menoeroet ilmoe gizi, oentoek menelan makanan saat makan haroes sebanjak 32 kali koenjahan...
mengapa haroes sebanjak itoe, (?)
kapankah ini tertjetoes...(?)
siapakah ahli gizi jang mengemoekakan ini..(?)
menoeroet ilmoe gizi, oentoek menelan makanan saat makan haroes sebanjak 32 kali koenjahan...
mengapa haroes sebanjak itoe, (?)
kapankah ini tertjetoes...(?)
siapakah ahli gizi jang mengemoekakan ini..(?)
Itu buat nenek2 kali... gw mah kunyah 5 kali langsung telen...
satu-satunya thread yg saya baru mengerti apa yg ditanyakan setelah membuka thread tsb
CURE SUNSHINE WA KAKKOSUGIRU.
Ya tergantung jenis makanannya juga. Saya rasa pernyataan ini merupakan terjemahan dari pernyataan yang dikeluarkan oleh ahli gizi negara-negara barat dimana makanan pokoknya lebih keras dari makanan pokok yang kita makan. Daging tentu harus dikunyah lebih lama daripada nasi. Selain itu mengunyah juga berfungsi untuk membungkus makanan dengan enzim yang terdapat dalam saliva yang dibutuhkan dalam pencernaan.
Setau w, dalam ilmu gizi sendiri tidak ada jumlah saklek, jumlah 32 (biasanya antara 30-40) adalah jumlah berdasarkan "saran" ahli gizi dari abad ke-19 yang bertahan hingga sekarang tanpa bukti penelitian yang tegas dan jelas
Karma: No need for revenge. Just sit back and wait. Those who hurt you will eventually screw up themselves and if you're lucky, God will let you watch
Maksudnya 1x kunyah pada 32 gigi.
Biar adil dan merata, semua gigi kebagian
Kayaknya ada unsur mitosnya dan setahu saya itu dianut (dulu, entah sekarang) oleh sebagian masyarakat misalnya di Jogja, termasuk oleh keluarga saya. Itu berlaku untuk makan pokok/nasi, seperti halnya aturan2 lain kayak misalnya kalo mengunyah makanan ndak boleh bunyi, ndak boleh ada bunyi antara piring dgn sendok/garpu, sendok/garpu ndak boleh menyentuh gigi (bisa menimbulkan bunyi) ketika memasukkan makanan ke mulut, dsb.
Saya waktu kecil mengalami hal tsb di keluarga. Almarhum kakek saya paleng rewel kalo untuk masalah tsb. Untuk mengunyah sebenarnya ndak diajarkan langsung 32 kali tetapi bertahap disesuaikan dengan jumlah gigi dari mulai anak2 (sejumlah gigi susu) sampai dewasa (32 gigi).
Dari sisi medis saya ndak tahu efeknya. Saya melihatnya hanya dari sisi budaya etika aja (tentu saja ini nilainya sangat relatif).
Kebiasaan itu masih terbawa sampai sekarang. Meskipun ndak pernah ngitung lagi, tapi sampai saat ini saya kalo ngunyah makanan cukup lama sebelum ditelan.
Dan kebiasaan itu saya tularkan ke anak2. Ndak eksplisit terkait dgn jumlah gigi, saya hanya ajarkan ke anak2 supaya kalo makan ngunyahnya yg bener jgn asal buru2 ditelan. Btw, entah sugesti atau bukan, itu mengurangi resiko muntah setelah makan pada anak2 saya.
Gusti iku dumunung ing atine wong kang becik, mulo iku diarani Gusti... Bagusing Ati.