Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 20 of 29

Thread: Pendidikan Matematika SD

  1. #1
    pelanggan setia Agitho_Ryuki's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    mBantul, Ngayogyokarto, Hadiningrat
    Posts
    2,517

    Pendidikan Matematika SD

    Akun facebook
    Masakan Praktis Rumahan
    Menulis:
    Moms, jika ini benar terjadi di negeri ini,
    sungguh menyedihkan. Semoga kualitas
    pendidikan di Indonesia dapat meningkat.


    link
    https://m.facebook.com/MasakanPraktisRumahan/photos/a.390687221013806.91618.390666241015904/706562426092949/?type=1&refid=52&__tn__=E
    Last edited by Agitho_Ryuki; 21-09-2014 at 05:52 PM.

  2. #2
    pelanggan setia Bi4rain's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Location
    Neverland
    Posts
    2,539
    ajak bicara sama gurunya dong, masa difoto lalu diunggah? bisa2 malah mancing yang enggak-enggak.

    ini lagi belajar pengelompokkan atau hasil penjumlahan?
    klo 4+4+4+4+4+4 = 24 ya benar
    klo pengelompokkan, kalimat yang benarnya sih 6x4 (ada 6 kelompok bilangan 4)
    yakin gw pasti ada yg bisa ngejelasin, tapi kesannya agak2 gimana ya....
    bagusnya sih bicara, trus klo misalnya kurang yakin apa yg mau dicapai dari pelajaran tsb (pemahaman kelompok bilangan) atau hasil penjumlahan, bisa juga rujuk buku teks-nya.

    btw, itu dibawah bukunya ada tulisan(?)
    mungkin guru ybs menjelaskan secara tertulis juga?
    A kid at heart

  3. #3
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    4+4+4+4+4+4 = 6 kali 4
    4+4+4+4+4+4 = 4 nya 6 kali

    Yg salah bahasa indonesia..

  4. #4

  5. #5
    pelanggan setia Agitho_Ryuki's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    mBantul, Ngayogyokarto, Hadiningrat
    Posts
    2,517
    jadi yang tersesat kakanya habibi kan?
    Barangsawijine purwo marang kawitan, Bandar sejatining wujud. Yuk lakone.. BUTHO CAKIL sido NGEMUTTT PEN.....THUNG!!

  6. #6
    pelanggan tetap 234's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Posts
    737
    Gurunya terlalu kaku kalo menurutku. Mestinya ndak dikasih nol (mutlak salah) tapi bisa dikasih nilai setengah plus catatan. Itu hanya persoalan (kesepakatan) notasi aja, jgn sampai malah menghambat "kreatifitas berpikir dan imajinatif" si anak.

    Tapi kalo lebih dicermati lagi soal diatas saya kok melihat kemungkinan lain yak?

    Kemungkinan kedua: (Kakaknya) Habibi dan ibu guru sama2 mbulet.

    A. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 x 6 = 24
    B. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4 = 24

    Dua2nya tetap aneh menurutku. Dari urutannya, itu soal operasi penjumlahan. Lalu buat apa pakai "disederhanakan" dgn perkalian segala? Mestinya langsung aja "4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24". Simpel.

    Kemungkinan ketiga (hasil terawangan ngawur): Kakaknya Habibi "belagu", pengin nunjukin ke bu guru bahwa Habibi udah tahu operasi perkalian. Ibu guru yg merasa belum pernah mengajarkan ttg perkalian ke Habibi pun "kesel" krn jadi berpikir bahwa PR tsb ndak mungkin dikerjakan sendiri oleh Habibi, yo wis sekalian aja di-cari2 kesalahannya buat "ngerjain" si kakak. Atau, malah bisa jadi itu (yg jawab PR dan bikin catatan dibawah soal tsb) adalah ortu Habibi, cuman pinjem tangan kakak Habibi aja spy ndak malu. Bentuk kalimat yg digunakan dlm catatan dibawah soal adalah bentuk kalimat "orang dewasa", jadi menurutku janggal itu inisiatif kakaknya Habibi, lebih mungkin itu inisiatif sekaligus bentuk uneg2 dari ortu Habibi.

    ***
    Ketiga kemungkinan diatas memiliki muara yg sama, yaitu yg paling dirugikan adalah si anak (Habibi). Itu udah bentuk "eksploitasi anak" yg berlebihan yg dilakukan oleh orang dewasa (guru/ortu/kakak). Bisa bikin anak trauma dan stress, matematika menjadi sesuatu yg menakutkan bagi si anak. IMHO.

    Gusti iku dumunung ing atine wong kang becik, mulo iku diarani Gusti... Bagusing Ati.

  7. #7
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Menurut gw sih gurunya yang bener, hanya saja guru mustinya menjelaskan dibawah.
    4 kali 6 dilihat dari segi bahasa berbeda dgn 6 kali 4. Habibi mungkin kebanyakan disuruh menghafal daripada mengerti perkalian. 4x6 dan 6x4 memang hasilnya sama, tapi prosesnya beda. 6x4, 4 nya ada 6 kali, 4x6, 6nya ada 4 kali.

    Tentu levelnya jawaban 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24 di bawah level jawaban 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4 = 24.
    Yg pertama hanya disuruh menghitung satu persatu, yang kedua diajarkan utk lebih cerdik dan mengerti esensi perkalian.

    Kesalahan si guru, tidak menjelaskan kesalahan. Kesalahan si habibi adalah 8, dan kesalahan ibunya adalah ceroboh dan emosional.
    Last edited by ndableg; 22-09-2014 at 04:39 PM.

  8. #8
    pelanggan setia Agitho_Ryuki's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    mBantul, Ngayogyokarto, Hadiningrat
    Posts
    2,517
    Anehnya di facebook tersebut banyak juga yang menyalahkan gurunya karena tidak paham perkalian kalo 6 x 4 = 4 x 6...
    Barangsawijine purwo marang kawitan, Bandar sejatining wujud. Yuk lakone.. BUTHO CAKIL sido NGEMUTTT PEN.....THUNG!!

  9. #9
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Kalo jaman dulu di eropa ada penyihir2 dibakar, kalo sekarang penyihir dibully lewat sosmed.

  10. #10
    pelanggan tetap 234's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Posts
    737
    Ooo...ternyata sampe jadi berita cukup heboh tho. Barusan baca ternyata kakaknya Habibi udah besar (mahasiswa), berarti terawangan saya sebelumnya (kemungkinan ketiga) memang ngawur.

    Anyway...

    Kalo menurutku, scr common sense, bentuk urutan soalnya adalah operasi penjumlahan bukan perkalian.

    4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = ?

    Maka jawabnya adalah (langsung) "4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24" tanpa pake embel2 perkalian "4x6" maupun "6x4". Ingat bahwa operasi penjumlahan itu "lebih sederhana" daripada operasi perkalian, jadi ndak perlu penyederhanaan lagi.

    Lain kalo soalnya adalah "4 x 6 = ?", tentu jawabannya adalah "4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24". Atau "6 x 4 = ?", tentu jawabnya "6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24".

    So, kalo memang itu soal "operasi perkalian" berarti memang gurunya yang benar, (kakaknya) Habibi salah. Tapi tetap aja menurutku itu cara mengajar (guru) yang kaku seperti saya bilang sebelumnya (kemungkinan pertama). Ini dari asumsi jawaban tsb dibuat oleh anak kelas 2 SD (Habibi). Tapi kalo dari kacamata orang dewasa (kakaknya Habibi yg udah di bangku kuliah) memang kakaknya Habibi aja yg ndak mudeng tapi ngeyelan.

    Tapi kalo seandainya itu soal "operasi penjumlahan" berarti dua2nya memang lebay alias mbulet (kemungkinan kedua).

    BTW anak kelas 2 SD materinya udah masuk ke "operasi perkalian" belum sih? Ntar deh tak cek ke anakku soale saya udah lupa persisnya.
    Gusti iku dumunung ing atine wong kang becik, mulo iku diarani Gusti... Bagusing Ati.

  11. #11
    Chief Cook GiKu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    10,315
    ^
    kok bisa yakin kalo cara mengajara si guru yg kaku, Om ?

    biasanya kan ada contoh soal dan latihan harian
    trus ada PR dan ulangan harian

  12. #12
    masalah sepele gini aja ampe masuk sosmed....
    gurunya salah tapi yang upload ke sosmed juga lebay...

  13. #13
    Chief Cook GiKu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    10,315
    dari link yg dikasih thin.king ( http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkalian )

    sepertinya gurunya gak salah
    kalau logikanya diterapkan dalam kehidupan nyata juga benar

  14. #14
    pelanggan tetap 234's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Posts
    737
    Quote Originally Posted by GiKu
    ^
    kok bisa yakin kalo cara mengajara si guru yg kaku, Om ?

    biasanya kan ada contoh soal dan latihan harian
    trus ada PR dan ulangan harian
    Kan udah tak kasih alasannya di tulisan pertama...:
    Quote Originally Posted by 234
    Gurunya terlalu kaku kalo menurutku. Mestinya ndak dikasih nol (mutlak salah) tapi bisa dikasih nilai setengah plus catatan. Itu hanya persoalan (kesepakatan) notasi aja, jgn sampai malah menghambat "kreatifitas berpikir dan imajinatif" si anak.
    Dan mesti jelas dulu tugas si murid tsb untuk menjawab soal seperti apa, apakah "4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = ?" atau "4 x 6 = ?" ataukah "6 x 4 = ?".

    Beda bentuk soal tentu akan berbeda pula bentuk/cara penyelesaiannya, meskipun hasil akhirnya (bisa) sama. Dan yup, mesti juga di cross-check dgn "contoh soal" dan "latihan harian"-nya (kalo ada) seperti apa.



    ---------- Post Merged at 06:00 PM ----------

    BTW kalo pas mengajari anak mengerjakan PR saya selalu minta ke anak untuk menunjukkan buku panduan (text book) nya, bukan asal membantu menjawab. Ini supaya ndak membingungkan si anak itu sendiri, beda di sekolah beda di rumah. Jadi dalam hal ini kakaknya Habibi memang ceroboh main sikat aja pake caranya sendiri, apalagi pake protes ngeyel dan lebih runyam lagi sampe disebarkan via sosmed. Ini bukan se-mata2 persoalan mana benar mana salah menurutku, tapi demi untuk tumbuh kembang si anak itu sendiri kedepannya.

    Gusti iku dumunung ing atine wong kang becik, mulo iku diarani Gusti... Bagusing Ati.

  15. #15
    pelanggan setia Bi4rain's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Location
    Neverland
    Posts
    2,539
    ini yang gw maksud dengan memancing yang enggak-enggak. klo didiskusikan saja untuk mendapat penjelasan dan solusi kan bagus toh...klo di sosmed yang ada mengajak orang untuk buru2 me'nuding' satu pihak entah itu gurunya atau uploadernya.
    cintailah kedamaian


    btw, I couldn't agree more with om 234
    Mestinya ndak dikasih nol (mutlak salah) tapi bisa dikasih nilai setengah plus catatan. Itu hanya persoalan (kesepakatan) notasi aja, jgn sampai malah menghambat "kreatifitas berpikir dan imajinatif" si anak.
    A kid at heart

  16. #16
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    http://www.facebook.com/l.php?u=http...73&h=zAQG6v8Rr

    Jika 12 ÷ 4 itu artinya apa? Partisi, yakni ada 12 kelereng dibagikan ke 4 anak, msg2 dpt brp butir. Atau Pengurangan Berulang.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 01:51:02 AM UTC
    Pengurangan Berulang, yakni ada 12 kelereng jika tiap anak dpt 4 butir, ada brp anak yg dapat diberi.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 01:53:31 AM UTC
    Dua pengertian Pembagian ini sama2 benar. Tak ada yg salah. Hanya satu pengertian kadang lebih cocok dlm konteks tertentu.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 01:54:53 AM UTC
    Misalnya, 125 ÷ 5 tentunya lbh cocok diartikan sbg Partisi. Sedang 125 ÷ 25 tentunya lbh cocok Pengurangan Berulang.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 01:56:38 AM UTC
    Di Indonesia, DUA pengertian Pembagian itu dpt diterima. TETAPI tidak demikian dg Perkalian. Kita tak mau menerima DUA pengertian Perkalian.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 0121 AM UTC
    Mungkin kita terbiasa dg PENGERTIAN yg harus selalu TUNGGAL, dan ditetapkan oleh Penguasa. Kita merasa tak berdaya menentukan sendiri.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:00:19 AM UTC
    Simetri dg Pembagian tadi, Perkalian pun dapat diartikan dg DUA cara tersebut. Ini TIDAK mengatakan KEDUANYA SAMA.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:02:49 AM UTC
    3 × 4 diartikan 4+4+4 itu betul. Sedang 3 × 4 diartikan 3+3+3+3 jg betul. Tergantung kita memaknainya bagaimana.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:06:13 AM UTC
    Juga tergantung bahasa. Di bahasa Jawa, "telu ping papat" artinya 3+3+3+3.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:08:00 AM UTC
    Tetapi di buku2 Singapura misalnya 3×4 diartikan "three groups of four" atau "tiga buah empatan"
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:09:02 AM UTC
    Nah, cara bertanya guru kebanyakan di Indonesia mungkin yg salah. Juga cara mengoreksinya yang salah.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:13:57 AM UTC
    Kita hrs paham cara memeriksa pemahaman perkalian. Kalau sekedar tanya 3×4 = .... ya tentu anak kita boleh menjawab sesuai pengertiannya.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:16:06 AM UTC
    Pertanyaan sekedar 3×4 = ... HRS DIBENARKAN jawaban 3+3+3+3 atau 4+4+4. Salah gurunya tak beritahu dlm instruksinya yg mana yg diminta.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:18:08 AM UTC
    Pertanyaan guru seharusnya begini "Jika 2×3 = 3 +3, tentukan 3×4". Jika dg pertanyaan ini anak jawabnya 3+3+3+3, barulah SALAHKAN.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:19:27 AM UTC
    Matematika itu lebih sebagai Kata Kerja, ketimbang Kata Benda. Pengetahuan sangat sedikit, ketimbang Keterampilan.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:20:44 AM UTC
    Mungkin ada yg berargumen, kalau pertanyaannya begitu anak ya bisa. Ya, memang anak supaya bisa! Kalau mau menjebak, bukan di Matematika.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:21:34 AM UTC
    Menguji SKILL dalam Matematika lebih utama ketimbang menguji KNOWLEDGE.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:22:45 AM UTC
    Hal yang lebih menakutkan adalah PENDOGMAAN MATEMATIKA di kita.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:24:38 AM UTC
    Di Matematika tak ada KEBENARAN, yg ada hanyalah KESAHIHAN. Jika pernalarannya sahih, maka kita terima, walaupun kesimpulannya mungkin aneh.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:25:17 AM UTC
    Di Matematika, Guru bukan sumber Kebenaran.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:26:41 AM UTC
    Apalagi ada yg usul Kebenaran Matematika harus ditanyakan ke Mendikbud. Ini semakin absurd.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:28:12 AM UTC
    Ini menyangkut budaya atau sikap kita yg tak nyaman dengan Kebenaran Jamak. Juga tak berani bernalar mandiri.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:30:56 AM UTC
    Mengubah sikap guru matematika yg luwes bernalar merupakan tantangan bg institusi penyiapan guru kita, LPTK.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:31:58 AM UTC
    Pembenahan sikap, budaya, dan cara berpikir calon guru matematika ini serius. Ini menyangkut hakikat Bermatematika.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:34:04 AM UTC
    Perhatikan bgmn guru matematika kita kebanyakan mengajar hr ini. Datang, "Ini Dalil Pitagoras. Ini contoh soalnya. Ini latihan soalnya."

    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:35:12 AM UTC
    Dampaknya, bagaimana anak kita memandang Matematika? Bagaimana anak kita memahami Bermatematika?
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:37:56 AM UTC
    Kita sebagai guru, harus mengurangi kata SALAH keluar dr mulut kita. Murid kita yg hrs menyadari sndr jika dia salah.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:38:50 AM UTC
    Dari mulut kita guru cukup pertanyaan yg menggiring murid kita sadar bhw pekerjaan sebelumnya salah. Senjata guru hanya mendengar & bertanya
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:41:23 AM UTC
    Dari isu Perkalian 3×4 ini, kita daoat baca tentang budaya masyarakat kita. Dan, tak sehat. Pendidikan jg tak paham sumber ketaksehatannya.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:43:16 AM UTC
    Tak nyaman betbeda pendapat, tak mampu menghargai pendapat org lain yg berbeda, haus kekuasaan pemerintah utk mengatur berpikir, dsb.
    Iwan Pranoto @iwanpranoto 22/Sep/2014 02:45:18 AM UTC
    Ini semua perlu dibereskan segera. Apakah Pemerintahan mendatang paham seriusnya budaya betnalar ini? Entah!
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  17. #17
    Chief Cook GiKu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    10,315
    Quote Originally Posted by 234 View Post
    Barusan baca ternyata kakaknya Habibi udah besar (mahasiswa), berarti terawangan saya sebelumnya (kemungkinan ketiga) memang ngawur.
    kakaknya habibi udah mahasiswa tapi tulisan tangannya kok begitu

  18. #18
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Jelek ya? Kayaknya gw lebih jelek dari itu.

  19. #19
    Chief Cook GiKu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    10,315
    ^
    youli kakaknya habibi juga ?

  20. #20
    Barista kupo's Avatar
    Join Date
    Dec 2012
    Location
    Jog Ja karta
    Posts
    3,849
    kalo ga salah ngikut kurikulum baru thn 2013, aturannya memang harus seperti itu, ga boleh di bolak balik... ada hubungannya sama digabungnya berapa mata pelajaran jadi pelajaran tematik...

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •