LUPAKAN dulu soal politik yang serba njelimet. Lupakan soal upaya untuk melengserkan Joko Widodo
dari kursi presiden lantaran dianggap tak becus memimpin.
Lupakan perihal perseteruan Ahok , Gubernur Jakarta, dengan para anggota DPR di daerahnya, yang
kian lama kian ribet.
Tentu, lupakan juga tentang Golkar yang terbelah dua, dan para tersangka korupsi yang ramai-ramai
berupaya mempraperadilkan KPK.
Mari sejenak melongok ke sisi lain dunia sosial media. Iya, sisi lain, di luar sisi yang terlanjur jadi
identitas: panggung adu ngotot.
Bukalah Facebook dan longoklah ke http://on.fb.me/1N0lIvg, niscaya Anda segera melupakan hal-hal
di atas, bahkan barangkali melupakan kesedihan meski hanya sejenak.
Tautan di atas akan mengantarkan kita ke akun milik Fajar Sahrul yang memuat komik strip berjudul
"Pertobatan Mulyono".
Satu pekan terakhir, komik yang sesungguhnya sudah di-posting tiga bulan lalu, ini jadi pembicaraan
para netizen.

Tidak hanya diunggah ribuan kali di Facebook, tapi juga disebarluaskan lewat media sosial lain, di
antaranya Twitter dan Path. Juga dilansir lewat pesan beruntun WhatsApp dan BBM.
Apa yang membuat komik ini demikian fenomenal? Secara kualitas visual, jelas tidak. Pertobatan
Mulyono jauh dari kata sempurna.
Tarikan garis-garis gambarnya aneh. Mirip karya anak sekolah dasar yang baru belajar menggambar.
Manusia digambarkan nyaris tanpa detail, penyok di sana-sini.
Sebenarnya banyak komik yang juga digambar demikian. Dengan kata lain, tidak indah, tidak "enak"
dipandang layaknya komik - komik Jepang (Manga Style) .
Namun, di balik gambar yang buruk, terdapat kisah memukau. Misalnya komik -komik yang beberapa
waktu lalu pernah menjadi trademark sindikasi komik underground, Daging Tumbuh.
Pertobatan Mulyono tidak. Terdiri dari 17 gambar, yang oleh Fajar Sahrul dituliskan sebagai
"halaman" (di mana teks gambar hanya bisa dibaca apabila gambar di-klik), cerita komik ini boleh
dikata nyaris lugu.
Demikianlah dikisahkan tentang Mulyono, preman yang kejam terhadap Laksmi, isterinya. Mulyono
yang berwajah seram: botak, brewokan, dengan enam titik di kepala (tepatnya jidat) mirip
penggambaran pendeta Shaolin dalam film-film kungfu, nyaris tiap hari memukuli, menyiksa Laksmi
hingga babak belur.

Sampai suatu hari, penyiksaan yang dilakukan Mulyono, gara-gara menolak membuatkan kopi, Laksmi
mengalami patah leher dan lumpuh. Namun hal ini tidak membuat Mulyono merasa bersalah. Ia terus
melakukan membuat onar.
Kemudian datanglah santri itu. Ia datang setelah Mulyono memalak dan memukuli santri lain yang
masih remaja.
Tidak ada pertarungan. Mulyono, luluh mendengar doa, dan bertobat. Ia makin luruh dalam tobat
setelah kembali ke rumah dan mendapati Laksmi telah meninggal dunia.
Mulyono kemudian ikut nyantri, belajar agama, dan jadi ahli ibadah. Busananya, dari kaus-kaus
oblong bertuliskan "Aremania", berubah jadi baju koko.
Ini cerita hingga "halaman" 15. Tidak ada halaman 16. Dan pada halaman 17, entah bagaimana,
Mulyono telah berseragam polisi.
Menurut Fajar Sahrul: "Mulyono lulus dalam akademi kepolisian dan sekarang sudah bertugas,
Mulyono pun memulai hidup barunya."
Selain hilangnya satu halaman, kenapa Mulyono setelah bertobat menjadi polisi, juga menjadi misteri
tersendiri. Selamat menikmati. Selamat tertawa. (ags)

---------- Post Merged at 09:56 PM ----------

link fb komikusnya https://m.facebook.com/aamboey/albums/10203799649536640/?refid=13.
komiknya sih biasa saja, cuma komennya yang bikin ketawa. bahkan sebagian gambar dicomot jadi meme.