itu disebut kejahilan konsekuensinya semua yang kita pelajari dari esde jahil semua.

Ember.
Termasuk agama juga asalnya dari filsafat. Dari manusia2 yg berpikir akan alam semesta dan tuhan.

234
02-08-2013, 09:40 PM
Permisi numpang lewat... ::hihi:: (sambil ngurut dada, duh...eling...eling...sabar 234, ini bulan puasa)[meditasi]

*sebenarnyasayabisasajakutipkanpendapatparaulamaya ngmendukungfilsafat.tapisebagaimakhlukberakalsayal ebihsukapakaipendapatdirisendiridaripadaikutikutan apakataorang*

:ngopi:

TheCursed
02-08-2013, 10:42 PM
Islam, tidak mengharamkan makan ("filsafat"), yang diharamkan ialah jika makan makanan haram. Artinya, secara umum, filsafat itu boleh dalam Islam, menjadi haram (terlarang) ketika ia tidak sejalan dengan syari'at (aturan hukum Islam).
...

Yep. What he said.
Wes, done, fertig. Bungkus. :ngopi:

Asum
03-08-2013, 06:01 AM
Setau saya sih filsafat itu induk dari segala ilmu. Mulai dari matematika sampe biologi itu asal muasalnya dari filsafat. Kalo itu disebut kejahilan konsekuensinya semua yang kita pelajari dari esde jahil semua.
Coba baca baik2 posting di atas :

...
Perkataan al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah dalam hal ini begitu banyak, di antaranya:

“Mempelajari ilmu kalam adalah kejahilan (kebo*dohan). “[16]

Beliau juga berkata:

“Hukumanku bagi ahli kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, dan dinaikkan di atas unta, kemudian dia dikelilingkan (diarak) ke kampung seraya dikatakan kepada khalayak, ‘Inilah hukuman bagi orang yang berpaling dari al-Qur’an dan Sunnah lalu menuju ilmu kalam/ filsafat.’”[17]
...
Ini menunjukkan bahwa perkataan imam Asy-Syafi'i di atas (tentang filsafat -ilmu kalam-) bermakna khusus, TIDAK umum. Dalam arti, tidak semua filsafat haram dan dihukumi jahil (bodoh) dan berpaling dari Syari'at. Yang dihukumi adalah yang terkait dengan hukum-hukum agama, sedangkan di luar itu tidak apa2.

Kaidah fiqh, semisal "al-ashlu fil ibadah at-tahrim" (Hukum asal ibadah adalah haram) atau "al-ashlu fil mu'amalah al-ibahah" (Hukum asal mu'amalah adalah boleh) merupakan produk berfikir manusia dalam mengkaji dalil2 dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, BUKAN semata-mata olah fikir manusia semata TANPA dukungan syari'at.

Maka, kaidah-kaidah fiqh yang dihasilkan para ulama, termasuk dalam kegiatan filsafat (secara umum), maka ini dibolehkan dalam syari'at karena tidak bertentangan dengan syari'at itu sendiri. Yang HARAM adalah jika kaidah fiqh tsb lahir semata-mata dari olah pikir semata tanpa bersandar pada dalil-dalil syari'at semisal kaidah fiqh Islam Liberal seperti : "Jawaz Naskh al-Nushuh bi al-Mashlahah" (Boleh menghapus nash-nash dengan kemashlahatan) << kaidah JIL ini memberikan indikasi bahwa nash (teks Al-Qur'an atau Al-Hadits) boleh dihapus/diganti/diabaikan JIKA tidak sesuai dengan maslahat (sesuai pemikiran/filsafat) JIL.

Padahal, yang namanya nash Al-Qur'an dan Al-Hadits itu merupakan sumber hukum dalam agama Islam. Mengganti/membatalkan maksud nash karena dianggap bertentangan dengan maslahat (sesuai pemikiran/filsafat) JIL berarti keluar dari ketetapan agama. << Ini HARAM, dan kaidah fiqh tsb di atas BATHIL.

tuscany
03-08-2013, 05:47 PM
Ya memang sebaiknya diterangkan seperti itu. Karena kalau melihat justifikasi2 lainnya - di post yang sama -, filsafat kelihatannya disama ratakan semua sebagai kontra dari Al Quran dan Al Sunnah.

Bagindo
23-08-2013, 03:08 PM
Sbnarnya FILSAFAT trsebut sngat2 tdak brguna...
Orang yg masuk kdalam FILSAFAT lbih kearah mengkhayal atau mengarahkn diri kdalam kbingungan yg tdak brbatas...
Ambil Cth; Dlu sya pnya teman yg brotak FILSAFAT
Hdupny stiap hari sllu mnggunakan kta "KENAPA?", hdup kok dipake bgtu? Ujung2ny bkanny hdup brguna hnya bengong & melamun
Lalu sya ajarkn, klo mau dpat JAWABAN, jgn prnah gunakan kta "KENAPA?" lgi dlam hdup tpi "BAGAIMANA CARA?" ktka brdo'a kpda Allah (jalan keluar), alhasil hdupny move on