Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 20 of 31

Thread: anak dan bahasa

  1. #1
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678

    anak dan bahasa

    terinspirasi dari thread merantau mengenai identitas, dan juga sebenarnya pertanyaan ini sudah pernah cukup lama kupikirkan dari observasiku terhadap sodara2ku yang hasil anak perantauan

    seandainya..
    katakan ada sepasang suami istri, si A (istri) adalah orang jawa merit dengan B (suami) yang orang batak, masing2 A dan B bisa bahasa sukunya sendiri (ato setengah lancar), tapi tidak bisa bahasa pasangannya. ditambah, si A dan B juga sama2 bisa bahasa indonesia, dan komunikasinya pake bahasa indonesia.

    nah, katakan suami istri ini tinggal di LN yang menggunakan bahasa asing, katakan di prancis deh, otomatis lingkungan juga menggunakan bahasa prancis.

    kalo kalian sebagai A ato B, dan ingin mengajarkan si anak bahasa kedua (selain bahasa asing prancis yang pasti akan di pick up saat anaknya sekolah dan bergaul di luar rumah nanti), apa yang akan kalian ajarkan? jawa, batak, ato indonesia?

    apakah lebih baik ajarin bahasa indonesia yang si A dan B pasti lancar baik secara lisan maupun tulis? karena A dan B mendapatkan pendidikan bahasa indonesia secara formal selama dulu di sekolah, pasti lancar di dua aspek itu. plus, bahasa indo juga lebih umum dipake di seluruh tanah indonesia, jadi indonesian speaker pasti lebih banyak daripada bahasa per daerah.

    ato, apakah lebih baik ajarin bahasa suku yang si A dan B stengah lancar? dalam arti separuh lancar secara lisan karena biasa bahasa lisan kan diturunin secara informal dalam keluarga aja ya, dan bahkan itu juga pasti tercampur2 dengan bahasa indonesia, jadi bahasa suku pun fasihnya stengah aja gitu. ditambah, A dan B juga tidak bisa secara tertulis (misalnya bahasa jawa kan ada tulisannya sendiri kan, nah maksudnya ga bisa secara tertulis itu).

    dengan mempertimbangkan plus dan minus antara ngajarin bahasa indo ato bahasa suku, yang mana yang akan kalian pilih sebagai bahasa kedua ato ketiga si anak?

    ---------- Post Merged at 12:09 PM ----------

    saya tambahkan lagi settingnya

    katakan si A dan B juga mempunyai pandangan mengenai pentingnya rasa identitas suku, jadi masing2 mempunyai keinginan cukup kuat untuk mengajarkan bahasa suku, bahkan at times dirasakan bahasa suku lebih penting daripada bahasa indonesia. hanya terkendala kemampuan mereka yang 'separuh lancar'.

    apa yang harus dilakukan mereka?

  2. #2
    pelanggan setia heihachiro's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Location
    little nong
    Posts
    2,613
    bahasa kedua tentu saja bahasa Indonesia, malah bisa dibilang itu bahasa ibu si anak, karena ortunya pasti berkomunikasi dengan bahasa Indoesia di rumah

    kalo bahasa suku ortunya, kalo menurut saya sih si A dan si B ngajarin sesempatnya dan semampunya aja, sukur2 si anak sadar diri untuk bisa dan mau belajar sendiri biar ga serta merta menjadi jawa murtad atau batak murtad

    toh kita ini anak semua bangsa
    next year™

  3. #3
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    kondisi ku sekarang. akhirnya mengajarkan bahasa indonesia sebagai bahasa pertama. walau ayah sangat lancar bahasa jawa. tapi belum diajarkan. entah kalau nanti.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  4. #4
    ★★★★★ itsreza's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    10,216
    anak kecil itu cepat paham dan menguasai lewat interaksi dari lingkungan sekitarnya.
    di rumah, untuk mengajarkan kepada keponakan pakai bahasa Indonesia, pengaruh
    dari lingkungan dan media elektronik, bahasa Indonesia yang dipakai keponakan itu
    jadi bahasa Indonesia baku bahasa Inggris sekarang juga mulai sering dipakainya.
    Bahasa daerah belum diajarkan, mungkin bahasa Sunda karena tinggal di Jabar, kecuali
    si kakek mau mengajarkan bahasa Jawa ke cucunya. Jadi menurut saya pilihan prioritas
    bahasa yang diajarkan sebaiknya melihat kepada bahasa yang lebih sering digunakan
    dalam keseharian di lingkungan sekitar anak tersebut.

  5. #5
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Jadi menurut saya pilihan prioritas bahasa yang diajarkan sebaiknya melihat kepada bahasa yang lebih sering digunakan
    dalam keseharian di lingkungan sekitar anak tersebut.
    saya justru merasa sebaliknya. bahasa yang akan lebih sering digunakan dalam lingkungan sekitar, misalnya pas dia bergaul sama anak2 tetangga, ato ke sekolah, dll. dia mau ga mau akan perlu bisa bahasa itu, dan eventually akan bisa sendiri saat waktunya.

    justru kupikir yang lebih berharga itu bahasa kedua yang tidak dipake di lingkungan tapi bisa diajarkan di rumah. di mana lagi dia akan mendapatkan exposure bahasa kedua kalo bukan di rumah. dan apabila sala satu ortunya bisa bahasa lain dari apa yang di lingkungan, maka itu skenario terbagus.

    saya sering ngeliat anak2 laen (termasuk ponaanku), yang ujung2nya diajarin bahasa indo aja. padahal kedua ortunya mampu bahasa laen, bahkan di rumah pun padahal pake bahasa laen itu. tapi ngga menular ke anaknya dan alasan mereka, karena babysitternya pake bahasa indo, jadi balik2 ya indo lagi. di rumah, di luar, semua kembali ke bahasa indo. ato sodara2ku yang laen yang di LN, balik2nya ya inggris lagi (karena lingkungannya inggris), padahal ortunya juga sama2 bisa bahasa lain (misalnya bahasa indo), tapi anaknya ga gitu bisa indo. the way i look at it, ini pasti karena ortunya ngga tegas ngajarin bahasa laen. menurutku itu kesempatan yang disia2kan, sangat disayangkan. padahal waktu kecil adalah masa2 emas buat si anak untuk menyerap bahasa. kalo saya di posisi itu, saya pasti tidak akan hanya ngikut bahasa lingkungan, i'll make sure the kid knows how to speak something else.

    yang menjadi dilema itu kalo seandainya ortunya bisa (katakan) 3-4 bahasa, dengan kefasihan yang bervariasi, maka, ajarin yang mana? sampe skarang saya masih blom menemukan jawabannya.

  6. #6
    ★★★★★ itsreza's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    10,216
    lingkungan sekitar itu juga kan termasuk di luar rumah, agar si anak bisa
    berinteraksi dengan orang-orang di luar dari anggota keluarga. bahasa
    kedua dan seterusnya sebaiknya diajarkan sejak dini, mengingat semakin
    bertambahnya usia tantangan mempelajari bahasa semakin besar. Jadi kalau
    lingkungan pakai bahasa inggris, ya di rumah gunakan selain itu agar si
    anak bisa belajar. Dengan kefasihan bervariasi, hasilnya mungkin seperti orang,
    tua si anak kecuali si anak diberikan media khusus untuk mempelajari bahasa
    secara baik lewat sekolah/kursus. ini cuma teori orang yang belum punya anak ya

  7. #7
    pelanggan setia serendipity's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Location
    Jakarta
    Posts
    4,775
    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    justru kupikir yang lebih berharga itu bahasa kedua yang tidak dipake di lingkungan tapi bisa diajarkan di rumah. di mana lagi dia akan mendapatkan exposure bahasa kedua kalo bukan di rumah. dan apabila sala satu ortunya bisa bahasa lain dari apa yang di lingkungan, maka itu skenario terbagus.

    saya sering ngeliat anak2 laen (termasuk ponaanku), yang ujung2nya diajarin bahasa indo aja. padahal kedua ortunya mampu bahasa laen, bahkan di rumah pun padahal pake bahasa laen itu. tapi ngga menular ke anaknya dan alasan mereka, karena babysitternya pake bahasa indo, jadi balik2 ya indo lagi. di rumah, di luar, semua kembali ke bahasa indo. ato sodara2ku yang laen yang di LN, balik2nya ya inggris lagi (karena lingkungannya inggris), padahal ortunya juga sama2 bisa bahasa lain (misalnya bahasa indo), tapi anaknya ga gitu bisa indo. the way i look at it, ini pasti karena ortunya ngga tegas ngajarin bahasa laen. menurutku itu kesempatan yang disia2kan, sangat disayangkan. padahal waktu kecil adalah masa2 emas buat si anak untuk menyerap bahasa. kalo saya di posisi itu, saya pasti tidak akan hanya ngikut bahasa lingkungan, i'll make sure the kid knows how to speak something else.

    yang menjadi dilema itu kalo seandainya ortunya bisa (katakan) 3-4 bahasa, dengan kefasihan yang bervariasi, maka, ajarin yang mana? sampe skarang saya masih blom menemukan jawabannya.
    di keluargaku ada 2 bahasa, tapi yang paling sering digunakan untuk percakapan sehari hari bahasa indonesia

    anaknya akan mengerti bahasa lainnya, tapi gak fasih untuk berbicara. Tapi kalo digunain untuk si anak dan si anak mau menggunakannya maka jadi bahasa yang lancar
    You were born with the ability to change someone's life - don't ever waste it.

  8. #8
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Mbok punya kakak yang menikah dengan European juga, dia malah ndak ngajarin anak-anaknya bahasa Indonesia, apalagi bahasa daerah. Too bad so sad. Anak-anak itu cuma bisa bahasa Inggris.

    Ada teman orang Mesir, suaminya Jerman, tinggal di Indonesia. Kalau bicara sama anaknya dia pakai bahasa Arab. Suaminya pakai bahasa Jerman. Babysitternya pakai bahasa Indonesia. Anaknya sekolah di international school jadi di sekolah pakai bahasa Inggris. I think the kid is doing well, mungkin suatu saat kerja di CNN.

  9. #9
    pelanggan setia Porcelain Doll's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    6,347
    ada juga sih saran sebaiknya anak itu dibekali bahasa dasar dulu sebelum ditambahi dengan bahasa kedua, ketiga, dst
    karena ada kasus dimana anak jadi kebingungan mencerna 2-3 bahasa sekaligus dan akhirnya malah telat bicara

    g sendiri di sekolah dari kecil berbahasa indonesia, dan di rumah berbahasa daerah atau campuran keduanya
    kedua bahasa itu termasuk lancar
    ade2 g yg masih kecil malah lancar 2 bahasa daerah, karena lingkungannya memang mengharuskan aktif
    Popo Nest

  10. #10
    aq sih make bahasa indonesia ke ara,
    karena kulihat, murid2qu yang udah kepapar bahasa inggris sejak kecil,
    bahasa indonesianya jadi ngawur.

    ntar aja kalo udah sd, baru ara benar2 belajar bahasa inggris.
    Four tines is a fork. Three tines is a trident. One is for eating, one is for ruling the seven seas.

  11. #11
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Berdasarkan pengalaman pribadi, mbok lebih mudah mempelajari bahasa lain ketika masih muda. Mbok pernah kerja di perusahaan Perancis waktu masih di Indonesia jadi sehari-hari mau tak mau berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Perancis baik lisan maupun tulisan. Belajar bahasa Perancis ndak membuat bahasa Inggris atau bahasa Indonesia mbok ngawur dan mbok ndak punya masalah mencerna isi koran The Jakarta Post atau majalah Tempo. Ibarat changing tv channel, otak itu menjadi terbiasa pindah dari satu bahasa ke bahasa lain.

    Kalau mbok boleh kasih saran untuk yang punya anak, give your kids choices and let them decide later on karena ndak ada yang lebih berharga di dunia ini ketika manusia punya pilihan dalam hidupnya.

  12. #12
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    kurasa impact "kebanyakan" bahasa sedikit sebanyak akan ada, terutama pas masi muda. dan semakin gede, bahasa paling dominan yang paling sering dipake akan menjadi yang paling lancar. saya sempat baca artikel menarik bbrp tahun yang lalu.

    http://www.nytimes.com/2010/08/19/ny...gual.html?_r=0

    artikel ini mengenai trend ortu2 amrik jaman skarang yang justru sengaja mencari nanny multilingual supaya bisa ngomong pake bahasa asing dengan anaknya. padahal jaman dulu bule amrik ga mau multilingual begitu, justru fokusnya ke inggris aja biar bahasa itu dipelajari dengan baik daripada kurang bagus gara2 bahasa kedua. kupikir perubahan pola pikir parenting seperti ini yang lebih pro ke multilingualism justru sangat bagus. bisa lebih dari satu bahasa selalu lebih bagus daripada hanya satu. apalagi masa kecil adalah masa paling bagus buat belajar bahasa

    satu study yang menarik juga yang disebut di artikel yang sama, mengenai efek jumlah kosakata mono/multilingualism, yang terus terang kupikir ada benarnya karena saya sendiri merasakannya. saya sendiri bisa bbrp bahasa, tapi bisa kurasakan tidak ada satupun yang bener2 fasih seperti native of each language, semua separo2 or almost lancar aja, bahkan termasuk inggris dan indo.

    Ms. Bialystok’s research shows that bilingual children tend to have smaller vocabularies in English than their monolingual counterparts, and that the limited vocabulary tends to be words used at home (spatula and squash) rather than words used at school (astronaut, rectangle). The measurement of vocabulary is always in one language: a bilingual child’s collective vocabulary from both languages will probably be large
    ---------- Post Merged at 10:21 PM ----------

    Quote Originally Posted by Nowitzki View Post
    aq sih make bahasa indonesia ke ara,
    karena kulihat, murid2qu yang udah kepapar bahasa inggris sejak kecil,
    bahasa indonesianya jadi ngawur.

    ntar aja kalo udah sd, baru ara benar2 belajar bahasa inggris.
    kamu bukannya bisa bahasa jawa ya?
    if i were you, saya bakal pilih ngajarin jawa. bahasa indo udah pasti akan dia pick up di lingkungan dan sekolah. inggris juga pasti akan dipelajari juga di sekolah atopun di media, inggris kan di mana2 skarang, apalagi kamu juga guru inggris. justru jawa yang paling berharga considering di mana kamu berada (jakarta), ini yang paling susah dapet exposurenya, kecuali kalo ara dibawa hidup dan tinggal di kota2 yang dominan bahasa jawanya.
    Last edited by ndugu; 24-02-2013 at 11:18 AM.

  13. #13
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Quote Originally Posted by Porcelain Doll View Post
    ada juga sih saran sebaiknya anak itu dibekali bahasa dasar dulu sebelum ditambahi dengan bahasa kedua, ketiga, dst
    karena ada kasus dimana anak jadi kebingungan mencerna 2-3 bahasa sekaligus dan akhirnya malah telat bicara
    i really won't worry about this
    sodaraku juga ada yang begitu, 'telat bicara' karena lingkungannya kebanyakan bahasa. bahkan tadi saya baru ngobrol dengan temen sekampungku yang juga mempunyai background bahasa yang sama denganku (yang kalo ditotal2in, kami masing2 bisa 4-5 bahasa, tapi tentu dengan kefasihan yang bervariasi ), kebetulan kami juga diskusi mengenai pendidikan bahasa ke anak, terinspirasi thread ini nih, hehe, apalagi dia merit sama bule amrik dan udah punya anak. jadi ngobrol tentang itu deh. nah, katanya dulu dia juga termasuk anak 'telat bicara', bahkan di sekolah tk sd juga sempat dibilang sama guru kalo bahasa indonya ga gitu bagus. tapi katanya sejak sma, nilai bahasa indonya bagus2 kok di rapor, dan jelas fasih lisan maupun tulisan karena dia dulu kuliah kerja dll juga di indo. yet, sampe sekarang dia juga masih bisa bahasa2 laen yang katanya dulu ngefek bahasa indonya. jadi kupikir, manusia bisa deh adaptasi.

    Quote Originally Posted by mbok jamu View Post
    Kalau mbok boleh kasih saran untuk yang punya anak, give your kids choices and let them decide later on karena ndak ada yang lebih berharga di dunia ini ketika manusia punya pilihan dalam hidupnya.
    problem is, yang namanya anak kecil apalagi misalnya balita, kan ga bisa milih mereka mah nerima aja apa yang disodorin ortu ato lingkungan at times, kadang kupikir malah perlu sedikit paksaan. saya sendiri agak nyesel kenapa dulu kecil ga serius pas disuruh les bahasa, namanya anak kecil malas belajar ya gimana yah tapi skarang saya sangat menyadari penting dan bagusnya bisa multibahasa. tapi penyesalan tentu datang belakangan

