PDA

View Full Version : budaya melayani diri sendiri



cha_n
26-10-2014, 12:56 AM
http://img.photobucket.com/albums/v233/rinailkom/Mobile%20Uploads/10556487_10152463659421864_710127663957170423_n_zp svsne2uy0.jpg (http://smg.photobucket.com/user/rinailkom/media/Mobile%20Uploads/10556487_10152463659421864_710127663957170423_n_zp svsne2uy0.jpg.html)

jadi inget waktu ke jepang tempo hari, sempat gagap budaya juga, sempat kaget, ternyata makan di kfc/mcD harus membereskan sisa makanan sendiri.
jadi ini salah siapa?
di kita, memang sudah terbiasa makan di restoran tidak membereskan makanan sendiri. kalau di rumah, tentu beda. lagi-lagi masalah kebiasaan dan nilai yang dimiliki.
kalau memang mau mengubah itu, asal sepakat, ya harus dimulai dengan awareness/kesadaran semua pihak.
perlu ada petunjuk2 yang banyak. ya namanya juga mau ngubah kebiasaan orang kan ga gampang apalagi selama ini dianggap bagus2 aja kalo di restoran ga beraihin makanan sensiri, malah jadi aneh kalo di kita bersihin makanan sendiri kalo di restoran2 gt.

ndableg
26-10-2014, 06:59 AM
Jadi di indo mcd jg pake pelayan? emang mcd restoran?

mbok jamu
26-10-2014, 09:24 AM
Mbok pikir topik apaan. #ketularan si Etty ::doh::

Kalau makanan disajikan dalam kemasan yang dispensable (kertas atau plastik), idealnya sisa dan kemasan dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan (organic/recycle bin) lalu baki-nya diletakkan pada tempatnya. Tapi kalau restoran itu menyediakan makanan dengan piring gelas/keramik dan stainless steel cutleries seperti foto di atas, bagaimana cara customer membuangnya? Seruan Ikea di foto kanan hanya untuk meninggalkan baki (tray) supaya customer berikutnya bisa langsung ambil baki lalu ngantri, toh? Jadi kalau customer akhirnya bingung lalu meninggalkan meja seperti foto kiri, ya ndak salah juga.

Kalau mau mendidik, do it right.

Kalau soal melayani diri sendiri, cari pembantu kan makin susah, mbok optimis masyarakat di Indonesia lambat-laun akan belajar melayani diri sendiri. Kalau di luar negri, orang Indonesia sudah terbiasa mengerjakan semuanya sendiri dan membuang sampah pada tempatnya. Daripada menggaji pembantu dan membayar denda, duitnya mendingan buat kita mudik. ;D

cha_n
26-10-2014, 11:44 AM
begitulah kalo di Indonesia kan junkfood macam mcd dan kfc dianggap makanan kelas menengah ke atas om ndableg xixixixi

@mbok
setahu saya harusnya setelah makan, meja makan harusnya bersih daribsisa makanan, baki dan segala isinya ditaruh di tempat yang telah disediakan. nah karena belum terbiasa, sepertinya banyak yang belum ngeh.

waktu di jepang dulu (ga tahu kalau negara lain apakah sama) disediakan tempat sampah dengan pebjelasan jenis sampahnya. jadi kalau sisa makanan seperti tulang, kentang dll, buanh di lubang A, piring2 buang di lubanh B, baki ditumpuk di meja tertentu.
kalau di sd nya, kotak susu harus dilipat.

pas dulu magang di indosat, kantinnya juga begitu. meja harus dibersihkan sendiri setelah makan. awal2 kagok juga. lama2 terbiasa.
sampai2, mau masuk lift mengucapkan salam, ketemu orang ga di kenal juga mengucapkan salam lho (ga tahu kalo sekarang)

Yuki
26-10-2014, 11:51 AM
tidak ada masalah jika memang ingin begitu, bisa aja kok

hanya saja untuk secara global memang tidak gampang, sekali lagi kebudayaan tertentu jangan diharapkan bakal sama diterapkan di tempat yg lain

maksud saya begini, jangan karena mentang-mentang di luar negeri seperti itu, maka kita melihatnya bagaikan perbuatan terpuji layaknya malaikat, begitu melihat kebudayaan yg berbeda di negeri sendiri, maka kita melihatnya bagaikan kebudayaan yg terhina

untuk diri sendiri sih tidak masalah, asalkan sedari awal dibilang oleh sang restorannya bahwa harus membereskan sendiri, tapi apabila dibilangnya setelah makan, jelas saya tidak mau, jangan harap

et dah
26-10-2014, 01:09 PM
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. ;D


Mbok pikir topik apaan. #ketularan si Etty ::doh::




hahahaha

TheCursed
26-10-2014, 05:11 PM
begitulah kalo di Indonesia kan junkfood macam mcd dan kfc dianggap makanan kelas menengah ke atas om ndableg xixixixi ....

