Gak ada yang aneh. Aku mengerti ulama2 yang dikutip itu bersikap defensif. Tetapi yang mengutip itu cuma taqlid, cuma main kutip tanpa tahu alasannya.

Ada trauma karena munculnya aliran2 tarekat, lalu aliran2 seperti mu'tazilah yang diduga karena filsafat. Tetapi filsafat itu sendiri cuma alat, cuma pisau.

Filsafat itu seni mempertanyakan. Dalam bahasa Yunaninya, Filosofi, artinya mencintai kebijakan.

Kalau agamawan mengatakan, membunuh itu haram, maka filsuf akan bertanya:
1. apakah ada batasan keharaman perbuatan membunuh?
2. apakah ada budaya lain yang memperbolehkan membunuh?
3. bagaimana bila tidak dibunuh, resiko kerusakan yang lebih besar terjadi. Apakah membunuh dalam konteks ini tetap haram?

bahkan sampai
4. kalau seseorang terbunuh, apakah orang tersebut benar-benar musnah ataukah masih ada?


Salah satu pertanyaan klasik di filsafat adalah pertanyaan Sokrates yang dikutip oleh Plato: "Apakah perbuatan baik itu karena dicintai dewa atau dewa mencintai perbuatan tersebut karena baik?"