POROS MARITIMSUMBER
Ini Akar Konsep Poros Maritim Dunia Jokowi
Banyak Pekerjaan Rumah agar Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia"Untuk menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera, kita harus menjadi bangsa bahari," kata Sukarno.
Jakarta - Gagasan Joko Widodo dalam debat capres Minggu malam lalu untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia, dijelaskan lebih jauh oleh juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, sebagai doktrin geopolitik yang akan membawa kejayaan bangsa Indonesia.
"Jokowi memiliki pemahaman terhadap geopolitik. Hal itu membawa kesadaran bahwa masa depan dunia di Pasifik. Dengan cerdas, Jokowi mengeluarkan doktrin politik luar negerinya yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia agar dihormati bangsa-bangsa asing," kata Hasto di kepada wartawan metrotvnews.com, Minggu 22 Juni 2014.
"Seluruh alur pelayaran dunia yang melalui jalur strategis di Indonesia akan dipergunakan sebagai pendekatan diplomasi terkait dengan peran strategis Indonesia," papar Hasto.
"Selamat datang doktrin maritim, justru di laut, kita harus jaya," lebih ditegaskan lagi oleh Hasto.
Hasto menjelaskan bahwa Jokowi sangat memahami pengalaman sejarah Indonesia pada periode 1955-1960 -an saat Presiden Sukarno membawa doktrin kejayaan di laut sebagai doktrin yang akan membawa kejayaan bangsa.
Periode yang dimaksud oleh Hasto adalah periode kepemimpinan Presiden Sukarno di masa keemasannya. Dalam buku "Indonesia Negara Maritim" karya Laksamana Muda (pur) Wahyono Suroto Kusumoprojo (2007), Sukarno pernah mengatakan, "Untuk menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera, kita harus menjadi bangsa bahari."
Bahkan Sukarno membacakan puisi tentang kejayaan bangsa pelaut dalam pidato peresmian Institut Angkatan Laut pada tahun 1953 yang berjudul "Jadilah Bangsa Pelaut !"
Berikut puisi Sukarno tentang hal itu:
Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali ....
Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga,
bangsa pelaut yang mempunyai armada militer,
bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang
lautan itu sendiri.
Laksda Wahyono Suroto Kusumoprojo adalah saksi kesungguhan Presiden Sukarno untuk mewujudkan doktrin kejayaan di laut. Wahyono adalah angkatan IX Akademi Angkatan Laut Indonesia yang dilantik Presiden Sukarno di geladak apel Akademi Angkatan Laut Morokrembangan Surabaya pada 17 Juli 1962. Buku yang dia tulis adalah hasil studi dan pengalaman 32 tahun berdinas di angkatan laut yang menurut Wahyono adalah angkatan laut terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai panjang garis pantai terpanjang di dunia. Kekayaan sumber daya alam Indonesia inilah yang memiliki potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Data terakhir Food and Agriculture Organization (FAO) (2012) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Untuk perikanan tangkap Indonesia sebenarnya berada pada posisi kedua. Indonesia kalah produksi dengan India dalam perikanan budidaya. Jumlah perikanan tangkap dan perikanan budidaya itulah yang menunjukkan tingkat produksi perikanan suatu negara. (skj) (Advertorial)
SUMBER
Soal Poros Maritim, Jokowi: Negara Sahabat Sudah Grogi DuluanTribunnews.com, Jakarta - Salah satu visi Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya adalah menjadikan Indonesia berjaya di sektor kelautan dan maritim. Visi ini disebut layak didukung sekaligus dikritisi. Menghapus kerugian ribuan triliun rupiah dari kekayaan laut adalah tantangan visi ini.
"Banyak pekerjaan rumah agar Indonesia layak menjadi poros maritim dunia," kata anggota DPR Yudi Widiana Adia, dalam pernyataan yang diterima Kompas.com pada Selasa (21/10/2014). Dia mengatakan, 70 persen wilayah Indonesia merupakan laut tetapi justru pembangunan sektor kelautan dan maritim masih jauh tertinggal.
"Sampai dengan era SBY selesai, Indonesia belum layak dIsebut sebagai negara maritim karena perekonomian, industri, serta perniagaannya belum betul-betul mengoptimalkan potensi laut," ujar Yudi.
Karenanya, Yudi meminta Jokowi memunculkan cetak biru pembangunan pelabuhan-pelabuhan laut untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia tersebut. Bagaimanapun, ujar dia, pelabuhan merupakan simpul pergerakan orang, barang, dan jasa, yang dengannya nilai ekonomi laut akan meningkat.
Yudi juga berpendapat, kekuatan armada laut Indonesia juga harus mantap bila memang menghendaki negara ini berjaya di samudera. "Bukan hanya menjaga pertahanan keamanan, tetapi juga kekayaan sumber daya laut Indonesia dari penjarahan asing," tegas dia.
Kerugian ribuan triliun rupiah
Potensi kemaritiman Indonesia, lanjut Yudi, juga belum digarap optimal. Keuntungan posisi strategis Indonesia, misalnya, menurut dia justru dinikmati Singapura karena kemampuan negara kota itu memberikan layanan yang memuaskan bagi kapal dagang yang melintas di perairan Nusantara.
"Indonesia memiliki tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dengan potensi nilai perdagangan 1,5 juta dollar AS per hari, setara sekitar Rp 18 miliar per hari, tetapi belum memberi manfaat secara ekonomi," papar Yudi.
Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), tutur Yudi, nilai perekonomian dari laut Indonesia diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS sampai 5 triliun dollar AS --setara sekitar Rp 36.000 triliun sampai Rp 60.000 triliun-- per tahun.
"Sayangnya, kekayaan sumber daya alam yang besar itu dijarah asing," kecam Yudi. Menurut Yudi, nilai ikan yang dicuri oleh nelayan asing dari wilayah laut di Indonesia tak kurang dari 23 miliar dollar AS -sekitar Rp 276 triliun- per tahun. Karenanya, Yudi meminta Jokowi benar-benar berkomitmen mengembalikan kekayaan maritim Indonesia.
Menurut Yudi, mutlak dibutuhkan penguatan infrastruktur yang menunjang pembangunan ekonomi maritim, peningkatan sumber daya manusia--terutama nelayan dan masyarakat pesisir--, serta penegakan hukum di laut. "Termasuk penguatan armada pengamanan laut, merupakan pekerjaan rumah utama yang harus dituntaskan Jokowi untuk visi ini."
SUMBER
REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kebijakan tentang poros maritim telah memancing perhatian pemimpin negara sahabat.
"Feeling saya mengatakan, mereka sudah grogi duluan. Karena harus sadar dua pertiga wilayah Indonesia wilayah air, karena sudah lama tidak memperhatikan itu," katanya di Kendari, Kamis (6/11).
Menurutnya, para pemimpin negara sahabat seperti Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Australia dan Cina bergantian menanyakan tentang poros maritim dan tol laut.
Ia mengatakan, selaku pemain baru dalam forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) telah menerima banyak permintaan pertemuan dari para pemimpin ekonomi Asia Pasifik. Antara lain Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
"Tidak jauh-jauh dari poros maritim dan tol laut. Ngomong sana ke mari akhirnya itu lagi," katanya.
Jokowi mengaku telah banyak yang menyatakan ingin melakukan kerja sama. Antara lain Cina yang telah dua kali menyampaikan keinginannya.
"Mereka punya jalur sutera maritim abad 21, kita punya poros maritim. Mereka ingin itu dikerjasamakan. Saya sampaikan kalau kerja sama kita untung kamu untung. Untungmu berapa, untung kita berapa," ujarnya.
Presiden sebut pemimpin dunia tertarik poros maritim
Menteri Kelautan: nelayan kecil jangan dipungut retribusi
Menteri Kelautan-Dubes AS bahas peningkatan pengawasan
Pemprov DKI gandeng Belanda bangun infrastruktur maritim