Point bagus cha_n.
Di Indonesia, McD, IKEA,dan sejenisnya itu resto. Bukan 'warteg', kayak frame berfikir dari negara asalnya.
Di eropa sini, yang namanya Cafe(den bentuknya beneran kayak Cafe di Jakarta) aja itungannya 'warteg', kok. ;D

Tapi terlepas dari itu semua, IMHO, bagus aja untuk kita semua mulai belajar ngangkat bekas makan sendiri ke tempat cucian. Nggak masalah sumber budaya itu dari mana. Kalo memang bagus, kenapa nggak di serap ? Lagian cuma di minta ngangkat baki doang, nggak sampe kutilan juga kali. [meditasi]

Di suku gue, kami sangat canggung dengan yang namanya 'batur'/pelayan. So dari kecil kita di paksa buat, minimum, naroh sendiri semua bekas makan ke bak cucian piring.
Welp, it stuck. Bahkan saat makan di Mie Golek indo-pun langsung reflek nyari tumpukan piring kotor kalo abis makan.
So, sama sekali nggak merasa tersinggung sama itu artikel. Karena, ngga ngerasa jadi bagian yang di omongin. Sejak jaman dahulu kala. Heh heh... ;D

mbok jamu
26-10-2014, 07:11 PM
@mbok
setahu saya harusnya setelah makan, meja makan harusnya bersih daribsisa makanan, baki dan segala isinya ditaruh di tempat yang telah disediakan. nah karena belum terbiasa, sepertinya banyak yang belum ngeh.

waktu di jepang dulu (ga tahu kalau negara lain apakah sama) disediakan tempat sampah dengan pebjelasan jenis sampahnya. jadi kalau sisa makanan seperti tulang, kentang dll, buanh di lubang A, piring2 buang di lubanh B, baki ditumpuk di meja tertentu.
kalau di sd nya, kotak susu harus dilipat.

Betul, KALAU piring, gelas dan sendok-garpunya terbuat dari kertas/plastik seperti mbok tulis sebelumnya. Lha kalau piringnya keramik seperti foto di atas lalu dibuang ke lubang B, ya pecah dong.

Fastfood Jepang biasanya pakai piring melamin, jadi ya bisa saja piring-piringnya dibuang ke lubang. Restoran Jepang biasanya pakai piring kayu, again, bisa saja piring-piringnya dibuang ke lubang.

Kalau Ikea mengharapkan customernya membawa piring keramik dengan sendok-garpu stainless steel ke tempat sampah atau lubang-lubang itu, what about the safety issue? Bagaimana kalau piring-piring itu jatuh, pecah, dan pecahannya melukai kaki customer? Bagaimana kalau garpu stainless steel itu jatuh dan nancep di kaki anak kecil yang kebeneran sedang berjalan di sebelah ibu-nya yang sedang heboh? If they put the customer at risk, justru ndak boleh, restoran itu malah bisa dituntut.




pas dulu magang di indosat, kantinnya juga begitu. meja harus dibersihkan sendiri setelah makan. awal2 kagok juga. lama2 terbiasa.
sampai2, mau masuk lift mengucapkan salam, ketemu orang ga di kenal juga mengucapkan salam lho (ga tahu kalo sekarang)

Di kantor mbok ada cafe. Sisa makanan dibuang ke lubang, cutlery dimasukkan ke kotak yang berisi air sabun, piring disusun di sebelah kotak itu. Di kantor bisa karena safety is everyone's responsibility dan cafe kantor memang hanya menyediakan makanan.

Kalau soal mengucapkan salam, ndak hanya di lift, di mana saja di kantor kecuali di toilet.

Menahan pintu tetap terbuka untuk orang yang berjalan di belakang kita, sudah kebiasaan. Di Indonesia masih dianggap aneh, untuk manula sekalipun. Pernah menahan pintu supaya tetap terbuka untuk ibu-ibu lanjut yang jalan di belakang mbok, si ibu bengong, speechless.

TheCursed
26-10-2014, 07:36 PM
...
Kalau Ikea mengharapkan customernya membawa piring keramik dengan sendok-garpu stainless steel ke tempat sampah atau lubang-lubang itu, ....

emang dari keramik ?
Di sini sih, alat makan di tempat franchise kayak gitu biasanya plastik atau kertas karton.
Kalo di Cafe, bahannya keramik dan logam sih. Dan tetep kita harus naroh alat makan abis pake di tempat tumpukan piring kotor(so, bukan lobang pembuangan/trashcan).
Kalo jatoh pecah, ibu2 yang jaga langsung sigap mengamankan lokasi.

Bener2 situasi "Sh1t Happens" sih, kalo sampe ketusuk pecahan beling atau ketusuk alat makan yang dari logam itu.
Soalnya kita selalu dalam wilayah pengawasan ibu2 dan mbak2 yang ngejalanin cafe.
Ngawasin biar nggak ada yang kabur nggak bayar abis makan. ;D

Dan di cafe-nya ada tempat buat orang tua dengan anak2 kecil juga.
Orang tua yang kelimpungan sama anak2nya, bisa minta tolong(It's not in their job desc, so one gotta ask for said help very respectfully. Hence the underline. ) bantuan sama cashiers buat beresin meja abis makan.

Walaupun, iya juga sih, yang namanya tempat 'tumpukan pring kotor' di sini itu bentuknya rak besi yang tertutup sisi2nya. Lumayan aman dari resiko kesenggol, jatoh dan pecah. Bukan ruang terbuka rawan ke sepak kayak di gambar itu.

tsu
26-10-2014, 10:36 PM
klo saya....

McD = saya buang sendiri
KFC = NO, bisa digetok pegawainya klo saya buang2 piring2 nya wkwkwkkwkw

Kingform
26-10-2014, 10:46 PM
biasanya kalo abis makan di McD ato KFC langsung gw tinggal gitu aja ::ungg::
cuman emang gw rapiin sih mejanya, jadi sampah2nya gw jadiin satu diatas nampan
tsu: kayaknya sekarang KFC udah ga pake piring lagi deh...pakenya karton

ndugu
27-10-2014, 06:08 AM
dulu pernah denger cerita mengenai temenku dulu ada yang abis makan di food court trus beresin alat makannya sendiri, sampe dikejar2 sampe keluar pintu sama ibu2 tukang bersih2 untuk terima kasih :lololol:

makanya ada yang bilang, tinggal di indo itu 'enak'. apa2 diladenin. ngga perlu kaya raya, hidup uda bisa jadi kaya raja :cengir: kalo di LN mana bisa begitu. kurasa labor cost di sini sangat mempunyai andil ::elaugh:: di LN memang sudah biasa ya budaya clean-after-yourself itu. kalo di indo mungkin ngga biasa, karena ya itu, ga biasa aja. karena biasanya memang ada tukang khusus yang membersihkan. jadi wajar anggapan customer juga akan begitu, dipikirnya ada tukang yang akan membersihkan. kalo mo berubah, coba kasi waktu untuk berubah, dan pastikan info2 itu disampaikan dengan jelas biar customer tau apa yang perlu dilakukan.

mengenai piring keramik dll, itu pasti ngga akan bisa didrop begitu aja donk. dan kupikir pasti akan ada pertimbangan untuk itu lah. kemaren2 saya mampir ke kafe di deket rumahku, kue yang kubeli juga disajikan di atas piring keramik biasa. dan waktu ngembaliin, taro ke baskom deket tong sampah.

saya rasa tukang bersih2 ngga akan murni bisa ilang. tetep aja pasti akan ada sedikit sampah yang tersisa biarpun customer sudah bantu membersihkan. tapi seenggaknya akan membantu ato mengurangi tenaga tukang bersih2 yang diperlukan.

ngomong2, itu IKEA pertama di indo ya ato gimana? ::elaugh::
kalo di LN, justru IKEA dikenal sebagai perabot murah (yang kualitas juga rada2 perlu dipertanyakan, seenggaknya begitu sih image produk ikea dulu) ::elaugh::

kandalf
27-10-2014, 09:41 AM
Jujur, aku merasa kalian pada salah fokus deh kasus ini.
Yang saya lihat, bukan 'budaya melayani diri sendiri' yang jadi masalah tetapi 'budaya tidak membaca'.

Tiap daerah punya budaya sendiri. Itu sebabnya ada yang namanya 'tulisan' sebagai alat komunikasi.
Saya di kantor klien di Sulut, ternyata harus letakkan baki dan piring di tempat tertentu. Saya melihat ada tulisan di kantor klien dan saya langsung ikuti petunjuk tersebut.

Begitu juga waktu di salah satu youth hostel di dalam kota Chicago, saya melihat tulisan petunjuk "please wash the dishes" dan ya sudah, saya pun mencuci piring dan gelas sisa sarapan saya.

Saya salut pada IKEA yang mencoba memperkenalkan budaya 'taruh baki' dan mengomunikasikannya lewat tulisan. Dan saya kecewa pada yang tidak membaca tulisan itu.

Itu sebabnya kenapa lalu lintas kita semrawut, karena banyak rekan-rekan kita tidak membaca rambu-rambu lalu lintas.

surjadi05
27-10-2014, 09:57 AM
Err karna tulisannya ga bisa dibaca walo udah di zoom ::ungg::

GiKu
27-10-2014, 10:55 AM
kalo sudah selesai, jangan lupa disiram sendiri
gak usah nunggu orang lain yg nyiram
::hihi::

cha_n
27-10-2014, 02:43 PM
Betul, KALAU piring, gelas dan sendok-garpunya terbuat dari kertas/plastik seperti mbok tulis sebelumnya. Lha kalau piringnya keramik seperti foto di atas lalu dibuang ke lubang B, ya pecah dong.

Fastfood Jepang biasanya pakai piring melamin, jadi ya bisa saja piring-piringnya dibuang ke lubang. Restoran Jepang biasanya pakai piring kayu, again, bisa saja piring-piringnya dibuang ke lubang.

Kalau Ikea mengharapkan customernya membawa piring keramik dengan sendok-garpu stainless steel ke tempat sampah atau lubang-lubang itu, what about the safety issue? Bagaimana kalau piring-piring itu jatuh, pecah, dan pecahannya melukai kaki customer? Bagaimana kalau garpu stainless steel itu jatuh dan nancep di kaki anak kecil yang kebeneran sedang berjalan di sebelah ibu-nya yang sedang heboh? If they put the customer at risk, justru ndak boleh, restoran itu malah bisa dituntut.




ya lihat sikon lah
kalau piringnya kaca/melamin, piring ditumpuk di tempat tertentu
gelas kotor juga ada disiapkan tempatnya, kita tinggal menumpuknya di sana (misalnya di sekolah2nya, begini caranya)
kalau mcD-nya emang piring kertas, jadi langsung buang

tapi bukan itu soal piringnya dari kertas atau beling yang ingin aku diskusikan sih, tapi soal aturannya, di ikea alam sutera sudah diminta orang membereskan makanannya sendiri, taruh baki (setelah makan) ke tempat yang sudah disediakan, dan itu tidak dilakukan ::bye::

cha_n
27-10-2014, 02:45 PM
dulu pernah denger cerita mengenai temenku dulu ada yang abis makan di food court trus beresin alat makannya sendiri, sampe dikejar2 sampe keluar pintu sama ibu2 tukang bersih2 untuk terima kasih :lololol:

makanya ada yang bilang, tinggal di indo itu 'enak'. apa2 diladenin. ngga perlu kaya raya, hidup uda bisa jadi kaya raja :cengir: kalo di LN mana bisa begitu. kurasa labor cost di sini sangat mempunyai andil ::elaugh:: di LN memang sudah biasa ya budaya clean-after-yourself itu. kalo di indo mungkin ngga biasa, karena ya itu, ga biasa aja. karena biasanya memang ada tukang khusus yang membersihkan. jadi wajar anggapan customer juga akan begitu, dipikirnya ada tukang yang akan membersihkan. kalo mo berubah, coba kasi waktu untuk berubah, dan pastikan info2 itu disampaikan dengan jelas biar customer tau apa yang perlu dilakukan.

