PDA

View Full Version : Khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir : Utopia ?



keremus
19-04-2011, 07:40 AM
Saya punya beberapa kawan orang HTI. Secara personal mereka baik-baik saja.
Saya sudah lupa sejarah HTI. Yang jelas ada beberapa hal yang saya catat dari
organisasi ini:

1. Memperjuangkan Khilafah Islamiyah (dan tentu saja sistem Islam)
2. Tidak percaya partai politik dan demokrasi a la barat dan tidak berjuang melalui parpol
3. Organisasi yang legal dan berpusat di London
4. Selalu menyebut Khilafah Ottoman yang berpusat di Turki contoh sukses sistem
khilafah (entah ini memang dipercayai dalam organisasi ini atau sekadar kenangan
kawan-kawan HTI saya)


Secara pribadi saya berpendapat, Khilafah Islamiyah ini gagasan utopia serupa
masyarakat tanpa kelas-nya Marx. Hanya ideal dalam gagasan. Khilafah Ottoman
di Turki sejauh yang saya tahu juga tidak benar-benar sukses sebagai praksis
politik ataupun secara moral Islami.


Saya pikir HT telah berjuang selama bertahun-tahun, sejak lahirnya organisasi ini
dan hingga kini belum mencapai sedikitpun cita-cita Khilafah Islam.


Mereka sangat rajin berdemonstrasi dengan tertib dan seingat saya tidak pernah
anarkis.

Bagi saya HT ini sangat romantis terhadap masa lalu meski tidak salah.

keremus
19-04-2011, 07:45 AM
HTI-Press. Segala pujian milik Allah. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasulullah saw.; kepada keluarga, para Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti Beliau. Allah SWT berfirman:




وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ


هُمُ الْفَاسِقُونَ




Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku tanpa mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Siapa saja yang tetap kafir sesudah janji itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).





Rasulullah saw. pernah bersabda:





«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ


خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ»




“Di tengah-tengah kalian terdapat masa Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan yang zalim yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan diktator yang menyengsarakan, yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Selanjutnya akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian.” Setelah itu Beliau diam. (HR Ahmad).




Sesungguhnya kami, di Hizbut Tahrir, senantiasa mengimani janji Allah SWT dan membenarkan kabar gembira yang disampaikan oleh Rasulullah saw. di atas. Kami selalu berjuang bersama-sama dengan umat Islam untuk wujudkan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw. ini, yakni mewujudkan kembali Khilafah dalam wujud yang baru. Kami sangat meyakini terwujudnya kembali Khilafah itu seraya memohon kepada Allah SWT, semoga Dia memuliakan kami dengan tegaknya Khilafah; agar kami dapat menjadi tentaranya; agar kami mampu meninggikan râyah (bendera)-nya dengan baik dan di atas kebaikan; dan agar kami—dengan Khilafah itu—bisa beralih dari satu kemenangan ke kemenangan yang lain. Allah Mahakuasa atas semua itu.




Kami sangat senang karena dalam buku ini kami bisa mengisinya dengan struktur pemerintahan dan administrasi di dalam Daulah Khilafah dengan pengungkapan yang jelas, mudah dipahami, dan bersifat praktis. Lebih dari itu, isi buku ini dihasilkan dari penggalian hukum (istinbâth) dan penelusuran dalil (istidlâl) yang sahih, yang mampu menenteramkan hati dan menyinari dada.


Yang mendorong kami menyusun buku ini adalah adanya kenyataan bahwa berbagai sistem pemerintahan yang ada di dunia saat ini sangat jauh dari sistem pemerintahan Islam, baik dari segi bentuk maupun isinya. Dari segi isinya, hal itu sangat jelas bagi kaum Muslim, yakni bahwa semua sistem pemerintahan kontemporer saat ini tidak diambil dari al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya serta apa yang ditunjukkan oleh keduanya. Sistem-sistem yang ada saat ini bertentangan dengan sistem Islam. Kenyataan ini dapat diindera dan diraba oleh kaum Muslim; mereka tidak berbeda pendapat dalam hal ini.


Akan tetapi, yang mungkin menimbulkan kebingungan dalam diri kaum Muslim adalah dugaan mereka, bahwa sistem pemerintahan dalam Islam dilihat dari segi strukturnya tidak berbeda dengan sistem-sistem pemerintahan kontemporer. Oleh karena itu, mereka tidak melihat adanya keberatan jika di dalam sistem Islam itu terdapat kabinet, para menteri, dan semisalnya, dengan realita dan wewenang sebagaimana yang ada dalam sistem pemerintahan yang ada saat ini. Oleh karena itu pula, dalam buku ini kami berketetapan hati untuk memfokuskan pembahasan pada struktur pemerintahan dalam Daulah Khilafah. Dengan begitu, bentuk struktur Daulah Khilafah itu dapat dipahami di dalam benak kaum Muslim, sebelum—dengan izin Allah—terwujud secara nyata di depan mata.


Kami juga telah mencantumkan pembahasan mengenai Ar-Râyah (Panji) dan al-Liwâ’ (Bendera) Daulah Khilafah. Sebetulnya masih terdapat beberapa perkara penting lainnya yang tidak kami cantumkan di dalam buku ini, tetapi akan kami umumkan pada waktunya nanti, yakni pada saat kami nanti mengeluarkan undang-undang yang berkaitan dengan perkara-perkara tersebut dalam suplemen buku ini, atas izin Allah. Perkara-perkara tersebut adalah: tatacara pemilihan Khalifah, penentuan redaksi baiat, penentuan wewenang amir sementara dalam kondisi Khalifah berada dalam tawanan yang memiliki kemungkinan bebas atau dalam kondisi tidak ada kemungkinan bebas, pengorganisasian kepolisian wilayah (propinsi) dari segi implementasi dan administrasi, penentuan kepolisian wanita dalam direktorat keamanan dalam negeri, tatacara pemilihan Majelis Wilayah (Majelis Propinsi) dan Majelis Umat, serta penggunaan slogan resmi negara. Kami telah menunjukkan perkara-perkara tersebut di dalam buku ini.


Kita memohon kepada Allah, semoga Dia segera menolong kita, melimpahkan karunia-Nya kepada kita, dan memuliakan kita dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Semoga dengan itu umat ini kembali menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia. Semoga dengan itu pula Daulah Islam kembali menjadi negara adidaya di dunia, yang menyebarkan kebaikan di segala penjurunya dan menebarkan keadilan di segala sisinya. Pada hari itu kaum Mukmin akan bergembira karena pertolongan Allah dan dengan semua itu Allah akan mengobati dada-dada kaum Mukmin.


Seruan kami yang terakhir, segala pujian hanya milik Allah SWT, Tuhan alam semesta. []

DH1M4Z
19-04-2011, 09:30 AM
Saya pernah baca buku tulisan mantan anggota Hizbut Tahrir, : The Islamist penulisnya Ed Hussein

Sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul : Matinya Semangat Jihad

Isinya sih perihal perjalanannya sebagai aktivis organisasi2 keagamaan termasuk Hizbut Tahrir, namun setelah sekian lama berada dalam organisasi dan melihat segala macam intrik dan persoalan intern akhirnya dia memutuskan keluar dari organisasi tersebut.

Hizbut Tahrir sangat getol dalam meperjuangkan sistem Kekhalifahan namun mereka juga menaati ramburambu yang ada sehingga mereka secara organisasi bisa eksis di tiap negara karena terdaftar secara legal.
Yah kita tunggu saja sampai sebatas mana kesabaran mereka dalam meperjuangkan sistem ini.

E = mc˛
19-04-2011, 09:46 AM
kalau kelak Khilafah islamiyah itu terbentuk, siapa yg berhak menjadi khilafah-nya?

dan apakah sistem pemerintahannya bakal menjadi monarki seperti daulah abasyah? mengingat, keempat khalifah utama saja, sistem pencalonannya berbeda: Abu Bakar secara aklamasi, Umar ditunjuk panitia, Utsman ditunjuk Umar, Ali diangkat dalam kemelut politik, dan sisanya, diangkat melalui sistem monarki.

