BundaNa
20-07-2013, 03:32 PM
Tahun ajaran ini kelas 1-3 emang gak dirolling. Jadi yang dari 1A ya naik ke kelas 2A begitu deh. Tapi ada 1 atau 2 siswa oleh orang tuanya minta dipindah kelas. Gegaranya mereka merasa anaknya dibully oleh salah satu anak di kelas tersebut. Karena merasa wali kelas atau sekolah belum optimal mengatasinya, mereka meminta anaknya dipindah kelas saja.
Ceritanya memang saat kelas 1 semester 2 Naomi cerita kalau ada salah satu teman sekelasnya, cewek namanya D nakalnya luar biasa. Bukan sekedar ngajak berantem atau jahil, yapi udah ngebully dan sedikit kriminal. Dan itu tidak terpantau oleh wali kelas, bisa dimaklum karena 1 kelas isinya 34 siswa. Naomi cerita dia pernah ditampar sama si D gegara Naomi mengingatkan D buat tidak semena2 kepada U, temen sebangku Naomi. Bukannya ngerti, Naomi dan U malah ditampar sama D ini (hebat ya, satu lawan dua::hihi::). Saat itu saya cuma menyarankan Naomi untuk lapor langsung ke wali kelasnya kalau D bertindak kasar lagi ke dia atau ke temannya. Waktunya itu saya cuma ngomong, "Gak mungkin kan Bunda berantem sama mamanya D gara2 kamu sama D berantem." Kebetulan emang saya kenal baik sama mamanya D selama kelas 1 kemaren.
Hari lain Naomi lapor lagi bahwa buku ulangan hariannya diinjak2 D karena Naomi dapat nilai 100 sedang dia cuma 60. Saya masih sambil lalu menanggapinya, "Dia gak sengaja kali, buku kakak jatuh dan keinjak dia." Tapi Naomi bersikeras bahwa bukunya yang di meja disambar sama D sampai jatuh dan diinjak-injak.
Sampai kemudian Naomi lapor dia dikompas sama D, Naomi disuruh D belikan jajanan di kanton pake uang Naomi. Oke, sampai sana saya menganggap D sudah keterlaluan, tapi saya masih memilih tidak mengadu sama wali kelas Naomi. Soalnya saya inget2 Daffa teman sekelas Naomi juga pernah ditampar teman sekelas yang lain sampe berdarah gusinya dan guru pengganti tidak lapor ke wali kelas. Pas ortunya Daffa lapor dan wali kelas menegur anak itu, pas udah keluar dari halaman sekolah Daffa dimaki2 sama anak itu, dan emaknya Daffa sampe shock mendengarnya.
Makanya saya memilih mendorong Naomi buat berani menghadapi D dan melapor kalau Naomi menganggap D sudah kelewatan. Saya gak mau terlalu cerewet saat itu urusannya masih di dalam sekolah. Menjelang UAS Naomi cerita kalau akhirnya D ditegur keras oleh wali kelas, dikasih buku somasi yang harus ditandatangani oleh ibunya plus ibunya harus datang untuk bicara sama wali kelas. D sendiri kemudian diperintah wali kelasnya untuk meminta maaf kepada semua anak yang sudah dia bully. Saya gak tau apakah itu gegara Naomi dan teman2nya akhirnya berani melapor atau gurunya akhirnya memergoki sikap D itu.
Tapiiii ada satu anak yang ternyata ga seterbuka itu ke ortunya dan ke wali kelas. Bapaknya ga terima, tapi juga ga menyalahkan wali kelas. Tapi dia ga mau anaknya, P, untuk satu kelas lagi dengan D. Karenanya dia minta anaknya, P, dipindah kelas. Bapaknya cerita ke saya kalau P itu sempet diiris2 sama D pake pinggiran penggaris besi yang tajam sampe lecet2 dan P tidka mau mengadu ke wali kelas. Pas pulang liat anaknya lecet2 tangannya si bapak tanya ke P dan P mengaku kalau habis diiris2 tangannya sama D. Dan dari sana terkuak kalau P yang paling sering dibully sama D, dan anehnya mereka duduk sebangku dan akrab. Menurut Naomi, beberapa kali tiap turun main atau pulang si P ini mencuri2 pandang ke D saat mereka udah beda kelas.
Waktu sebelum kenaikan kelas sebenarnya Naomi juga udah cerita sama ayahnya tentang perilaku D kepadanya, dan ayahnya juga bilang ke saya buat minta Naomi dipindahkan. Cuma saya keberatan.
Menurut saya Naomi harus berani menghadapi D artinya menghadapi masalahnya. Kalau dia pindah kelas lalu ketemu anak yang serupa D, mesti gimana? Masak mau pindah sekolah? Jadi selama anak saya ga masuk rumah sakit gegara D saya masih mendorong Naomi buat berani menghadapi masalahnya, yaitu perilaku D tadi. Saya ga setuju minta pindah kelas cuma demi menghindari si masalah, karena pasti di kelas lain ada masalah lain juga kan?
Bener ga sih pendapat saya? Soalnya ayahnya sepmpet bersikeras dan saya jadi agak ragu2
Ceritanya memang saat kelas 1 semester 2 Naomi cerita kalau ada salah satu teman sekelasnya, cewek namanya D nakalnya luar biasa. Bukan sekedar ngajak berantem atau jahil, yapi udah ngebully dan sedikit kriminal. Dan itu tidak terpantau oleh wali kelas, bisa dimaklum karena 1 kelas isinya 34 siswa. Naomi cerita dia pernah ditampar sama si D gegara Naomi mengingatkan D buat tidak semena2 kepada U, temen sebangku Naomi. Bukannya ngerti, Naomi dan U malah ditampar sama D ini (hebat ya, satu lawan dua::hihi::). Saat itu saya cuma menyarankan Naomi untuk lapor langsung ke wali kelasnya kalau D bertindak kasar lagi ke dia atau ke temannya. Waktunya itu saya cuma ngomong, "Gak mungkin kan Bunda berantem sama mamanya D gara2 kamu sama D berantem." Kebetulan emang saya kenal baik sama mamanya D selama kelas 1 kemaren.
Hari lain Naomi lapor lagi bahwa buku ulangan hariannya diinjak2 D karena Naomi dapat nilai 100 sedang dia cuma 60. Saya masih sambil lalu menanggapinya, "Dia gak sengaja kali, buku kakak jatuh dan keinjak dia." Tapi Naomi bersikeras bahwa bukunya yang di meja disambar sama D sampai jatuh dan diinjak-injak.
Sampai kemudian Naomi lapor dia dikompas sama D, Naomi disuruh D belikan jajanan di kanton pake uang Naomi. Oke, sampai sana saya menganggap D sudah keterlaluan, tapi saya masih memilih tidak mengadu sama wali kelas Naomi. Soalnya saya inget2 Daffa teman sekelas Naomi juga pernah ditampar teman sekelas yang lain sampe berdarah gusinya dan guru pengganti tidak lapor ke wali kelas. Pas ortunya Daffa lapor dan wali kelas menegur anak itu, pas udah keluar dari halaman sekolah Daffa dimaki2 sama anak itu, dan emaknya Daffa sampe shock mendengarnya.
Makanya saya memilih mendorong Naomi buat berani menghadapi D dan melapor kalau Naomi menganggap D sudah kelewatan. Saya gak mau terlalu cerewet saat itu urusannya masih di dalam sekolah. Menjelang UAS Naomi cerita kalau akhirnya D ditegur keras oleh wali kelas, dikasih buku somasi yang harus ditandatangani oleh ibunya plus ibunya harus datang untuk bicara sama wali kelas. D sendiri kemudian diperintah wali kelasnya untuk meminta maaf kepada semua anak yang sudah dia bully. Saya gak tau apakah itu gegara Naomi dan teman2nya akhirnya berani melapor atau gurunya akhirnya memergoki sikap D itu.
Tapiiii ada satu anak yang ternyata ga seterbuka itu ke ortunya dan ke wali kelas. Bapaknya ga terima, tapi juga ga menyalahkan wali kelas. Tapi dia ga mau anaknya, P, untuk satu kelas lagi dengan D. Karenanya dia minta anaknya, P, dipindah kelas. Bapaknya cerita ke saya kalau P itu sempet diiris2 sama D pake pinggiran penggaris besi yang tajam sampe lecet2 dan P tidka mau mengadu ke wali kelas. Pas pulang liat anaknya lecet2 tangannya si bapak tanya ke P dan P mengaku kalau habis diiris2 tangannya sama D. Dan dari sana terkuak kalau P yang paling sering dibully sama D, dan anehnya mereka duduk sebangku dan akrab. Menurut Naomi, beberapa kali tiap turun main atau pulang si P ini mencuri2 pandang ke D saat mereka udah beda kelas.
Waktu sebelum kenaikan kelas sebenarnya Naomi juga udah cerita sama ayahnya tentang perilaku D kepadanya, dan ayahnya juga bilang ke saya buat minta Naomi dipindahkan. Cuma saya keberatan.
Menurut saya Naomi harus berani menghadapi D artinya menghadapi masalahnya. Kalau dia pindah kelas lalu ketemu anak yang serupa D, mesti gimana? Masak mau pindah sekolah? Jadi selama anak saya ga masuk rumah sakit gegara D saya masih mendorong Naomi buat berani menghadapi masalahnya, yaitu perilaku D tadi. Saya ga setuju minta pindah kelas cuma demi menghindari si masalah, karena pasti di kelas lain ada masalah lain juga kan?
Bener ga sih pendapat saya? Soalnya ayahnya sepmpet bersikeras dan saya jadi agak ragu2