PDA

View Full Version : - Raja Tempe Asal Indonesia Di Jepang -



lily
30-08-2013, 05:29 PM
http://indonesiaproud.files.wordpress.com/2010/02/rustos-tempeh.jpg



http://www.jpnn.com/picture/watermark/20130830_033921/033921_32881_pengusaha_tempe1.jpg

Rustono (kanan) dan dosen FTP Universitas Jember Nur Novianto dalam seminar pangan nasional di Hotel Aston Jember, Rabu (28/8). F-Narto/ Radar Jember/JPNN



KEGIGIHAN Rustono, pengusaha tempe asal Indonesia yang kini tinggal di Jepang, patut ditiru. Berkali-kali produknya ditolak hotel dan restoran. Tapi, itu tak menyurutkan semangatnya untuk memasarkan makanan khas Indonesia tersebut. Kini tempe Rustono menguasai pasar Jepang.

NARTO, Jember

Siapa mengira bahwa Rustono yang dulu bukan siapa-siapa kini menjadi pengusaha sukses di Jepang. Siapa mengira warga Jepang yang dulu enggan makan tempe sekarang menjadi doyan makanan berbahan kedelai itu.

Meski bukan yang pertama, Rustono termasuk orang Indonesia yang dengan gigih mempromosikan tempe di Negeri Matahari Terbit. Dia pun kini memetik hasilnya. Usahanya sukses besar. Pasar tempenya menguasai negara itu, bahkan mulai menembus pasar Eropa.

Succes story Rustono yang mengawali usaha dari nol tersebut diungkapkan dalam seminar pangan nasional yang diadakan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) di Hotel Aston, Jember, Rabu (28/8) lalu. Ikut menyimak dengan saksama Bupati Jember M.Z.A. Djalal.

Rustono mengaku tidak menyangka akan menjadi pengusaha tempe di negeri orang. Sebab, sebenarnya, cita-citanya sejak kecil hanya ingin naik pesawat terbang. Untuk mewujudkan impiannya itu, dia lalu kuliah di akademi perhotelan yang memungkinkan dirinya kelak terbang dari satu kota ke kota lain, bahkan ke luar negeri.

Setamat kuliah pada 1990 dia bekerja di sebuah hotel yang cukup besar di Jakarta. Impiannya mendekati kenyataan. Di tempat kerjanya itu, pria asal Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, tersebut banyak berhubungan dengan tamu asing. Salah satunya Tsuruko Kuzumoto, tamu dari Jepang, yang berlibur di Indonesia.

Pertemuan dua insan beda negara itu rupanya seperti suratan takdir. Keduanya saling jatuh cinta. Bahkan, mereka bersepakat meneruskannya ke pelaminan. Tak lama kemudian Tsuruko mengajak Rustono terbang ke Jepang. Pada 1 Oktober 1997 Rustono menginjakkan kaki di Negeri Sakura. Sejak itulah dia memulai hidup baru di negara istrinya, seorang pegawai bank swasta.

"Saya mau diajak ke Jepang, tetapi dengan syarat saya boleh membuka usaha di sana," ungkap Rustono ketika ditemui Jawa Pos Radar Jember seusai menjadi narasumber seminar itu.

Tsuruko tak keberatan, bahkan mendukung keinginan suaminya. Namun, sesampai di Jepang, Rustono tidak langsung membuka usaha. Dia melakukan riset kecil-kecilan di sekitar tempat tinggalnya, di Shigaken Otsu-shi Hachiyado, Shiga, Jepang. Dia ingin tahu bisnis apa yang belum ada dan memungkinkan untuk dijalankan.

"Pakai sepeda saya keliling kota untuk mencari tahu bisnis yang tepat. Di Jepang sudah ada usaha tahu, tapi usaha tempe sepertinya belum," jelasnya.

Setelah yakin belum ada orang yang membuka usaha tempe, dia berdiskusi dengan sang istri. Mereka lalu sepakat merintis usaha itu dari nol.

Namun, sebelum menjalankan usahanya, Rustono merasa perlu belajar ilmu bisnis dulu. Dia bukan menimba ilmu di sekolah, melainkan belajar bisnis dengan menjadi pegawai di salah satu pabrik roti. Di pabrik itu Rustono banyak belajar tentang manajemen dan sumber daya manusia.

"Tiga tahun saya bekerja di pabrik roti. Saya belajar tentang etos kerja, kualitas produk, dan sebagainya," tutur pria kelahiran 3 Oktober 1968 tersebut.

Sambil bekerja, Rustono berupaya mewujudkan impiannya untuk membuka usaha tempe. Dia belajar membuat tempe dari internet. Berkali-kali gagal, sampai akhirnya mendapatkan formula yang tepat untuk tempe produksinya.

"Empat bulan uji coba saya membuat tempe gagal terus," terang Rustono yang bahasa Indonesianya tidak berubah.

Begitu yakin tempenya bisa diproduksi, Rustono memutuskan keluar dari pabrik roti dan mulai membuka usaha tempe. Itu terjadi pada 2000.

Namun, awal usahanya tidak mulus. Tempenya tidak diminati hotel atau restoran setempat. Meski demikian, dia tidak patah arang. Dia tetap memproduksi dan menawarkannya ke toko-toko. Kalaupun tidak ada yang membeli, tempe itu dikonsumsi sendiri.

Tak kunjung membuahkan hasil, Rustono meminta izin istrinya untuk pulang ke Indonesia. Dia bermaksud menimba ilmu membuat tempe yang enak dan digemari.

"Sekitar 60 pengusaha tempe dari Semarang sampai Jogja saya datangi. Saya benar-benar ingin menyerap ilmu mereka. Saya tidak ingin gagal lagi," papar bapak dua anak itu.

Ketika kembali ke Jepang Rustono meneruskan usaha tempenya. Bahkan, saking bersemangatnya, meski musim dingin, dia tetap bekerja: membangun pabrik tempe di rumahnya. Dia ingin segera memproduksi tempe dengan bekal ilmu yang didapat saat pulang kampung.

Rupanya, aktivitas Rustono yang nekat membangun pabrik pada musim dingin menarik perhatian seorang wartawan yang lewat di sekitar rumahnya. Wartawan lokal itu heran melihat Rustono mendirikan bangunan di musim dingin. Dia lalu mewawancarai Rustono dan menuliskan hasil wawancara di medianya.

"Berkat tulisan si wartawan itulah saya mulai mendapat order dari restoran dan hotel yang pernah saya tawari. Mereka ingin tahu tempe produksi pabrik saya," cerita dia.

Untuk mem-branding tempe produksinya, Rustono memberi merek Rustono Tempeh (pakai H, Red). Tempe itu dikemas dalam ukuran " kg dengan bungkus plastik. Produksinya bervariasi, bergantung pada pesanan.

"Setelah itu tempe saya diminati. Sejumlah restoran dan hotel memesan tempe ke saya," imbuhnya.

Rustono pun tambah giat bekerja. Pesanan terus bertambah. Pekerjanya juga mulai banyak. Kini dia mempekerjakan sembilan orang Jepang untuk melayani pesanan hotel dan restoran itu. Bahkan, istrinya yang bekerja di bank memilih keluar dan membantu usaha Rustono.

Kini, dalam lima hari kerja, pabrik Rustono bisa memproduksi 16.000 bungkus tempe. Dia mengaku memiliki 490 pelanggan di seluruh Jepang. Mulai Hokaido hingga Okinawa.

"Tempe saya dikenal berkat promosi dari mulut ke mulut," tambahnya. Bahkan, sambung dia, tempenya sekarang mulai menembus Eropa. "Saya mulai ekspor ke Prancis, tetapi dalam bentuk ragi tempe," jelas Rustono. Dia menulis ragi tempenya ke Prancis itu dengan tagline "Warisan Budaya Indonesia" itu.

Berkat kegigihan Rustono, orang Jepang kini doyan lauk kaya protein itu. Bahkan, pabrik Rustono pun mendapat saingan. Beberapa pabrik mulai memproduksi tempe untuk melayani permintaan konsumen.

"Tapi, saya tidak khawatir. Tempe saya sudah punya pelanggan. Dan, saya mulai merambah pasar internasional, terutama di Eropa dan Korea Selatan," tandas dia.


Sumber : Jawa Pos

ndugu
30-08-2013, 09:49 PM
wah, semoga sukses ya pak :cengir:
di pasar deket tempatku juga kadang saya temukan stand penjual tempe, tapi dibikin sama orang bule ::elaugh::

BundaNa
30-08-2013, 11:06 PM
Padahal di Indonesia gegara presiden sukarno bilang, "jangan bermental tempe!" jadi kesannya makanan murah. Eh sekarang mahal ding, harga kedelai muahal

AsLan
31-08-2013, 01:02 AM
Pernah ketemu seorang pengusaha surabaya yg nyuruh saya jual tempe ke china, dia bilng di china pada gak tau tempe... :))

Orang2 asia timur tahunya cuma tahu, ga tahu tempe...

ndableg
31-08-2013, 01:45 AM
tempe bukannya asal cina ya?

Hai_Lee
31-08-2013, 10:28 PM
Pak, bikin tempe disini dong ::nangis:: Makanan favorit susah nyarinya disini.
Tempe bule sama tempe Indonesia beda loh. Kalo ga salah cara pembuatannya beda. CMIIW

AsLan
01-09-2013, 01:52 AM
tempe bukannya asal cina ya?

Orang china nemu tahu.
Orang indonesia atau malaysia nemu tempe...

tuscany
01-09-2013, 04:02 PM
Pak, bikin tempe disini dong ::nangis:: Makanan favorit susah nyarinya disini.
Tempe bule sama tempe Indonesia beda loh. Kalo ga salah cara pembuatannya beda. CMIIW

Itu namanya peluang bisnis, Lee. Belajar gih bikin tempe terus dijual ke Asian store
Nanti tak bikinin tret di KM judulnya Raja Tempe asal Indonesia di Amerika ::elaugh::



Orang china nemu tahu.
Orang indonesia atau malaysia nemu tempe...
Tempe setauku ditemukan orang Jawa, pas zamannya sunan yang mana gitu.

Hai_Lee
02-09-2013, 04:07 AM
Itu namanya peluang bisnis, Lee. Belajar gih bikin tempe terus dijual ke Asian store
Nanti tak

tadi ke supermarket ketemu tempe organik. Harganya 3 dollar. Kecil pisan lagi :iamdead:

lily
02-09-2013, 09:00 AM
Di Dili harga tempe non organik 1 dolar ga tau lebi berapa :D.

Kalo di Surabaya , beli tempe organik juga 30 ribu an di Papaya ato Ranch Market.

Btw sekarang harga kedelai naik , banyak pengusaha tahu tempe ga mo produksi lagi.

Tahu tempe jadi langka , dan harga makin mahal.

Untung kemaren udah simpan 5 tempe di kulkas ::ngakak2:: tapi kecil - kecil seukuran tangan doang. Tempe mini :nangis2:

BundaNa
02-09-2013, 10:00 AM
Waktu kecil gw suka bantuin tetangga yg juragan tempe, kena jatah ngidak, jadi kedele udah direbus trus ditaro di dunak, yg kayak baskom besar tapi dari jalinan bambu. Trus kaki harus dicuci bersih sebelum injek2 itu kedele mpe lepas dari kulit arinya. Skr lain modelnya, kedele rebus masukin ke karung, iket, trus diinjak2

yg mahal itu kedelai impor, dari thailand ya? itu biji kedele super. jadi kalo dibikin tempe, tempenya bisa mekar bagus. kalo pake kedele lokal susah, ga dapet struktur yg diinginkan. begitu cerita pengerajin
tempe tetanggaku

tuscany
02-09-2013, 12:23 PM
Jadi emang diinjak-injak ya ::ngakak2::

serendipity
02-09-2013, 12:31 PM
bukannya impor kedelai dari Amerika ya?


JAKARTA--Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan bahwa perusahaan plat merah yang dipimpinnya tengah bersiap untuk mengimpor kedelai. Hal ini sejalan dengan penunjukan Bulog sebagai lembaga pengaman harga dan penyalur kedelai.

Penunjukan Bulog sebagai importir kedelai ini sendiri tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2013 yang diterbitkan pada 8 Mei 2013.

"Kami sudah mengajukan permohonan impor kepada Kementerian Perdagangan," kata Sutarto seperti yang dilansir di Setkab.go.id, Kamis, (29/8).

Selain mengajukan izin, Sutarto mengaku sudah bertemu dengan sejumlah asosiasi produsen makanan dan petani kedelai guna memuluskan impor komoditas itu. Ia menyatakan juga telah meneken kerja sama dengan Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).

“Rencananya Bulog akan mendatangkan kedelai dari produsen besar di Amerika Serikat dan Brasil,” lanjutnya.

Selain impor, kata Sutarto, Bulog tetap melakukan pembelian kedelai dari sentra produksi dalam negeri, seperti Aceh, Sumatera Selatan, dan Banten. Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha Bulog, Rito Angky Pratomo, mengatakan impor akan dilakukan karena Bulog belum bisa menjaga stabilitas harga kedelai yang tengah melambung.

Pada akhir Juli, harga kedelai menyentuh Rp 8.000 per kilogram atau melampaui batas atas harga jual kedelai untuk perajin yang dipatok Rp 7.450 per kilogram.

"Paling tidak, dua bulan lagi impor harus sudah masuk," tandas Rito

Jadi inget kasus hacker indon yg ngotot kedelai harus dibuat langsung di Indon ;D Secara kualitas aja gak memadai gitu, ga bisalah buat tempe ::oops::

lily
02-09-2013, 01:15 PM
Eh sama ama wine ya ? Ada yang bilang wine pas dibuat , anggurnya diinjak ?

bundana , Mama saya sering beli tempe , bijinya gede gitu , enak banget tempenya , cuma seribu :D

Beli di tukang sayur di rumah Grandma :)

Sekarang seribu kecil , cuma segenggam tangan.

Fere
02-09-2013, 02:30 PM
Tempe makanan favorit gw dari kecil.. ;D

Tapi gw lebih suka tempe yang bungkusnya dari daun,
kalo digoreng pinggirannya rasanya gurih..

Hotelier
02-09-2013, 02:40 PM
Keren banget sampai bisa nembus pasar Jepang dan masuk Eropa juga. Double thumbs up buat pak Rustono :D

Setuju sama Fere ....tempe yang dibungkus daun pisang itu lebih enak, selain lebih wangi juga ::hihi:: jadi ngiler tempe goreng nih.

lily
02-09-2013, 02:44 PM
iya saya juga suka yang dibungkus daun ama yang bijinya gede dan gendut :D

yummy :)

saya suka semua makanan dari kedelai :)