mengenai piring keramik dll, itu pasti ngga akan bisa didrop begitu aja donk. dan kupikir pasti akan ada pertimbangan untuk itu lah. kemaren2 saya mampir ke kafe di deket rumahku, kue yang kubeli juga disajikan di atas piring keramik biasa. dan waktu ngembaliin, taro ke baskom deket tong sampah.

saya rasa tukang bersih2 ngga akan murni bisa ilang. tetep aja pasti akan ada sedikit sampah yang tersisa biarpun customer sudah bantu membersihkan. tapi seenggaknya akan membantu ato mengurangi tenaga tukang bersih2 yang diperlukan.

ngomong2, itu IKEA pertama di indo ya ato gimana? ::elaugh::
kalo di LN, justru IKEA dikenal sebagai perabot murah (yang kualitas juga rada2 perlu dipertanyakan, seenggaknya begitu sih image produk ikea dulu) ::elaugh::

makasih ndugu atas tanggapannya...
akhirnya... pas sama yang aku maksud untuk diskusikan *lapkeringet*
ndugu
iya gu, ini pertama di Indonesia. harganya mahal2 kalo menurutku sih (info: suami)

cha_n
27-10-2014, 02:52 PM
Jujur, aku merasa kalian pada salah fokus deh kasus ini.
Yang saya lihat, bukan 'budaya melayani diri sendiri' yang jadi masalah tetapi 'budaya tidak membaca'.

Tiap daerah punya budaya sendiri. Itu sebabnya ada yang namanya 'tulisan' sebagai alat komunikasi.
Saya di kantor klien di Sulut, ternyata harus letakkan baki dan piring di tempat tertentu. Saya melihat ada tulisan di kantor klien dan saya langsung ikuti petunjuk tersebut.

Begitu juga waktu di salah satu youth hostel di dalam kota Chicago, saya melihat tulisan petunjuk "please wash the dishes" dan ya sudah, saya pun mencuci piring dan gelas sisa sarapan saya.

Saya salut pada IKEA yang mencoba memperkenalkan budaya 'taruh baki' dan mengomunikasikannya lewat tulisan. Dan saya kecewa pada yang tidak membaca tulisan itu.

Itu sebabnya kenapa lalu lintas kita semrawut, karena banyak rekan-rekan kita tidak membaca rambu-rambu lalu lintas.
nah, bisa jadi salah satunya
tapi kadang walo dah baca ya masa bodo, tetep aja dilanggar

ndableg
27-10-2014, 03:07 PM
Masalahnya konsep bersihin makanan sendiri kurang pas diterapkan di indonesia yang industrinya masih kurang kreatip dan jumlah sdm tanpa skill banyak. Di indo pomp bensin ato pintu kereta masih ada pelayannya kan? Di eropa juga kalo ke restoran indonesia, (biasanya) pelayanannya paling top, ga minuman doang dituangin, sampe nasi diserokin juga.

Pastinya ada banyak salah paham juga ketika konsep beresin sendiri pertama kali diterapkan di jepang atau eropa, di mana lama2 pada paham juga.

cha_n
27-10-2014, 03:14 PM
iya betul bleg
nilai2 yang dianut beda juga

mbok jamu
27-10-2014, 06:17 PM
ya lihat sikon lah
kalau piringnya kaca/melamin, piring ditumpuk di tempat tertentu
gelas kotor juga ada disiapkan tempatnya, kita tinggal menumpuknya di sana (misalnya di sekolah2nya, begini caranya)
kalau mcD-nya emang piring kertas, jadi langsung buang

tapi bukan itu soal piringnya dari kertas atau beling yang ingin aku diskusikan sih, tapi soal aturannya, di ikea alam sutera sudah diminta orang membereskan makanannya sendiri, taruh baki (setelah makan) ke tempat yang sudah disediakan, dan itu tidak dilakukan ::bye::

Itu yang dibold, Ikea bikin instruksi yang clear seperti itu kah? Ikea itu murah meriah, mbok asumsikan yang ke sana adalah orang menengah ke bawah. Yang udik mestinya ndak masalah dong membersihkan meja, membuang sampah dan menumpuk piring, wong di rumah juga biasa mengerjakannya sendiri. Kecuali di rumah ndak punya meja makan, makannya di depan tipi. Nah, jadi yang ndak mau beres-beres itu siapa? Orang kaya yang nyasar di Ikea kah, yang punya pembantu bersih-bersih di rumah? Kalau begitu ya salah Ikea-nya, kaum priyayi koq disuruh bersih-bersih.

Sama seperti Chan nih. Baru juga terbiasa membersihkan meja sendiri pas magang di Indosat, baru juga kemaren lihat di Jepang budaya orang begini-begitu, tiba-tiba mengharapkan orang Indonesia melayani dirinya sendiri. Kedisiplinan orang Jepang dibandingkan dengan kedisiplinan orang Indonesia? Hello… ::bye::

TheCursed
27-10-2014, 06:29 PM
Err karna tulisannya ga bisa dibaca walo udah di zoom ::ungg::


Mesti di tempelin di jidat baru dibaca... ;D

---------- Post Merged at 05:29 PM ----------


... kaum priyayi ...

I HATE Priyayi(s ?). Dan sejenisnya.
Bawaannya hati pengen 'tak lepas di pulau terpencil dengan modal dengkul aja buat survival.

