PDA

View Full Version : [Tanya] kurikulum 2006 dan 2013



red>,<hair
10-12-2014, 03:22 PM
Ada yg tau masing2 keunggulan dan kelemahannya kurikulum 2006 dan 2013?
Berhubung sekarang lagi rame



Mencoba bikin trit serius

kandalf
10-12-2014, 05:44 PM
Beda paradigma katanya.

cha_n
10-12-2014, 07:37 PM
paradigma apa?
metode pembelajarannya beda bukan?

kandalf
11-12-2014, 04:23 AM
Saya kutip dari Goenawan Mohammad ya
http://goenawanmohamad.com/2013/06/03/tentang-kurikulum-2013/


Saya cemas jika kompetensi seorang siswa dalam beragama (dan berbudi pekerti) diukur dari banyaknya juz Qur’an yang dihafalnya.

Tapi ketika saya baca dokumen terakhir dari Kementerian, saya sedikir lega. Kompetensi dasar dalam agama Islam dirumuskan, antara lain, “Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9) : 119 dan Q.S. Lukman (31) : 14 serta hadits terkait” Juga: “Menunjukkan sikap semangat melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman dan perkembangan Islam di dunia.”

Di sini saja tampak, tak ada pelecehan terhadap ilmu. Dalam perdebatan yang saya ikuti, dapat saya simpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam sebagai mata pelajaran memang tak akan ada (sampai dengan kelas 4 atau, kalau tidak, sampai dengan kelas 6 SD), tapi kompetensi untuk itu tetap dikembangkan. Dalam proses itu, bahasa Indonesia diajarkan sebagai sarana mengobservasi, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengkomunikasikan temuan tentang gejala-gejala alam — satu bagian awal dari pendidikan sains.

Tapi satu sisi, yang sering jadi kritikan adalah terlalu dimasukkannya agama dalam semua ilmu.


Tak semua perumusan dalam Dokumen itu melegakan. Banyaknya “agama” disebut bisa menimbulkan kesan bahwa yang disiapkan Kementerian adalah sebuah generasi yang tak akan punya kemungkinan melahirkan seorang Stephen Hawking, ilmuwan yang ulung yang menyimpulkan bahwa Tuhan tak diperlukan dalam penciptaan alam semesta.

Tentu saja, bukan mustahil akan ada seorang ilmuwan atheis dari sekolah-sekolah kita. Tak ada kementerian yang bisa mencegah kemungkinan itu. Tapi saya maklum: sebuah kurikulum yang disiapkan Pemerintah tak akan bisa lepas dari hegemoni nilai di masyarakat. Hari-hari ini hegemoni itu ada pada agama.

Agar hegemoni itu tak berarti ketertutupan, agama harus hadir sebagai sesuatu yang inspiratif dan membebaskan, bukan cuma perskriptif dan mengintimidasi pemikiran.

Saya belum menganggap Kurikulum 2013 akan membawa kreatifitas, imajinasi dan sikap kritis beku karena diintimidasi. Tapi memang beberapa perumusan dalam Dokumen ini memberi kesan keagamaan yang berlebihan.

Kalimat-kalimat untuk kompetensi dasar Bahasa Indonesia, misalnya. Ketiga frase awalnya dimulai dengan kata-kata “mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia…”. Sebuah repetisi yang tak perlu, seakan-akan para perumusnya tak yakin akan efek kata-kata mereka sendiri.

Prakteknya sendiri,
yang kudengar dari Kirsh berdasarkan curhat murid-muridnya,
Kurikulum 2013 mirip kuliah yang mahasiswa harus banyak-banyak riset dan dosen minim mengajar.

Mungkin rekan-rekan guru di Kopimaya mau mengoreksi informasi yang saya dengar?

red>,<hair
11-12-2014, 09:10 AM
Barusan baca

Kurikulum 2013 Ditelanjangi di ITB

Rabu, 13 Maret 2013 | 19:40 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com*- Sebuah diskusi terbuka yang digelar oleh majelis guru besar Institut Teknologi Bandung khusus membahas mengenai rencana pemberlakuan kurikulum 2013 oleh pemerintah, Rabu (13/3/2013). Disana, substansi kurikulum dipaparkan untuk ditunjukkan kelemahan pada substansi, redaksional maupun filosofinya.

Diskusi berlangsung di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, dihadiri oleh Ketua MGB ITB, Harijono Tjokronegoro, profesor emeritus Universitas Negeri Jakarta, Henry Alex Rudolf Tilaar, guru besar ilmu matematika ITB, Iwan Pranoto, serta guru besar ITB Imam Buchori Zainuddin. Diskusi dilangsungkan dalam dua sesi dengan sesi tanya jawab di antaranya.

