aya_muaya
27-08-2013, 12:04 PM
“ve, assalamualaikum ukhti… “ sapa mbak dian saat berpapasan denganku di koridor ruang dosen. Aku habis menaruh absen di ruang secretariat, dan berniat sholat di musholla. Kuhentikan langkahku dan membalas salamnya.
“waalaikumsalam wr wb… ada apa mbak?” jawabku
“ini ve, aku mau ngasih undangan pernikahanku. Diusahakan datang ya dek.. “ kata mbak dian sambil menyerahkan undangan merah jambu
“makasih mbak… sama siapa mbak?” tanyaku sembali menerima undangan itu.
Mbak dian tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki manapun, seperti halnya dengan ukhti2 kampus yang lain.
“lihat saja di undangan dek, mbak yakin kok ve kenal dengan beliau. Mbak pergi dulu ya ve.. ada kuliah” pamit mbak dian
“iya mbak.. hati2..”kataku
‘iya, makasih ya ve. Wassalamualaikum wr wb.. “ salam mbak dian
“waalaikumsalam wr wb” sahutku.
Kubawa undangan merah jambu itu duduk di depan ruang secretariat, kubuka undangan itu, dan kubaca tulisannya di tengah undangan.
Arya Wicaksana dan Dian Permata Putri
Mas arya? Deg!!
Kaget aku membacanya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi nina, adik kelasku kalau dia tahu mas arya akan menikah dalam waktu dekat ini. Aku masih ingat betul bagaimana nina dengan malu2 mengatakan bahwa ia mempunyai desiran pada mas arya, kakak kelasku, seangkatan dengan mbak dian.
Kemaren malam, nina dengan malu2, datang ke kamar kosku, meminta pendapatku bagaimana seharusnya ia memanage perasaannya. Semalam aku bilang, tidak ada salahnya meminta pada murobbinya untuk menjodohkannya dengan mas arya, selama mas arya masih belum memiliki ikatan. Dan setahuku memang mas arya belum dekat dengan siapa2… ternyata…
Bagaimana aku harus menyampaikan undangan merah jambu ini pada nina? Aku tidak kuat melihat reaksinya nanti. Dia pasti akan sedih dan mungkin hatinya akan terluka. Mas arya cinta pertama nina, sejauh ini aku tidak pernah melihat nina sedemikian terikat hatinya pada lelaki. Dan lelaki itu akan menikah dengan orang lain dalam waktu dekat ini.
Aku masih duduk termenung. Bingung harus bagaimana lagi. Apalagi mbak dian dan nina sama2 dekat denganku. Aku berharap nina masih berpegang pada imannya dan tidak kolaps mendengar berita ini. Dari cerita nina kemaren malam, aku melihat betapa dalam cintanya pada mas arya. Dan aku yakin, nina bukan cewek kebanyakan yang mengumbar nafsunya, aku kenal nina, dia pasti sudah berusaha untuk memendamnya, menjaga perasaannya, menjaga kesucia n dan harga dirinya.
Tapi bagaimanapun, dia pasti sedih…. Pasti itu… duh, apa yang harus aku lakukan pada undangan merah jambu ini? Sebegitu tegakah ku padanya?meski nantinya dia pasti akan tahu juga, tapi aku berharap itu bukan darikuh. Apa yang harus aku lakukan ? haruskan kubuang?
Aku berjalan pelan menuju kosku di belakang kampus. Berbagai macam pikiran ada di benakku. Tentang bagaimana dia sekarang, apa yang ia lakukan, apakah dia sudah mengetahuinya. Ataukah belum… aku berharap semoga aku orang terakhir yang harus memberitahukan ini padanya.
Kubuka pintu kosku, lalu menuju kamarku. Saat melewati kamar nina, aku mendengar sanyup isak yang tertahan, astaghfirullah,…. Aku tahu dia pasti sudah tahu. Pasti ia mencoba menahan air matanya. Kuketuk perlahan pintunya..
“assalamualaikum dek.. ini aku, ve,, mbak boleh masuk ya dek..” ucapku
“waa..aa..hiks..alaikum..salam… hiks.. wr… hiks.. wb..” jawab nina sambil terisak.
Ternyata pintunya tidak dikunci, aku masuk dan langsung mendapatinya menelungkup di tepi ranjangnya, menahan isak. Kupeluk nina dari belakang.. sambil kuusap2 lembut punggungnya… aku tidak bisa berkata lagi.. aku tahu pasti berat beban bagi nina sekarang.
