Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 21 to 40 of 52

Thread: Bân-lâm-gú

  1. #21
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    saya kurang ngerti konteks colloquial dan literary di sini, dan juga ordinal dan cardinal
    maksud bahasa tulis bukan berarti romanisasi kan?

    contoh lagi donk? ga harus berhubungan dengan nomer.

  2. #22
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    saya kurang ngerti ordinal dan cardinal
    Bilangan Cardinal mengacu pada kuantitas. Digunakan untuk menyatakan hitungan dalam menghitung benda, menghitung umur dan menghitung waktu. Sedangkan Ordinal menyatakan urutan atau tingkatan.

    Contoh:

    1,2,3, aduh ternyata saya dapat nomor 4 ! ==> 4 adalah bilangan ordinal

    Saya minta 5 buah meja, mengapa hanya diberi 4 ? ==> 4 adalah bilangan kardinal

  3. #23
    Dalam Bahasa Hokkien Selamat pagi apa ?

  4. #24
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by Andalas View Post
    Dalam Bahasa Hokkien Selamat pagi apa ?
    Gâu-Chá [賢早]

  5. #25
    Hati-hati ?

  6. #26
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by Andalas View Post
    Hati-hati ?
    Sió Sim [小 心]

  7. #27
    Superman ?

  8. #28
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    saya kurang ngerti konteks colloquial dan literary di sini, maksud bahasa tulis bukan berarti romanisasi kan?
    Bahasa tulis memang biasanya berbeda dari bahasa lisan. Dalam situasi formal sekalipun masih terlihat perbedaannya.

    Berikut ini contoh dalam Bahasa Indonesia:

    Pengemudi yang mabuk itu kemarin ditikam hingga tewas.

    Supir yang mabuk itu kemarin ditusuk sampai meninggal.

    Sopir yang mabok itu kemaren ditusuk sampe mati.

    Ketiga kalimat tersebut mempunyai arti yang persis sama namun diutarakan dalam situasi yang berbeda. Kalimat pertama jelas adalah bahasa tulis. Tentu saja bahasa tulis juga bisa diucapkan. Berita resmi jelas adalah bahasa tulis. Kalimat yang kedua biasanya diucapkan secara lisan dalam situasi formal. Sedangkan kalimat yang ketiga diucapkan secara lisan dalam situasi yang informal.

    Perbedaan yang terjadi bukan hanya dalam kosa kata yang digunakan, tetapi juga dalam hal pelafalan kata itu sendiri. Ini terjadi di semua bahasa.

    Bahasa-bahasa Sinitik adalah bahasa yang jelas membedakan antara bentuk tulis dan bentuk lisan. Di masa lalu bahkan bahasa tulis mempunyai tata bahasa yang berbeda dibandingkan dengan bahasa lisan. Ini disebabkan karena perubahan bahasa tulis jauh lebih lambat daripada perubahan bahasa lisan. Selain itu juga karena bahasa lisan tidak pernah dibakukan.

    Dalam Bahasa Mandarin modern tentu sulit dicari perbedaannya antara bahasa tulis dengan bahasa lisan. Yang ada mungkin hanya perbedaan antara bahasa formal dan informal. Hal ini karena sejak Revolusi Sastra 1917. Revolusi Sastra adalah gerakan yang bertujuan mengganti bahasa tulis dengan bahasa sehari-hari. Sejak itulah Bahasa Mandarin tulis menemukan bentuknya yang seperti sekarang.

    Untuk bahasa-bahasa lain, seperti Bahasa Kanton misalnya, bahasa tulis tetap berbeda dengan bahasa lisan. Walaupun sekarang pada kenyataannya ketika orang menuliskan sesuatu dalam Bahasa Kanton maka yang ditulis sebenarnya adalah bahasa lisan. Sehingga bisa dikatakan bahwa Bahasa Kanton mengalami proses yang sama dengan Bahasa Mandarin.

    Contoh dalam Bahasa Kanton.

