PDA

View Full Version : Hasil Pemilu Legislatip 2014



Alip
11-04-2014, 06:41 PM
Dengan asumsi kwikkaun ini akurat (menggambarkan penghitungan hasil akhir nanti), apakah menurut teman-teman hasil kemarin menunjukkan bahwa proses pileg sudah rilaiyabel? Sudah bisa menangkap dinamika aspirasi masyarakat?

Maksudnya, meskipun mungkin ada kecurangan di sana-sini, tapi terlalu kecil untuk bisa mempengaruhi hasil akhir total? Bahwa hasil penghitungan memang menunjukkan kecenderungan masyarakat terhadap partai politik dan calon-calon jagoan mereka?

Apakah pemilih kita memang sudah mulai pintar dan dewasa?


Alip,
Kita lanjut di sini ya..
ttd,
momod

kandalf
11-04-2014, 07:10 PM
Iya.
Menurutku pemilih sudah lebih pintar.

Pemilih jokowi adalah lintas partai. Mereka gak mau didikte harus memilih PDIP.
Saya punya firasat, presiden kita yang akan datang adalah Jokowi.

Kalau hasil real count nanti PDIP benar kurang dari 19%, masyarakat akan lebih percaya diri memilih Jokowi karena kemungkinan PDIP menyetir Jokowi jadi lebih kecil.

ndableg
11-04-2014, 07:12 PM
Terus terang, gw masih bingung, karena memang nama2nya ga ada yg kenal di TPS gw. Mgk bisa menolong kalo kampanye diadakan di TPS, lalu langsung nyoblos di mana kita bisa melihat langsung siapa dan program2 apa yg ditawarkan oleh yg kita coblos. Yah kaya lomba stand up comedy indonesia lah..

Tapi menurutku hasil quick count ini ud paling ideal. Walaupun gw selalu heran dan kagum dgn golkar.

Ronggolawe
11-04-2014, 08:58 PM
apakah menurut teman-teman hasil kemarin menunjukkan bahwa proses pileg sudah rilaiyabel?
mungkin OOT... tapi jawabannya TIDAK!

beberapa fakta yang perlu diketahui:
1. Kotak suara yang bersegel yang berisi berbagai
perlengkapan pemilu termasuk surat suara, tidak di
simpan dalam pengawasan PPL/Bawaslu, melainkan
di rumah pengurus KPPS yang paling layak.

kelemahannya:
a. kalau KPPS bersekongkol, maka bisa saja minimal
20% surat suara dibongkar, dan dicoblos dimalam se
belum pemilihan, sesuai pesanan caleg tertentu.

b. 20% surat suara, jumlahnya hampir 80 suara per
TPS, bila satu TPS dibayar 1jt, maka cukup 500jt un
tuk 500 TPS berarti minimal 40rb suara... sudah cu
kup untuk lolos ke DPR Senayan.

c. 20% surat itu cukup disimpan diakhir, dan jangan
diserahkan kepada pemilih :)

d. soal segel, gampang... didalam kotak suara ada le
bih dari 3 kali lipat segel tersedia, daripada yang dibu
tuhkan :)

e. kecurangan ini sangat masif, mengingat hanya
sedikit sekali saksi yang tahu soal keharusan menco
ret surat suara tidak terpakai, keharusan menghitung
dulu berapa surat suara pasti didalam kotak sebelum
kotak suara dibuka.

---------- Post Merged at 07:58 PM ----------

2. kebiasaan tidak mencoret silang surat suara tidak
terpakai, dengan mudah dapat dimanipulasi oleh PPS
di kelurahan karena:
a. tidak ada saksi/PPL yang mengawasi PPS dikelura
han 2x24 jam sejak kotak suara diantar oleh KPPS sam
pai dibuka kembali untuk dihitung.

b. semua berkas, model C dan Plano tidak tersedia da
lam jumlah PAS, melainkan berlimpah ruah.... jadi apa
pun pesanan caleg tertentu, semua isi rekap dan surat
suara tidak tercoret dapat dimanfaatkan... dan jangan
lupa masih banyak sisa segel.

c. surat suara sah pun, kalau dimiliki oleh caleg pesaing
dari caleg yang membayar, bisa dirusak menjadi surat
tidak sah :)

Alip
11-04-2014, 09:47 PM
Justru itu pertanyaan saya, Kakang Tumenggung... semua di atas itu 'kan berupa kemungkinan, bisa terjadi tapi mungkin juga tidak...

