keremus
15-04-2011, 05:44 PM
JAKARTA - Tiba-tiba Kantor redaksi Harian Republika menjadi target bagi para pengunjuk rasa untuk memprotes film '?' (tanda tanya). Ada apa?
"Iya, nanti habis dari LSF juga kami akan ke kantor Republika," tegas Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Habib Salim Alattas, kepada Okezone yang menghubunginya lewat telepon seluler, Jumat (15/4/2011).
Unjuk rasa yang digelar FPI ini terkait pemilik Republika, Eric Tohir, menjadi produser film '?'. Padahal, kata pria yang akrab disapa Habib Salim Selon ini, selama ini Republika dikenal sebagai media massa yang selalu membela Islam.
"Selama ini kan Republika selalu membela Islam. Kenapa mau mendukung film yang keluar dari jalur Islam dan menyebarkan kemurtadan lewat pluralisme agama," kritiknya.
Aksi protes FPI ini merupakan yang ketiga, setelah Banser NU memprotes konten film di mana salah satu dialog mengatakan menjadi anggota Banser adalah pekerjaan. Padahal kenyataannya, menjadi Banser NU tidak dibayar dan untuk menjadi anggota butuh pelatihan.
Ketua GP Ansor, Nusron Wahid, sudah mengklarifikasi dan meminta Hanung untuk mempelajari lebih dalam soal organisasi di bawah Nahdlatul Ulama itu.
Protes tidak hanya datang dari GP Ansor atau Banser, melainkan juga dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan MUI mengancam akan memfatwa haram film '?', lantaran pesannya dapat mendangkalkan akidah umat Islam.
"Iya, nanti habis dari LSF juga kami akan ke kantor Republika," tegas Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Habib Salim Alattas, kepada Okezone yang menghubunginya lewat telepon seluler, Jumat (15/4/2011).
Unjuk rasa yang digelar FPI ini terkait pemilik Republika, Eric Tohir, menjadi produser film '?'. Padahal, kata pria yang akrab disapa Habib Salim Selon ini, selama ini Republika dikenal sebagai media massa yang selalu membela Islam.
"Selama ini kan Republika selalu membela Islam. Kenapa mau mendukung film yang keluar dari jalur Islam dan menyebarkan kemurtadan lewat pluralisme agama," kritiknya.
Aksi protes FPI ini merupakan yang ketiga, setelah Banser NU memprotes konten film di mana salah satu dialog mengatakan menjadi anggota Banser adalah pekerjaan. Padahal kenyataannya, menjadi Banser NU tidak dibayar dan untuk menjadi anggota butuh pelatihan.
Ketua GP Ansor, Nusron Wahid, sudah mengklarifikasi dan meminta Hanung untuk mempelajari lebih dalam soal organisasi di bawah Nahdlatul Ulama itu.
Protes tidak hanya datang dari GP Ansor atau Banser, melainkan juga dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan MUI mengancam akan memfatwa haram film '?', lantaran pesannya dapat mendangkalkan akidah umat Islam.