    Untuk kata sangkal yang berarti "tidak", 不 [pat] digunakan dalam sastra, sedangkan 唔 [m] digunakan dalam percakapan sehari-hari.
    Untuk kata kerja yang berarti "datang", 來 [Lòih] digunakan dalam sastra, sedangkan 嚟 [Lèih] digunakan dalam percakapan sehari-hari.

    Dialog dalam film Hong Kong biasanya memakai bahasa lisan namun lirik lagu dalam Bahasa Kanton banyak memakai kata-kata dalam bentuk tulis.


    Untuk Bahasa Hokkien keadaannya lebih rumit karena bukan hanya kosa kata yang dipakai berbeda antara bentuk tulis dengan bentuk lisannya namun juga cara pelafalannyapun banyak yang berbeda. Seperti contoh yang telah saya sebutkan dalam posting sebelumnya untuk huruf yang berarti "orang", 人, dilafalkan Jin/Lîn dalam bahasa tulis. Referensi utama saya ada pada terjemahan cerita silat yang dalam Bahasa Indonesia menggunakan nama-nama/istilah dalam Bahasa Hokkien. Huruf 人 tersebut dalam cerita silat dalam Bahasa Indonesia selalu dilafalkan dengan dengan "Jin". Namun dalam percakapan sehari-hari Bahasa Hokkien, ternyata mereka melafalkan huruf tersebut dengan "Lang", seperti dalam kata Teng-Lang (Orang Tang). Jadi memang ada perbedaannya.

    Ini tentu saja tidak ada hubungannya dengan sistem romanisasi yang dipakai karena apapun sistem romanisasi yang digunakan, tetap saja ada banyak kata-kata yang dilafalkan berbeda antara bentuk tulis dengan bentuk lisannya.

  9. #29
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    wow, thanks li dengan penjelasannya. uda ngerti skarang
    tadi saya sempat kepikir maksud literary kamu itu seperti itu juga, tapi kurang yakin, dan merasa "masa sih ada ginian" ?
    tapi ini menjawab beberapa observasi saya sendiri kalo ngeliat tivi channel chinese yang kadang apa yang diucapkan di tivi, tidak selalu sama dengan tulisan yang ada di tivinya. yang tertulis kadang agak berbeda, walau artinya kurang lebih sama. that makes sense.

    cuman kok, ga praktis banget ya ? jadi pelafalan bahasa tulis itu berbeda? saya ga bisa bayangin orang yang lagi membaca katakan artikel resmi, dan harus dibaca (out loud) dengan pelafalan bahasa tulis. merepotkan sekali kalo begitu, dan akan kedengaran seperti suatu bahasa yang berbeda lagi. secara tulis, mungkin bahasa tulis itu masi akan bertahan lebih lama, tapi saya tidak bisa melihat bagaimana pelafalan bahasa tulis bisa bertahan. memangnya dalam kasus2 seperti apa aja memerlukan pelafalan bahasa tulis? rasanya terlalu tidak praktis, apalagi seseorang seperti harus belajar bahasa baru. makanya tadi sempat "masa sih?"

    kembali ke post #20 mengenai angka, kurasa dalam bahasa hokkian (maupun mandarin?), sepertinya ordinal / kardinal hanya lebih sering dipake untuk nomer 1 dan 2, sedangkan di atas itu sudah sangat tidak umum, bahkan ga pernah saya denger.

    Hal ini karena sejak Revolusi Sastra 1917. Revolusi Sastra adalah gerakan yang bertujuan mengganti bahasa tulis dengan bahasa sehari-hari. Sejak itulah Bahasa Mandarin tulis menemukan bentuknya yang seperti sekarang.
    apakah revolusi sastra ini event yang sama yang meng-simplifikasikan tulisan kanji dari gaya tradisional ke gaya sederhana?
    Last edited by ndugu; 03-03-2012 at 09:16 PM.