Melihat hasil yang sekarang sudah terpapar, apakah tampaknya hasil tersebut merupakan keluaran dari sebuah proses yang wajar (dengan tingkat kecurangan yang tidak signifikan) atau tidak wajar (dengan kecurangan yang berhasil merubah hasil nasional secara signifikan)?

danalingga
12-04-2014, 06:41 AM
Apakah pemilih kita memang sudah mulai pintar dan dewasa?

Kalo menurutku belum. Jika pintar dan dewasa maka partai pengusung presiden
pilihan harusnya menang mutlak.

Jika seperti sekarang ini, presiden bakal dipaksa untuk berkoalisi. Kita tahulah
koalisi itu gimana. Koalisi hanya akan memasung kaki Presiden. Dari hal ini,
saya berkesimpulan bahwa para pemilih kurang paham sistem dan mungkin juga paham,
tapi tidak berpikiran kedepan.

Ronggolawe
12-04-2014, 07:28 AM
Justru itu pertanyaan saya, Kakang Tumenggung... semua di atas itu 'kan berupa kemungkinan, bisa terjadi tapi mungkin juga tidak...

Melihat hasil yang sekarang sudah terpapar, apakah tampaknya hasil tersebut merupakan keluaran dari sebuah proses yang wajar (dengan tingkat kecurangan yang tidak signifikan) atau tidak wajar (dengan kecurangan yang berhasil merubah hasil nasional secara signifikan)?
pada sebagian besar daerah dimana "birokrat" te
lah "dikuasai" parpol tertentu, makan itulah proses
yang terjadi.

Tidak jarang, secara ekstrim surat suara sudah di
coblos, dan para pemilik suara diminta pasrah un
tuk pura-pura masuk bilik suara, tuma'ninah, dan
keluar seolah sudah mencoblos.

---------- Post Merged at 06:28 AM ----------


Kalo menurutku belum. Jika pintar dan dewasa maka partai pengusung presiden
pilihan harusnya menang mutlak.

Jika seperti sekarang ini, presiden bakal dipaksa untuk berkoalisi. Kita tahulah
koalisi itu gimana. Koalisi hanya akan memasung kaki Presiden. Dari hal ini,
saya berkesimpulan bahwa para pemilih kurang paham sistem dan mungkin juga paham,
tapi tidak berpikiran kedepan.

yup... masyarakat yang menukar arah kebijakan
politik negara dengan sembako/souvenir/uang se
nilai 50rb, jelas bukan masyarakat yang matang
dalam beraspirasi.

Dan wajar saja rakyat yang "sakit" hanya akan
menghasilkan wakil-wakil yang sakit pula.

Ronggolawe
12-04-2014, 08:49 AM
https://scontent-b-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-frc3/t1.0-9/p180x540/10175952_10203754943418142_6773506900305062523_n.j pg

ndableg
12-04-2014, 05:19 PM
Kalo menurutku belum. Jika pintar dan dewasa maka partai pengusung presiden
pilihan harusnya menang mutlak.

Jika seperti sekarang ini, presiden bakal dipaksa untuk berkoalisi. Kita tahulah
koalisi itu gimana. Koalisi hanya akan memasung kaki Presiden. Dari hal ini,
saya berkesimpulan bahwa para pemilih kurang paham sistem dan mungkin juga paham,
tapi tidak berpikiran kedepan.

Masalahnya, rakyat jg ga yakin sama partai yg mengusung capresnya.
Kalo sedikit menganalisis hasil quick count sih, sptnya yg bisa dibilang sukses adalah gerindra.
Sptnya sebagian besar suara demokrat lari ke gerindra, dan mgk sbgn kecil ke pdip.
Jadi keliatan sbgn masyarakat ga percaya dgn pdip.
Mgk ini jadi test buat jokowi kalo dia kepilih, apakah akhirnya akan terpasung.

choodee
12-04-2014, 07:24 PM
Terus terang, gw masih bingung, karena memang nama2nya ga ada yg kenal di TPS gw. Mgk bisa menolong kalo kampanye diadakan di TPS, lalu langsung nyoblos di mana kita bisa melihat langsung siapa dan program2 apa yg ditawarkan oleh yg kita coblos. Yah kaya lomba stand up comedy indonesia lah..

Tapi menurutku hasil quick count ini ud paling ideal. Walaupun gw selalu heran dan kagum dgn golkar.

Bleg, kalo satu caleg dikasi kesempatan kampanye 5 menit aja, itu dr tps buka sampe abis jam 1 belum kelar2 semua caleg kampanye mungkin ;D


Masyarakat mgkn byk yg pintar, tp yg apatis jg super banyak, yg golput kan 25%, itu baru yg keitung, yg suaranya dijadiin suara hantu ada berapa tuh. Belum lg masyarakat yg sama sekali ga kenal caleg nya (kayak gw ;D )

So far kampanye para caleg tu basi, ga realistis, jualan kecap aja, yg selalu gw liat kampanye cmn gaji pokok untuk rakyat dan gak korupsi, ga ada itu visi misinya yg realistis membangun daerah.

ndugu
13-04-2014, 11:17 AM
kirain udah ada hasil pemilu legislatifnya ::elaugh::
udah selesai ngitung2nya blom sih?
ada daftar jumlah hasil suara per caleg?
dan caleg2 mana aja yang maju?

danalingga
13-04-2014, 02:10 PM
Masalahnya, rakyat jg ga yakin sama partai yg mengusung capresnya.
Kalo sedikit menganalisis hasil quick count sih, sptnya yg bisa dibilang sukses adalah gerindra.
Sptnya sebagian besar suara demokrat lari ke gerindra, dan mgk sbgn kecil ke pdip.
Jadi keliatan sbgn masyarakat ga percaya dgn pdip.
Mgk ini jadi test buat jokowi kalo dia kepilih, apakah akhirnya akan terpasung.

Nggak yakin sama partai pengusung normalnya nggak yakin juga sama yang diusung donk.
Apalagi Jokowi dah mengkampanyekan Jokowi yes PDIP yes. Gitu sih logika yang gue tangkap.
Kalo ternyata bisa tidak percaya sama pengusung namun percaya sama yang diusung, agak aneh jg.
Makanya gue berpendapat ternyata rakyat belum cukup pintar.

Gerindra juga sebenarnya nggak sukses2 amat. Targetnya kan 20% mereka.

Alip
13-04-2014, 03:30 PM
Nggak yakin sama partai pengusung normalnya nggak yakin juga sama yang diusung donk.
Apalagi Jokowi dah mengkampanyekan Jokowi yes PDIP yes. Gitu sih logika yang gue tangkap.
Kalo ternyata bisa tidak percaya sama pengusung namun percaya sama yang diusung, agak aneh jg.
Makanya gue berpendapat ternyata rakyat belum cukup pintar.

Saya kok agak kurang sreg dengan teori ini...

Buat saya, kalau terjadi hal di mana masyarakat percaya pada orang yang diusung tapi tidak percaya pada partai pengusungnya, justru menunjukkan bahwa masyarakat sudah pintar... mereka sudah sanggup memilah dan memilih. Masyarakat sudah melihat bahwa rekam jejak si partai jelek dan si individu bagus atau sebaliknya. Bila hal ini terjadi, yang disalahkan bukan masyarakat, tapi si partai atau si individu yang memang tidak sanggup meraih kepercayaan masyarakat secara konsisten dan menyeluruh. Yang namanya percaya atau tidak percaya kan hak masing-masing anggota masyarakat, sedangkan kemampuan untuk meraih kepercayaan, itu tergantung kinerja dan komunikasi si individu dan partai politik. Kalau mereka tidak dipercaya masyarakat, bukan masyarakatnya yang disalahkan.


Kalo menurutku belum. Jika pintar dan dewasa maka partai pengusung presiden
pilihan harusnya menang mutlak.