Imam Buchori mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 memiliki pertentangan makna, bahkan dalam penjelasannya itu sendiri. Alasan untuk mengubah kurikulum lebih didorong oleh masalah yang dihadapi generasi muda seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, maupun plagiarisme, sedangkan hal itu tidak terkait langsung dengan kurikulum.

Kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum 2013 adalah siswa yang mampu berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu masalah, maupun menjadi warga negara yang efektif.
"Tidak ada yang menyebut tentang pentingnya kemampuan untuk menemukan atau inovasi, kemampuan mencipta, berfikir sinergis, maupun kemampuan melihat peluang," kata Imam.

Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik atau*student centered active learning*juga dikritk Imam. Meski konsep tersebut sudah benar, penjabaran selanjutnya ternyata bertolak belakang. Misalnya siswa sudah dibebani tuntutan berbagai macam kompetensi. Pemerintah yang memiliki kendali dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum justru bertentangan dengan azas meritokrasi atau mendasarkan diri pada potensi peserta didik.

Dari segi redaksional, Imam justru menemukan banyak kejanggalan dalam logika berbahasa di dalam dokumen kurikulum. Dia menemukan kalimat mengenai pertimbangan dalam pengembangan kurikulum yakni "Perlunya merumuskan kurikulum yang dapat menunjukkan pentingnya pengetahuan dan memastikan bahwa peserta didik akan peka atas kebutuhannya untuk berpengetahuan dan pengembangannya. Untuk itu kurikulum perlu disusun dengan menggunakan pendekatan sains sebagai ciri utama proses pembelajaran dan penilaian dalam pembentukan kompetensi."
"Komentar saya, kalimatnya rasional, antisipatif, dan menginspirasi. Tapi bila didalami dalam implementasi kurikulumnya banyak yang bertentangan," kata Imam.

Terkait kompetensi inti dan kompetensi dasar, Imam banyak menemui penggabungan unsur agama dengan sains yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Dia menyebut contoh untuk kelas X mata pelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi intinya adalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Dalam kompetensi dasar poin pertama adalah mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.

Contoh-contoh lainnya juga diungkapkan oleh Iwan Pranoto. Dalam mata pelajaran Kimia untuk kelas X, dia mendapati kalimat penjelasan kompetensi dasar yakni "menyadari keteraturan dan kompleksitas konfigurasi elektron dalam atom sebagai wujud kebesaran Tuhan YME."

"Bila dicampur adukkan dengan Tuhan, naskah kurikulum seolah tidak bisa didebat karena nilainya menjadi suci," ujar Iwan.

Tilaar bahkan menyebut bahwa penyusunan kurikulum 2013 ternyata tidak tercantum dalam penjabaran rencana strategis pendidikan dasar 2009-2014. Untuk itu, dia meminta agar rencana pemberlakuan kurikulum ditunda dulu sampai betul-betul matang.*


Sumber (http:// http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/13/19402224/Kurikulum.2013.Ditelanjangi.di.ITB)

Agitho_Ryuki
11-12-2014, 11:06 AM
Pada dasarnya kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 hampir sama. Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan kurikulum 2006 dibagian penilaian, mengenai praktek pembelajaran hampir sama.
Kurikulum 2006 : Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
Kurikulum 2013 : Mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan
kalo diperhatikan : mengamati, menanya dan mengumpulkan informasi itu adalah kegiatan eksplorasi
mengasosiasi adalah kegiatan elaborasi
dan komunikasi adalah kegiatan konfirmasi juga.

sekolah-sekolah yang telah menjalankan kurikulum 2006 dengan baik pasti tidak masalah jika menerapkan kurikulum 2013. Yang jadi masalah sekolah-sekolah yang mengaku telah menggunakan kurikulum 2006 setelah ditanya:
apakah dikelas selama 2006 s.d 2013 siswa sudah melakukan eksplorasi?
apakah dikelas selama 2006 s.d 2013 siswa dan guru sudah melakukan elaborasi?
apakah dikelas selama 2006 s.d 2013 siswa sudah melakukan konfirmasi atas pemahaman yang diperolehnya?
MAYORITAS menjawab BELUM!!!!

artinya kurikulum 2006 pun belum berjalan dengan baik.

GiKu
11-12-2014, 11:07 AM
Saya kutip dari Goenawan Mohammad ya
http://goenawanmohamad.com/2013/06/03/tentang-kurikulum-2013/



Tapi satu sisi, yang sering jadi kritikan adalah terlalu dimasukkannya agama dalam semua ilmu.



Prakteknya sendiri,
yang kudengar dari Kirsh berdasarkan curhat murid-muridnya,
Kurikulum 2013 mirip kuliah yang mahasiswa harus banyak-banyak riset dan dosen minim mengajar.

Mungkin rekan-rekan guru di Kopimaya mau mengoreksi informasi yang saya dengar?

kenapa meng-kutip GM, Kop ?

"Agar hegemoni itu tak berarti ketertutupan, agama harus hadir sebagai sesuatu yang inspiratif dan membebaskan, bukan cuma perskriptif dan mengintimidasi pemikiran."

agama apa kira2 yg dimaksud si GM ?

kandalf
11-12-2014, 11:25 AM
Barusan baca


Sumber (http:// http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/13/19402224/Kurikulum.2013.Ditelanjangi.di.ITB)

Kita lihat deh apa benar ditelanjangi.

Alasan untuk mengubah kurikulum lebih didorong oleh masalah yang dihadapi generasi muda seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, maupun plagiarisme, sedangkan hal itu tidak terkait langsung dengan kurikulum.

Kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum 2013 adalah siswa yang mampu berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu masalah, maupun menjadi warga negara yang efektif.

"Tidak ada yang menyebut tentang pentingnya kemampuan untuk menemukan atau inovasi, kemampuan mencipta, berfikir sinergis, maupun kemampuan melihat peluang," kata Imam.

Justru itu keunggulan Kurikulum 2013.
Tidak semua orang bisa melakukan inovasi, mencipta, melihat peluang. Gak semua orang berbakat di bidang riset.
Kurikulum yang kemarin-kemarin, melahirkan beberapa orang cerdas namun lingkungan gak mendukung. Akhirnya pada pindah deh ke luar negeri.


Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik atau student centered active learning juga dikritk Imam. Meski konsep tersebut sudah benar, penjabaran selanjutnya ternyata bertolak belakang. Misalnya siswa sudah dibebani tuntutan berbagai macam kompetensi. Pemerintah yang memiliki kendali dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum justru bertentangan dengan azas meritokrasi atau mendasarkan diri pada potensi peserta didik.
Itu masalahnya pada kesiapan pengajar. Makanya kurikulum 2013 kemarin dihentikan.

Kalau dilihat baik-baik ucapannya Om Anies kemarin, dia gak bilang kurikulum 2013 buruk melainkan kesiapan pengajar yang kurang dan terlalu dipaksakan. Kurikulum memang harus berkembang. Nantinya kurikulum 2013 ini akan disempurnakan dan dipersiapkan dengan benar.


Contoh-contoh lainnya juga diungkapkan oleh Iwan Pranoto. Dalam mata pelajaran Kimia untuk kelas X, dia mendapati kalimat penjelasan kompetensi dasar yakni "menyadari keteraturan dan kompleksitas konfigurasi elektron dalam atom sebagai wujud kebesaran Tuhan YME."

"Bila dicampur adukkan dengan Tuhan, naskah kurikulum seolah tidak bisa didebat karena nilainya menjadi suci," ujar Iwan.

Ini adalah kritikan yang paling sering dilontarkan.
Goenawan Mohammad yang mendukung kurikulum 2013 pun juga mengritik ini.

---------- Post Merged at 11:25 AM ----------


kenapa meng-kutip GM, Kop ?

"Agar hegemoni itu tak berarti ketertutupan, agama harus hadir sebagai sesuatu yang inspiratif dan membebaskan, bukan cuma perskriptif dan mengintimidasi pemikiran."

agama apa kira2 yg dimaksud si GM ?


Mungkin paling gampang adalah perdebatan antara Niels Bohr vs Einstein.
Einstein mengritik mekanika kuantum dengan kata-kata "God does not play dice"
Akhirnya Niels Bohr menjawab "Stop telling God what to do with his dice"

Mesti harus hati-hati kalau mencampur adukkan agama dengan pengetahuan. Walaupun terkadang ketika belajar sesuatu membuat kita merasa takjub, tetapi interpretasimu gak bisa dipaksa ke orang lain.

ndugu
11-12-2014, 02:03 PM
Kalimat-kalimat untuk kompetensi dasar Bahasa Indonesia, misalnya. Ketiga frase awalnya dimulai dengan kata-kata “mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia…”. Sebuah repetisi yang tak perlu, seakan-akan para perumusnya tak yakin akan efek kata-kata mereka sendiri.