  10. #30
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    wow, thanks li dengan penjelasannya. uda ngerti skarang
    tadi saya sempat kepikir maksud literary kamu itu seperti itu juga, tapi kurang yakin, dan merasa "masa sih ada ginian" ?
    tapi ini menjawab beberapa observasi saya sendiri kalo ngeliat tivi channel chinese yang kadang apa yang diucapkan di tivi, tidak selalu sama dengan tulisan yang ada di tivinya. yang tertulis kadang agak berbeda, walau artinya kurang lebih sama. that makes sense.
    Kalo pake Bahasa Mandarin sih sebenarnya tidak begitu. Maksudnya orang bicara kan sering tidak menggunakan bahasa yang standar. Jadi penggunaan teks itu untuk memudahkan orang memahaminya.

    cuman kok, ga praktis banget ya ? jadi pelafalan bahasa tulis itu berbeda? saya ga bisa bayangin orang yang lagi membaca katakan artikel resmi, dan harus dibaca (out loud) dengan pelafalan bahasa tulis. merepotkan sekali kalo begitu, dan akan kedengaran seperti suatu bahasa yang berbeda lagi. secara tulis, mungkin bahasa tulis itu masi akan bertahan lebih lama, tapi saya tidak bisa melihat bagaimana pelafalan bahasa tulis bisa bertahan. memangnya dalam kasus2 seperti apa aja memerlukan pelafalan bahasa tulis? rasanya terlalu tidak praktis, apalagi seseorang seperti harus belajar bahasa baru. makanya tadi sempat "masa sih?"
    Begini. Bahasa tulis yang saya maksudkan tersebut adalah Wenyan. Sekarang hampir tidak ada lagi penggunaan Wenyan untuk tulisan-tulisan modern. Artinya bahasa tulis yang dipakai secara umum adalah sama dengan bahasa lisan yang baku. Jadi pelafalan tulis seperti itu hanya dipakai untuk membaca naskah-naskah yang ditulis pada jaman dahulu, seperti puisi dan novel-novel kuno.

    Sebetulnya perbedaan pelafalan tulis dan lisan ini juga jarang sekali di bahasa-bahasa Cina yang lain. Mungkin perlu penyelidikan lebih lanjut kenapa Bahasa Hokkien mempunyai sejumlah besar perbedaan antara lafal tulis dan lisan. Dalam Bahasa Hokkien modern. pelafalan tulis seperti ini juga tidak dipergunakan secara masif kecuali hanya pada pelafalan nama orang.

    Baik di Fujian maupun Taiwan, Bahasa Hokkien bukan bahasa resmi, kedudukannya hanya sebagai bahasa daerah, jadi perkembangan penulisan Hokkien sebagai media resmi sangat lambat. Di Taiwan baru akhir-akhir ini saja pemerintah mendukung Bahasa Hokkien. Sebelumnya penggunaan Bahasa Hokkien sangat tidak dianjurkan dalam situasi resmi.

    Sebagai contoh, di Wikipedia ada laman-laman Bahasa Cina selain Bahasa Mandarin. Misalnya Bahasa Kanton dan sebagainya. Laman-laman tersebut ditulis dengan Huruf Han, sama dengan Bahasa Mandarin. Tetapi Laman dalam Bahasa Hokkien tidak ditulis dengan Huruf Han, melainkan dengan Huruf Latin. Tadinya saya merasa heran, tapi ternyata karena Hokkien benar-benar bahasa lisan dalam artian bahasa tulisnya sudah nyaris punah, maka tidak ada kebiasaan untuk menulis dalam Bahasa Hokkien. Para penutur Bahasa Hokkien baik di Fujian maupun Taiwan, ketika menulis dengan Huruf Han pasti menulis dalam Bahasa Mandarin. Oleh karena itu ternyata banyak sekali penutur Bahasa Hokkien (mungkin hampir 80%) yang tidak bisa menulis Bahasa Hokkien dengan Huruf Han, maka mereka menulisnya dengan Huruf Latin. Bahkan daftar Huruf Han yang dikeluarkan oleh pemerintah di Taiwan untuk menuliskan Bahasa Hokkien (Lisan) dalam Huruf Han banyak dikritik para pakar yang merasa bahwa ada banyak kesalahan dalam daftar huruf-huruf yang dikeluarkan pemerintah.