Jika seperti sekarang ini, presiden bakal dipaksa untuk berkoalisi. Kita tahulah
koalisi itu gimana. Koalisi hanya akan memasung kaki Presiden. Dari hal ini,
saya berkesimpulan bahwa para pemilih kurang paham sistem dan mungkin juga paham,
tapi tidak berpikiran kedepan.

Ini juga kayaknya nggak pas buat saya...

Justru alasan kita memiliki triumvirat eksekutif, legistalif dan yudikatif adalah untuk memasung agar tidak ada kekuasaan absolut dalam negara. Memang kesannya lebih mudah ketika negara dipimpin oleh satu orang bijaksana yang bisa membuat keputusan dan rancangan undang-undang tanpa banyak oposisi, tapi itulah harga yang harus dibayar dalam demokrasi, perbenturan kepentingan selalu menghasilkan keputusan yang setengah-setengah dan cenderung kompromistis, demi agar semua pihak memiliki kapasitas yang sama di hadapan hukum dan kekuasaan. Alternatifnya adalah negara diktatorial (dalam bentuk apapun) di mana penguasa memiliki kekuasaan tanpa kontrol berarti.

Masing-masing ada plus minusnya, tapi negara ini sudah memilih demokrasi dan memang harus membayar harganya.

... yang berarti para pemilih sudah cukup pandai untuk meletakkan kepercayaan mereka pada seseorang, tapi tidak mau memberi dia kuasa absolut dengan menempatkan golongan orang tersebut menjadi mayoritas di kursi legislatif.

danalingga
13-04-2014, 03:41 PM
Saya sih belum dapat membayangkan bagaimana seorang presiden RI dengan suara
yang sangat minim dapat memimpin dengan efektif.

Saya nggak pernah menginginkan suara absolute, tapi jangan minim juga donk.
Tapi saya ragu apakah rakyat sampai berpikiran demikian. Dan saya tetap
pada pendirian saya bahwa rakyat yang tidak berpikiran demikian berarti
belum cukup pintar melihat realita yang ada.

Oh iya, tapi semua masih sebatas hipotesis saja. Hipotesis saya menjadi bernilai
kalo nanti memang ada presiden yang dominas suaranya. Berarti memang
banyak ternyata yang memilih tokoh tapi tidak memilih partainya.

Ronggolawe
13-04-2014, 03:47 PM
Apakah SBY, dengan 60% suara dapat digolongkan
sebagai suara minim?

Alip
13-04-2014, 03:50 PM
Saya sih belum dapat membayangkan bagaimana seorang presiden RI dengan suara
yang sangat minim dapat memimpin dengan efektif.

Tentu saja sulit sekali untuk bisa efektif, karenanya saya sendiri tidak berharap proses demokrasi ini akan menjanjikan kemakmuran dan keadilan sosial dalam waktu dekat. Kita memang baru mulai, masih banyak kepentingan yang belum dewasa yang terjun ke dunia politik sehingga masyarakat akhirnya susah untuk menentukan pilihan. Saya memang cenderung melihat bukan masyarakatnya yang belum cerdas, tapi para politikus yang masih belum matang...

danalingga
13-04-2014, 03:56 PM
Apakah SBY, dengan 60% suara dapat digolongkan
sebagai suara minim?

Bukannya suara demokrat cuma 20% an saat itu?

Ronggolawe
13-04-2014, 04:01 PM
Saya sih belum dapat membayangkan bagaimana seorang presiden RI dengan suara
yang sangat minim dapat memimpin dengan efektif.
berarti loe lupa menulis suara PARTAI :)

bagi gw, suara partai yang cuma 20% itu resiko da
ri sistem multipartai, dan memang secara alami mes
tinya partai seperti PBB dan PKPI, sudah seharusnya
tidak lagi berkesempatan ikut pemilu 2019, dan tidak
boleh lagi bikin partai baru.

dengan efektif 10 partai pada 2019, dan meningkat
kan parliamentary Treshold ke 5 kemudian 7 dan 10%
maka barangkali pada 2030an kita cuma punya 5 par
tai yang sangat jelas segmentasi nya.
===

Kembali soal efektifitas pemerintahan, gw pikir suara
minim di DPR cuma akan bermasalah kalau Pemerintah
mau naikin BBM atau perkara dengan tingkat urgensi
sama... sedangkan untuk hal-hal terkait anggaran ru
tin dan pembangunan, ngga bakal ada masalah.

danalingga
13-04-2014, 04:06 PM
^ Sebenarnya kondisi sekarang adalah tantangan bagi presiden yang akan datang.
Semoga bisa lebih pintar mengelola DPR dan pemerintahannya dibandingkan SBY. :D

neofio
26-04-2014, 09:31 PM
artis yg lolos ke DPR 2014 :




Anang Hermansyah
Desy Ratnasari
Ikang Fawzi
Lucky Hakim
Eko Patrio
Nico Siahaan
Rieke Diah Pitaloka
Dede Yusuf
Rachel Maryam
Jamal Mirdad
Tommy Kurniawan

Aceng Fikri (mantan bupati tasikmalaya) ke DPD ::hihi::

Artis yang gagal


Angel Lelga
Marissa Haque
Derry Drajat
Nurul Arifin
Ingrid Kansil
Camel Petir
Arzetti Bilbina
Vena Melinda
Jane Shalimar

eve
27-04-2014, 04:33 AM
Untungnya... Gw sempat bernadzar kalau si angel lelga kepilih masul legislatif, gw mau terjun ke politik, saking gak terimanya itu artis jadi anggota legislatif...

mbok jamu
27-04-2014, 12:51 PM
Angel Lelga.. gagal?? :kaget2:

neofio
27-04-2014, 04:23 PM
dia pake nama Hj Angel lelga di brosur kampanye di usung PPP wilayah jawa tengah, tetap aja gak lolos

---------- Post Merged at 03:23 PM ----------

roy suryo gagal jadi caleg, malah dia kalah di TPS lingkungannya

serendipity
30-04-2014, 04:50 PM
Seneeeeeeeeng banget pas tau beberapa caleg gagal di daerah sulawesi. Seperti pangkep dan sekitarnya.
Karna ada temen kantor yang punya suami caleg, sebelom pemilu dia gencar banget bolak balik ke pangkep dengan uang kantor. Makan uang kantor dengan cara gak halal. Mana bapaknya juga caleg pulak.
Kebayang kan gimana kotornya politik itu?? dia ambil uang kantor buat biaya bolak balik ke sana.
Uang juga di iket sama dia supaya bisa biayain partainya.

Mamam tuh Partai Kampungan Sekali ::bwekk::

neofio
30-04-2014, 04:58 PM
@serendipity (http://www.kopimaya.com/forum/member.php/125-serendipity)

bakal nambah pengangguran di sulawesi, gimana dunk?

#emanggwpikirin

::hihi::

serendipity
30-04-2014, 05:39 PM
^ justru bukan nambah pengangguran di sulawesi neo, tapi membuat sulawesi kemungkinan akan tambah maju.

*coba berpikir positif*

neofio
30-04-2014, 05:53 PM
@serendipity (http://www.kopimaya.com/forum/member.php/125-serendipity)

boleh juga tuh, "bakal memajukan kota sulawesi"

saya rada bingung nih, suami teman kantor seren, kok bisa pake duit kantor, gimana nih?atau sang istri (teman kantor seren) yg pake duit kantor buat pergi sama si suami (caleg)

serendipity
30-04-2014, 05:56 PM
^ sang istri (teman kantor) yg pake duit kantor buat pergi sama si suami beberapa kali. Dan pakai uang kantor buat kampanye pribadi

neofio
08-05-2014, 03:17 PM
PKB menang di Jatim di pemilu 2014, demokrat turun ke empat

di 2009, demokrat yg jadi pemenang

neofio
14-05-2014, 02:35 PM
farhat abbas gak lolos

dari detik news (http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/24/102610/2564049/1562/ruhut-bhatoegana-farhat-abbas-dan-menteri-amir-terancam-gagal-ke-dpr) :




Berikut nama caleg incumbent PD yang terancam tak lolos ke DPR:

1. Jafar Hafsah
2. Michael Wattimena
3. Roestanto Wahidi
4. Ajeng Ratna Sumirat
5. Max Sopacua
6. Lucy Kurniasari
7. Pieter Zulkifli
8. Nova Riyanti Yusuf
9. Mirwan Amir
10. Bahrum Daido
11. Amir Syamsuddin
12. Ruhut Sitompul
13. Sutan Bhatoegana
14. Azhari
15. Siti Romlah
16. Ferrari Romawi
17. Vera Febriyanti
18. Marzuki Alie
19. Roy Suryo

Caleg artis PD yang terancam tak lolos:
1. Yenny Rachman
2. Farhat Abbas
3. Anwar Fuadi
4. Inggrid Kansil

Caleg PD yang sudah dipastikan lolos:
1. Herman Khaeron
2. Mulyadi
3. Melani Leimena Suharli
4. Umar Arsal
5. Agung Budi Santoso
6. Anton Surroto
7. Abdul Wahab Dalimunthe
8. Teuku Riefky Harsya
9. Benny K Harman
10. Nurhayati Ali Assegaf

---------- Post Merged at 01:35 PM ----------

Kasih sayang ibu terhadap anaknya yg gagal di Pemilu

Kelilit Utang, Caleg Demokrat Jual Ginjal
Gagal Nyaleg, Staf Anggota DPR Stres


NONSTOP, STRES-Ambruknya suara Partai Demokrat (PD) berdampak pada psikologi Candra Saputra. Politisi Partai Demokrat ini mengaku stres berat lantaran gagal terpilih saat menjadi caleg DPRD Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Chandra makin terpuruk lantaran saat kampanye dia harus mengutang. Tragisnya, utang tersebut kini sudah jatuh tempo. Chandra mengaku, dirinya saat nyaleg meminjam uang Rp 600 juta.
“Pinjam dari sana sini untuk modal nyaleg. Saya menghabiskan uang totalnya Rp 600 juta untuk biaya kampanye dan sebagainya,” ungkap politisi yang wajahnya terlihat layu di Kuningan, Jaksel, seperti dikutip dari media online nasional, kemarin malam.
Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah, 29 Maret 1988 ini menyatakan, dirinya saat ini sudah bingung karena sudah dikejar-kejar orang agar membayar utang. “Barang-barang berharga milik orangtua sudah ludes untuk membantu saat nyaleg. Bapak saya pensiunan PT KAI dan ibu saya jualan sayur di pasar. Harta orangtua sudah habis sekitar Rp 200 juta untuk membantu pencalegan saya,” keluhnya.
Karena stres berat itulah, Chandra dan ibunda rela menjual ginjalnya. “Ibu saya bilang ‘opo sing iso aku lakono nggo anakku’ (apa yang bisa aku lakukan untuk anakku),” kata Candra menirukan ucapan ibunya.
Tak kuasa mendengar ibunya ingin menjual ginjal, Chandra mencium kaki ibunya. “Kalau gitu saya saja yang menjual ginjal saya, Bu. Saya akan cari orang yang membutuhkan ginjal untuk menutupi utang-utang saya,” tutur pemuda yang sudah tiga tahun ini bekerja sebagai asisten pribadi anggota DPR dari Partai Demokrat.
Candra yang sudah sepekan ini berada di Jakarta untuk mencari orang yang mau membeli ginjal, berharap ada orang yang mau membayar ginjalnya demi menutupi utang-utangnya. “Saya berkewajiban membayar semua utang-utang saya sekalipun saya harus menjual ginjal, saya rela dan pasrah,” ujar Candra yang selama di Jakarta tinggal di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, sebagai tempat berteduh.
Berbeda dengan Chandra, para politisi di Jakarta yang gagal malah jalan-jalan ke luar negeri. Mereka, enggan meratapi nasibnya lantaran gagal terpilih kembali menjadi anggota DPRD DKI. “Saya lagi di Singapura. Biasalah hilangkan stres,” terang politisi yang namanya enggan disebutkan.
Seperti diketahui, dari hasil penetapan KPUD kalau 60 persen anggota DPRD yang akan berkantor di Kebon Sirih adalah wajah baru. “Saya sudah habis-habisan di dapil. Tapi duit saya kalah besar jadi keok,” ungkap pria yang mengaku telah menghabiskan duit Rp 1 miliar ini.(JJ/SOF)

sumber
(http://www.nonstop-online.com/2014/05/kelilit-utang-caleg-demokrat-jual-ginjal/)