AsLan
19-04-2011, 09:54 AM
Saya pernah membaca sebuah dialog mengenai negara Islam, argumen seseorang mengatakan bahwa di Alquran tidak ada perintah atau ajaran mengenai pemerintahan, jadi cita2 negara Islam itu hanya ambisi pribadi beberapa orang yg membawa2 nama agama, bukan perintah agama itu sendiri.

E = mc˛
19-04-2011, 10:05 AM
^ persis, itulah yg menyebabkan kenapa Gusdur, Cak Nur, dll sbg penggagas islam plural lainnya dianggap kafir karena menolak kekhilafahan islamiyah ::elaugh::

DH1M4Z
19-04-2011, 10:46 AM
sudah ada yang punya bukunya ?




Review Sukron Kamil - Tidak Ada Negara Islam, Surat-Surat Politik Moh. Roem dengan Nurcholish Madjid

RESENSI:

Judul Buku : Tidak Ada Negara Islam, Surat-Surat Politik Moh. Roem Nurcholish Madj id

Penyunting : Agus Edi Santoso

Pengantar : Prof. Dr. Syafii Maarif dan Adi Sasono

Penerbit : Djambatan,

Tahun Terbit : 1997

Jumlah Hlm. : XXVII +121 termasuk Indeks

Buku yang isi pokoknya surat-surat politik Moh. Roem dan Nurcholish Madjid inii merupakan dialog dua generasi, yaitu generasi Jong Islamieten Bond (JIB) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) amgkatan 1070-an. Keduanya sama-sama memiliki komitmen keislaman sekaligus keindonesiaan, tetapi dibesarkan dalam zaman yang berbeda, dimana keduanya mewakili zamannya masing-masing. Sebab itu., menarik untuk dibaca dan dirujuk. Bukan saja karena berisi tentang pemikiran Islam terkait dengan politik, melainkan juga sikap demokratis tokoh-tokoh dari partai terbesar Islam Indonesia, Masyumi, terutama Natsir. Selain itu, buku ini memuat pula pengakuan Cak Nur (panggilan akrab Nurcholish Madjid) tentang kesalahan metodologinya dalam penyampaian gagasan dan penjelasan latar belakang dirinya, sehingga dengan membaca buku ini akan memudahkan dalam memahami sosok almarhum tokoh intlektual Neo-modernis Indonesia tersebut.

Terjadinya surat menyurat antara mereka sebenarnya dipicu oleh pemuatan hasil wawancara dengan Amien Rais dalam Panjimas No. 376/1982, serta tulisan Roem sendiri pada Pan.limas No.386/1983. Mereka sepakat bahwa Islamic State (negara Islam) dalam al-Quran dan Sunnah tidak ada. Yang ada hanyalah etos Islam, seperti keadilan dan egalitarianisme dalam menjalankan politik. Bagi mereka, apalah artinya suatu negara menggunakan nama Islam sebagai dasar negara, kalau ternyata hanya formalitas kosong (hlm. XXII-XXIII dan 2). Roem bahkan menambahkan bahwa pandangan demikian bukan saja benar, tetapi juga bijaksana, karena di Indonesia istilah itu lebih baik tidak dipakai, karena tidak sedikit orang yang tidak menyukainya, bahkan alergi mendengarnya. Dalam statuta Anggaran Dasar Masyumi sendiri, istilah negara Islam itu tidak ada (hlm 2). Lagi pula, andai bunga mawar yang harum semerbak, jelasnya, dinamakan bangkai, ia akan tetap harum (hlm. 3). Negara Islam, tegasnya, hanya ada dalam substance, tidak dalam nama. Ini sesuai dengan yang dilakukan Nabi Muhammad ketika masyarakat yang sudah dibangunnya dan di bawah kepemimpinannya berdiri dengan kuat sampai wafatnya, Nabi tidak memberi nama khusus (hlm. 7) .

Nurcholish Mad.jid yang kala itu sedang bela.jar di Chicago, Amerika Serikat ---yang sebelumnnya ia tampak berpandangan sama melaui konsepnya Islam Yes Partai Islam No,--- dalam suratnya yang ia kirim kepada Roem menanggapi secara positif bahwa politik diliput Islam hanya secara garis besar, segi etisnya saja (hlm. 25). Karenanya, ia sepakat agar istilah kontroversial (negara Islam) tersebut tidak digunakan, mengingat sangat menganggu (hlm. 22). Politik, katanya lebih lan.jut, harus diletakan bukan bagian dari syari'ah yang sempit itu, tapi berdiri berdampingan. la lebih mendekati filsafat dalam dinamika dan wataknya (hlm. 26). Politik jangan dipahami secara ad hock, tanpa memperdulikan kekuatan organis ajaran-a.jaran Islam yang lebih mendasar (hlm. 30).

Konsep Islam dalam politik berada di sekitar pertengahan antara dua pendapat ekstrim yang berlawanan. Ali ‘Abd ar-Raziq di satu pihak, dan Sayyid Qutub serta Maududi di pihak lain (hlm. 26). Sambil mengutip pendapat Natsir, menurutnya, sistem politik Islam lebih dekat dengan demokrasi,---sebagai suatu warisan kemanusiaan yang tiada ternilai harganya, yang meskipun banyak kekurangannya, tetapi sampai sekarang belum ditemukan alternatif yang unggul (hlm. 27). Sistem politik Islam bukanlah teokrasi seperti yang dipahami orang Barat. la setuju dengan konsep Civil Religion-nys Robert N. Bellah yang menjadikan AS. yang berdiri di atas etika WASP (White Anglo Saxon Protestan) sebagai model (hlm. 32). Atau, dalam bahasa lain, ia, kelihatarmya, sepakat dengan konsep Negara Madaniyah-nya Huwaidi, di rnana pemimpinya tidak rnaksum. Karena itu, pemimpin bisa diminta pertanggu.ngjawabannya oleh rakyat. Asumsi ini berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah yang ia kutip dalam suratnya tersebut. Menurut Ibn Taimiyah, Nabi maksum hanyalah dalam tugasnya menyampaikan wahyu saja. Sedang di luar itu, seperti terrekam dalam beberapa ayat al-Quran, Nabi adalah manusia biasa, meskipun istimewa, namun tetap bersalah (hlm. 28). Hanya saja Nabi kemudian langsung diluruskan Tuhan. Jadi, dalam soal kenegaraan, seorang pemimpin, Nabi sekalipun, tidaklah maksum. Islam tidak mengenal lembaga kependetaan yang memiliki kekuatan sakral sebagai wakil Tuhan. Oleh sebab itu, dalam rnenjalankan misi membangun dunia (semisal dalam politik), hak dan kewajiban masing-masing pribadi manusia adalah sama. Pengejawantahannya menuntut terbentuknya suatu tatanan demokratis, seperti yang dibuktikan dalam sejarah. Kaum Muslimin pun juga dibenarkan bekerja sama dengan golongan lain (hlm. 29).

Dalam bagian lain, ia menerangkan pandangannya tersebut dalam kontek Indonesia, dengan mengutip pidato Natsir di Pakistan awal tahun lima puluhan. Republik Indonesia, menurut Natsir, disebabkan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila tidaklah kurang keislamannya dibanding dengan Republik Islam Pakistan (hlm. 32). Dalam penilainanya, sebagaimana yang bisa kita baca dalam beberapa bukunya yang lain, jika Pancasila dijalankan secara konsekwen, Indonesia sudah Islami dengan tidak harus menggunakan nama negara Islam. Hal ini karena kekuasaan politik Nabi di Madinah kaitan-nya dengan agama pun hanyalah bersifat subsider atau situasional saja sifatnva. la mengungkapkan hal itu dalam bahasa yang implisit pada halaman 106 dengan mengutip peringatan Imadudin kepadanya, bahwa untuk tujuan dakwah, soal politik bisa dikesampingkan, sebab logika dakwah ialah inklusivitas dan keterbukaan, dalam arti harus merangkul seluas mungkin kalangan.

