RUDY
Sutradara: Hanung Bramantyo
Aktor: Reza Rahadian, Chelsea Islan, Ernest Prakasa, Pandji Pragiwaksono

Alkisah seorang mahasiswa cerdas kelas menengah bernama Rudy yang belajar di Eropa dan menarik perhatian wanita Eropa nan manis. Reputasi 'cerdas'-nya memancing kecemburuan mahasiswa-mahasiswa lain yang bergantung pada beasiswa ikatan dinas dan berusia lebih tua. Sementara kebiasaan Rudy menceritakan lelucon merendahkan bangsanya di depan orang-orang Eropa memperparah kebencian rekan-rekannya yang merupakan mantan laskar pelajar.
Rudy juga tak perduli pada isu-isu politik yang sedang panas-panasnya. Selain memaksa kawan-kawannya lebih memperhatikan mimpi-mimpinya daripada isu yang sedang hangat, ia pun tak mau pula membawa nama Pemerintah Republik Indonesia di seminar yang ia selenggarakan. Ia pun menjadi musuh dari mahasiswa-mahasiswa idealis yang ingin mahasiswa diaspora menjadi wakil negerinya. Perselisihan semakin menajam, hubungan Rudy dengan si cantik dari Polandia pun semakin dekat.

Yup,
ini kisah cinta tak biasa. Tentang petualangan mahasiswa ndableg di luar negeri. Sayangnya, adegan pembuka film ini bising, terimakasih untuk musik latar garapan Tya Subiakto yang sukses menurunkan mood saya di menit-menit awal film ini. Untungnya begitu adegan beralih ke suasana Eropa, musik-musik bising Tya gagal menghalangi penonton untuk menikmatinya. Nyaris dua setengah jam film tak terasa saat melihatnya. Inilah beda antara seorang Hanung Bramantyo dengan Faozan Rizal, selain lebih bisa memaksa produser untuk menaruh iklan di depan film daripada memaksa penempatan produk di tengah-tengah, kemampuan untuk mengolah tawa pun lebih baik.

Sayangnya,
karakter Rudy masih hidup di masa ini. Film ini pun dibuat dari sudut pandang Rudy semata. Tampaknya saya harus menunggu dua puluh tahun yang akan datang agar kelak Rudy difilmkan dengan lebih obyektif.

Sebagai sequel eh.. prequel, film ini jauh lebih baik daripada pendahulunya. Beberapa momen yang tampak ganjil dan loncat di film pendahulunya diperjelas konteksnya di prequel ini. Malah kupikir, seharusnya film pertama itu tak perlu ada.

Salah satu trik marketing yang jujur saja agak bikin 'jijik' adalah, sebelum dan sesudah film ini, MD mendeklarasikan akan membuat sekuel film Rudy dan menurut saya marketing ini tak perlu ada di dalam film. Namun, pasca mengetahui kisah akhir Keng Kie, kurasa sekuelnya mungkin juga akan bagus selama MD tidak memaksakan diri sekuelnya menjadi sekedar film roman ringan seperti yang terjadi pada film pertama.

PS:
Chelsea Islan cantik di sini. Tadinya saya agak pesimis dengan keberadaan Chelsea Islan tetapi ternyata ia bermain cukup baik. Memang sih masih ada nuansa 'Chelsea Islan' tetapi sudah bukan sebagai 'Bintang' dari "Tetangga Masa Gitu"