Terkait kompetensi inti dan kompetensi dasar, Imam banyak menemui penggabungan unsur agama dengan sains yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Dia menyebut contoh untuk kelas X mata pelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi intinya adalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Dalam kompetensi dasar poin pertama adalah mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
:lololol: :lololol:
is this for real? :lololol: :lololol:

saya bisa mengerti kalo seandainya pake alasan pensyukuran anugerah tuhan atas keberadaan dan keberagaman flora dan fauna, dll dll.
tapi bahasa indonesia? :lololol: seperti mensyukuri keberadaan internet :cengir:



Contoh-contoh lainnya juga diungkapkan oleh Iwan Pranoto. Dalam mata pelajaran Kimia untuk kelas X, dia mendapati kalimat penjelasan kompetensi dasar yakni "menyadari keteraturan dan kompleksitas konfigurasi elektron dalam atom sebagai wujud kebesaran Tuhan YME."

:cengir:


"Bila dicampur adukkan dengan Tuhan, naskah kurikulum seolah tidak bisa didebat karena nilainya menjadi suci," ujar Iwan.
really good point.
sains dan segala macem teori sains itu bukan final. ilmu2 seperti ini perlu (ato bahkan harus) selalu dikaji, dipertanyakan, diexplore bahkan di-challenged lagi. dan justru di situ lah spiritnya. sedangkan kalo dikasi 'tanda titik' final begitu, seperti batubara yang blom apa2 disiram dulu dengan air :cengir:

etca
12-12-2014, 01:36 AM
curhatan anak sekolah sekarang :
diajarin aja belum tentu ngerti, apalagi kalau apa2 mandiri gini?
hasilnya tempat2 bimbel laris manisssss ;D

ada yang membuat ilustrasi
tahun 2006, kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya.
nah tahun 2013 ini, siswa disuruh berpikir, mengolah, mengelaborasi sendiri

trus dari sisi guru menilai :
nilai hasil ulangan, sikap dan keaktifan siswa di dalam mencari dan mengelaborasi topik bahasan, trus satu lagi apa ya? lupa. ;D ::maap::

kandalf
12-12-2014, 04:41 AM
curhatan anak sekolah sekarang :
diajarin aja belum tentu ngerti, apalagi kalau apa2 mandiri gini?
hasilnya tempat2 bimbel laris manisssss ;D

ada yang membuat ilustrasi
tahun 2006, kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya.
nah tahun 2013 ini, siswa disuruh berpikir, mengolah, mengelaborasi sendiri


Seperti yang kubilang,
cara mahasiswa di UI waktu aku masuk kuliahnya.
Dan saat itu juga kontroversi, ada perdebatan di antara dosen-dosennya.

Memang cepat atau lambat, mahasiswa harus bisa berpikir mandiri, tetapi apakah di mata kuliah dasar juga harus sudah mandiri. Sebagian dosen bilang "harus dipaksa", sebagian lagi bilang "jangan, nanti tak ada yang sampai".

Nah, kurikulum 2013 ini ya sama.
Sejujurnya, sebaiknya generasi penerus kita (* uhuk.. aku sudah tua ternyata ) jangan mengulangi sikap manja kita, harus mulai mandiri sedini mungkin. Tetapi apakah gurunya siap?
Karena sebenarnya guru harus tetap memberi petunjuk, siswa mulai dari mana. Bukan dilepas begitu saja.

Lalu kurikulum seperti ini membutuhkan prasarana yang bagus seperti perpustakaan dan internet. Kalau nggak, murid mau mencari sumber dari mana?

Ronggolawe
12-12-2014, 05:08 AM
gw ngga akan sukses di kurikulum 2013... karena
perilaku gw sebagai siswa sangat cuek dan apatis
terhadap guru-guru dan kegiatan belajar mengajar
di kelas...

jaman gw sekolah kemarin, mencatat, latihan soal,
PR dan Ulangan serta Ujian, pasti sukses gw kerja
kan dengan hasil mendekati sempurna... tapi peran
serta di kelas, diskusi, tanya jawab dengan guru,
dan lain-lain macam sosial skill gw amat buruk, apa
lagi gw paling benci dengan hipokrit ala Orba yang
dijalankan oleh para guru :)

tuscany
12-12-2014, 05:16 AM
ada yang membuat ilustrasi
tahun 2006, kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya.
nah tahun 2013 ini, siswa disuruh berpikir, mengolah, mengelaborasi sendiri

trus dari sisi guru menilai :
nilai hasil ulangan, sikap dan keaktifan siswa di dalam mencari dan mengelaborasi topik bahasan, trus satu lagi apa ya? lupa. ;D ::maap::

Kalu begitu cara siswa belajar, maka cara penilaian guru harus mengikuti dinamika siswanya, kalau nggak jadinya nggak fair.

mbok jamu
12-12-2014, 10:44 AM
Seperti yang kubilang,
cara mahasiswa di UI waktu aku masuk kuliahnya.
Dan saat itu juga kontroversi, ada perdebatan di antara dosen-dosennya.

Memang cepat atau lambat, mahasiswa harus bisa berpikir mandiri, tetapi apakah di mata kuliah dasar juga harus sudah mandiri. Sebagian dosen bilang "harus dipaksa", sebagian lagi bilang "jangan, nanti tak ada yang sampai".


Nah, kurikulum 2013 ini ya sama.
Sejujurnya, sebaiknya generasi penerus kita (* uhuk.. aku sudah tua ternyata ) jangan mengulangi sikap manja kita, harus mulai mandiri sedini mungkin. Tetapi apakah gurunya siap?
Karena sebenarnya guru harus tetap memberi petunjuk, siswa mulai dari mana. Bukan dilepas begitu saja.

Lalu kurikulum seperti ini membutuhkan prasarana yang bagus seperti perpustakaan dan internet. Kalau nggak, murid mau mencari sumber dari mana?


Wait.. muridnya yang manja atau gurunya yang ndak mampu?

Masa sekolah di Indonesia mbok sering berdebat dengan guru-guru, you know.. those who didn't make any sense, sampai ortu sering dipanggil ke sekolah. Yes, those idiots hated my guts. Jadi kalau murid tiba-tiba diharapkan mandiri, hmm.. kedengarannya seperti guru-guru yang ingin lepas tangan.

ndugu
12-12-2014, 11:39 AM
curhatan anak sekolah sekarang :
diajarin aja belum tentu ngerti, apalagi kalau apa2 mandiri gini?
hasilnya tempat2 bimbel laris manisssss ;D

ada yang membuat ilustrasi
tahun 2006, kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya.
nah tahun 2013 ini, siswa disuruh berpikir, mengolah, mengelaborasi sendiri

trus dari sisi guru menilai :
nilai hasil ulangan, sikap dan keaktifan siswa di dalam mencari dan mengelaborasi topik bahasan, trus satu lagi apa ya? lupa. ;D ::maap::


Seperti yang kubilang,
cara mahasiswa di UI waktu aku masuk kuliahnya.
Dan saat itu juga kontroversi, ada perdebatan di antara dosen-dosennya.

Memang cepat atau lambat, mahasiswa harus bisa berpikir mandiri, tetapi apakah di mata kuliah dasar juga harus sudah mandiri. Sebagian dosen bilang "harus dipaksa", sebagian lagi bilang "jangan, nanti tak ada yang sampai".

Nah, kurikulum 2013 ini ya sama.
Sejujurnya, sebaiknya generasi penerus kita (* uhuk.. aku sudah tua ternyata ) jangan mengulangi sikap manja kita, harus mulai mandiri sedini mungkin. Tetapi apakah gurunya siap?
Karena sebenarnya guru harus tetap memberi petunjuk, siswa mulai dari mana. Bukan dilepas begitu saja.

Lalu kurikulum seperti ini membutuhkan prasarana yang bagus seperti perpustakaan dan internet. Kalau nggak, murid mau mencari sumber dari mana?
saya setuju dengan kandalf.

idealnya, bukan menunggu sampe menjadi mahasiswa baru disuruh berpikir mandiri, dari kecil pun sudah seharusnya dibiasakan berpikir secara mandiri, biar saat berubah status menjadi mahasiswa tidak kelelep dengan ketidakbiasaan mandiri dan kritis.

saya sendiri merasakan kok efeknya sampe skarang, karena saya sangat merasa sebagai produk kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya, karena memang demikian proses pembelajaran saya di 12 tahun pertama sekolah. dan saat tiba2 diharuskan mengganti gaya belajar ala mahasiswa, itu bukan hal yang mudah untuk diubah. bahkan sampe sekarang pun saya masih ada kecenderungan kaku dan kesulitan saat berada di situasi harus belajar secara mandiri. sudah kebiasaan disuapin info oleh orang lain. old habits die hard.

saya tidak melihat ini sebagai 'mampu / tidak mampu', tapi 'mau + terbiasa ato ngga'. critical thinking is very important, dan seharusnya dibiasakan sejak kecil. bukan malah ditekan dari dini.

yang menjadi bottleneck menurutku adalah kapasitas dan kemampuan guru. again, idealnya mereka menjadi pendorong, who nudges the student along dalam proses pembelajaran mereka. bukan sekedar cuap2 menyuapin info. tapi ya itu juga, apakah mentalitas ato kebiasaan cara mengajar mereka bisa diubah segampang itu? bukan hanya anak yang perlu mengubah kebiasaan mereka, guru juga. it goes both ways.

Agitho_Ryuki
12-12-2014, 12:41 PM
ada yang membuat ilustrasi
tahun 2006, kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya.

Ini bukan kurikulum 2006......
kurikulum 2006:
siswa melakukan eksplorasi, lalu ber-elaborasi menyimpulkan konsep lalu mengkonfirmasi kosnep yang ia simpulkan itu.
kalo "kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya" itu bukan kurikulum 2006.

Bi4rain
12-12-2014, 08:22 PM
apa hanya aku saja yang ngerasa kalo kurtilas itu sangat membebankan guru di bagian pengerjaan administrasi yang sangat panjang? kurikulum 2006 sudah bagus menurut saya, pengerjaan administrasinya juga tidak sebanyak kurtilas. sebagai guru anak usia dini sih, saya jadi punya lebih banyak waktu bersama anak daripada kurikulum yang jelas menyita waktu saya mengerjakan deadline administrasi yang demikian banyak sehingga menelantarkan anak.
Apa implementasi kurtilas di jenjang pendidikan selain anak usia dini berbeda? mohon pencerahannya.

Agitho_Ryuki
12-12-2014, 08:51 PM
^
sudahkah menjalankan kurikulum 2006 dgn benar?
sudahkah membuat RPP yang ideal sesuai kur 2006?
sudahkah membuat rancangan kegiatan yang memuat Eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sesuai tuntutan kurikulum 2006?
sudahkah membuat instrumen penilaian dan evaluasi sesuai tuntutan kurikulum 2006?

Nowitzki
12-12-2014, 11:40 PM
Kurikulum 2013 pada dasarnya sih bagus sih.

Masalahnya adalah, Kurikulum ini mempunyai metode yang jauh berbeda dengan kurikulum2 sebelumnya. Jadi perlu persiapan yang matang sebelum benar2 dilaksanakan.

Tapi, Kementrian belum menyiapkan guru dan fasilitas yang memadai untuk menjembataninya.
Memang dipaksakan.
Karena baru disetujui pada tahun 2013, dan dilaksanakan oleh hampir semua sekolah pada tahun 2014.
Tanpa ada sosialisasi yang memadai ke sekolah2 dan institusi pendidikan yang lain.
Tanpa ada seminar dan pelatihan guru.
Dan buku-buku serta alat ajar mengajar yang dibuat secara instan, sehingga banyak kesalahan konteks dan isi.

Dari pengamatan saya, di Jakarta sendiri, banyak murid dari sekolah yang bagus, merasa terbebani dengan metodenya.
Setiap pelajaran berlangsung selama 3-4 jam, dimulai dengan penjelasan dari guru selama 5 menit.
Lalu, kelas dibagi dalam kelompok2 dimana mereka harus merangkum subjek yang sedang dibahas.
Di sini, mereka diharapkan untuk menggalang informasi tidak hanya dari buku sekolah, tapi juga dari sumber2 lain (buku2 sampingan dan internet).
Lalu, mereka harus melakukan presentasi di depan kelas.
Dan pertemuan berikutnya mereka akan melakukan test.
Setiap bulan, ada satu minggu penuh untuk test2 semua pelajaran.

Overall, kurikulum ini tidak jelek2 amat, cuma persiapannya yang kurang banget.
Istilah kawan saya yang guru sekolah

"Syahdan,seorang panglima perang menginstruksikan kepada seluruh pasukannya:
'Prajurit-prajuritku...berperanglah kalian untuk mempertahankan negara kita,tapi pelurunya beli sendiri-sendiri ya ke saya!!!'
Kira2 begitulah implementasi Kurikulum 2013 ini"

Agitho_Ryuki
13-12-2014, 12:12 AM
Kurikulum 2013 pada dasarnya sih bagus sih.

Masalahnya adalah, Kurikulum ini mempunyai metode yang jauh berbeda dengan kurikulum2 sebelumnya. Jadi perlu persiapan yang matang sebelum benar2 dilaksanakan.

kurasa tidak EEK dan 5M tidak jauh beda sudah saya jelaskan di atas. yang membuat terasa jauh beda karena selama ini kurikulum 2006 tidak dijalankan dengan baik.



Tapi, Kementrian belum menyiapkan guru dan fasilitas yang memadai untuk menjembataninya.
Memang dipaksakan.
Karena baru disetujui pada tahun 2013, dan dilaksanakan oleh hampir semua sekolah pada tahun 2014.
Tanpa ada sosialisasi yang memadai ke sekolah2 dan institusi pendidikan yang lain.
Tanpa ada seminar dan pelatihan guru.
Dan buku-buku serta alat ajar mengajar yang dibuat secara instan, sehingga banyak kesalahan konteks dan isi.

sebenarnya sosialisasi dan pelatihan sudah; dari data verval yg saya tahu hampir setiap kab di Indonesia sudah ada banyak guru yang mendapatkan pelatihan. Masalah logistik buku n lain2 no comment, memang begitu kenyataannya.



Dari pengamatan saya, di Jakarta sendiri, banyak murid dari sekolah yang bagus, merasa terbebani dengan metodenya.
Setiap pelajaran berlangsung selama 3-4 jam, dimulai dengan penjelasan dari guru selama 5 menit.
Lalu, kelas dibagi dalam kelompok2 dimana mereka harus merangkum subjek yang sedang dibahas.
Di sini, mereka diharapkan untuk menggalang informasi tidak hanya dari buku sekolah, tapi juga dari sumber2 lain (buku2 sampingan dan internet).
Lalu, mereka harus melakukan presentasi di depan kelas.
Dan pertemuan berikutnya mereka akan melakukan test.
Setiap bulan, ada satu minggu penuh untuk test2 semua pelajaran.

yup... arahnya memang kesana. siswa dipaksa untuk berpendapat, dan mengkomunikasikan. karena selama ini siswa cenderung "diam". Dan untuk penilaian, seharusnya pada akhir sesi ketika KD sudah selesai tak perlu nunggu pertemuan selanjutnya.


by
Overall, kurikulum ini tidak jelek2 amat, cuma persiapannya yang kurang banget.
Istilah kawan saya yang guru sekolah

"Syahdan,seorang panglima perang menginstruksikan kepada seluruh pasukannya:
'Prajurit-prajuritku...berperanglah kalian untuk mempertahankan negara kita,tapi pelurunya beli sendiri-sendiri ya ke saya!!!'
Kira2 begitulah implementasi Kurikulum 2013 ini"
Iya rasional, konsep dan niatnya bagus. Implementasinya terlalu buru2 ya itu terasa juga.
tapi saya kurang setuju dengan analoginya...
analoginya adalah...

ada bahan, ada alat, ada kumpulan resep. buatlah makanan dari bahan tsb. nanti saya cicipi.

red>,<hair
14-12-2014, 02:25 AM
^ semoga pelatihannya ga seperti yg d bilang d artikel bawah ini ::ungg::

Kurikulum 2013
Guru Akui Pelatih Kurikulum 2013 Bocorkan Kunci Jawaban
Minggu, 7 Desember 2014 18:36 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembohongan publik terjadi saat pelatihan kurikulum 2013 olah para instruktur nasional pada para guru.

Hal itu diungkap oleh Ketua Serikat Guru Indonesia, Kab Bima, Fahmi Hatib, dalam diskusi "Sikap FSGI atas keputusan Mendikbud menghentikan Kurikulum 2013" di LBH Jakpus, Minggu (6/12/2014).

"Saat pelatihan, si instruktur memberikan arah pembocoran kunci jawaban untuk post test. Agar tergambar bahwa pelatihannya berhasil. Ini kan pembohongaan publik," tutur Fahmi.

Fahmi melanjutkan pelatihan yang ada selama ini hanyalah formalitas belaka. Kualitas pelatihannya sangat tidak tampak.

"Instruktur mengaku mereka hanya dilatih 10 hari di Jakarta, tidak ada pendalaman. Lalu saat post test bocoran jawaban diberikan. Ini jelas instrukturnya berkulitas rendah," kata Fahmi.

Hal yang sama juga diamini oleh Usman, guru dari Mataram, NTB. Saat pelatihan Usman juga mengaku diberikan kunci jawaban oleh instruktur namun dirinya menolak.

"Saya diberi kunci jawaban tapi saya tolak. Dengan disebarnya kunci jawaban seolah-olah pelatihan ini berhasil. Buat kebanggan bagi pemerintah dan pemerintah percaya. Padahal semuanya semu belaka," tegas Usman.
sumber (http://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/07/guru-akui-pelatih-kurikulum-2013-bocorkan-kunci-jawaban)

Agitho_Ryuki
14-12-2014, 06:13 AM
kok bisa Instruktur Nasional dapat soal/kunci? Saya juga Instruktur Nasional tp gak punya soal dan kunci..

kasus yg sama seperti kebocoran UN?