    Masalah ini memang rumit. Tidak seperti Bahasa Kanton yang sudah ditulis dari dulu, kalimat "Sudah ditulis dari dulu" ini mengacu pada bentuk lisan Bahasa Kanton juga sudah ditulis dengan Huruf Han, Bahasa Hokkien melalui jalur yang berbeda.

    Sebetulnya saya juga tidak tahu banyak tentang Bahasa Hokkien karena di Jawa sudah tidak ada lagi orang yang berbahasa Hokkien. Berbeda dengan di Medan dimana Bahasa Hokkien menjadi Lingua Franca bagi komunitas Huaren di sana.

    kembali ke post #20 mengenai angka, kurasa dalam bahasa hokkian (maupun mandarin?), sepertinya ordinal / kardinal hanya lebih sering dipake untuk nomer 1 dan 2, sedangkan di atas itu sudah sangat tidak umum, bahkan ga pernah saya denger.
    Di Indonesia angka-angka dalam Bahasa Hokkien tersebut masih sering dipakai, walau secara terbatas. Kalau di Jakarta orang-orang familiar dengan istilah Gopek, Goban, Noban, Lakceng, Cenggo, Ban Go, dsb. Maksud saya familiar adalah bahwa istilah-istilah ini juga digunakan oleh orang yang bukan berasal dari keluarga Hokkien, bahkan orang yang bukan keturunan Huaren pun menggunakan sebagian dari istilah-istilah tersebut.

    apakah revolusi sastra ini event yang sama yang meng-simplifikasikan tulisan kanji dari gaya tradisional ke gaya sederhana?
    Bukan. Revolusi Sastra yang saya maksud adalah Wenxue Geming yang terjadi tahun 1917. Revolusi ini dimotori oleh para sastrawan yang berusaha mempopulerkan Baihua untuk menggantikan Wenyan. Usaha ini berhasil karena kemudian semua tulisan dibuat dengan Baihua, bukan Wenyan. Tujuannya tentu saja untuk memudahkan komunikasi.

    Perubahan Fantizi menjadi Jiantizi itu terjadi tahun 1950an atas prakarsa pemerintah RRC. Penyederhanaan ini hanya mengganti beberapa ribu huruf saja dengan yang lebih sederhana. Wenxue Geming yang terjadi tahun 1917 itu benar-benar menggubah Bahasa Tulis Bahasa Mandarin, dari yang tadinya Wenyan menjadi Baihua (yang kemudian disebut Guoyu dan Putonghua).

    Jadi Bahasa tulis dalam Bahasa Mandarin yang sekarang ini kita kenal sebenarnya merupakan bahasa lisan. baru setelah 1917 itu menjadi bahasa tulis. Walaupun beberapa sastrawan juga sudah memakainya sebelum 1917, namun baru resmi setelah 1917 itu.

    Berbeda dengan Bahasa Hokkien, bunyi-bunyi dalam Wenyan dan Baihua tidak berbeda. Yang berbeda justru penggunaan kosa kata dan tata bahasa. Saat ini Wenyan juga tidak punah, tetapi penggunaannya berkurang drastis. Saya pernah sedikit belajar Wenyan tapi tidak paham juga karena menurut saya susah. Jadi saya tidak pernah paham bagaimana sih sebenarnya Tata Bahasa Wenyan tersebut. Saya bisa mengira-ngira artinya karena melihat hurufnya saja yang memang sama dengan huruf dalam Guoyu/Putonghua. Apalagi itu sudah lebih dari 17 tahun yang lalu, jadi sudah banyak lupa.
    Last edited by Parameswara Li; 03-03-2012 at 10:18 PM.