    Quote Originally Posted by serendipity View Post
    anaknya akan mengerti bahasa lainnya, tapi gak fasih untuk berbicara. Tapi kalo digunain untuk si anak dan si anak mau menggunakannya maka jadi bahasa yang lancar
    saya banyak sodara yang begitu juga. rata2 tentu fasih indo. sedangkan kalo bisa bahasa daerah pun biasanya pasif aja, artinya bisa denger ga bisa ngomong.

    sedangkan ada tanteku juga yang mirip2 kasusnya dengan anaknya, tapi dia bener2 'paksain' anaknya blajar bahasa daerah. jadi dia murni pake bahasa daerah dengan anak2nya, dan gak akan respon kalo anaknya jawab kembali pake bahasa indo. pokoknya anaknya harus ngomong pake bahasa daerah baru dia akan respon i would do the same kalo berada di posisinya

  14. #14
    juragan kopi noodles maniac's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Noodle Cafe
    Posts
    15,927
    Gw nangkepnya kok si ndugu ini menganggap bahasa daerah/native itu sesuatu yang sangat berharga sekali ya... makanya dia sampe pada kesimpulan bahwa kalo bisa dipaksa aja tuh balita-balita/anak-anak belajar bahasa daerah/native biar bahasa itu tetap lestari dan bisa ngobrol dengan para generasi tua yang ada di atas mereka. Salah gak kesimpulan gw, gu?

    So far...gw setuju dengan pendapat mbok

    Quote Originally Posted by mbok jamu
    Kalau mbok boleh kasih saran untuk yang punya anak, give your kids choices and let them decide later on karena ndak ada yang lebih berharga di dunia ini ketika manusia punya pilihan dalam hidupnya.
    Berilah kebebasan kepada si anak untuk bisa belajar bahasa, karena sesuatu yang dipaksakan itu biasanya gak baik. Gw malah jadi kesian sama anaknya kalo dari kecil udah disuruh belajar bahasa macem-macem, belom lagi mareka disuruh ikut les balet, piano, renang, dll. Bebannya kok jadi berat yah?

    Bahasa di rumah adalah bahasa yang eksklusif, harus ditentuin nih bahasa apa yang mereka gunakan. Kalo menurut gw bahasa yang harus diajarkan adalah bahasa Indonesia sama bahasa asing dimana mereka berada saat itu. Ato dalam kasus yang dikasih ndugu bahasa Perancis. Bisa jadi porsi pelajaran bahasa Indonesia lebih banyak karena bahasa Perancis bisa lancar kalo sering berinterkasi dengan penduduk lokal. Bahasa Inggris bisa menyusul kemudian. Sekarang bahasa Inggris udah ada dimana-mana, bahkan ini juga udah termasup kurikulum di negara-negara manapun di dunia kan? ketika bermain game ato bersentuhan dengan teknologi pasti bahasa yang dipake adalah bahasa Inggris. Berinteraksi vai socmed dengan temen-temen dari negara lain mau gak mau memaksa harus bisa bahasa Inggris.

    Bahasa daerahnya? hmmm... at least udah 3 bahasa tuh yang harus dikuasai. Masih tega nambahin bahasa daerah juga? Kayaknya mesti diliat potensi dan niat anaknya dulu. Kalo dipaksain malah bisa jadi stress ntar anaknya. Kalo emang mo ngajarin bahasa daerah ya terserah bahasa batak kek ato pun jawa, salah satu dulu yang penting beberapa vocab aja. Trus liat perkembangannya, apakah ada ketertarikan dari si anak untuk berbahasa daerah? kalo ada ya go on, kalo gak ya lebih baik jangan dipaksa.

    Gw aja termasup paling males belajar bahasa kalo gak kepaksa
    Bahasa Jawa masih yang kasar/gaul, belom yang halus
    Bahasa Inggris jangan tanya grammarnya deh, ancur
    Bahasa arab, terpaksa karena dipake buat sholat sama doa kan? oh ya biar gak dikibulin sama orang arab juga ntar kalo ke Mekkah
    Bahasa sunda? karena dulu kuliah di Bogor, itu juga tau beberapa vocab aja, cicing siah!
    Bahasa Indonesia, juga bukan yang sesuai EYD, seringnya malah pake bahasa betawi tuh
    Jika menurutmu hidup ini tidak menarik, maka buatlah hidupmu semenarik mungkin - Shinsaku Takasugi

    Impossible is nothing!

  15. #15
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Quote Originally Posted by noodles maniac View Post
    Gw nangkepnya kok si ndugu ini menganggap bahasa daerah/native itu sesuatu yang sangat berharga sekali ya... makanya dia sampe pada kesimpulan bahwa kalo bisa dipaksa aja tuh balita-balita/anak-anak belajar bahasa daerah/native biar bahasa itu tetap lestari dan bisa ngobrol dengan para generasi tua yang ada di atas mereka. Salah gak kesimpulan gw, gu?
    berharga donk. bahasa apapun itu menurutku berharga kok. kalau seandainya akhirnya si anak bisa ngobrol dengan generasi tua, that's a plus. dan pelestarian bahasa daerah juga menurutku sangat penting, apalagi bahasa daerah yang sudah pada dasarnya sangat minim dokumentasinya, dan hanya diturunin turun temurun secara verbal/lisan saja (seandainya).

    tapi di luar misi itu pun, menurutku kemampuan multibahasa selalu sangat bagus kedepannya dipaksa ya maksudnya ga sampe pake dipecut paksa buat belajar lah. ga usah ngitung pake les deh, itu tidak semua orang mampu, kan pasti berat di kantong. apalagi dengan praktek yang jarang2 gitu, ntah seberapa efisien juga. tapi kalau seandainya salah satu ortu bisa bahasa lain, bukankah sangat disia2kan kalo ga diajarin? murah meriah gini, toh, anggap seperti bahasa sehari2 aja di rumah, kan bisa dibiasakan dan seperti yang dikatakan dalam artikel nytimes tadi, orang yang multibahasa, akan lebih mudah break down dan belajar bahasa baru laen lagi.

    dan selain itu, jika dibekali bahasa laen kan bagusnya nanti si anak ga kena boong seperti katamu tapi challengenya memang memilih bahasa apa yang diajarin di rumah. ini kasusnya andaikan si ortu bisa bahasa lebih dari 2 ato 3 misalnya ya. kalo mo ngitung bahasa yang sekedar bisa beberapa vocab, kalo ditotalin saya mungkin bisa belasan bahasa kali. tapi kan tentu ga semuanya pantes diajarin kalo pengajar sendiri ga mahir, ntar malah si anak yang tambah bego pula apakah lebih baik ngajarin bahasa daerah yang kurang fasih (karena terpelajari secara informal) tapi adalah identitasnya, ato bahasa laen yang ortunya lebih fasih (karena terpelajari secara formal) tapi foreign?

    trus, pertimbangan laen juga adalah bahasa daerah cenderung sangat spesifik pada suatu daerah aja (mungkin less useful), sedangkan bahasa umum mungkin pula lebih luas dan praktikal pemakaiannya (widely spoken gitu).

  16. #16
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Saya tergolong orang yang suka belajar bahasa, rasanya malah bahasa itu adalah ilmu pengetahuan yang tidak kalah dalam dari fisika kuantum sekalipun. Belajar bahasa buat saya bukan sekedar belajar alat komunikasi baru yang memungkinkan saya bisa ngobrol dengan orang baru, tapi merupakan pelajaran kepribadian baru. Memahami suatu bahasa sama saja seperti menginternalisasi pola berpikir dari budaya dan bangsa yang bersangkutan.

    Coba terjemahkan "saru" ke Bahasa Indonesia, atau "privacy". Semua membutuhkan pemahaman kita atas budaya yang bersangkutan (apa bedanya demit, memedi, dan siluman ?).

    With that said (coba cari padanan istilah Inggris ini di Bahasa Indonesia), saya tidak akan merencanakan bahasa tertentu ke anak-anak. Biarlah mereka terpapar ke bahasa apa saja yang ada di lingkungannya. Meski saya percaya nilai yang bisa dihayati anak-anak kalau mereka belajar tiga tataran bahasa Jawa misalnya, tapi karena bahasa itu tidak kami gunakan di rumah, biarlah anak-anak belajar ketika mereka dewasa nanti. Saya cuma akan ceritakan apa dan bagaimana Bahasa Jawa itu untuk menambah wawasan mereka. Seperti kita cerita ke anak-anak tentang berbagai profesi untuk membangkitkan wawasan dan keingintahuan mereka, terserah mereka untuk menemukan ketertarikan pribadi masing-masing dan melanjutkan studi di bidang yang mereka minati. Bahasa-pun demikian.

    Saat ini biar mereka belajar bahasa untuk mampu mengungkapkan pikiran dan emosi mereka dengan baik, dan jika untuk itu mereka butuh tambahan kosa kata dari bahasa lain, tinggal saya tambahkan ...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  17. #17
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    setuju sama um alip dan nowitzki
    berdasarkan pengalaman saya ngurus 2 anak miki dan hegel, lebih baik mengajarkan bahasa dengan konsisten.
    aku pilih bahasa indonesia saja dengan pertimbangan lingkungan dan di rumah pakai bahasa itu.
    miki pernah ga bisa bicara sampai umur 2 tahun, dan mengajarkan lebih dari dua bahasa akan membuatnya makin bingung komunikasi secara verbal (gitu kata dokternya).
    hegel juga aku fokuskan berbahasa indonesia dulu. bahasa inggris diajarkan di sekolah. kalau nanti anak berminat bahasa lain bisa ditambah melalui les.
    sekarang hegel suka nonton film anak dan lagu berbahasa inggris di youtube. jujur saja hal itu sedikit mengganggu dia belajar membaca.

    untuk huruf H, dia baca eich (berbahasa inggris) bertemu huruf A (dia nyebutnya e seperti bahasa inggris) digabung jadi apa? bingung kan? akhirnya salah2 terus. akhirnya aku balik fokuskan ke bahasa indonesia dulu.

    saya pingin tahu juga gimana tuh hasilnya ngajarin banyak bahasa ke anak. dan gimana cara mendidiknya.
    tren di amrik ga bisa menjadi acuan itu cara yang bener. bisa jadi malah tambah ngawur anaknya.

    intinya sih orangtua punya banyak keinginan tapi akhirnya prakteknya balik lagi ke anaknya.
    Last edited by cha_n; 24-02-2013 at 04:16 PM.

  18. #18
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    i really won't worry about this
    sodaraku juga ada yang begitu, 'telat bicara'
    karena lingkungannya kebanyakan bahasa.
    bahkan tadi saya baru ngobrol dengan temen
    sekampungku yang juga mempunyai
    background bahasa yang sama denganku
    (yang kalo ditotal2in, kami masing2 bisa 4-5
    bahasa, tapi tentu dengan kefasihan yang
    bervariasi ), kebetulan kami juga diskusi
    mengenai pendidikan bahasa ke anak,
    terinspirasi thread ini nih, hehe, apalagi dia
    merit sama bule amrik dan udah punya anak.
    jadi ngobrol tentang itu deh. nah, katanya
    dulu dia juga termasuk anak 'telat bicara',
    bahkan di sekolah tk sd juga sempat dibilang
    sama guru kalo bahasa indonya ga gitu
    bagus. tapi katanya sejak sma, nilai bahasa
    indonya bagus2 kok di rapor, dan jelas fasih
    lisan maupun tulisan karena dia dulu kuliah
    kerja dll juga di indo. yet, sampe sekarang
    dia juga masih bisa bahasa2 laen yang
    katanya dulu ngefek bahasa indonya. jadi
    kupikir, manusia bisa deh adaptasi.
    saya punya teman ambil s3 di korea. kuliah di sana pakai bahasa pengantar bahasa inngris.
    dia tadinya pas2an aja inggrisnya, pas supaya dapat beasiswa aja.
    akhirnya setelah di sana jadi lebih bagus inggrisnya plus sedikit2 bisa bahasa korea, sekedar buat survive aja katanya.
    manusia bisa kok adaptasi. jadi?
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  19. #19
    juragan kopi noodles maniac's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Noodle Cafe
    Posts
    15,927
    Quote Originally Posted by cha_n
    intinya sih orangtua punya banyak keinginan tapi akhirnya prakteknya balik lagi ke anaknya.
    Nah... sepakat sama yang ini...

    Ortu maunya macem-macem, padahal belom tentu anaknya mau, harus pinter-pinter ngasih pengertian
    Jika menurutmu hidup ini tidak menarik, maka buatlah hidupmu semenarik mungkin - Shinsaku Takasugi

    Impossible is nothing!

  20. #20
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    bahasa itu soal banyaknya yang menggunakan . kalau dipake dia akan lestari. kalau ngga ya hukum alam aja akan punah.

    dalam perjalanan saya pernah kursus bahasa jerman dan arab bertahun tahun. setelah ga kursus ga dipake ya hilang aja deh.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •