Memang selalu ada resiko tersendiri ketika orang tua memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk bermain game di gawai mereka masing-masing. Tetapi tampaknya kejutan yang dialami oleh Hendra memang lebih besar daripada yang dialami oleh orang tua kebanyakan.
Di awal bulan Agustus 2016 ini, Hendra dan istrinya terkejut bukan kepalang ketika menerima tagihan kartu kredit. Bagaimana tidak, ada tagihan tak terduga dengan nilai lebih dari seratus juta yang ditagihkan oleh pihak kartu kredit. Setelah dilakukan penyelidikan internal dalam keluarganya, ternyata Caca (bukan nama sebenarnya), putrinya yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar bilangan Bumi Serpong Damai, mengakui telah membeli banyak Pokecoins yang digunakannya untuk membeli Poke Ball dan juga item lainnya untuk bermain Pokemon Go. Ketika diperiksa, memang masih ada banyak sekali sisa Pokecoins yang masih belum digunakan oleh Caca seperti pada foto berikut ini.
Menurut Hendra, putrinya memang sangat menyukai permainan Pokemon Go. Sayangnya, dia kurang memiliki kesabaran dalam bermain. Baru-baru ini, dalam sebuah perjalanan wisata bersama keluarganya ke pulau Bintan, Caca juga telah melemparkan ponsel Samsung Galaxy S6-nya ke dalam kolam renang setelah berkali-kali gagal menangkap seekor Magikarp.
Hendra mengakui, boleh dibilang dirinya telah kebobolan ketika anak-anaknya menghabiskan uang ratusan juta untuk bermain game. Caca sendiri telah menghabiskan lebih dari Rp 90 juta, sementara kakak keduanya menghabiskan Rp 40 juta, dan kakak pertamanya “hanya” menghabiskan Rp 4,5 juta.
Ketika ditanyakan, apakah orangtuanya akan meminta pengembalian dari pihak Google atau Niantic, Hendra mengatakan tidak akan melakukan hal tersebut. Sang ayah hanya berkomentar, “Besar juga ya biaya mengasuh anak”. Ampuuun ya Sultan!