Seriusnya, IMHO, staff-nya IKEA, mungkin harus ada yang rajin dalam bulan2 awal buka ini buat muterin tiap meja, memperhatikan alat makan yang di tinggal dan meminta tolong tiap ex-user-nya untuk naroh barang2 bekas pake tadi di tempatnya.
Sampe brand "IKEA, tolong kumpulin pring kotor sendiri" itu ngetop di masyarakat, baru, mungkin cukup di beri tahu dengan tulisan. Tapi itu-pun, mengingat style-nya orang Indonesia terhadap peraturan tertulis, sekali2 perlu di enforce ulang juga itu peraturan.

thin.king
27-10-2014, 09:26 PM
mbok jamu
IKEA ga murah deh mbok, yg kesana ga mungkin menengah ke bawah

eve
27-10-2014, 10:05 PM
Jujur, aku merasa kalian pada salah fokus deh kasus ini.
Yang saya lihat, bukan 'budaya melayani diri sendiri' yang jadi masalah tetapi 'budaya tidak membaca'.

Tiap daerah punya budaya sendiri. Itu sebabnya ada yang namanya 'tulisan' sebagai alat komunikasi.
Saya di kantor klien di Sulut, ternyata harus letakkan baki dan piring di tempat tertentu. Saya melihat ada tulisan di kantor klien dan saya langsung ikuti petunjuk tersebut.

Begitu juga waktu di salah satu youth hostel di dalam kota Chicago, saya melihat tulisan petunjuk "please wash the dishes" dan ya sudah, saya pun mencuci piring dan gelas sisa sarapan saya.

Saya salut pada IKEA yang mencoba memperkenalkan budaya 'taruh baki' dan mengomunikasikannya lewat tulisan. Dan saya kecewa pada yang tidak membaca tulisan itu.

Itu sebabnya kenapa lalu lintas kita semrawut, karena banyak rekan-rekan kita tidak membaca rambu-rambu lalu lintas.

budaya gak baca ini udah kebanyakan keanya. mulai dari belook kiri boleh langsung atau enggak,(padahal ada tulisannya, read it!l), atau antriab di pon bensin yang sering pada kepedean antri, begitu tau itu antrian pertamax, bingung puter balik... padahal... ada tulisaannnyyaa loh.....

kalau soal bebersih di resto, pernah saya merapikan meja yang kebetulan belum sempat dibersihin. karena waktu itu penuh dan antri meja. pikiran saya simpel aja, biar tuh meja kami lekas bersih karena gak enak kan ngadepin meja yang penuh makanan sisa... jijik. ternyata teman saya gak sepaham sama saya, dia menyuruh saya diam biar pelayannya yang beresin. mungkin dia malu makan sama teman berjiwa bersih2 kek saya kali ya.... ( mau bilang jiwa pelayan).

kalau di fastfood semacam kfc dan mcd paling cuma ngerapiin doank karena tumpukan baki ada di ujung samping kasir....

ndableg
27-10-2014, 11:06 PM
Lucu ikea ini ya..
Di eropa jadi barangnya menengah kebawah, karena mgk barang lokal harga murah. Tapi jadi buat kalangan menengah ke atas di indonesia karena barangnya (ato paling tidak merknya) impor, harganya mahal. Kualitasnya?

Ronggolawe
27-10-2014, 11:19 PM
gw mana pernah belanja di toko-toko model itu,
baik Ikea, Informa dan sejenisnya.... :)

tuscany
27-10-2014, 11:28 PM
Ikea dulu itu merk bagus dengan harga terjangkau di Eropa. Dulu.

Masuk Indonesia dengan kurs sekian ya jatuhnya mehong. Saya peribadi mending beli furnitur jati yang tahan lama. Ikea menang model kayaknya.

#belokfokus

cha_n
28-10-2014, 03:16 AM
ikea jatuhnya mahal di indo, lebih mahal dari ikea eropa, dengan barang2 yang sama.
buat kelas menengah atas kalau di sini.
kalo kubilang sih lebih ke gengsinya, soalnya pada ngebandingin demgan ikea Singapore

cha_n
28-10-2014, 03:18 AM
Itu yang dibold, Ikea bikin instruksi yang clear seperti itu kah? Ikea itu murah meriah, mbok asumsikan yang ke sana adalah orang menengah ke bawah. Yang udik mestinya ndak masalah dong membersihkan meja, membuang sampah dan menumpuk piring, wong di rumah juga biasa mengerjakannya sendiri. Kecuali di rumah ndak punya meja makan, makannya di depan tipi. Nah, jadi yang ndak mau beres-beres itu siapa? Orang kaya yang nyasar di Ikea kah, yang punya pembantu bersih-bersih di rumah? Kalau begitu ya salah Ikea-nya, kaum priyayi koq disuruh bersih-bersih.

Sama seperti Chan nih. Baru juga terbiasa membersihkan meja sendiri pas magang di Indosat, baru juga kemaren lihat di Jepang budaya orang begini-begitu, tiba-tiba mengharapkan orang Indonesia melayani dirinya sendiri. Kedisiplinan orang Jepang dibandingkan dengan kedisiplinan orang Indonesia? Hello… ::bye::
ah sudahlah... makin ga nyambung
terserah mbok jamu aja deh ::bye::

TheCursed
28-10-2014, 03:26 AM
Lagu kebangsaan IKEA.
Dari John Coulton


http://www.youtube.com/watch?v=auKWEKzVulQ

It is so catchy. ::hihi::
Nggak tahan buat selalu humming ini lagu tiap kali ngangkut atau ngerakit furnitur merk IKEA. Atau yang bentuknya IKEA-ish. ::hohoho::

Also apparently selling furniture(and tasty cinnamon rolls) to superheroine and her sidekick.
http://media-cache-ec0.pinimg.com/736x/e9/1a/51/e91a51b1d9431c028d573c4ce6e9104d.jpg

::oops::

mbok jamu
28-10-2014, 05:08 AM
ah sudahlah... makin ga nyambung
terserah mbok jamu aja deh ::bye::

Ah masa sih. Ngomongin piringnya ndak nyambung, ngomongin kedisipilinan orang Indonesia juga ndak nyambung. Jadi ini tret apa? Tret promo Ikea kah? ::ngakak2::

Justru itu pointnya but you haven't got it. Even YOU took time to get used to the habit of cleaning after yourself. It even took you to Japan to learn about discipline. Now, what does it take to teach those people to clean after themselves and learn about discipline?? Shouldn't that be the question?

Jangan seperti si penulis yang baru melek soal kebersihan lalu menulis artikel yang merendahkan bangsanya sendiri karena like it or not orang Indonesia sudah terbiasa hidup demikian, kasarnya hidup manja dengan sampah. Si penulis sendiri mungkin dulu juga manja dan jorok, who knows?

Kalau memang care dan concern, kampanye lah, bikin gerakan Do It Yourself atau sejenisnya. Jangan cuma bisa mengkritik toh?

TheCursed
28-10-2014, 05:28 AM
...
Kalau memang care dan concern, kampanye lah, bikin gerakan Do It Yourself atau sejenisnya. Jangan cuma bisa mengkritik toh?

Sorry Mbok, komen yang ini. Kedengerannya kayak respon orang kepojok.
Sekali lagi, sorry. ::maap::

etca
28-10-2014, 07:20 AM
ikea apaan sih?

#GwUdahKomenKanCha_n? #NdesoBintiUdikMampus #BiasaMakanDiWarteg

btw makan trus beresin sendiri cuma kalau pas mamam junkfood di mcD di planet sebelah alias di BCP (Bekasong Cyber Park) ;D

Neptunus
28-10-2014, 10:36 AM
Saya beberapa kali nerapin budaya self-service ini. Terutama klo pas kondisi rame dan mesen sedikit. Apesnya, sempet dikira pelayan ama konsumen yg makan disitu gara2 cuma pake T-shirt polosan Rider. ;D

Nambahin: Budaya seperti ini justru aneh di kalangan tua. Orang yg ngirain saya pelayan itu semuanya ibu-ibu berumur. Kenapa ya budaya tsb ga familiar di kalangan tua?

tsu
28-10-2014, 06:21 PM
Lucu ikea ini ya..
Di eropa jadi barangnya menengah kebawah, karena mgk barang lokal harga murah. Tapi jadi buat kalangan menengah ke atas di indonesia karena barangnya (ato paling tidak merknya) impor, harganya mahal. Kualitasnya?

sama kaya Zara dan Uniqlo kan ? disana merek terjangkau, disini kok mehong wkwkwkkwk

anw, OT yah

et dah
28-10-2014, 07:33 PM
tp gw tertarik sih sama IKEA
designnya oke imo

TheCursed
28-10-2014, 08:50 PM
sama kaya Zara dan Uniqlo kan ? disana merek terjangkau, disini kok mehong wkwkwkkwk ....

Actually. nggak terlalu OT juga.
Kalo harganya emang beneran mahal, nggak heran orang merasa perlu di layani.
Seimbang dengan harganya.

Harga IKEA Indo, jadi bahan ocehan anak Indonesia di kampus gue juga, sih.
Soalnya, konyol kalo harganya jauh mahal.

Kalo di sini, IKEA dan sejenisnya itu beneran tempat jualan barang murah. Kayak kata lagunya John Coulton, tempat belanjanya mahasiswa nggak punyaduit, dan duda baru cerai. ;D
Dan sering kita malah bisa tekan harga sampe 0, dengan nungguin orang buang second hand.
Biasanya barang IKEA, nggak di angkut kalo pindahan. Di buang gitu aja. Saking murahnya. ;D

et dah
29-10-2014, 02:52 AM
imo kalau low budget diluar sana meski designnya bagus-bagus IKEA mass production makanya banyak yg ngga tertarik
orang lebih milih beli furniture ke flea market yg meski barangnya bekas tp unik

ndugu
29-10-2014, 03:57 AM
sama di amrik. ikea populer di kalangan mahasiswa ato fresh graduate, yang masih kere ::elaugh::
kalo perabot rusak, pasti diomelin 'ah, ikea sih' ::elaugh::
tapi sepertinya skarang image itu udah lebih mendingan deh, ngga separah sekian taon yang lalu. kurasa ikea sudah berinisiatif memperbaiki imagenya itu.


Ikea dulu itu merk bagus dengan harga terjangkau di Eropa. Dulu.

Masuk Indonesia dengan kurs sekian ya jatuhnya mehong. Saya peribadi mending beli furnitur jati yang tahan lama. Ikea menang model kayaknya.

lha, jauh amat bandingannya ::elaugh:: jati kan mahal?
barang2 ikea biasa pake 'ampas'nya kayu yang dikompres, jelas beda donk sama jati.
you get what you pay for deh ya :cengir:


ikea jatuhnya mahal di indo, lebih mahal dari ikea eropa, dengan barang2 yang sama.
buat kelas menengah atas kalau di sini.
kalo kubilang sih lebih ke gengsinya, soalnya pada ngebandingin demgan ikea Singapore
honestly saya agak surprised ikea baru masuk indo skarang.
perasaan 10+ taon yang lalu ikea juga uda masuk malaysia

dan point kamu di atas menurutku sangat ada benernya. ga usa ikea aja, mcd kfc pizzahut dan sebangsanya juga begitu kan di indo. saya inget dulu ada temen di indo yang heboh banget mengenai krispy kreme, padahal di amrik biasa2 aja. ::elaugh:: although i should also say, mcd kfc dll yang berada di region internasional memang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang ada di amrik sendiri. saya demen mampir ke mcd di negara2 berbeda (karena menunya juga suka berbeda), dan memang keliatan bedanya dari segi kualitas. ntah lah apa itu juga teraplikasikan pada ikea juga ngga ::elaugh::


Itu yang dibold, Ikea bikin instruksi yang clear seperti itu kah? Ikea itu murah meriah, mbok asumsikan yang ke sana adalah orang menengah ke bawah. Yang udik mestinya ndak masalah dong membersihkan meja, membuang sampah dan menumpuk piring, wong di rumah juga biasa mengerjakannya sendiri. Kecuali di rumah ndak punya meja makan, makannya di depan tipi. Nah, jadi yang ndak mau beres-beres itu siapa? Orang kaya yang nyasar di Ikea kah, yang punya pembantu bersih-bersih di rumah? Kalau begitu ya salah Ikea-nya, kaum priyayi koq disuruh bersih-bersih.

Sama seperti Chan nih. Baru juga terbiasa membersihkan meja sendiri pas magang di Indosat, baru juga kemaren lihat di Jepang budaya orang begini-begitu, tiba-tiba mengharapkan orang Indonesia melayani dirinya sendiri. Kedisiplinan orang Jepang dibandingkan dengan kedisiplinan orang Indonesia? Hello… ::bye::



Ah masa sih. Ngomongin piringnya ndak nyambung, ngomongin kedisipilinan orang Indonesia juga ndak nyambung. Jadi ini tret apa? Tret promo Ikea kah? ::ngakak2::

Justru itu pointnya but you haven't got it. Even YOU took time to get used to the habit of cleaning after yourself. It even took you to Japan to learn about discipline. Now, what does it take to teach those people to clean after themselves and learn about discipline?? Shouldn't that be the question?

Jangan seperti si penulis yang baru melek soal kebersihan lalu menulis artikel yang merendahkan bangsanya sendiri karena like it or not orang Indonesia sudah terbiasa hidup demikian, kasarnya hidup manja dengan sampah. Si penulis sendiri mungkin dulu juga manja dan jorok, who knows?

Kalau memang care dan concern, kampanye lah, bikin gerakan Do It Yourself atau sejenisnya. Jangan cuma bisa mengkritik toh?


Saya beberapa kali nerapin budaya self-service ini. Terutama klo pas kondisi rame dan mesen sedikit. Apesnya, sempet dikira pelayan ama konsumen yg makan disitu gara2 cuma pake T-shirt polosan Rider. ;D

Nambahin: Budaya seperti ini justru aneh di kalangan tua. Orang yg ngirain saya pelayan itu semuanya ibu-ibu berumur. Kenapa ya budaya tsb ga familiar di kalangan tua?
mbok, kalo menurutku perlu dilihat2 background dan budayanya di indo. di eropa di amrik, mungkin ikea itu merek kelas bawah. tapi kalo ternyata di indo ga taunya ikea untuk kelas menengah keatas, then asumsi di atas ga bener. ya ga tau juga kenapa bisa jadi untuk kelas menengah ke atas, mungkin seperti yang tusc bilang, setelah dikonversi kurs, jatohnya jadi mahal untuk ukuran dompet indo kali.

regardless, i'm not going to be too quick to judge tanpa mepertimbangkan budaya. kurasa ini sangat berperan besar.

contohnya aja, kita orang asia udah terbiasa tanggalin sepatu di rumah. itu otomatis kita lakukan di rumah sapapun. alasannya praktis, untuk kebersihan. sedangkan bule ga ada budaya kaya gitu. saya kalo kedatangan tamu orang asia, ga pernah ada masalah dengan urusan itu. sedangkan kalo ada bule yang dateng, saya selalu musti kasi tau dulu supaya tanggalin sepatu. pernah pas ada acara kumpul2 di rumahku, padahal udah saya tempelin kertas gede di pintu untuk tanggalin sepatu, tetep aja ada yang ngga ngeliat dan masih ada yang pake sepatu ke dalam rumah. ini yang dibilang kandalf kali ya, budaya ga membaca :cengir: in fairness, biasanya yang melewati message ini adalah orang2 yang keburu ber-hello-ria dengan tamu2 laen dan cipika cipiki sana sini, and conveniently missed the note on the door ::elaugh:: in any case, menurutku itu urusan kebiasaan dan budaya. bule ga ada asumsi bahwa kalo masuk rumah musti lepas sepatu

likewise budaya clean after yourself. menurutku orang indo selama ini ngga ada praktek seperti itu, jadi ga ada asumsi bahwa di foodcourt etc musti beresin alat sendiri. emang dari dulu ga ada praktek itu. kalo ternyata ikea mulai tradisi ini, then give it time. biarkan info itu propagate (halah :lololol: ) ke masyarakat.

all in all, saya sih mendukung budaya clean after yourself ini ya. sama seperti budaya pembantu, we need to wean away from that ::elaugh::

mbok jamu
29-10-2014, 05:59 AM
Sorry Mbok, komen yang ini. Kedengerannya kayak respon orang kepojok.
Sekali lagi, sorry. ::maap::

Eh.. sorry for what? That's what going on here, isn't it?

Sudah ndak jaman lagi mengkritik tanpa/sebelum kita sendiri berbuat apa-apa. Really we should have gone beyond that by now. Salah satu masalah di Indonesia masih terlalu banyak yang omdo masih terlalu sedikit yang berbuat. Sisanya cuma bisa ikut-ikutan menulis merendahkan bangsanya sendiri, membanding-bandingkan dengan bangsa luar, ya jelas beda dong.

Ironis, karena orang-orang yang mengklaim that they know or do better ini mestinya ndak hanya bisa mengkritik.

Bayangkan, misalnya, kalau setiap individu yang sudah dibiayai negara belajar ke luar negri DO something in return for their country, menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di luar negri di Indonesia yang tercintah ini. Kalau hanya bisa mengkritik, hanya itu (mengkritik) kah yang sudah mereka pelajari? Ngapain mahal-mahal disekolahin ke luar negri:capek:

mbok jamu
29-10-2014, 06:22 AM
mbok, kalo menurutku perlu dilihat2 background dan budayanya di indo. di eropa di amrik, mungkin ikea itu merek kelas bawah. tapi kalo ternyata di indo ga taunya ikea untuk kelas menengah keatas, then asumsi di atas ga bener. ya ga tau juga kenapa bisa jadi untuk kelas menengah ke atas, mungkin seperti yang tusc bilang, setelah dikonversi kurs, jatohnya jadi mahal untuk ukuran dompet indo kali.

regardless, i'm not going to be too quick to judge tanpa mepertimbangkan budaya. kurasa ini sangat berperan besar.

I don't give a sh1t if Ikea is for the lower or higher class. :lololol:

Yang mbok lihat ada tulisan mengkritik tanpa mengerti yang dikritik. So who's judging the Indonesians without thinking about their OWN culture?



likewise budaya clean after yourself. menurutku orang indo selama ini ngga ada praktek seperti itu, jadi ga ada asumsi bahwa di foodcourt etc musti beresin alat sendiri. emang dari dulu ga ada praktek itu. kalo ternyata ikea mulai tradisi ini, then give it time. biarkan info itu propagate (halah :lololol: ) ke masyarakat.

all in all, saya sih mendukung budaya clean after yourself ini ya. sama seperti budaya pembantu, we need to wean away from that ::elaugh::

Lha.. mbok bilang juga give it some time, or what they call process, karena setiap orang butuh waktu untuk mencerna hal yang baru. Jangan belum apa-apa langsung mengkritik, ketahuan baru melek.

TheCursed
30-10-2014, 12:12 AM
Eh.. sorry for what? That's what going on here, isn't it? ....

Eh ? :tanya: Ok, Then.
Siap laksanaken, Mbok.

tuscany
30-10-2014, 11:09 PM
sama kaya Zara dan Uniqlo kan ? disana merek terjangkau, disini kok mehong wkwkwkkwk

anw, OT yah

Zara murah kalau beli di negara asalnya (Spain), meskipun gitu kalo dikurskan ke rupiah tetap jadi mahal bagi kantong kebanyakan orang Indonesia di Indonesia.



lha, jauh amat bandingannya ::elaugh:: jati kan mahal?
barang2 ikea biasa pake 'ampas'nya kayu yang dikompres, jelas beda donk sama jati.
you get what you pay for deh ya :cengir:

Saya kan bicara dari segi harga yang katanya sama mahalnya. Kalo sama mahal mending beli jati, gitu loh. Kalo sama murah, mending beli Olympic?
#cintaprodukindonesia



regardless, i'm not going to be too quick to judge tanpa mepertimbangkan budaya. kurasa ini sangat berperan besar.

kalo yang ini saya setuju banget. dari sudut pandang lain, saya kira ikea yang mestinya menyesuaikan dengan budaya lokal. kalo mau memaksakan budaya luar ke konteks lokal, yha siap-siap tidak sesuai target.



likewise budaya clean after yourself. menurutku orang indo selama ini ngga ada praktek seperti itu, jadi ga ada asumsi bahwa di foodcourt etc musti beresin alat sendiri. emang dari dulu ga ada praktek itu. kalo ternyata ikea mulai tradisi ini, then give it time. biarkan info itu propagate (halah :lololol: ) ke masyarakat.

all in all, saya sih mendukung budaya clean after yourself ini ya. sama seperti budaya pembantu, we need to wean away from that ::elaugh::

Kembali ke konteks lokal, budaya clean after yourself di rumah makan memang bukan bagian dari budaya Indonesia. Lha pelayan berkeliaran di mana-mana. Kalo nggak ada lowongan pelayan rumah makan, yang pendidikannya rendah bakal banyak yang jadi pengangguran. Demikian juga pembantu. Beda lah dengan negara maju dan belum pas untuk sampai ke kesimpulan: kalo nggak begitu maka dianggap sebagai kesalahan.

Point dari kandalf juga menarik. Kurang budaya baca. Kalo pun terbaca, lihat-lihat dulu di sekitar ada nggak yang melaksanaken, kalo nggak ada ngapain dilaksanaken? Untuk Ikea sendiri, ya nggak cukup cuma pasang banner minta customer menaruh bakinya di situ. Sedari awal yang menyajikan makan mesti ngasi tau. Terus pasang gambar gede-gede sebagai contoh, bukan tulisan doang. Habis itu masih nggak mempan, pake cara lain sampe berhasil.




I don't give a sh1t if Ikea is for the lower or higher class. :lololol:

Yang mbok lihat ada tulisan mengkritik tanpa mengerti yang dikritik. So who's judging the Indonesians without thinking about their OWN culture?
Lha.. mbok bilang juga give it some time, or what they call process, karena setiap orang butuh waktu untuk mencerna hal yang baru. Jangan belum apa-apa langsung mengkritik, ketahuan baru melek.

+1.