“mbak…aku ikhlas mbak… aku ikhlas.. hiks.. hiks… aku tahu mbak dian lebih baik dari aku… tapi aku tidak bisa menahan air mataku mbak…” tangisnya… aku semakin mengusap punggungnya,,,
“tidak apa apa nin..kamu boleh nangis… kamu boleh nangis sesukamu dek.. sampai kamu puas dan lega…. Mbak akan menemanimu..” ucapku sambil kupeluk nina lebih erat…
Hingga beberapa lama aku menemani nina, sampai ia bisa tertidur,, kemudian aku masuk dalam kamarku. Aku membersihkan diriku dan membekap erat al qur an di atas meja belajarku. Hatiku sakiiitttt bangetttt….. tapi aku harus bisa mengalahkannya. Ya Rabb… berikan aku kekuatan untuk menahan rasa sakit ini. Semakin sakit hatiku kurasa, semakin erat aku peluk al qur an-ku… sampai sampai air mataku tak kuasa kutahan. Aku menangis tanpa isak dan suara. Aku menangis dalam hampa dan diam..
Tak ada yang boleh tahu, tak ada yang boleh curiga tentang perasaanku ini,. Cukup hanya aku dan ALLAH yang tahu.
Kriing,.. kring.. kring,… hapeku berdering, aku menarik nafas panjang, kulihat nama pemanggilnya, mas arya. Ada apa?
“assalamualaikum mas..” sapaku, dengan nada suara senormal mungkin.
“waalaikumsalam wr wb… kok suaramu aneh dek? Kamu sakit? Ada apa?’ Tanya mas arya
“enggak mas, gakpapa… aku baru bangun tidur kok..”
“oh… mas kira kamu sakit.. dek.. aku hendak memberi kabar gembira, Alhamdulillah, mnggu depan mas akan melangsungkan ijab Kabul.. dengan dian permata putri, kakak kelasmu itu lho.. kamu senang kan dek?” kata mas arya dengan cerianya…
“tentu lah mas.. aku pasti ikut seneng mas… mas pasti bahagia.. aku yakin mbak dian itu akan jadi istri yang baik buat mas.. “
“iya.. aku juga berfikir begitu dek… dek, mas bisa minta tolong tidak?” Tanya mas arya
“insyaALLAH mas, apakah itu mas? Apa yang ve bisa bantu?” tanyaku menjawab pertayaan mas arya.
“karena dadakan, mas bisa minta tolong ve untuk membelikan mas souvenir buat pernikahan mas tidak? Jumlahnya 200buah saja dek. Tidak banyak yang diundang kok.. “ kata mas arya
“ iya mas, apa sih yang tidak bisa? insyaALLAH besok aku free, aku carikan di tanah abang ya mas.. “ kataku
“sip,, kamu memang adik mas yang paling pinter.. besok pagi sehabis subuhan aku ke kos ve deh, aku anterin undangan plus uang untuk membeli souvenir itu.. jazakillah ya ve..” ucap mas arya gembira
“sama sama mas.. “
“ya udah, mas ke masjid dulu, assalamualaikum wr wb..” pamit mas arya
“waalaikumsalam wr wb mas..” jawabku gontai..
Dengan pandangan kosong aku mengambil kotak biscuit yang isinya bukan biscuit dari kolong tempat tidurku. Kubukan kotak itu, kuambil sebuah kartu nama, “lovely souvenir” dan kuambil sebuah gantungan kunci angsa dengan inisial nama di dalam angsa tersebut : A&D
Sebenarnya itu inisial dari arya dan dive, namaku… namun ternyata D itu untuk Dian… bukan aku,. Kupencet nomor hape di kartu nama itu,
“ halo mas andre, ini ve, aku jadi ambil souvenir itu besok ya. Sekalian aku lunasi kekurangannya. “
“IYA.. terimakasih ya mas. Sampai besok.” Kataku sembari menutup hape.
Kupandangi lagi souvenir angsa tersebut.. lagi2 air mataku menetes tapi bisa kutahan. Tanpa bisa kuhentikan. Aku harus tabah, aku pasti bisa menghadapinya. Jodoh itu urusan takdir, bukan kita. Manusia hanya catur kehidupan yang digerakkan oleh sang Kuasa. Kita hanya biduk manusia yang hanya bisa mengingini…
Kumasukkan souvenir angsa dalam kotak lagi, kumasukkan ke tempat semula, di bawah ranjang. Kuambil undangan merah jambu dari dalam tasku dan kuletakkan di bawah bantalku. Mungkin aku harus mencari kegiatan travelling untuk menyegarkan hatiku. Mungkin liburan semester ini akan menyembuhkan lukaku.