Bi4rain
14-12-2014, 07:56 PM
^
sudahkah menjalankan kurikulum 2006 dgn benar?
sudahkah membuat RPP yang ideal sesuai kur 2006?
sudahkah membuat rancangan kegiatan yang memuat Eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sesuai tuntutan kurikulum 2006?
sudahkah membuat instrumen penilaian dan evaluasi sesuai tuntutan kurikulum 2006?

Awal diperkenalkan dengan kurikulum 2006, sekolah sudah langsung meminta diajarkan pada semua guru dan praktek. RPP, RKH, RKM semua dilaksanakan. awal masih terasa berat, tapi ternyata bisa dilaksanakan sesuai dengan indikator yang diberikan. Penilaian juga dijalankan sesuai.
Permasalahan saya bukan ke kurikulum 2006, tapi kurtilas13 ini.
kurtilas adalah penyempurnaan kur2006. bagi saya sudah cukup kur2006 dengan proporsi mengerjakan administrasi dan interaksi dengan murid 50-50. Dengan kurtilas, proporsi administrasi menjadi banyak luar biasa (belum lagi kami memang ada tuntutan administrasi sendiri dari sekolah) sehingga saya rasa kok sesuatu yang menjadi penyempurnaan malah membebankan.
Maka dari itu saya pengen tahu, apa ada perbedaan implementasi kurtilas pada tiap jenjang pendidikan?

Agitho_Ryuki
14-12-2014, 09:52 PM
jika kurikulum 2006 bs berjalan dgn baik mestinya kurikulum 2013 tidak bermasalah karena perbedaannya pada dasarnya pada penilaian. Pada penilaian ini banyak guru memahami bahwa setiap pertemuan selalu ada penilaian semua sikap, padahal ada sekitar 12 sikap. Hanya guru superman yg mampu seperti itu.

etca
15-12-2014, 07:43 AM
Ini bukan kurikulum 2006......
kurikulum 2006:
siswa melakukan eksplorasi, lalu ber-elaborasi menyimpulkan konsep lalu mengkonfirmasi kosnep yang ia simpulkan itu.
kalo "kepala siswa dibuka, lalu guru menuangkan ilmu ke dalam kepalanya" itu bukan kurikulum 2006.
yang ngomong gitu pas sosialisasi di ruang publik akademis secara formal loh.
artinya yang tahun 2006 gagal dong implementasinya,

eh tunggu dulu, bukannya jaman SD udah ada namanya CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif, artinya dari jaman baheula ada kurikulum yang konon katanya serba Mandiri itu,
implementasinya masih ga mandiri2 juga?
atauuuu standard mandirinya yang berubah melulu sesuai era siapa yang pada saat itu mempimpin?

Muridnya disuruh belajar Mandiri sesuai kurikulum tsb
kupikir guru pun diminta belajar Mandiri soal kurikulum dan mengembangkan kreasinya dalam mengajar asal masih dalam tataran kurikulum tsb.
fair sih, dimanamana kerja kebanyakan juga harus mencari solusinya sendiri.
ga melulu dicekoki, :)

kandalf
15-12-2014, 08:39 AM
yang ngomong gitu pas sosialisasi di ruang publik akademis secara formal loh.
artinya yang tahun 2006 gagal dong implementasinya,

eh tunggu dulu, bukannya jaman SD udah ada namanya CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif, artinya dari jaman baheula ada kurikulum yang konon katanya serba Mandiri itu,
implementasinya masih ga mandiri2 juga?
atauuuu standard mandirinya yang berubah melulu sesuai era siapa yang pada saat itu mempimpin?


Benar.
Sebenarnya dari zaman Eyang Suharto pun, para Mendikbud kita sudah bereksperimen bagaimana supaya murid itu lebih aktif. Jadi tidak menunggu disuapin.
Bukan karena guru malas seperti tudingan mBok Jamu.

Tapi yang 2013 ini yang paling radikal.

Yang saya dengar, ya persis yang saya alami di kampus dulu.
Bukan 50-50 lagi melainkan 99 % siswa aktif, 1% dosen sebagai moderator dan pengarah diskusi.
Hanya ada dua kelas yang kualami seperti itu. Kelas yang satu cukup sukses karena almarhum Mas Muki (dosennya) siap sementara kelas yang satu lagi tidak terlalu sukses.

Kalau dari sisi guru, saya gak tahu administrasi apa saja yang harus disiapkan. Maaf. Saya selama ini dengar dari curhat murid dan itu pun tak langsung melainkan dari istri saya.