Epilepsi Bermanifestasi dalam Berbagai Bentuk
JAKARTA, KOMPAS — Orang dengan epilepsi tidak selalu mengalami kejang. Sementara itu, tidak semua orang yang kejang didiagnosis epilepsi. Sebab, bentuk bangkitan epilepsi tergantung pada bagian otak yang mengalami kerusakan.
"Bentuk perubahan perilaku pada orang dengan epilepsi akan berbeda-beda," kata Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia yang juga dokter spesialis saraf Irawati Hawari pada seminar Yes I Can: Saya Pasti Bisa! Saya Harus Bisa! "Dukung Penyandang Epilepsi agar Dapat Mengenali dan Mengembangkan Potensi Dirinya", Rabu (23/3/2016) di Jakarta.
Epilepsi adalah penyakit neurologi yang dapat terjadi pada semua makhluk hidup yang memiliki otak, termasuk juga hewan. Epilepsi terjadi akibat kelainan aktivitas listrik di otak. Aktivitas listrik yang berlebihan di sel saraf akan mengganggu kerja otak dan menyebabkan bangkitan.
"Epilepsi dapat mengenai siapa saja tanpa batasan usia, jender, ras, sosial, dan ekonomi," kata Ira.
Karena itu, bentuk bangkitan pada orang dengan epilepsi tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan. Misalnya, ketika terkena bagian otak belakang, bentuk bangkitan yang mungkin muncul berupa pandangan berbayang, sedangkan kerusakan bagian otak di sisi luar bentuk bangkitannya seperti mendengar suara-suara aneh yang sebenarnya tidak ada.
Kerusakan otak yang memicu epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain luka kepala, stroke, tumor otak, hingga proses kelahiran. Adapun manifestasi dan penanganannya beragam, tergantung pada otak bagian mana yang menjadi sumber gangguan aktivitas listrik.
Psikolog Aska Primardi menambahkan, upaya menekan risiko bangkitan epilepsi perlu dimulai dari orang dengan epilepsi. Sebab, kesadaran memiliki epilepsi menjadi salah satu cara menghindari serangan. Misalnya, mengarahkan emosi negatif yang memicu bangkitan pada kegiatan sesuai hobi dan bakat, seperti menulis atau memainkan musik.
"Mengubah emosi negatif menjadi positif," katanya.
Aska menambahkan, dukungan orangtua dan lingkungan sekitar sangat penting dalam penanganan epilepsi. Misalnya, pengidap memberi tahu teman terdekat tentang penanganan ketika mengalami bangkitan. Orang dengan epilepsi juga perlu diberi kebebasan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan data The International League Against Epilepsy (ILAE), terdapat sekitar 60 juta orang dengan epilepsi. Di negara berkembang, prevalensi epilepsi berkisar 3,5-10,7 per 1.000 orang dengan insiden rata-rata 24-53 per 100.000 orang per tahun.
saus