Sabtu pukul 05.30 ada sms masuk
Assalamualaikum, dek, aku sudah di depan kosmu. Kutunggu di luar ya.
Aku bergegas memakai jilbab dan keluar menemui mas arya.
“waalaikumsalam wr wb mas.. “ sapaku di balik pintu. Mas arya tersenyum..
“ini dek, undangannya. Dan ini uang untuk souvenirnya” sahut mas arya
“yup.. makasih ya mas.. nanti aku langsung bawa ke kos mas arya ya?” tanyaku sambil menerima amplop undangan merah jambu dan amplop berisi uang.
“ya kalau tidak keberatan tidak apa2 dek..mas akan tertolong sekali.. “ sahut mas arya
“halah… wong Cuma beda 2 gang dari kosku kok..ya gak masalah. Oke deh.. see u nanti yam as..” kataku
“hehehe…makasih banyak ya ve.. assalamualaikum”
“waalaikumsalam wr wb…” kataku sambil menutup gerbang kos.
Aku berjalan menuju kamarku, tiba2 kulihat nina di depan kamarku.
“siapa tadi mbak?”tanyanya
“mas arya dek.. maaf ya..” jawabku.. merasa bersalah.
“maaf buat apa mbak? Memangnya mas arya ada keperluan apa dengan mbak?”Tanya nina
“mas arya meminta mbak untuk membelikannya souvenir pernikahan dek. Maafin mbak gak bisa menolak permintaan mas arya. Nina tahu sendiri kan, mas arya dan mbak itu sudah bertetangga sejak kecil. Jadi kami seperti kakak dan adik..” jawabku menjelaskan agar nina mau mengerti.
“gakpapa mbak… nina gak merasa dijahatin kok.. nina tahu mbak ve dan mas arya itu bertetangga sejak kecil. Makanya ve hanya berani curhat ama mbak ve aja.. bukan yang lain..” kata nina..
“ya udah nin, mbak mau mandi dulu trus ke tanah abang ya… “ pamitku..
“iya mbak,, nina juga ada kuliah hari ini” kata nina menuju kamarnya.
Aku masuk dalam kamarku, lalu menaruh undangan merah jambu di bawah bantalku. Aku dapat dua undangan merah jambu.. entah apa itu maksudnya. Aku tidak mau memedulikannya.
===
Kring!!! Telepon kos bordering, aku angkat telpon..kebetulan aku sedang tidak ada kuliah.
“assalamualaikum…” sapaku
“waalaikumsalam… bisa bicara dengan dive?” jawab seorang wanita separuh baya,, aku hafal betul suara ini,,, suara umiku..
“ini dive mi,,, miss u… tumben umi telpon lewat telpon kos, kok gak ke hape dive mi?” tanyaku. Padahal umi kan juga punya hpe,
“heheh.. hape umi ketinggalan di rumah, umi sekarang lg di rumah tante ira, mau bantuin siap2..kan arya bentar lagi mau nikah..kamu udah tahu kan ve?” jawab umi menjelaskan
“iya lah mi… dive tahu… tadi aja dive baru dari tanah abang membelikan mas arya souvenir buat pernikahannya…umi kapan kesana? Sampai kapan mi?” tanyaku…
berhubung klaten-jogya kan lumayan juga.. dulu mas arya sekeluarga tetanggaku waktu di jogya, klemudian beberapa tahun yang lalu mereka pindah ke klaten.
“barusan ve, umi mungkin pulang habis acara ini… kalau gak ahad ya senin.. ve.. kamu bisa kan kesini? Bantu2 tantemu… “sebuah perintah, meski engan nada bertanya, tapi kalau aku menolak, umi pasti akan tahu rahasiaku.
“iyalah mi.. kebetulan kuliahku hanya sampai kamis, kamis malam aku kesana deh mi.. bantu2 umi ama tante ira. Ada yang belum siap mi? kira2 ada yang bisa ve bawa dari Jakarta?” kataku mengiyakan.
“sip.. putri umi emang cantik… ve, tadi tante ira bilang dia belum dapat seragam buat ijab Kabul.. katanya mau samaan, tante ira, umi, kamu.… eh sama um hans juga… kamu juga tolong tanyain ama arya, dia udah punya baju buat ijab belum, kalau belum, kamu sekalian cariin ya ve… pokoknya putih… kamu kan paling ngerti beginian… nanti uangnya umi transfer ya ve..” kata umi panjang lebar…
“iya mi.. siap… “jawabku.
“ya udah.. umi mau bantu2 tantemu lagi ya.. dah cintanya umi,.. wassalamualaikum wr wb..”pamit umi
“iya umi..love u too… waalaikumsalam wr wb…”balasku..
Kututup gagang telepon. Mataku nanar… aku masuk ke kamarku, mengambil kotak biscuit yang isinya bukan biscuit dari bawah ranjangku.. kubukan kotak biscuit tersebut dan mencari sebuah kartu nama “indah boutique” dan kupencet nomor di kartu nama itu..
“mbak indah.. ini ve mbak…” sapaku di hape..
“mbak, ve mau ambil baju yang ve pesan dulu, bisa mbak? “
“ya kamis aku ambil ya mbak…”
“bukan.. bukan aku yang nikah mbak…. Tapi saudara… “
“iya..makasih ya mbak.. “
Kututup gagang telepon… air mataku menetes, tapi isakku, hanya ALLAH yang dengar…
Aku mengambil kartu nama lain, kali ini kartu nama toko cincin.. aku juga mengambil cincin yang kupesan.
Pas ketika aku tutup hapeku setelah menelpon toko cincin, mas arya telepon ke hapeku..
“assalamualaikum wr wb mas.. ada apa ?” sapaku
“waalaikumsalam wr wb, dek.. makasih ya tadi souvenirnya, aku lihatin ke dian, dia seneng banget dek… oiya de, tadi mamaku telepon, katanya aku suruh menyampaikan ke kamu, aku belum dapat baju buat ijab,,, hehehe… “ kata mas arya…
“iya mas.. nanti aku cariin juga kok… “ kataku
“hehehe.. makasih ya de.. gak enak nih ngerepotin kamu… tapi mas juga lagi sibuk mau persiapan wisuda.. de, mas bisa nambah ngerepotin gak?” Tanya mas arya.
“bisa lah mas.. apalagi yang belum disiapkan?”
“hehehe..cincin de.. bisakah? Kalau enggak, jangan dipaksakan de..” kata mas arya
“bisa mas,, jangan khawatir..”kataku.. diseberang sana, mas arya tidak bisa melihatku..
melihat air mataku yang sedari tadi terus mengalir… membasahi pipiku.. dan menetes kebawah bajuku…
“makasih banyak ya de.. kalau ve nanti nikah, jangan sungkan2 buat ngerepotin mas ve… mas pasti akan snagat senang kamu repotin..”
“sip lah mas… tenang aja.. “jawabku..
Aku sudah tidak ngeh apalagi yang aku bicarakan ama mas.. sekedar basa basi..
Sebuah Tanya memenuhi benakku, kenapa bukan aku? Kenapa bukan aku?
==
"Kenapa bukan aku ya mbak?" Tanya nina pada malam hari, sehabis sholat isya bareng. Aku tersenyum.. mengelus punggungnya.
“nin, ALLAH Maha Tahu, ALLAH mempunyai rahasia yang hanya DIA yang tahu… percayalah, kamu akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik.. yang bisa membuatmu semakin dekat dengan ALLAH SWT de..” ucapku menasehatinya sekaligus menasehati diriku sendiri…
“dulu aku pernah loh mbak mengira mbak suka sama mas arya dan kalian akan menikah… kalian sangat cocok dan serasi.. apalagi keluarga kalian kan sangat dekat ya mbak? Ternyata mbak hanya nganggap mas arya sebagai kakak saja… tapi nina jadi bisa curhat sama mbak kan? Hehehe…”
aku tersenyum… aku juga berfikir seperti itu na.. sungguh… tapi aku tidak bisa…
“mbak..” Tanya nina
“ya nin, apa de?” jawabku
“mbak mau datang kan ke nikahannya mas arya?”Tanya nina
“insyaALLAH nin.. kenapa?”
“nina nitip kado ya mbak.. bagaimanapun, nina gak bisa melihat mas arya menikah dengan perempuan lain di depan mata nina mbak… tapi nina juga bahagia jika mas arya juga bahagia… kira2 apa ya mbak kado yang bagus buat mas arya dan mbak dian?”
“hemmh… biar mbak cariin gemana?sekalian mbak bungkusin? “
“wah.. mbak ve baik banget… nina mau mbak..kalau mbak gak keberatan…”ucap nina
“iya… mbak gak repot kok…”
Yah.. aku punya sebuah kado yang menarik untuk mas arya dan mbak dia. Sebuah kado yang seharusnya untuk malam pertamaku bersama mas arya. Tapi ternyata mas arya nikahnya bukan denganku, tapi dengan mbak dian… biar sajalah mbak dian yang memakainya dan aku sudah cukup bahagia jika mas arya menyukainya.
“waalaikumsalam wr wb… ada apa mbak?” jawabku
“ini ve, aku mau ngasih undangan pernikahanku. Diusahakan datang ya dek.. “ kata mbak dian sambil menyerahkan undangan merah jambu
“makasih mbak… sama siapa mbak?” tanyaku sembali menerima undangan itu.
Mbak dian tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki manapun, seperti halnya dengan ukhti2 kampus yang lain.
“lihat saja di undangan dek, mbak yakin kok ve kenal dengan beliau. Mbak pergi dulu ya ve.. ada kuliah” pamit mbak dian
“iya mbak.. hati2..”kataku
‘iya, makasih ya ve. Wassalamualaikum wr wb.. “ salam mbak dian
“waalaikumsalam wr wb” sahutku.
Kubawa undangan merah jambu itu duduk di depan ruang secretariat, kubuka undangan itu, dan kubaca tulisannya di tengah undangan.
Arya Wicaksana dan Dian Permata Putri
Mas arya? Deg!!
Kaget aku membacanya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi nina, adik kelasku kalau dia tahu mas arya akan menikah dalam waktu dekat ini. Aku masih ingat betul bagaimana nina dengan malu2 mengatakan bahwa ia mempunyai desiran pada mas arya, kakak kelasku, seangkatan dengan mbak dian.
Kemaren malam, nina dengan malu2, datang ke kamar kosku, meminta pendapatku bagaimana seharusnya ia memanage perasaannya. Semalam aku bilang, tidak ada salahnya meminta pada murobbinya untuk menjodohkannya dengan mas arya, selama mas arya masih belum memiliki ikatan. Dan setahuku memang mas arya belum dekat dengan siapa2… ternyata…
Bagaimana aku harus menyampaikan undangan merah jambu ini pada nina? Aku tidak kuat melihat reaksinya nanti. Dia pasti akan sedih dan mungkin hatinya akan terluka. Mas arya cinta pertama nina, sejauh ini aku tidak pernah melihat nina sedemikian terikat hatinya pada lelaki. Dan lelaki itu akan menikah dengan orang lain dalam waktu dekat ini.
Aku masih duduk termenung. Bingung harus bagaimana lagi. Apalagi mbak dian dan nina sama2 dekat denganku. Aku berharap nina masih berpegang pada imannya dan tidak kolaps mendengar berita ini. Dari cerita nina kemaren malam, aku melihat betapa dalam cintanya pada mas arya. Dan aku yakin, nina bukan cewek kebanyakan yang mengumbar nafsunya, aku kenal nina, dia pasti sudah berusaha untuk memendamnya, menjaga perasaannya, menjaga kesucia n dan harga dirinya.
Tapi bagaimanapun, dia pasti sedih…. Pasti itu… duh, apa yang harus aku lakukan pada undangan merah jambu ini? Sebegitu tegakah ku padanya?meski nantinya dia pasti akan tahu juga, tapi aku berharap itu bukan darikuh. Apa yang harus aku lakukan ? haruskan kubuang?
Aku berjalan pelan menuju kosku di belakang kampus. Berbagai macam pikiran ada di benakku. Tentang bagaimana dia sekarang, apa yang ia lakukan, apakah dia sudah mengetahuinya. Ataukah belum… aku berharap semoga aku orang terakhir yang harus memberitahukan ini padanya.
Kubuka pintu kosku, lalu menuju kamarku. Saat melewati kamar nina, aku mendengar sanyup isak yang tertahan, astaghfirullah,…. Aku tahu dia pasti sudah tahu. Pasti ia mencoba menahan air matanya. Kuketuk perlahan pintunya..
“assalamualaikum dek.. ini aku, ve,, mbak boleh masuk ya dek..” ucapku
“waa..aa..hiks..alaikum..salam… hiks.. wr… hiks.. wb..” jawab nina sambil terisak.
Ternyata pintunya tidak dikunci, aku masuk dan langsung mendapatinya menelungkup di tepi ranjangnya, menahan isak. Kupeluk nina dari belakang.. sambil kuusap2 lembut punggungnya… aku tidak bisa berkata lagi.. aku tahu pasti berat beban bagi nina sekarang.
“mbak…aku ikhlas mbak… aku ikhlas.. hiks.. hiks… aku tahu mbak dian lebih baik dari aku… tapi aku tidak bisa menahan air mataku mbak…” tangisnya… aku semakin mengusap punggungnya,,,
“tidak apa apa nin..kamu boleh nangis… kamu boleh nangis sesukamu dek.. sampai kamu puas dan lega…. Mbak akan menemanimu..” ucapku sambil kupeluk nina lebih erat…
Hingga beberapa lama aku menemani nina, sampai ia bisa tertidur,, kemudian aku masuk dalam kamarku. Aku membersihkan diriku dan membekap erat al qur an di atas meja belajarku. Hatiku sakiiitttt bangetttt….. tapi aku harus bisa mengalahkannya. Ya Rabb… berikan aku kekuatan untuk menahan rasa sakit ini. Semakin sakit hatiku kurasa, semakin erat aku peluk al qur an-ku… sampai sampai air mataku tak kuasa kutahan. Aku menangis tanpa isak dan suara. Aku menangis dalam hampa dan diam..
Tak ada yang boleh tahu, tak ada yang boleh curiga tentang perasaanku ini,. Cukup hanya aku dan ALLAH yang tahu.
Kriing,.. kring.. kring,… hapeku berdering, aku menarik nafas panjang, kulihat nama pemanggilnya, mas arya. Ada apa?
“assalamualaikum mas..” sapaku, dengan nada suara senormal mungkin.
“waalaikumsalam wr wb… kok suaramu aneh dek? Kamu sakit? Ada apa?’ Tanya mas arya
“enggak mas, gakpapa… aku baru bangun tidur kok..”
“oh… mas kira kamu sakit.. dek.. aku hendak memberi kabar gembira, Alhamdulillah, mnggu depan mas akan melangsungkan ijab Kabul.. dengan dian permata putri, kakak kelasmu itu lho.. kamu senang kan dek?” kata mas arya dengan cerianya…
“tentu lah mas.. aku pasti ikut seneng mas… mas pasti bahagia.. aku yakin mbak dian itu akan jadi istri yang baik buat mas.. “
“iya.. aku juga berfikir begitu dek… dek, mas bisa minta tolong tidak?” Tanya mas arya
“insyaALLAH mas, apakah itu mas? Apa yang ve bisa bantu?” tanyaku menjawab pertayaan mas arya.
“karena dadakan, mas bisa minta tolong ve untuk membelikan mas souvenir buat pernikahan mas tidak? Jumlahnya 200buah saja dek. Tidak banyak yang diundang kok.. “ kata mas arya
“ iya mas, apa sih yang tidak bisa? insyaALLAH besok aku free, aku carikan di tanah abang ya mas.. “ kataku
“sip,, kamu memang adik mas yang paling pinter.. besok pagi sehabis subuhan aku ke kos ve deh, aku anterin undangan plus uang untuk membeli souvenir itu.. jazakillah ya ve..” ucap mas arya gembira
“sama sama mas.. “
“ya udah, mas ke masjid dulu, assalamualaikum wr wb..” pamit mas arya
“waalaikumsalam wr wb mas..” jawabku gontai..
Dengan pandangan kosong aku mengambil kotak biscuit yang isinya bukan biscuit dari kolong tempat tidurku. Kubukan kotak itu, kuambil sebuah kartu nama, “lovely souvenir” dan kuambil sebuah gantungan kunci angsa dengan inisial nama di dalam angsa tersebut : A&D
Sebenarnya itu inisial dari arya dan dive, namaku… namun ternyata D itu untuk Dian… bukan aku,. Kupencet nomor hape di kartu nama itu,
“ halo mas andre, ini ve, aku jadi ambil souvenir itu besok ya. Sekalian aku lunasi kekurangannya. “
“IYA.. terimakasih ya mas. Sampai besok.” Kataku sembari menutup hape.
Kupandangi lagi souvenir angsa tersebut.. lagi2 air mataku menetes tapi bisa kutahan. Tanpa bisa kuhentikan. Aku harus tabah, aku pasti bisa menghadapinya. Jodoh itu urusan takdir, bukan kita. Manusia hanya catur kehidupan yang digerakkan oleh sang Kuasa. Kita hanya biduk manusia yang hanya bisa mengingini…
Kumasukkan souvenir angsa dalam kotak lagi, kumasukkan ke tempat semula, di bawah ranjang. Kuambil undangan merah jambu dari dalam tasku dan kuletakkan di bawah bantalku. Mungkin aku harus mencari kegiatan travelling untuk menyegarkan hatiku. Mungkin liburan semester ini akan menyembuhkan lukaku.
Sabtu pukul 05.30 ada sms masuk
Assalamualaikum, dek, aku sudah di depan kosmu. Kutunggu di luar ya.
