PDA

View Full Version : Beyond Belief by A. L. De Silva



IndoManiak
23-02-2013, 11:59 PM
Pendahuluan

Tujuan dari buku ini ada 3 macam. Yang pertama, buku ini ditujukan untuk menguji pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh para fundamentalis, evangelis (penyebar Injil) dan Kristen karismatik, dan dengan demikian menyorot problem-problem logika, filosofi, etis yang mereka artikan dalam kehidupan agama Kristen. Dalam melakukan hal ini saya berharap untuk dapat menampilkan fakta-fakta kepada umat Buddha, supaya bisa dipakai sebagai pedoman sewaktu anda (umat Buddha) diajak untuk berpindah agama. Buku ini sebisa mungkin membuat pertemuan antar dua umat ini menjadi lebih seimbang, dan semoga bisa mempertahankan keyakinan akan ajaran Sang Buddha. Kenyataannya adalah banyak umat Buddha yang tau sangat sedikit akan ajaran agama sendiri, dan juga tidak tau akan ajaran agama Kristen – yang mana justru menimbulkan kesulitan bagi umat Buddha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang-orang Kristen atau untuk menyangkal pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh orang-orang Kristen.

Tujuan kedua dari buku ini adalah untuk membantu umat Kristiani-yang mungkin membacanya, supaya mengerti mengapa ada orang yang tidak, dan tidak akan pernah, menjadi umat Kristen. Semoga, dengan adanya pengertian ini bisa membantu mereka untuk menerima keputusan umat Buddha. Semoga pula dengan adanya penerimaan keputusan ini bisa menciptakan persahabatan yang tulus dengan umat Buddha daripada bersahabat dikarenakan mereka adalah teman yang berpotensi untuk diajak pindah agama. Dalam upaya untuk mencapai tujuan kedua ini, saya telah mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan sulit, pertanyaan-pertanyaan itu lebih dari sekedar pertanyaan yang kita jumpai sehari-hari. Kalau kelihatannya saya terkadang terlalu keras dalam upaya saya mencapai tujuan ini, saya harap ini tidak diartikan bahwa saya digerakkan oleh kedengkian. Saya dulunya adalah seorang umat Kristen untuk beberapa tahun and sampai sekarang masih mempunyai rasa hormat yang tulus, dan bahkan kekaguman atas beberapa aspek Kristiani. Bagi saya, ajaran Yesus justru merupakan tahap yang penting dalam kepindahan saya ke agama Buddha. Dan oleh karenanya saya menjadi umat Buddha yang lebih baik daripada kalau saya menjadi pemeluk agama Buddha tanpa latar belakang Kristen. Akan tetapi, ketika para fundamentalis, penyebar Injil dan Kristen karismatik menyatakan bahwa ajaran agama merekalah yang benar, dan berusaha untuk menanamkan keyakinan mereka kepada orang lain, maka mereka haruslah bersiap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya akan pertanyakan tentang agama mereka (Kristen).

Tujuan ketiga dari buku ini adalah untuk membangkitkan para umat Buddhis untuk mencapai keyakinan dan penghargaan yang lebih dalam kepada agama mereka sendiri. Di beberapa negara Asia, Buddhisme diajarkan sebagai suatu tahyul yang sudah kadaluarsa, sedangkan agama Kristen dianggap sebagai agama yang mempunyai semua jawaban. Seiring dengan tumbuhnya pengaruh Barat di negara-negara Asia tersebut, kehidupan Kristen dengan kesan “modern”-nya mulai kelihatan lebih menarik. Saya yakin buku ini akan menunjukkan secara luas bahwa ajaran agama Buddha dapat mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan Kristiani yang sulit dijawab oleh orang Kristen. Dan pada saat yang sama, menawarkan penjelasan-penjelasan Buddhis tentang teka-teki kehidupan secara jelas, dan membuat jawaban dan penjelasan Kristen menjadi tidak rasional.

Beberapa kalangan Buddhis mungkin tidak setuju terhadap buku seperti ini, atas dasar keyakinan bahwa ajaran agama Buddha yang halus dan toleran sudah seyogyanya menahan diri dari upaya mengkritik agama lain. Akan tetapi Sang Buddha tidaklah mengajarkan demikian.

Di dalam Mahaparinibbana Sutta, Beliau mengatakan bahwa murid-muridnya selayaknya “mengajarkan Dhamma, menyampaikan Dhamma, membangun Dhamma, menguraikan Dhamma, menyelidiki Dhamma, menerangkan Dhamma, dan dapat bertindak dalam Dhamma untuk menyangkal ajaran-ajaran yang salah yang telah muncul.” Penyelidikan dan kritik yang cermat adalah sangat penting dalam membantu memisahkan kebenaran dari ketidakbenaran, sehingga kita dapat berada di dalam posisi yang lebih baik untuk memilih di antara “dua dan enam puluh sekte yang saling bertentangan.” Kritik terhadap agama lain hanyalah menjadi tidak pantas ketika kritik itu didasarkan atas penyajian keliru yang disengaja, atau kritik itu menurun menjadi suatu upaya untuk menjelek-jelekkan satu sama lain. Saya harap saya telah menghindari penyajian keliru yang disengaja dan saling menjelekkan.

A L De Silva