  11. #31
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    OMG, saya baru tau! LOL
    ternyata beneren ada wikipedia bahasa hokkian!
    tapi saya ga nyangka beneren ditulis dengan huruf latin! kok bisa ya?
    bukannya sama2 menggunakan kanji?

    setau saya semua dialek chinese seperti hokkian, kanton, teochew, fuzhou, dll, walopun mereka semua memang bahasa lisan yang biasa diturunkan turun temurun secara verbal, tapi saya yakin semua juga menggunakan kanji deh, meskipun ada karakter2 kanji yang spesifik pada dialek tertentu saja yang mungkin tidak dipake oleh dialek laen maupun mandarin. saya cukup yakin dialek2 ini di cina daratan sana juga pasti pake kanji deh. kalo mo bandingin dengan orang2 chinese di indo yang ngomong bahasa dialek gini, menurutku hampir semua juga ga tau tulisan dialeknya (bukan mandarin ya). sama seperti hokkien di medan, biarpun di pontianak lingua francanya bahasa teochew, banyak yang bisa ngomong tapi sama skali ga bisa nulis. karena bahasa ini memang diajarin secara verbal aja. dan kupikir sangat wajar, nulis kan memang lebih susah dipelajari, apalagi di indo yang ga kepake, tentu saja ga berkembang malah punah. tapi kupikir laen ceritanya kalo di cina daratan sana.

    saya kenel seorang amrik keturunan teochew, yang kebetulan lagi ngebikin buku bahasa teochew-inggris. kebetulan saya diminta bantu dia ngedit, jadi dia ada kirimin daftar kata2 bahasa teochew beserta kanji2 dan romanisasinya (romanisasi teochewnya dia develop sendiri, ada websitenya) yang ingin dia bukukan. jadi sambil saya kerjakan, biasa saya suka cross check dengan kamus mandarin online saat menemukan karakter2 yang ga saya kenali. dan dari situ saya temukan banyak karakter2 yang unik yang tidak ada dalam bahasa mandarin, dan saya anggap spesifik pada dialek ini. saya tau dia mendapat banyak referensinya dari beberapa kamus teochew yang dia beli waktu di cina daratan sana. dan kalo teochew aja ada ginian, saya cukup yakin hokkien yang komunitasnya jauh lebih gede pasti ada juga. cuman kalo mo dibandingkan dengan kanton ato mandarin yang sangat umum, memang underdeveloped kali ya

    ngomongin tentang bahasa lisan dan tulis, dan waktu ngeliat kamu nulis 人 (lang / jin), saya jadi inget satu kata dalam bahasa teochew yang sempat saya bikin saya heran sejak dari kecil. 人 dalam teochew dilafalkan sebaga nang, tapi ntah kenapa saya sering mendenger orang nyebut "karyawan" / "pekerja" sebagai kang jin (工人). kenapa bukan kang nang?

    i guess apa yang kamu katakan mengenai bahasa lisan dan tulisan menjawab pertanyaanku
    *misteri masa kecil solved*

  12. #32
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    setau saya semua dialek chinese seperti hokkian, kanton, teochew, fuzhou, dll, walopun mereka semua memang bahasa lisan yang biasa diturunkan turun temurun secara verbal, tapi saya yakin semua juga menggunakan kanji deh, meskipun ada karakter2 kanji yang spesifik pada dialek tertentu saja yang mungkin tidak dipake oleh dialek laen maupun mandarin. saya cukup yakin dialek2 ini di cina daratan sana juga pasti pake kanji deh.
    Bahasa lisan itu sangat dinamis. Perubahannya cepat sekali. Seperti juga bahasa-bahasa lain, bahasa-bahasa sinitik juga menyerap kata-kata dari bahasa lain. Bahasa-bahasa sinitik di seluruh Cina itu selain berubah bunyinya dari bunyi asalnya juga mengambil bunyi dan kosakata dari bahasa setempat. Bahasa-bahasa Min dan Yue (Kanton) banyak mengambil bunyi dan kosakata dari bahasa asli orang-orang yang bermukim di situ. Kalau ditanya terus sekarang orang-orang aslinya, misalnya orang Yue, pada kemana ? Ya mereka terasimilasi ke dalam etnis Han namun dalam derajat tertentu membawa sebagian kultur dan bahasa asli mereka. Nah, oleh karena itu selalu ada kata-kata yang aslinya memang bukan dari Bahasa Han sehingga ketika dituliskan dipinjamlah huruf-huruf Han yang bunyinya mirip dengan itu, atau sering juga dibuat huruf baru yang bisa mewakili bunyi dan konsep itu. Ini tidak terjadi di selatan saja. Di utara juga terjadi. Ada kata-kata dalam Bahasa Mandarin yang berakar dari Bahasa Mongol atau Manzu.

    kalo mo bandingin dengan orang2 chinese di indo yang ngomong bahasa dialek gini, menurutku hampir semua juga ga tau tulisan dialeknya (bukan mandarin ya). sama seperti hokkien di medan, biarpun di pontianak lingua francanya bahasa teochew, banyak yang bisa ngomong tapi sama skali ga bisa nulis. karena bahasa ini memang diajarin secara verbal aja. dan kupikir sangat wajar, nulis kan memang lebih susah dipelajari, apalagi di indo yang ga kepake, tentu saja ga berkembang malah punah. tapi kupikir laen ceritanya kalo di cina daratan sana.
    Sebetulnya situasinya hampir sama juga. Berkembang juga tidak sama persis dengan menyebar luas. Artinya bisa saja ada ahli-ahli yang memang pakar dalam bahasa-bahasa daerah tersebut, tapi pengetahuan itu tidak menyebar ke masyarakat luas. Dari dulu juga begitu. Bangsa Cina terkenal dengan peradaban tulisnya yang sudah berumur ribuan tahun, tetapi itu tidak berarti kemampuan tulis itu menyebar dengan merata. Saat RRC berdiri tahun 1949, angka buta huruf tinggi sekali. Jadi selama ribuan tahun tradisi tulis menulis itu hanya dikuasai oleh sebagian kecil masyarakat di sana. Tentu saja pemerintah Cina berupa keras meminimalisasikan angka buta huruf ini, antara lain dengan menyederhanakan bentuk huruf agar lebih mudah dipelajari. Namun upaya ini difokuskan pada penulisan Bahasa Mandarin sebagai bahasa nasional, tentu saja ini bisa dimaklumi karena konsep Bahasa Nasional adalah konsep yang baru karena selama ribuan tahun tidak ada konsep seperti itu. Untuk membentuk Cina baru yang kuat serta mampu bersaing di dunia yang serba progresif ini, masyarakat Cina harus bersatu, maka penguasaan bahasa nasional menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.

    Ini tentu berimbas pada perkembangan bahasa daerah. Sekali lagi, para pakar, orang-orang daerah yang mengerti bahasa masing-masing tentu tidak sedikit, namun pengetahuan itu hanya berputar di kalangan mereka saja. Orang-orang biasa banyak yang tidak mempelajari itu secara khusus. Baik karena tidak punya akses, maupun juga karena tidak peduli karena semua urusan resmi harus memakai Bahasa Mandarin, bukan bahasa daerah. Situasinya miriplah dengan Indonesia dimana bahasa daerah sangat cepat sekali kehilangan fungsinya. Untuk percakapan memang di sana masih dipakai tapi untuk penulisan, kok rasanya tidak juga.

    Jadi kalau mau cari orang yang bisa menulis Huruf Han dalam bahasa daerah masing-masing, tentu saja ada. Tapi hanya segelintir orang saja. Pelajaran bahasa daerah memang ada di Cina. Tapi itu juga cuma ala kadarnya saja. Mungkin hanya supaya tidak kualat saja.

    Tentu setiap bahasa daerah kadarnya beda-beda. Untuk Bahasa Kanton, terhitung sangat lumayan. Tapi untuk bahasa-bahasa daerah yang lain, rasanya kok butuh upaya ekstra untuk menyamakan posisinya. Bahasa Hokkian dan Teochiu lebih beruntung karena banyak sekali imigran-imigran dari penutur bahasa ini di seluruh dunia sehingga kelangsungannya bisa tetap terjaga.

  13. #33
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool Bahasa Hokkian

    Contoh Dubbing Bahasa Hokkian

    Spoiler for :





  14. #34
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093
    Quote Originally Posted by Andalas View Post
    Superman ?
    Nanyanya aneh banget !

  15. #35
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    omg, li
    asli ngakak saya nontonnya

    terutama dari tengah sampe abis
    vulgar nih, li! harus sensor nih
    tadi pas di tengah masih ga ngeh dolanmin (gara2 sambil baca terjemahan)
    tapi pas sampe terakhir, baru "oh.."
    Last edited by ndugu; 27-04-2012 at 10:13 AM.

  16. #36
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    omg, li
    asli ngakak saya nontonnya
    terutama dari tengah sampe abis
    vulgar nih, li! harus sensor nih
    tadi pas di tengah masih ga ngeh dolanmin (gara2 sambil baca terjemahan)
    tapi pas sampe terakhir, baru "oh.."
    Hehehe !
    Emang lumayan lucu sih. Tapi kayaknya jarang yang ngeh ya ?

  17. #37
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Eh, di sini aja ya. Judulnya bukan hokkian sih, tapi bingung taro di mana.

    Sebagian besar orang Hokkian menyebutnya Ciak Cay [吃菜]. Arti Sebenarnya adalah "Makan Sayur". Cay (sayur) seperti dalam nama masakan Cap Cay [十菜]. Istilah ini kemudian dipakai untuk meyebut vegetarian.
    Seperti yang saya post di sebelah, prasaan ini dua kata yang berbeda li.
    Ciak chai 吃菜 memang makan sayur, tapi ciak jai bunyinya beda. H-nya ga kedengaran, dan intonasinya agak beda tadi waktu saya nanya barusan ke orang hokkian. Intonasinya juga beda. Chai kaya bunyi 3 (rendah), jai lebih datar (-)Tio ciu juga sebut ciak chai untuk makan sayur, tapi vegetarian ada istilah tersendiri, ciak je. Sepertinya ini karakternya tadi nanya temen 吃素 (chi1 su3 - mandarin)

    Salah satu momen yang mengharuskan berpantang daging adalah Sembahyang King Ti Kong [敬天公] . Kegiatan ini dilaksanakan pada hari ke 9 bulan pertama (Imlek). Setiap orang yang melakukan sembahyang ini harus berpantang daging. Puasa makan dagingnya dilaksanakan dari hari ke 4 sampai hari ke 9
    Ti kong kan dewa, ya? King tikong itu dewa apa sih? Dan puasanya maksudnya tiap hari dari hari ke4-ke9, brarti 5 hari gitu? Dan apa ada sejarah ato simbolis kenapa pantang daging?
    Last edited by ndugu; 21-07-2012 at 01:44 PM.

  18. #38
    pelanggan tetap Parameswara Li's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    天京
    Posts
    1,093

    Cool

    Quote Originally Posted by ndugu View Post
    Seperti yang saya post di sebelah, prasaan ini dua kata yang berbeda li.
    Ciak chai 吃菜 memang makan sayur, tapi ciak jai bunyinya beda. H-nya ga kedengaran, dan intonasinya agak beda tadi waktu saya nanya barusan ke orang hokkian. Intonasinya juga beda. Chai kaya bunyi 3 (rendah), jai lebih datar (-)Tio ciu juga sebut ciak chai untuk makan sayur, tapi vegetarian ada istilah tersendiri, ciak je. Sepertinya ini karakternya tadi nanya temen 吃素 (chi1 su3 - mandarin)
    Dalam bahasa-bahasa Han modern sebuah kata bisa terdiri dari lebih 1 huruf. Kata itu dibentuk dari penggabungan kata-kata(dasar) yang sudah ada dan membentuk arti lain yang bisa berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan makna asli kata-kata yang menyusunnya.

    Sebagai contoh, dalam Bahasa Mandarin ada kata Dong (nada 1) 東 yang berarti Timur dan kata Xi (nada 1) 西 yang berarti Barat. Kedua kata dasar itu jika dikombinasikan dapat mempunyai 2 arti yaitu 東西 Dong(1)Xi(1) yang berarti Timur (dan) Barat, dan 東西 Dong(1)Xi(netral) yang berarti barang. Jadi bisa kita lihat bahwa nadanya berubah walau lafal dan hurufnya sama.

    Contoh lain, kata Ni (nada 3) 你 yang berarti kamu dan kata Hao (nada 3) 好 yang berarti baik, jika dikombinasikan akan membentuk kata 你 好 Ni(2)Hao(3) yang digunakan untuk menyapa orang. Disini juga ada perubahan nada dari nada 3 menjadi nada 2.

    Dalam Bahasa Mandarin perubahan ini biasanya hanya meliputi nada saja. Namun dalam bahasa-bahasa Han yang lain, terutama bahasa-bahasa Han yang memiliki tradisi oral yang lebih kuat, ada kemungkinan perubahan ini juga meliputi lafalnya. Dari posting-posting sebelumnya di thread ini bisa dilihat bahwa dalam Bahasa Hokkian memang belum ada keseragaman pendapat tentang huruf-huruf yang dipakai melambangkan sebuah bunyi. Bahkan tidak sedikit huruf-huruf yang mempunyai beberapa lafal.

    Jadi sepanjang belum ada bukti yang meyakinkan bahwa huruf Chai dalam kata Ciak Chai itu berbeda dengan huruf Cai dalam kata Cap Cay, maka saya berpendapat bahwa kedua bunyi itu dilambangkan dengan huruf yang sama. Kecuali nanti jika sudah ada kesepakatan di kalangan linguist Hokkian bahwa memang hurufnya berbeda maka akan saya katakan berbeda.

    Sebetulnya memang saya ada sedikit keraguan tentang huruf dalam kata Ciak Chai itu. Tetapi keraguan saya justru pada huruf Ciak, bukan pada huruf Chai. Huruf Ciak yang saya tulis itu adalah 吃. Namun ada kemungkinan juga bahwa tulisannya adalah 食. Dalam Bahasa Hokkian huruf itu dilafalkan Ciak atau C'iak. Bahkan dalam Middle Chinese huruf ini dibaca (*jhiək). Dalam Bahasa Mandarin huruf 食 dilafalkan Shi(2), Si(4) atau Yi(4).

    Kata 吃素 Chi(1)3Su(3), dalam Bahasa Hokkian dilafalkan Ciak Sou. Memang kata ini adalah kata yang secara resmi berarti vegetarian. Namun pemakaiannya lebih umum dalam bahasa-bahasa utara. Dalam Bahasa Hokkian orang lebih umum memakai kata Ciak Chai daripada Ciak Sou. Jadi huruf 素 dalam Bahasa Hokkian dilafalkan dengan Sou, bukan Je, Jai, atau Chai.

  19. #39
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    oh iya!
    bener, kamu bener mengenai huruf ciak itu. stelah kamu point out, saya inget temenku pernah mengatakan kalo ciak itu bukan pake karakter 吃, tapi 食. aneh ya? saya sangat ga menyangka ciak pake huruf itu.

    dan saya tau mengenai perubahan intonasi juga (sandhi tone). yang mandarin cukup simpel peraturannya, mungkin karena jumlah nadanya ga sebanyak hokkian/tiociu ya. saya liat yang dialek lebih ribet peraturannya (http://www.gaginang.org/teochew/peng...tml#tonechange), secara teori saya pun ga hapal, bingung. tapi kalo saat praktek, otomatis berubah sendiri, alami dari dulu prakteknya begitu tanpa sadar keberadaan sandhi tone, sampe gede baru tau ada teori ginian.

    jadi mungkin seperti yang kamu bilang, chai, jai dan je, semua pake karakter yang sama, tapi ngucapin beda. ngebingungin juga.
    Last edited by ndugu; 21-07-2012 at 08:37 PM.

  20. #40
    pelanggan setia Bi4rain's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Location
    Neverland
    Posts
    2,539
    kayaknya walau sesama hokkian cara pengucapan bisa beda juga ya? kayak hokkian yg gw pake itu daerah pantai. Nonton di film hokkian pesawat Taiwan gitu hokkian juga beda, cuman kata teman gw yg lagi skul disana, orang Taiwan yg tinggal daerah tepi pantai hokkiannya masih sama persis dg yg gw pake..

    oya, klo di dialek gw Ti Kong itu artinya Tuhan.
    A kid at heart

Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •