@Mbak Mbok
Karena nasi sudah menjadi bubur, biarkan si pembuat bubur melanjutkan sampai jadi bubur Manado yang lezat. Kalo juru masaknya ganti takutnya nanti jadinya dodol.
Menurutku harganya terlalu mahal kalo sampai penambangan di Grasberg ndak dilanjutkan atau terputus. Tambang terbuka di Grasberg diperkirakan akan berakhir 2017 setelah cadangan di permukaan habis. Setelah itu akan berlanjut dengan sistem tambang bawah tanah gede2an dengan rencana akan ada 400an lorong tambang dengan total panjangnya 1000 km. Ini bukan proyek main2. Nasionalis sih nasionalis, tapi saya memang bukan orang idealis. Saya orang pragmatis, yang penting jangan sampai jadi orang oportunis aja hehe...
Sekarang tinggal bagaimana itu semua bisa dilaksanakan dengan baik kedepannya dan yang terpenting dengan cara2 “bersih”, ndak ada lagi cerita2 kongkalingkong dan segala macam pesta bancakan baik dari pihak Freeport maupun penguasa pribumi.
Saya semalam begadang bukan karena nulisnya lama, tapi mikirnya yang lama, bingung apa yang mesti saya tulis. Udah coret2 panjang di HP dihapus lagi coba cari angle lain, udah tulis lagi panjang2 malah jadinya ngambang ke-mana2, akhirnya saya tinggal ngudut n ngupi aja, soale kalo gitaran ntar malah bisa ditimpuk tetangga karena udah malem. Sampai akhirnya “turun wangsit” agar saya fokus nulis tentang periode 1983-1991.
Itu sangat relevan dengan periode saat ini (2015-2021) dimana sedang dilakukan renegosiasi kontrak Freeport, jangan sampai apa yang terjadi pada 1983-1991 terulang kembali pada periode 2015-2021. Tapi saya optmisitis karena setidaknya sudah ada satu indikator yang membedakannya, yaitu kalau dulu adalah “kasak-kusuk” di era tertutup sedangkan sekarang “renegosiasi” di era keterbukaan.
Indikasi positif lainnya, kalo pada posting sebelumnya saya ada sebut kata “kebodohan” tetapi sekarang saya percaya bahwa bangsa kita sudah banyak orang pintar sehingga kemungkinan untuk dibodohi lagi oleh Freeport menjadi lebih kecil. Hanya satu hal yang masih membuat saya was2 yaitu masalah “kerakusan”, soale “pintar dan rakus” itu justru lebih berbahaya dibandingkan dengan “bodoh dan rakus”. Cuma was2 lho, tapi saya tetap optimistis kok periode 2015-2021 ini akan jauh lebih baik dibandingkan 1983-1991.
Itulah alasan saya kenapa, setidaknya sampai saat ini, tidak menginginkan FCX hengkang dari Indonesia.
Tapiiii, ada tapinya lho mbak Mbok.
Apa yang barusan saya sampaikan di atas itu dalam konteks PTFI dan tambang Grasberg.
Lalu bagaimana dengan KK milik PT IEM dan NBM, anak perusahaan FCX yang lain? Tendang aja secepatnya! Lebih cepat lebih baik. Biarlah keduanya kege-eran menolak renegosiasi kontrak mereka. Lha emangnya yang mau renegosiasi itu sopo? Wedhus! Belagu amat!
Lagian ngapain juga pemerintah pake minta renegosiasi segala? Atas nama hukum, putusin aja sekarang juga tuh kontrak. Itu sah demi hukum.
Kontrak pertambangan itu ada aturannya, ada tahap2anya, dan ada batas2nya. Tahap eksplorasi itu dibatasi selama 10 tahun, setelah itu pemegang kontrak harus memutuskan apakan mau mengembangkan wilayah tersebut atau tidak. Kalau tidak ya segera kembalikan ke pemerintah sebagai pemilik lahan, atau kalau iya ya segera dikembangkan, segera lakukan pekerjaan konstruksi lalu dilanjutkan dengan produksi.
Lha ini IEM pegang KK sejak Agustus 1994 sampai sekarang (21 tahun) masih tahap eksplorasi, sementara NBM sudah teken kontrak Desember 1991 sampai sekarang (24 tahun) baru tahap studi kelayakan?! Lalu apa yang diharapkan oleh pemerintah dari mereka? Pemerintah mau tunggu apa lagi?! HhhhHHHhhhh...!
*jadiberasamudalaginih
@Kong Sur
Malam ini saya ndak mau disuruh begadang lagi. Lain kali aja yaa... *padahalsebenarnyasayadahgemespenginkomensoalsmelt er
@Neo
Yap, masalah blok Cepu memang ndak kalah menarik dengan persoalan Freeport. Tapi menurutku saat ini masalahnya saya anggap sudah settled, jadi ndak perlu dibahas lagi. *daripadasayandaktidursampaipagi