Aku bergegas memakai jilbab dan keluar menemui mas arya.
“waalaikumsalam wr wb mas.. “ sapaku di balik pintu. Mas arya tersenyum..
“ini dek, undangannya. Dan ini uang untuk souvenirnya” sahut mas arya
“yup.. makasih ya mas.. nanti aku langsung bawa ke kos mas arya ya?” tanyaku sambil menerima amplop undangan merah jambu dan amplop berisi uang.
“ya kalau tidak keberatan tidak apa2 dek..mas akan tertolong sekali.. “ sahut mas arya
“halah… wong Cuma beda 2 gang dari kosku kok..ya gak masalah. Oke deh.. see u nanti yam as..” kataku
“hehehe…makasih banyak ya ve.. assalamualaikum”
“waalaikumsalam wr wb…” kataku sambil menutup gerbang kos.
Aku berjalan menuju kamarku, tiba2 kulihat nina di depan kamarku.
“siapa tadi mbak?”tanyanya
“mas arya dek.. maaf ya..” jawabku.. merasa bersalah.
“maaf buat apa mbak? Memangnya mas arya ada keperluan apa dengan mbak?”Tanya nina
“mas arya meminta mbak untuk membelikannya souvenir pernikahan dek. Maafin mbak gak bisa menolak permintaan mas arya. Nina tahu sendiri kan, mas arya dan mbak itu sudah bertetangga sejak kecil. Jadi kami seperti kakak dan adik..” jawabku menjelaskan agar nina mau mengerti.
“gakpapa mbak… nina gak merasa dijahatin kok.. nina tahu mbak ve dan mas arya itu bertetangga sejak kecil. Makanya ve hanya berani curhat ama mbak ve aja.. bukan yang lain..” kata nina..
“ya udah nin, mbak mau mandi dulu trus ke tanah abang ya… “ pamitku..
“iya mbak,, nina juga ada kuliah hari ini” kata nina menuju kamarnya.
Aku masuk dalam kamarku, lalu menaruh undangan merah jambu di bawah bantalku. Aku dapat dua undangan merah jambu.. entah apa itu maksudnya. Aku tidak mau memedulikannya.
===
Kring!!! Telepon kos bordering, aku angkat telpon..kebetulan aku sedang tidak ada kuliah.
“assalamualaikum…” sapaku
“waalaikumsalam… bisa bicara dengan dive?” jawab seorang wanita separuh baya,, aku hafal betul suara ini,,, suara umiku..
“ini dive mi,,, miss u… tumben umi telpon lewat telpon kos, kok gak ke hape dive mi?” tanyaku. Padahal umi kan juga punya hpe,
“heheh.. hape umi ketinggalan di rumah, umi sekarang lg di rumah tante ira, mau bantuin siap2..kan arya bentar lagi mau nikah..kamu udah tahu kan ve?” jawab umi menjelaskan
“iya lah mi… dive tahu… tadi aja dive baru dari tanah abang membelikan mas arya souvenir buat pernikahannya…umi kapan kesana? Sampai kapan mi?” tanyaku…
berhubung klaten-jogya kan lumayan juga.. dulu mas arya sekeluarga tetanggaku waktu di jogya, klemudian beberapa tahun yang lalu mereka pindah ke klaten.
“barusan ve, umi mungkin pulang habis acara ini… kalau gak ahad ya senin.. ve.. kamu bisa kan kesini? Bantu2 tantemu… “sebuah perintah, meski engan nada bertanya, tapi kalau aku menolak, umi pasti akan tahu rahasiaku.
“iyalah mi.. kebetulan kuliahku hanya sampai kamis, kamis malam aku kesana deh mi.. bantu2 umi ama tante ira. Ada yang belum siap mi? kira2 ada yang bisa ve bawa dari Jakarta?” kataku mengiyakan.
“sip.. putri umi emang cantik… ve, tadi tante ira bilang dia belum dapat seragam buat ijab Kabul.. katanya mau samaan, tante ira, umi, kamu.… eh sama um hans juga… kamu juga tolong tanyain ama arya, dia udah punya baju buat ijab belum, kalau belum, kamu sekalian cariin ya ve… pokoknya putih… kamu kan paling ngerti beginian… nanti uangnya umi transfer ya ve..” kata umi panjang lebar…
“iya mi.. siap… “jawabku.
“ya udah.. umi mau bantu2 tantemu lagi ya.. dah cintanya umi,.. wassalamualaikum wr wb..”pamit umi
“iya umi..love u too… waalaikumsalam wr wb…”balasku..
Kututup gagang telepon. Mataku nanar… aku masuk ke kamarku, mengambil kotak biscuit yang isinya bukan biscuit dari bawah ranjangku.. kubukan kotak biscuit tersebut dan mencari sebuah kartu nama “indah boutique” dan kupencet nomor di kartu nama itu..
“mbak indah.. ini ve mbak…” sapaku di hape..
“mbak, ve mau ambil baju yang ve pesan dulu, bisa mbak? “
“ya kamis aku ambil ya mbak…”
“bukan.. bukan aku yang nikah mbak…. Tapi saudara… “
“iya..makasih ya mbak.. “
Kututup gagang telepon… air mataku menetes, tapi isakku, hanya ALLAH yang dengar…
Aku mengambil kartu nama lain, kali ini kartu nama toko cincin.. aku juga mengambil cincin yang kupesan.
Pas ketika aku tutup hapeku setelah menelpon toko cincin, mas arya telepon ke hapeku..
“assalamualaikum wr wb mas.. ada apa ?” sapaku
“waalaikumsalam wr wb, dek.. makasih ya tadi souvenirnya, aku lihatin ke dian, dia seneng banget dek… oiya de, tadi mamaku telepon, katanya aku suruh menyampaikan ke kamu, aku belum dapat baju buat ijab,,, hehehe… “ kata mas arya…
“iya mas.. nanti aku cariin juga kok… “ kataku
“hehehe.. makasih ya de.. gak enak nih ngerepotin kamu… tapi mas juga lagi sibuk mau persiapan wisuda.. de, mas bisa nambah ngerepotin gak?” Tanya mas arya.
“bisa lah mas.. apalagi yang belum disiapkan?”
“hehehe..cincin de.. bisakah? Kalau enggak, jangan dipaksakan de..” kata mas arya
“bisa mas,, jangan khawatir..”kataku.. diseberang sana, mas arya tidak bisa melihatku..
melihat air mataku yang sedari tadi terus mengalir… membasahi pipiku.. dan menetes kebawah bajuku…
“makasih banyak ya de.. kalau ve nanti nikah, jangan sungkan2 buat ngerepotin mas ve… mas pasti akan snagat senang kamu repotin..”
“sip lah mas… tenang aja.. “jawabku..
Aku sudah tidak ngeh apalagi yang aku bicarakan ama mas.. sekedar basa basi..
Sebuah Tanya memenuhi benakku, kenapa bukan aku? Kenapa bukan aku?
==
"Kenapa bukan aku ya mbak?" Tanya nina pada malam hari, sehabis sholat isya bareng. Aku tersenyum.. mengelus punggungnya.
“nin, ALLAH Maha Tahu, ALLAH mempunyai rahasia yang hanya DIA yang tahu… percayalah, kamu akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik.. yang bisa membuatmu semakin dekat dengan ALLAH SWT de..” ucapku menasehatinya sekaligus menasehati diriku sendiri…
“dulu aku pernah loh mbak mengira mbak suka sama mas arya dan kalian akan menikah… kalian sangat cocok dan serasi.. apalagi keluarga kalian kan sangat dekat ya mbak? Ternyata mbak hanya nganggap mas arya sebagai kakak saja… tapi nina jadi bisa curhat sama mbak kan? Hehehe…”
aku tersenyum… aku juga berfikir seperti itu na.. sungguh… tapi aku tidak bisa…
“mbak..” Tanya nina
“ya nin, apa de?” jawabku
“mbak mau datang kan ke nikahannya mas arya?”Tanya nina
“insyaALLAH nin.. kenapa?”
“nina nitip kado ya mbak.. bagaimanapun, nina gak bisa melihat mas arya menikah dengan perempuan lain di depan mata nina mbak… tapi nina juga bahagia jika mas arya juga bahagia… kira2 apa ya mbak kado yang bagus buat mas arya dan mbak dian?”
“hemmh… biar mbak cariin gemana?sekalian mbak bungkusin? “
“wah.. mbak ve baik banget… nina mau mbak..kalau mbak gak keberatan…”ucap nina
“iya… mbak gak repot kok…”
Yah.. aku punya sebuah kado yang menarik untuk mas arya dan mbak dia. Sebuah kado yang seharusnya untuk malam pertamaku bersama mas arya. Tapi ternyata mas arya nikahnya bukan denganku, tapi dengan mbak dian… biar sajalah mbak dian yang memakainya dan aku sudah cukup bahagia jika mas arya menyukainya.