Kecuali pandangan politiknya di atas, Cak Nur juga menulis pengakuannya atas kesalahannya dalam metodologi penyampaian ide termasuk penggunaan nomenklatur kontroversial sebagai medium (hlm. 101), seperti istilah sekularisasi sebagai desakralisasi. Tambahan pula, dalam buku yang awalnya berbentuk surat ini, ia menulis latar belakang dirinya sebagai seorang dengan kultur NU (nahdhatul Ulama), meskipun bukan anggota NU. Hingga sekitar ia berumur 15 tahun, kegiatan utamanya ialah mempelajari kitab-kitab kuning (hlm. 38). Dengan diketahuinya latar belakang dirinya ini, memudahkan kita dalam memahami sosoknya sebagai intlektual neo-modernis yang menguasai khazanah klasik sekaligus modern.

Hal lain yang diungkap dalam buku ini adalah mngenai para tokoh Masyurni sebagai yang terdepan dalam demokrasi, sehingga seorang Kasimo, salah satu tokoh Partai Katolik, umpamamnya. lebih senang bekerjasama dengan Masyumi daripada PNI (Partai Nasional Indonesia), walaupun secara idiologi berbeda (hlm. XIX). Tentang tokoh utamanya, Natsir, dalam buku ini di samping disebut Kahin telah berhasil mencegah PRRI men.jadi gerakan sparatis total (hlm. 34), juga djelaskan Syafii Maarif sebagai seorang yang bukan subordinat dari Syahrir. Natsir justru rnerniliki persamaan denga,n Sjahrir, yakni sama-sama sebagai orang yang berpatah arang dengan Sukarno. Mungkin perbedaan subkultur (dimana Natsir dan Sjahrir bersubkultur Sumatera, sementara Soekarno bersubkultur Jawa) salah satunya yang membuat mereka "berpi-sah" secara politik (hlm. XIV-XV). Namun, itu pulalah (subkultur budaya Jawa) yang menj adikan Soekarno unggul., karena dukungan m asyarakat Jawa sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia.

Karena itu, sayang, jika buku ini dilewatkan tidak dibaca. Dan dirujuk Wallah A'lam bi as-Shawab .

Di-review oleh Sukron Kamil, Dosen Fakultas Adab

dan Humaniora dan Peneliti CSRC UIN Jakarta

kandalf
19-04-2011, 11:35 AM
Di Alquran tidak ada ajaran tentang bentuk pemerintahan tetapi ada kaidah-kaidah yang harus dilakukan seorang pemimpin yang mengaku Muslim di antaranya berbuat adil, tidak memaksakan agama, bergerak ketika ada permintaan tolong.

Rumusan-rumusan negara Islam bukan hanya dilakukan oleh kelompok seperti Hizbut-Tahrir dan Ikhwanul Muslimin tetapi juga oleh golongan2 yang selama ini dijauhi seperti pemikir Islam sekuler atau seperti pemikiran kelompok-kelompok Quraniyyun.


Di masa Rasulullah, setelah ditunjuk oleh kaum Anshar untuk menjadi pemimpin Madinah, beliau bertemu dengan pemimpin2 Yahudi dan keluarlah piagam Madinah. Menurut catatan gereja di Yerusalem, langkah yang sama juga dilakukan oleh Umar ibn Khattab ketika berhasil menguasai Yerusalem. Ia berunding dan bertanya apa saja adat-istiadat, kebiasaan, dan hukum yang ditaati orang-orang Kristen sebelum ia menerapkan peraturan. Bila sudah ada, ia akan menggunakan yang sudah berlaku, bila tidak, ia akan menerapkan hukum Islam.

Ada kebijakan hukum yang berbeda dalam satu kekuasaan. Kebijakan ini tidak hanya eksklusif di antara kalangan Muslim. Kebijakan ini juga dilakukan oleh kaisar-kaisar Dinasti Tang dan bahkan dilakukan oleh Pemerintah VOC untuk mengendalikan pribumi, Tionghoa, dan tentu saja kalangan Eropa.

Persoalannya, sekarang sudah tidak sesederhana dahulu. Kecenderungannya adalah satu hukum yang sama untuk setiap warga negara tak perduli agamanya.

keremus
19-04-2011, 01:26 PM
Khilafah itu berarti kepala negara, pemimpin umat Islam sedunia sekaligus pucuk
dalam hirarki keagamaan semacam Paus?

Dan jika terbentuk, dimanakah pusat khilafah itu berada ?

Saya biasa mendengar kawan2 HTI berkata gara2 umat Muslim sedunia
tidak memiliki khilafah dan karena menganut sistem yang tidak islami
(demokrasi barat) maka nasibnya selalu terpecah-pecah, terjajah,
tereksploitasi, saling berkelahi.

Karena kebanyakan negara modern dewasa ini menganut sistem demokrasi
dengan partai-partai sebagai saluran aspirasi, bagaimana HTI hendak
memperjuangkan gagasannya? Maksud saya, bagaimana dia bisa mengubah
sistem yang ada secara teknis ?

Mimpi panjang ?

kandalf
19-04-2011, 03:07 PM
Dengan demonstrasi,
dengan selebaran propaganda,
dengan seminar berharap untuk menarik massa.

AsLan
19-04-2011, 03:15 PM
Khilafah itu berarti kepala negara, pemimpin umat Islam sedunia sekaligus pucuk
dalam hirarki keagamaan semacam Paus?

Dan jika terbentuk, dimanakah pusat khilafah itu berada ?

Saya biasa mendengar kawan2 HTI berkata gara2 umat Muslim sedunia
tidak memiliki khilafah dan karena menganut sistem yang tidak islami
(demokrasi barat) maka nasibnya selalu terpecah-pecah, terjajah,
tereksploitasi, saling berkelahi.

Karena kebanyakan negara modern dewasa ini menganut sistem demokrasi
dengan partai-partai sebagai saluran aspirasi, bagaimana HTI hendak
memperjuangkan gagasannya? Maksud saya, bagaimana dia bisa mengubah
sistem yang ada secara teknis ?

Mimpi panjang ?

Ternyata punya Tuhan yg satu masih tidak cukup untuk menyatukan umat ya ?

Apakah dengan adanya 1 pemimpin akan bisa menyatukan umat ?

logikanya, Tuhan aja gak bisa menyatukan umat, apalagi manusia...

hayatzu
19-04-2011, 03:26 PM
ikutan nimbrung dikit sambil minum secangkir kopi ya...:)


^ persis, itulah yg menyebabkan kenapa Gusdur, Cak Nur, dll sbg penggagas islam plural lainnya dianggap kafir karena menolak kekhilafahan islamiyah ::elaugh::

imho, "pluralisme" dan "toleransi" itu adalah hal yang berbeda, bro...:)


Ternyata punya Tuhan yg satu masih tidak cukup untuk menyatukan umat ya ?

Apakah dengan adanya 1 pemimpin akan bisa menyatukan umat ?

logikanya, Tuhan aja gak bisa menyatukan umat, apalagi manusia...

hmm, apakah kalau sudah membicarakan agama (apalagi Tuhan) masih perlu pakai logika?

DH1M4Z
19-04-2011, 03:35 PM
Ternyata punya Tuhan yg satu masih tidak cukup untuk menyatukan umat ya ?

Kayaknya memang perlu 3 Tuhan yah Kop... ? :mrgreen:

:run:

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum/bangsa sampai kaum/bangsa itu mempunyai keinginan dan berikikhtiar untuk mengubah nasib sendiri ...

back to topic :

Memang kalau dipikir cita-cita Hizbut Tahrir bersifat utopis..
Kalau dilihat kondisi bangsa-bangsa sekarang, bukan masanya lagi untuk ekspansi / meluaskan wilayah (yah.. kalau mau diitung-itung tinggal 1 negara yang sangat ekspansif and u know what ). Jadi kalau menyatukan wilayah dengan cara ekspansi bisa dibilang mustahil. Tidak mungkin toh... sesama negara muslim (misalnya) saling menginvasi hanya untuk mendirikan 1 kekalifahan.

Tapi kalau dilihat trend sekarang ini (seperti uni eropa) bisa saja semua negara muslim mengadakan suatu persekutuan . Entah bagaimana caranya persekutuan tersebut nantinya akan membentuk suatu negara idelogis (seperti hanya israel) . Tapi hal ini juga sangat susah diwujudkan, dibutuhkan pemimpin persekutuan yang karismatik yang sangat dihormati antar negara. Nah siapa tokoh ini? Imam Mahdi mungkin? atau Isa yang turun ke dunia lagi?

keremus
19-04-2011, 04:52 PM
Kayaknya memang perlu 3 Tuhan yah Kop... ? :mrgreen:

:run:

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum/bangsa sampai kaum/bangsa itu mempunyai keinginan dan berikikhtiar untuk mengubah nasib sendiri ...

back to topic :

Memang kalau dipikir cita-cita Hizbut Tahrir bersifat utopis..
Kalau dilihat kondisi bangsa-bangsa sekarang, bukan masanya lagi untuk ekspansi / meluaskan wilayah (yah.. kalau mau diitung-itung tinggal 1 negara yang sangat ekspansif and u know what ). Jadi kalau menyatukan wilayah dengan cara ekspansi bisa dibilang mustahil. Tidak mungkin toh... sesama negara muslim (misalnya) saling menginvasi hanya untuk mendirikan 1 kekalifahan.

Tapi kalau dilihat trend sekarang ini (seperti uni eropa) bisa saja semua negara muslim mengadakan suatu persekutuan . Entah bagaimana caranya persekutuan tersebut nantinya akan membentuk suatu negara idelogis (seperti hanya israel) . Tapi hal ini juga sangat susah diwujudkan, dibutuhkan pemimpin persekutuan yang karismatik yang sangat dihormati antar negara. Nah siapa tokoh ini? Imam Mahdi mungkin? atau Isa yang turun ke dunia lagi?


Membayangkan negara-negara Islam serupa Uni Eropa 8-|

Ketika negara2 ini bergabung dalam -katakanlah- Uni Negara Islam,
soal satu lagi : Negara Islam itu apa?

Negara yang menerapkan sistem Islam atau Negara dengan umat Muslim mayoritas?

Bayangkan yang sekarang dianggap Negara Islam bergabung menjadi satu?

Wong semacam Arab Saudi condong ke AS? Mana bisa Arab Saudi bersatu
dengan Iran ?

Pekerjaan berat bagi HT

DH1M4Z
19-04-2011, 05:14 PM
yups.... selama tiap negara islam masih punya kepentingan sendiri-sendiri
sangat susah mendirikan suatu Uni Negara Islam.
Dan Uni Negara Islam inilah yang sebenarnya sangat ditakuti oleh Barat.
Sumberdaya alam melimpah, sumberdaya manusia apalagi.

E = mc˛
19-04-2011, 05:28 PM
Membayangkan negara-negara Islam serupa Uni Eropa 8-|

Ketika negara2 ini bergabung dalam -katakanlah- Uni Negara Islam,
soal satu lagi : Negara Islam itu apa?

Negara yang menerapkan sistem Islam atau Negara dengan umat Muslim mayoritas?

Bayangkan yang sekarang dianggap Negara Islam bergabung menjadi satu?

Wong semacam Arab Saudi condong ke AS? Mana bisa Arab Saudi bersatu
dengan Iran ?

Pekerjaan berat bagi HT

dulu bukannya Mesir-Suriah pernah bikin Republik Persatuan Arab?

pasingsingan
19-04-2011, 05:38 PM
yep
RPA gagal
krn ego masing2 maseh pengen menonjol (baca dominan) #-o

keremus
19-04-2011, 06:27 PM
dulu bukannya Mesir-Suriah pernah bikin Republik Persatuan Arab?

Arab kan?
Jadi bukan Islam.
Pan Arabisme.

Pernah ada Pan Islamisme dengan tujuan:

1. Membangun Dunia Islam dalam satu pemerintahan
2. Mengusir Kolonialisme barat

E = mc˛
19-04-2011, 06:35 PM
oyah, apakah sistem negara islam itu lebih mirip dg konsep imamiyah syiah-nya? kan keliatan bgt kalo org syiah lebih kuat konsep kenegaraannya... :-/

pasingsingan
19-04-2011, 07:02 PM
bukannya iran dah implementasikan sistem tsb? (konsep imamiyah)
dan faktanya, sistem kyk di iran tuh gak disukai oleh tetangganya
(baca negara2 teluk yng klaim negerinya sbg negara islam) #-o

E = mc˛
19-04-2011, 07:05 PM
^ gak disukai kan lebih ke masalah "ideologi ajaran agamanya drpd konsep negaranya :-/

pasingsingan
19-04-2011, 07:14 PM
itu dia kop
mestinya iran bisa dijadikan role model
faktanya kan gakda yng tertarik tuk mencontoh atau mengikutinya kan? :-?

AsLan
19-04-2011, 09:08 PM
Coba dulu menyatukan Sunni-Syiah.

danalingga
20-04-2011, 07:48 AM
Wah, jangan Lan. Soale kalo bersatu berarti kiamat tuh. :))

E = mc˛
20-04-2011, 08:10 AM
jangankan syiah-suni. antar sesama suni ajah susahnya minta ampun. begitupun dg sesama syiah ::elaugh::

AsLan
20-04-2011, 09:58 AM
Dari Kristen saja saya sudah melihat bahwa agama itu kelihatannya satu dari luar tapi dalamnya da banyak aliran2 yg merasa dirinya benar (yg lain kurang benar).

Menyatukan satu agama dibawah satu kepemimpinan itu seperti mencampur tanah dengan besi, campuran yg rapuh.

Agama2 Semit percaya bahwa akan datang pemimpin sejati yg menyatukan umat manusia, kalo bukan dia ya gak bisa.

pasingsingan
20-04-2011, 06:42 PM
susah yak bernegara dng dasar theokrasi (baca agama)

blom ada contoh yng boleh dibilang lumayan sukses yak :-?

AsLan
20-04-2011, 06:50 PM
Saya rasa hubungan antara agama dengan negara itu seperti ini : Agama --> Manusia --> Pemerintahan

Artinya Agama membentuk moral yang baik (manusianya) lalu Manusia yg bermoral baik ini memerintah negara atas dasar moral tersebut.

Tapi banyak orang ingin membuat Shortcut : Agama --> Pemerintahan Teokrasi --> Manusia

Artinya Agama diputar2 sampai berbentuk hukum2 pemerintahan, lalu pemerintahan agama ini berusaha menjadi polisi moral bagi manusia.
Hal ini tidak pernah sukses karena pada dasarnya Agama bukan diciptakan untuk negara, Agama adalah untuk membentuk jiwa manusia.
Kitab suci agama apapun tidak berbentuk hukum2 negara.

Jadi, pemerintahan atas dasar agama itu tidak alamiah, itu bukan tujuan Tuhan menurunkan kitab suci apapun. Itu hanya pinter2nya beberapa orang yg memperalat agama dan kitab suci untuk meraih kekuasaan.

Sauron
21-04-2011, 01:31 AM
Jangan berprasangka buruk dulu ah.... :))

Adanya orang-orang yang bermimpi untuk menggabungkan agama dan pemerintahan, pada hakekatnya adalah sekumpulan orang yang menemukan kekecewaan dalam sistem pemerintahan yang ada sekarang ini.

Demokrasi yang ga jelas juntrungannya.

Dan mereka--berdasarkan pemahamannya--berusaha mengejawantahkan apa yang dipercayainya ke dalam sesuatu yang berbentuk dan berguna bagi masyarakat nyata.

Tentu saja apa yang dibawa oleh agama adalah kebaikan.

Kenapa harus ragu kalau agama (yang notabene dipercayai sebagai ajaran Tuhan) dapat digabungkan dengan pemerintahan?

Mereka-mereka yang mengusung bendera agama gak semuanya bertabiat jelek, begitu juga yang mengusung bendera "umum" ga semuanya bertingkah laku bersih nan rupawan. Sejauh yang saya tau, jauh lebih banyak politisi busuk daripada agamawan busuk.

Kalau memang agama berasal dari Tuhan, mengapa harus meragukannya baik sebagai peraturan umat manusia? Kenapa kita lebih memilih peraturan manusia dibandingkan Tuhan?

Ada Apa Dengan Tuhan?

Apa gunanya agama kalau bukan untuk jadi alat kebaikan? Pemuasan nafsu rohaniah diri sendiri? Menjadi manusia suci seorang diri sementara dirinya dikelilingi sebuah dunia yang kotor?

Khotbahmode:off :))

---

Mengenai "mimpi" HTI yang dianggap Utopian, ya ga apa-apa toh bercita-cita mendirikan khilafah Islamiyah ala Rasulullah tempo dulu. Kan bagus kalo islam bersatu. Supaya jelas lho... mana yang "ini" mana yang "itu". Selama ini kan kabur, ga jelas yang mana wujud aslinya (atau malah sengaja dikabur-kaburin).

Ya... paling tidak adalah semacam mimpi untuk membenarkan letak jarum kompas yang itu lho, agar berdiri tepat ditengah-tengah (Adil). Jangan ke arah "sono" mulu, sementara yang di "sini" diinjek-injek terus.

Setau saya, demokrasi itu juga utopia... malah utopia yang busuk. :D

ndableg
21-04-2011, 03:26 AM
Mgk masalahnya karena agama itu dianggap milik sebuah kelompok. Bukan milik semua orang. Orang beragama sendiri sih yg salah.

danalingga
21-04-2011, 05:01 AM
Satu lagi, Agama dianggap langsung dari Tuhan dan nggak mungkin salah. Jadinya ngeri konsekuensinya jika ada nanti yang protes. Kalo demokrasi kan dah jelas buatan manusia dan demokrasi itu sendiri telah diakui oleh penggunanya sebagai bukan sistem yang sempurna.

tezar
21-04-2011, 08:44 AM
demokrasi yang ada sekarang cuma pas pemilihan caleg ama pemilihan pres dan ketua daerah
sesudah itu yang ada cuma suara frkais bukan lagi suara rakyat
yang gak setuju dengan fraksinya silakan out :mrgreen:

Sauron
21-04-2011, 09:13 AM
Kelebihan sistem berbasis agama dari demokrasi adalah. Dalam agama, batasan itu jelas. Ini boleh dilakukan, itu tidak boleh dilakukan. Hukumnya tegas tidak pandang bulu. Tidak ada yang boleh punya ilmu kebal di sini.

Kalo kamu melakukan ini ---> rewardnya itu
Kalo kamu melanggar ini ---> akibat yang lu tanggung itu

Ada kecenderungan untuk "sadar" akan segala konsekwensi atas segala tindakan. Seenggak-enggaknya orang akan mulai berfikir. "Kalo melanggar, ntar gue diapain ya?"

Dan positifnya, hukum tetap berlangsung dengan ada atau tidaknya penegak hukum di sini. Konsep mata-yang-melihat-segalanya itu ada kan?

Terserah orang mau menjalankan hukum berdasarkan motif apa, bagi yang percaya konsep dosa dan pahala mungkin udah cukup buat dia ngerti dan sadar akan keberadaan Tuhan. Sementara bagi yang ga gitu percaya, hukum agama (yang sudah bermetamorfosis jadi hukum negara), udah bisa dikatakan cukup buat mengakomodir itu semua.

Ini berlaku untuk semuanya tanpa pandang bulunya siapa.


Mgk masalahnya karena agama itu dianggap milik sebuah kelompok. Bukan milik semua orang. Orang beragama sendiri sih yg salah.

Satu lagi, Agama dianggap langsung dari Tuhan dan nggak mungkin salah. Jadinya ngeri konsekuensinya jika ada nanti yang protes.

Konsep bermusyawarah dalam urusan dunia itu kan ada dalam agama. Agama jangan melulu dipandang sebagai besi keras nan kaku. Pemimpin yang salah dan tidak adil juga bakal ditindak kalo salah.


Kalo demokrasi kan dah jelas buatan manusia dan demokrasi itu sendiri telah diakui oleh penggunanya sebagai bukan sistem yang sempurna.

Justru itu, orang-orang terus berlindung dibalik kata "tidak sempurna"-nya itu untuk terus melakukan banyak pelanggaran. Coba kalau sistemnya sempurna, semuanya serba dijamin, apa ada orang yang masih sudi melakukan pelanggaran? :))

AsLan
21-04-2011, 09:56 AM
Kalau masalah batasan dan pelaksanaan hukum, agama tidak lebih baik dari sekular.

Di Amerika pernah ada anak mentri yang dipenjara karena menabrak orang.
Sebaliknya banyak orang beragama yang melanggar ajaran agamanya sendiri.

Masalah kejelasan hukum, Agama isinya penuh dengan perdebatan dan kelompok2 yg berbeda pandangan, belum jadi penguasa saja banyak kelompok agama yg saling membunuh karena perbedaan penafsiran kitab suci.

DH1M4Z
21-04-2011, 10:14 AM
Sebenarnya setiap hukum tidak dapat memuaskan setiap manusia. Hukum itu cenderung membatasi tingkah laku manusia.

Manusia itu ciptaan yang mempunyai pikiran dan nafsu. Manusia bisa lebih rendah dari binatang kalau menuruti nafsunya. Oleh karena itu diciptakanlah hukum dan norma.

Apakah hukum buatan manusia selama ini memuaskan ? tentu belum. Masih banyak persoalan yang belum tersentuh oleh hukum buatan manusia tersebut.

Contohnya [untuk KUHP] : santet, kanibalism, semen leven, dsb.

Kalau dipikir2 dan diperhatikan sekarang : keinginan masyarakat pun sekarang bahkan melampaui hukum Tuhan .
Sudah berapa banyak maling tertangkap basah, kemudian dihakimi massa dihajar sampai mati atapun dibakar hidup-hidup hanya karena mencuri sesuatu yang nilaianya pun kadang tidak seberapa.
Kalau hukum Tuhan : mencuri diatas batasan tertentu dikenai hukuman potong tangan.
batasan tertentu : mencuri bukan pada saat kelaparan, nilailnya di atas yang ditentukan.

Sebenarnya target hukum Tuhan tersebut bukan pada berapa banyak orang yang di potong tangan, tapi orang akan berpikir kesekian kali untuk mencuri karena hukumnnya cukup berat dan menyakitkan, potong tangan.

Jadi memang benar, apabila ada suatu kelompok tidak puas dengan sistem sekarang. Maka mereka akan berpaling ke sistem yang lain apalagi ditambah romantisme masa lalu.
Jadi keutopiaan sistem Hizbut Tahrir sah-sah saja dan bukan suatu masalah dengan catatan mereka memperjuangkan hal tersebut dengan legal dan tidak melanggar hukum.

Kalau masalah agama dijadikan alat untuk saling bunuh, semua hal bisa dijadikan alat saling bunuh kok.., lihat saja tragedi Troya, PD I, PD II, Perang Teluk, Malvinas, politik Apartheid, dll.

purba
21-04-2011, 12:49 PM
Ketidakpuasan terhadap suatu sistem tidak seharusnya disikapi dengan mencoba mengganti dengan sistem lain, melainkan dengan evaluasi. Ane kira apa yg dilakukan HT bukan tidak puas dgn sistem sekarang, melainkan keyakinan bahwa hanya sistem merekalah yg benar. Seandainya benar mereka tidak puas dgn sistem sekarang, tentunya mereka harus sudah mengevaluasinya. Jika alasannya adalah sistem sekarang buatan manusia, sementara sistem mereka buatan Tuhan yg mereka yakini lebih baik, itu bukan evaluasi.

Kalau disebutkan romantisme masa lalu, yg mana? Kekalifahan Cordova, Bagdad, atau Istambul, jelas tidak menggambarkan pelaksanaan Quran. Mereka dulu, bak Amerika sekarang. Kalau mau romantisme qurani, mereka harus mengacu pada pemerintahan Muhammad di Madinah dan beberapa sahabatnya.

:))

DH1M4Z
21-04-2011, 01:13 PM
ada beberapa jalan , Kop. Kalau sistem sekarang udah berkali-kali dievaluasi dan hasilnya juga masih nihil? atau malah tambah buyar..?
Kalau reformasi kagak ada hasil ? revolusi toh?

Misal : Demokrasi sekarang, hanya berpihak pada uang. Kelakuan wakil rakyat sekarang malah lebih mengerikan dibandingkan jaman Orde baru dulu. Pilkada hanya menghasilkan pimpinan yang paling kuat membeli suara rakyat. Memang ada beberapa bupati dan gubernur yang berkualitas hasil pilkada, namun bisa dihitung dengan jari, sisanya tersangkut perkara korupsi. Penegak hukum sami mawon , benar bisa salah, salah bisa benar.
Semua sudah seperti lingkaran setan, mau dievaluasi dari mana dan butuh waktu berapa lama?

Semua pihak yang menerapkan suatu sistem pasti meyakini hanya sistem mereka lah yang benar, Amerika (duh.. Amerika lagi...Amerika lagi... :)) ) bisa menghamburkan puluhan milyar dolar hanya untuk menumbangkan Sadam, dan memberikan pelajaran bagi Irak arti demokrasi kok..

Kekalifahan sehabis Khulafaurrasidin memang tidak menggambarkan pelaksanaan Quran. Tapi bagi penganut "Theokrasi Islam" mereka masih bisa ber-romantisme pada pemerintahan Madinah dan Khulafaurrasidin paling nggak ya jaman Abu Bakar dan Umar kalau meragukan Usman dan Ali karena banyak kekacauan dan intrik yang melibatkan sesama muslim pada saat itu.

Jadi ya itu, kita tunggu aja kesabaran HTI dalam memperjuangkan "Theokrasi Islam" nya . Apakah mereka tetap Istiqomah atau putus di tengah jalan.

danalingga
21-04-2011, 02:55 PM
Back to topic:

HTI disebut ber-utopia memang karena rasanya tidak mungkin menerapkan konsep mereka -- karena tida mewakili seluruh umat Islam apalagi manusia. Tapi ya, kalo tiba-tiba akhirnya terterapkan (entah karena apa) ya menjadi tidak utopia lagi.

hajime_saitoh
26-04-2011, 09:48 AM
Kalau masalah batasan dan pelaksanaan hukum, agama tidak lebih baik dari sekular.

Di Amerika pernah ada anak mentri yang dipenjara karena menabrak orang.
Sebaliknya banyak orang beragama yang melanggar ajaran agamanya sendiri.

Masalah kejelasan hukum, Agama isinya penuh dengan perdebatan dan kelompok2 yg berbeda pandangan, belum jadi penguasa saja banyak kelompok agama yg saling membunuh karena perbedaan penafsiran kitab suci.

ah nggak juga dalam islam hukum islam yang menyangkut kehidupan manusia sudah sangat jelas dan clear.. seperti hukum nikah, hukum waris, hukum kriminal dll... sedangkanj perbedaan yang terjadi antara satu aliran dengan yang lain hanya sekedar kecil dalam pelaksanaan ibadah.. contohnya dalam shalat subuh ada yang qunut ada yang tidak... shalat tarawih ada yang 8 rakaat ada yang 20 rakaat... kalo yang saling bunuh sih itu mah masalah kepentingan politik aja.. ghak pernah gw denger orang muslim saling bunuh hanya gara2 tahlilan ato gara yang satu tarawih 8 rakaat yang lainnya 20 rakaat

Parameswara Li
22-08-2011, 06:34 PM
Tapi kalau dilihat trend sekarang ini (seperti uni eropa) bisa saja semua negara muslim mengadakan suatu persekutuan . Entah bagaimana caranya persekutuan tersebut nantinya akan membentuk suatu negara idelogis (seperti hanya israel) . Tapi hal ini juga sangat susah diwujudkan, dibutuhkan pemimpin persekutuan yang karismatik yang sangat dihormati antar negara. Nah siapa tokoh ini? Imam Mahdi mungkin? atau Isa yang turun ke dunia lagi?

Kalau mengandalkan seorang pemimpin yang karismatik, maka persekutuan itu tidak akan tahan lama. Begitu sang pemimpin berpulang berakhir jugalah persekutuan tersebut.

noodles maniac
22-08-2011, 07:55 PM
Numpang nyumbang suara ah sebagai eks simpatisan HTI :luck:


Secara pribadi saya berpendapat, Khilafah Islamiyah ini gagasan utopia serupa
masyarakat tanpa kelas-nya Marx. Hanya ideal dalam gagasan. Khilafah Ottoman
di Turki sejauh yang saya tahu juga tidak benar-benar sukses sebagai praksis
politik ataupun secara moral Islami.


Saya pikir HT telah berjuang selama bertahun-tahun, sejak lahirnya organisasi ini
dan hingga kini belum mencapai sedikitpun cita-cita Khilafah Islam.


Mereka sangat rajin berdemonstrasi dengan tertib dan seingat saya tidak pernah
anarkis.

Bagi saya HT ini sangat romantis terhadap masa lalu meski tidak salah.

Hampir semua orang dan bahkan para tokoh ulama kontemporer berpendapat demikian. Bahkan masih terngiang2 di kuping gw gimana mereka berpendapat bahwa para aktivis HTI itu seperti terjebak pada "romantisme masa lalu". Gw yang dulu sebelum kenal dengan HTI juga berpikir demikian kok. Wajar.. maklum.. soalnya cita2 HTI untuk mendirikan Khilafah Islamiyah itu bukan suatu ide yang mudah. Super hyper sulit, karena untuk menyatukan perbedaan persepsi dan ide dari jamaah2 islam aja susahnya minta ampun, apalagi harus menghadapi negara adi daya macam AS.


Isinya sih perihal perjalanannya sebagai aktivis organisasi2 keagamaan termasuk Hizbut Tahrir, namun setelah sekian lama berada dalam organisasi dan melihat segala macam intrik dan persoalan intern akhirnya dia memutuskan keluar dari organisasi tersebut.

Yup betul. Ini nyata terjadi di tubuh internal HTI. Sesuatu di dalam tubuh HTI membuat gw dan beberapa temen2 gw akhirnya berhenti dan antipati terhadap HTI. Bahkan isu yang pernah gw denger sempat terjadi kecurigaan di dalam tubuh HTI sendiri, sampe ada beberapa pecahan HTI namun salutnya masing2 mereka tetap ingin memperjuangkan khilafah islamiyah.

Terakhir...

Please jangan bilang mereka bermimpi, dan jangan bilang usaha mereka sia2. Mereka berjuang dengan apa yang mereka yakini dan pahami. Mereka adalah teman2 kita, sohib2 muslim yang berjuang mengikuti jalan kenabian Rasulullah SAW. Mereka berjuang dengan cara damai dan tidak anarkis apalagi ekstrem.

hajime_saitoh
23-08-2011, 09:26 AM
tapi sayangnya HTI hanya terlalu terfokus pada perjuangan penegakan daulah khilafiyah.. kalo menilik dan mencontoh nabi besar Muhammad shallolohu alaihi wa salla kita bisa melihat yang pertama beliau lakukan adalah menegakkan tauhid dan memperbaiki akhlak manusia (umatnya) baru setelah terbentuyk manusia2 yang unggul semacam para sahabat radiyallohu anh maka kekhalifahan dapat terbentuk. seharusnya itulah yang dilakukan hisbut tharir memperbaiki ahklak umat dan memperbaiki pemahaman tentang islam kepada umat

E = mc˛
23-08-2011, 10:45 AM
^ kesimpulannya, masih utopis yah? ;D

*dipentung Nudel

btw, organisasi ginian knp gak gabung2 dg organisasi sejenis sih? kan banyak banget tuh yg punya ide serupa. kalo terpecah2 ginih mah, yah susah realisasinya... utopis lagih ::hihi::

hayatzu
23-08-2011, 11:39 AM
@noodle...thanks for sharing the info...
yup, hal (perbedaan "ideologi" di kalangan internal) itu uda pernah terdengar dari beberapa simpatisan...opini lo ini menguatkan info tersebut ^_^


kalo menilik dan mencontoh nabi besar Muhammad shallolohu alaihi wa salla kita bisa melihat yang pertama beliau lakukan adalah menegakkan tauhid dan memperbaiki akhlak manusia (umatnya)

imho, idealnya sih emang begitu, tapi untuk melakukan hal yang gw bold diatas, untuk saat ini jauuuh lebih sulit, bro...
berat klo ngarepin hal itu dari HTI aja, karena harus terlebih dulu dimulai dari lingkup terkecil dan musti dari kesadaran tiap2 individunya

noodles maniac
23-08-2011, 11:10 PM
tapi sayangnya HTI hanya terlalu terfokus pada perjuangan penegakan daulah khilafiyah.. kalo menilik dan mencontoh nabi besar Muhammad shallolohu alaihi wa salla kita bisa melihat yang pertama beliau lakukan adalah menegakkan tauhid dan memperbaiki akhlak manusia (umatnya) baru setelah terbentuyk manusia2 yang unggul semacam para sahabat radiyallohu anh maka kekhalifahan dapat terbentuk. seharusnya itulah yang dilakukan hisbut tharir memperbaiki ahklak umat dan memperbaiki pemahaman tentang islam kepada umat

Exactly! seperti yang dilakukan oleh sohib2 di tarbiyah, mereka cenderung untuk menguatkan ruhiyah dan akhlak mereka. Ini tidak dimiliki oleh aktivis HTI. Di dalam HTI penguatan diri semacam ini adalah suatu keharusan dan merupakan tanggung jawab masing2 individu. Bukan merupakan seuatu konsep penguatan secara berjamaah seperti yang dilakukan oleh aktivis tarbiyah, dimana saling nasihat dan menasihati menjadi sebuah program efektif untuk meningkatkan akhlakul karimah dan tarbiyatul ruhiyah masing2 mereka. Gw pikir alangkah luar biasanya jika konsep yang dimiliki tarbiyah ini dipakai juga oleh HTI. Tapi ingat... untuk bisa istiqomah itu sulit lho.


^ kesimpulannya, masih utopis yah? ::elaugh::

*dipentung Nudel

btw, organisasi ginian knp gak gabung2 dg organisasi sejenis sih? kan banyak banget tuh yg punya ide serupa. kalo terpecah2 ginih mah, yah susah realisasinya... utopis lagih ::hihi::

nyolot ye... :gebuk: :kesal2: :luck:

my bro untuk bergabung sebenernya HTI udah ada ide bergabung kok, pernah denger tentang FUI (Forum Umat Islam) gak? itu isinya gak cuma HTI aja, malah ada FPI juga, HTI berusaha menularkan ide untuk pentingnya penerapan syariah islam di sana. Tapi ya lagi2 bro... ketika insiden monas FPI yang bentrok dengan KKBI itu di dalam tubuh FUI sempat terjadi perbedaan pandangan.

gembel
24-08-2011, 12:21 PM
basa mbah nudel berat :mrgreen:

senosukekitagawa
24-08-2011, 02:12 PM
kalau demokrasi adalah sesuatu yg diharamkan, sedangkan negara ini adalah penganut demokrasi
lalu butuh waktu berapa lama khilafah ini bisa terwujud ??

apakah parlemen jalanan sangat efektif di dalam menegakkan khilafah ??

apakah dengan teriakan2, yel2 di jalanan wakil2 rakyat di DPR lalu mendukung di tegakkannya khilafah ??

bukankan bila ingin merubah/menegakkan sesuatu itu dimulai dari yg terkecil.......
pribadi, keluarga, masyarakat, baru memasuki mihwar dauly/negara :mrgreen:

noodles maniac
24-08-2011, 11:37 PM
kalau demokrasi adalah sesuatu yg diharamkan, sedangkan negara ini adalah penganut demokrasi
lalu butuh waktu berapa lama khilafah ini bisa terwujud ??

apakah parlemen jalanan sangat efektif di dalam menegakkan khilafah ??

apakah dengan teriakan2, yel2 di jalanan wakil2 rakyat di DPR lalu mendukung di tegakkannya khilafah ??

bukankan bila ingin merubah/menegakkan sesuatu itu dimulai dari yg terkecil.......
pribadi, keluarga, masyarakat, baru memasuki mihwar dauly/negara :mrgreen:

Makanya gw bilang ini pekerjaan yang super hyper sulit, bukan tidak mungkin tapi sulit. Membutuhkan suatu perjuangan yang konsisten dan sabar luar biasa. Belum lagi ditambah dengan para kontranya HTI, jadi makin sulit aja deh. Apa yang dilakukan aktivis HTI adalah berusaha menularkan ide mereka tidak hanya kepada kaum muslim saja, jangan salah lho tapi juga kepada kaum non muslim juga. Medianya ya memang melalui aksi, selebaran2, siaran radio dll. Salah kaprah bahwa jika dikatakan bahwa proyek membangun kembali daulah khilafah islamiyah ini adalah proyeknya para aktivis HTI semata, sampe kapan pun juga gak akan bisa :)) karena daulah khilafah islamiyah itu menurut mereka baru bisa terwujud justru karena desakan dari masyarakat itu sendiri. Setidaknya begitulah metode yang dulu saya pahami ketika masih bergabung bersama mereka ;)

aya_muaya
24-08-2011, 11:53 PM
mudah... Bubarkan nkri, bangun dan bentuk negara baru,,, *itupun sebelum dijarah ama penjajah...
Selain bisa menghapus utang, juga bisa membentuk negara khilafah...
Nyatanya, 66tahun merdeka, belumbisa memetahkan budaya korupsi yang merajalela selama 3abad lamanya....

DH1M4Z
25-08-2011, 09:52 AM
Kalau mengandalkan seorang pemimpin yang karismatik, maka persekutuan itu tidak akan tahan lama. Begitu sang pemimpin berpulang berakhir jugalah persekutuan tersebut.

Yaa.... paling nggak kan terwujud dulu boss... :mrgreen:
Setelah itu paling nggak menyiapkan kader2 baru untuk nerusin yang lama...

E = mc˛
25-08-2011, 12:16 PM
mudah... Bubarkan nkri, bangun dan bentuk negara baru,,, *itupun sebelum dijarah ama penjajah...
Selain bisa menghapus utang, juga bisa membentuk negara khilafah...
Nyatanya, 66tahun merdeka, belumbisa memetahkan budaya korupsi yang merajalela selama 3abad lamanya....

cara bubarinnya gimana? meledukin bom gituh dimana-mana?
cara bangunnya gimana?
cara bentuknya gimana? ::oops::

pasingsingan
28-08-2011, 12:56 AM
kebanyakannya terjebak pada tataran simbol dan ritual semata
bukan esensi atau tata nilai yng diperjuangkan.

misal:
meski nama, simbol atau atributnya tidak mencerminkan bau2 islam (baca kearaban)
tapi jika nilai2 yng dianut dan diterapkan selaras dng spirit keislaman
emangnya aneh yak? :-?

Parameswara Li
28-08-2011, 01:22 AM
Yaa.... paling nggak kan terwujud dulu boss... :mrgreen:
Setelah itu paling nggak menyiapkan kader2 baru untuk nerusin yang lama...

Kaderisasi cuman bisa jalan di suatu lembaga/institusi (termasuk negara) yang kuat karena sistem, bukan karena ketokohan seseorang. Kalo suatu lembaga terbentuk atau jadi kuat karena tokoh tertentu, tidak akan ada kaderisasi disitu. Yang ada cuman perlombaan menjadi anak emas sang tokoh.

DH1M4Z
28-08-2011, 02:13 AM
@Parameswara Li :

Pendapat anda :

Kalau mengandalkan seorang pemimpin yang karismatik, maka persekutuan itu tidak akan tahan lama. Begitu sang pemimpin berpulang berakhir jugalah persekutuan tersebut.

------------------------------------------

sebagai contoh : Indonesia
Indonesia juga merupakan persetukutuan dari sekian banyak sukubangsa yang merasa senasib dan sepenanggungan. Awal berdirinya Indonesia kita bisa menunjuk tokoh yang berani mengemban tanggung jawab memproklamirkan kemerdekaan yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Cita-cita terwujud dulu yaitu kemerdekaan Indonesia. Setelah itu baru kemudian dibuat bentuk negara (kesatuan /federal) , sistem pemerintahan (monarkhi / republik).

Khilafah pun begitu...

Sebagai penerus sang tokoh, akan tampak setelah persekutuan / negara berjalan. Apakah persekutuan / negara itu akan tahan lama atau tidak ? tergantung komitmen anggota persekutuan / rakyat suatu negara.

Ronggolawe
28-08-2011, 06:07 AM
Kalau ngandalin HTI, menurut gw, selagi HT Pusat
masih numpang hidup ama Pemerintah Inggris, maka
selamanya HT akan gagal mendirikan khilafah dimana
saja di dunia :)

nick naylor
28-08-2011, 06:11 AM
Kalau ngandalin HTI, menurut gw, selagi HT Pusat
masih numpang hidup ama Pemerintah Inggris, maka
selamanya HT akan gagal mendirikan khilafah dimana
saja di dunia :)

Kenapa bisa gitu gan?

Ada apa dengan Inggris? ::ungg::

Ronggolawe
28-08-2011, 06:15 AM
pointnya bukan di inggrisnya, tapi numpang hidupnya.

noodles maniac
28-08-2011, 06:37 AM
Kalau ngandalin HTI, menurut gw, selagi HT Pusat
masih numpang hidup ama Pemerintah Inggris, maka
selamanya HT akan gagal mendirikan khilafah dimana
saja di dunia :)

Hahaha akhirnya muncul juga nih orang :D

Masalahnya para aktivis HT yang tersebar di seluruh dunia itu kan masih hidup di negaranya masing2, syukur2 di Indonesia menuntut penerapan syariat islam melalui pendirian daulah khilafah islamiyah (baca : DKI) lewat aksi, selebaran dan media lain masih dibolehin. Di Mesir dan beberapa negara lain malah bisa dibunuh karena dianggap pembangkang aka pengkhianat negaranya.

Ada 3 tahapan yang harus dilalui untuk mendirikan DKI di dunia ini menurut konsep HT :
1. Penyedaran masyarakat akan ide pentingya pendirian DKI dan itu merupakan solusi tunggal untuk memecahkan segala permasalahan umat (artinya disini gak cuma umat muslim tapi juga umat nonmuslim di seluruh dunia)
2. Pembinaan umat untuk menjaga konsistensi perjuangan pendirian DKI dan menjaga ide itu tetap ada di benak umat
3. Jika waktunya "tiba", akan terjadi penuntutan kekuasaan di seluruh negara dunia untuk bergabung dengan DKI yang konon katanya sudah dipersiapkan jauh2 waktu di salah satu "negara yang dipersiapkan" kemungkinan besar suatu negara di timteng, karena negara2 di timteng itu yang paling berbekas jejak DKI nya. Namun tidak menutup kemungkinan negara yang dimaksud adalah Indonesia sendiri dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia

E = mc˛
21-10-2011, 01:56 PM
Tadi pagi ada yg bagi2 selebaran sekelompok anak muda yg mengaku Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus. Selain orasi, mereka bagi2 selebaran, berikut bunyi pernyataannya:


PERNYATAAN SIKAP Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Nasional Refleksi KMII 18 Oktober 2009

Pada tahun 2009, mahasiswa Islam berkumpul melakukan Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII). Kegiatan terbesar dalam sejarah perjuangan mahasiswa Islam menuntut perubahan Indonesia menjadi lebih baik, yakni dengan diterapkan Syariah dalam bingkai Khilafah. Lahir dari dorongan aqidah untuk merubah kondisi umat yang berada di titik nadir kezhaliman, kesengsaraan, dan keterpurukan. Menjadi umat terbaik, membawa perbaikan dan kesejahteraan dalam ridho Allah SWT. Diiringi sumpah yang terukir dalam sejarah perjuangan penegakan syariah dan Khilafah, yang selalu diingat untuk berjuang dengan sungguh-sungguh.

Isi dari sumpah mahasiswa tersebut, yaitu:

1. dengan sepenuh jiwa, kami yakin bahwa sistem sekuler, baik berbentuk kapitalis-demokrasi maupun sosialis-komunis adalah sumber penderitaan rakyat dan sangat membahayakan eksistensi Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.

2. dengan sepenuh jiwa, kami yakin bahwa kedaulatan sepenuhnya harus dikembalikan kepada Allah SWT–Sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan-untuk menentukan masa depan Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.

3. dengan sepenuh jiwa, kami akan terus berjuang tanpa lelah untuk tegaknya syari’ah Islam dalam naungan Negara Khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas problematika masyarakat Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.

4. dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan kepada semua pihak bahwa perjuangan yang kami lakukan adalah dengan seruan dan tantangan intelektual tanpa kekerasan.

5. dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan bahwa perjuangan yang kami lakukan bukanlah sebatas tuntutan sejarah tetapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah SWT.

Lima sumpah di atas diucapkan sekitar 5000 peserta KMII pada 2009 silam. Pergerakan dan sosialisasi penerapan syariah dan Khilafah dikalangan mahasiswa pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya akan terus berkembang beriringan dengan berjalannya waktu. Karena solusi bagi seluruh masalah di negeri ini dan negeri-negeri muslim lainnya adalah diterapkan hukum-hukum Allah SWT.

Kami mengajak seluruh kalangan terutama para mahasiswa untuk bersama-sama bergabung dalam perjuangan ini, menerapkan syariah dan tertegaknya Khilafah yang mengikuti metode Nabi Muhammad SAW. Ingatlah firman Allah SWT (yang artinya): “Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah langit dan bumi, tapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf (7): 96).


Bandung, 18 Oktober 2011

Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK)

Koordinator Nasional

Ketua Badan Eksekutif (BE)


ttd


Rizqi Awal

HP: 085294952165/0857

banyak yg ingin saya bahas, tapi fokus poin 2 dulu, Kedaulatan Tuhan itu seperti apa yah? Okelah model dulu zaman Nabi dan sahabat mungkin bisa disebut sbg kadulatan Tuhan. Tapi di zaman skrg, kalau memang terealisasi, ntar yg dapat mandat kedaulatan itu siapa? apakah ketua organisasi tsb yg berhak mendapat Kedaulatan Tuhan? atau proses pemilu lagi? :mikir:

ndableg
21-10-2011, 04:08 PM
Kedaulatan Tuhan itu mungkin bisa diibaratkan Republik, di mana semua keputusan yg vital berasal dari hukum (constitution), bukan ditangan mayoritas, apalagi mayoritas yg bisa disogok, spt layaknya negara2 democrazy.

noodles maniac
23-10-2011, 08:29 AM
Tadi pagi ada yg bagi2 selebaran sekelompok anak muda yg mengaku Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus. Selain orasi, mereka bagi2 selebaran, berikut bunyi pernyataannya:



banyak yg ingin saya bahas, tapi fokus poin 2 dulu, Kedaulatan Tuhan itu seperti apa yah? Okelah model dulu zaman Nabi dan sahabat mungkin bisa disebut sbg kadulatan Tuhan. Tapi di zaman skrg, kalau memang terealisasi, ntar yg dapat mandat kedaulatan itu siapa? apakah ketua organisasi tsb yg berhak mendapat Kedaulatan Tuhan? atau proses pemilu lagi? :mikir:


Kedaulatan Tuhan itu mungkin bisa diibaratkan Republik, di mana semua keputusan yg vital berasal dari hukum (constitution), bukan ditangan mayoritas, apalagi mayoritas yg bisa disogok, spt layaknya negara2 democrazy.

yup you're right my brotha, harus diperjelas dahulu dan didefinisikan secara detail maksudnya mengembalikan kedaulatan kepada Tuhan itu seperti apa konsep dan realisasinya. Bisa menyebabkan timbulnya miss perception dari sini.