duit taxi
setting: washington dc
waktu itu lagi nge-backpack ke dc. lagi jalan2 di jalanan agak sepi. trus disamperin seorang ibu2 langsing berkulit hitam. orangnya rapi, manis, pakeannya warna2 pastel, dengan topi lebar seperti lagi mau piknik. dc termasuk dalam daftar sala satu kota yang warganya paling terpelajar, begitu kata survey2 yang selalu kubaca di media. ibu ini sekilas terkesan dari kelas kalangan menengah ke atas, elit, ngga gembel lah pokoknya. cara ngomongnya juga intelek.
dia dateng2 ber-excuse-me dan minta bantuan. katanya mobilnya terkunci. saya sudah lupa apa yang dia katakan mengenai kuncinya. bercerita panjang lebar dia. intinya dia perlu bantuan, apakah saya bisa membantunya barang sekian dolar untuk naek taxi pulang ke rumahnya untuk mengambil kunci cadangan.
saya sempat ragu, tapi ah, orang ini keliatannya sepertinya memang lagi perlu bantuan. gave her benefit of a doubt. jadi saya ambil dompet dan mau memberinya 10 dolar sesuai permintaannya. waktu lagi ngubek2 untuk mencari pecahan lembar duit lebih kecil, saya langsung merasa ngga enak, 'uh oh', kayanya saya baru jadi korban penipuan dari reaksinya. dia dengan penasaran ngeliat isi dompetku, dan mengatakan 20 dolar juga ga papa literally, you could see she was drooling.
ah, sudah terlanjur, saya kasi aja. apalagi tadi udah kubilang saya sanggupi. dia berterima kasih, and that's the end. saya melanjutkan perjalananku. sekitar 80 meteran, saya menoleh kebelakang mencari2 ibu ini lagi. ternyata dia mencari korban laen, sepertinya turis juga. ah, pasti minta duit lagi dengan cerita karangannya.
laen kali kalo jalan2, perlu lebih hati2
kayanya saya terlalu guilible