PDA

View Full Version : Kepemilikan senjata api



AsLan
16-12-2012, 12:17 PM
Ada negara yg melarang kepemilikan senjata api dan ada negara yg memberikan ijin kepemilikan senjata api.

Amerika adalah negara yg warganya bisa memiliki senjata api secara legal.
Amerika juga negara yg sering didera kasus penembakan massal di sekolah2.

Tapi disisi lain, para penjahat di Amerika beresiko menemukan korban yg mampu melawan karena memiliki senjata, berbeda dengan di Indonesia yg apabila seorang penjahat memiliki senjata api maka korbannya hanya bisa pasrah.

Namun sayang sekali meskipun Amerika memberi kebebasan kepemilikan senjata api, banyak warganya yg tidak mau memiliki atau membawa senjata... Sebuah privilege yg disia-siakan.

Seandainya para guru membawa senjata api ke sekolah, dan tidak ada larangan senjata api bagi guru disekolah, maka kasus2 penembakan massal seperti di Connecticut kemarin bisa diminimalisir, para pelaku yg hendak meniru juga akan berpikir ulang.

saat ini diperkirakan ada 200 juta senjata api yg beredar di Amerika.

salah satu keuntungan peredaran senjata di masyarakat sipil adalah, pemerintah tidak bisa terlalu mudah menekan masyarakat.
para penjahat juga tidak bisa semena2.

Apabila warganegara dilarang memiliki senjata, maka warga yg baik akan menuruti peraturan ini, para penjahat akan mengabaikannya. Sehingga yg terjadi adalah, senjata akan dikuasai oleh 2 pihak saja, yaitu pemerintah dan penjahat.

Kalau pemerintahnya baik, maka senjata akan dikuasai pihak baik(pemerintah) dan pihak jahat (kriminal).
seperti Jepang, Korea Selatan dan lain2.

Kalau pemerintahnya jahat, maka senjata akan dikuasai pihak jahat (pemerintah) dan pihak jahat (kriminal), misalnya seperti Korut, Myanmar dan banyak negara2 lain.

Intinya, warga yg baik akan mengikuti peraturan.
Kalau peraturan melarang orang2 baik untuk memiliki senjata, maka peraturan ini akan melemahkan pihak yg baik.

Kita tentu punya idealisme, punya impian, impian bahwa dunia ini seperti surga.
Tidak ada kejahatan disini, itu idealismenya.

Tapi kenyataannya tidak begitu, dunia ini penuh dengan kejahatan dan orang2 jahat.

Itu sebabnya, orang2 baik perlu diberi kemampuan untuk menghadapi orang2 jahat.

ndugu
16-12-2012, 12:57 PM
What kind of Bullcrap are you talking about.

Biarpun orang masing2 pegang senjata, kalo ada orang gila yang ga ingin hidup dan hanya ingin membunuh orang dan bunuh diri, tetep aja akan terjadi pembunuhan masal ini. Dan ini lah yang terjadi di sekian kasus pembunuhan masal ini. Mental state pembunuh ini semua perlu dipertanyakan. Memberikan 'orang baik' senjata api tidak akan menjamin keamanan dan bukan brarti dia ga akan ditarget. Skarang di amrik ini, 'orang baik' pun bisa aja memiliki senjata api, toh, justru itu lah makanya banyak pembunuhan masal begini.

Mengenai banyak warga yang ga ingin Memiliki senjata api, itu bisa diperdebatkan, dan tergantung di mana kamu melontarkan pertanyaan itu. Masalah terbesar bebasnya senjata api ini, membuat senjata ini terlalu gampang dimiliki, legal maupun tidak. Senjata ini dengan bebas berada di sirkulasi pasar. Itu yang berbahaya. Apa tujuan laen senjata api selain membunuh dan mencederakan? Nothing. Orang sipil tidak ada urusannya sama sekali memiliki senjata.

Kalau senjata ditarik dari pasar, maka orang yang ingin mendapatkannya secara ilegal pun akan susah. Bukan brarti tidak akan ada, tapi akan mengurangi.

Masalah laen dengan sistem hukum amrik adalah masing2 state mempunyai kuasa yang cukup gede. Prraturan mengenai regulasi senjata api perlu komprehensif, misalnya di level federal. Kalau senjata api hanya diban di level state, maka hukum ini susah ditegakkan, karena senjata bakal masih sangat mudah keluar masuk ato diselundupin antar state.

---------- Post Merged at 12:57 AM ----------


Namun sayang sekali meskipun Amerika memberi kebebasan kepemilikan senjata api, banyak warganya yg tidak mau memiliki atau membawa senjata... Sebuah privilege yg disia-siakan
Terus terang saya ga tau mau ketawa ato prihatin dengan statement ini.

Alethia
16-12-2012, 01:00 PM
Jd mau nyalahin org yg ga pny senpi meski dibolehin pny? Gt?

AsLan
16-12-2012, 01:58 PM
Ditengah masyarakat yg begitu bebas memiliki senjata api, mengapa menempatkan diri diposisi sebagai pihak yg tak punya senjata?

Lain lagi kasusnya kalau amerika sudah bersih dari peredaran senjata dan kepemilikan senjata di ban.

Kalau sudah seperti itu bolehlah kita menjadi org yg tak bersenjata.

Bukan menyalahkan... Cuma gak bijak aja hidup ditengah ratusan juta senjata sebagai kaum tak bersenjata.

Ibarat indonesia memutuskan untuk menghapus TNI dan menyatakan diri sebagai negara tak bersenjata ditengah negara2 dunia yg bersenjata.

ndugu
16-12-2012, 03:01 PM
Jadi tiap hari bawa senjata kemana2 kaya koboi gitu? :cengir:

Alethia
16-12-2012, 03:29 PM
Sejatinya yang melindungi manusia dari ancaman senjata atau kekerasan lainnya bukanlah dengan memiliki senjata juga. Namun kewaspadaan, pengendalian diri dan lain lainnya yang sering di sebut-sebut dalam subtitle khotbah-khotbah kemanusiaan,

---------- Post Merged at 02:29 PM ----------

saya tanya, apakah dengan mempersenjatai petani bisa menjamin mereka tidak berubah menjadi teroris? karena petani hanya mengerti dan ingin menumbuhkan hasil bumi.
persenjatai saja para tentara. biar mereka yang menjaga ladang-ladang itu. hehheheheh

gw ngomong apaaan syiiih

ndugu
16-12-2012, 03:41 PM
Iya. Sebenarnya banyak kasus2 kecelakaan senjata api, yang disengajakan maupun tidak disengajakan, yang mungkin tidak begitu didenger di berita dunia karena tidak seheboh pembunuhan masal. Ada cukup banyak kasus mengenai peluru nyasar, pistol yang ga sengaja kefired, anak yang maen2 dengan pistol ortunya, ato sengaja mengambil senjata ortunya untuk membunuh. Kita bisa aja punya senjata api, tapi kalo kena peluru nyasar, kapan dan bagaimana membela diri? Orang ga mungkin juga bawa senjata kemana2. Ga praktis dan ga aman aja. Walo bukan brarti ga ada orang yang membawanya kemana2.

Bebasnya senjata di pasar menyebabkan banyak juga senjata api yang jatuh ke tangan orang2 yang tidak seharusnya memilikinya, alias ilegal. Banyak geng2 yang saling brantem dengan senjata api. Kamu lagi sial lewat pun bisa kena pelurunya (yang mana sering terjadi). Kasus pembunuhan dengan senjata api sangat tinggi di amrik.

Melawan senjata bukan brarti harus ikut mempunyai senjata juga. Jangan salah, banyak juga yang menyimpan senjata di rumah, tapi itu bukan brarti pasti akan melindungi nyawamu. Malah, hanya mengkontribusi ke masalah yang sudah ada.

Alip
16-12-2012, 03:43 PM
Melengkapi guru dan penjaga sekolah dengan senjata sama saja dengan mengatakan bahwa Yesus telah meralat kata-katanya; "jika pipi kirimu ditampar, gampar pipi kirinya, tembak dia dengan M16, cabik-cabik ususnya, dan buang mayatnya ke selokan". Anak-anak akan belajar bahwa karena ada predator bersenjata di luar sana, maka kita harus melindungi diri dengan senjata pula. Makin lama ini menjadi lingkaran setan, "jika kita mengasah pedang, maka orang lain akan mulai mengasah pedangnya pula..." Jadilah perlombaan senjata seperti jaman perang dingin, hidup di tengah pembenaran atas kebodohan dan ketakutan.

Mata rantai inilah yang diputus oleh ajaran Yesus. Berani tidak bersenjata diantara golongan bersenjata, berani memaafkan orang yang menyakiti kita, berani mencintai orang yang membenci kita, dan berani terbunuh dalam rangka mencapai cita-cita yang lebih mulia daripada selembar nyawa kita.

Lalu apakah kita perlu menjadi bodoh dan menyerahkan leher kita ke tangan predator yang haus darah?

Jawabannya mungkin tidak sederhana, saya berpendapat tindakan seperti itu bodoh. Tapi sama saja bahwa pertanyaan "apakah kita perlu mempersenjatai diri karena orang di luar bersenjata"? tidak begitu saja bisa dijawab "iya". Harganya adalah racun kekerasan dan ketakutan yang dimasukkan ke dalam hati kita.

Your pick...

Alethia
16-12-2012, 03:46 PM
semisal saya, orang dudut ini dipaksakan harus memiliki senjata api / tajam, untuk melindungi diri, bukankah saya juga harus belajar cara mempergunakannya, cara bertarung dan sebagainya? apa saya punya waktu dan minat kearah itu? yang ada, pas lagi galau, gw pake buat motong sapi atau ngiris2 tangan. atau nembak kepala sendiri.

opi77
16-12-2012, 04:08 PM
Punya senjata sich sah2 aja..cuma agak waras dikitlah..jangan main tembak2an aja..

Yang mo punya senjata harusnya dites kejiwaannya dulu..kalo mo main tembak2an di timezone aja..

ndugu
16-12-2012, 04:20 PM
http://ca.news.yahoo.com/gun-laws-canada-help-counter-u-style-massacres-035301577.html



Gun laws in Canada help counter U.S.-style massacres

It can be a two-month painstaking process to buy a gun in Canada.
A firearms expert says Canada's tougher gun laws likely help insulate this country from U.S-style massacres like the one in Connecticut Friday that shocked the world.

A gunman shot and killed 20 children and six adults at an elementary school in the community of Newtown, making it one of the worst school massacres in U.S. history. The gunman was also found dead at the school, while his mother was found slain in her home, for a total of 28 lives lost.

It’s not yet been revealed exactly how many or what types of weapons the 20-year-old shooter used or how he acquired them.

In many U.S. states, weapons of many kinds are readily available for legal purchase with just a driver’s licence as ID.

“I guess you could say part of their problem would be the fact that their constitution allows it, unlike in Canada [where] it's more of a privilege,” said Tony Di Salvatore is a firearms instructor in Surrey, B.C.

It takes up to 60 days to obtain a firearm in this country, after registering, taking a course and going through background checks.

“It's … just not a five minute process,” Di Salvatore said.

Di Salvatore said Canada's gun controls used to be even stronger until the long-gun registry was dismantled this year.

He says it provided one extra check and balance to regulate weapons.

Prime Minister Stephen Harper signalled last week that his government might not act on recommendations from a federal advisory committee to further loosen gun regulations.
To be fair, canada sempat ada pembunuhan masal juga di toronto kemaren2, tapi itu insiden yang sangat2 jarang. Ngga se prevalent amrik.

kalo sempat, coba nonton dokumentari bowling for columbine, slan.
And see how fucked up american law is in terms of gun control.

AsLan
16-12-2012, 04:41 PM
Melengkapi guru dan penjaga sekolah dengan senjata sama saja dengan mengatakan bahwa Yesus telah meralat kata-katanya; "jika pipi kirimu ditampar, gampar pipi kirinya, tembak dia dengan M16, cabik-cabik ususnya, dan buang mayatnya ke selokan". Anak-anak akan belajar bahwa karena ada predator bersenjata di luar sana, maka kita harus melindungi diri dengan senjata pula. Makin lama ini menjadi lingkaran setan, "jika kita mengasah pedang, maka orang lain akan mulai mengasah pedangnya pula..." Jadilah perlombaan senjata seperti jaman perang dingin, hidup di tengah pembenaran atas kebodohan dan ketakutan.

Mata rantai inilah yang diputus oleh ajaran Yesus. Berani tidak bersenjata diantara golongan bersenjata, berani memaafkan orang yang menyakiti kita, berani mencintai orang yang membenci kita, dan berani terbunuh dalam rangka mencapai cita-cita yang lebih mulia daripada selembar nyawa kita.

Lalu apakah kita perlu menjadi bodoh dan menyerahkan leher kita ke tangan predator yang haus darah?

Jawabannya mungkin tidak sederhana, saya berpendapat tindakan seperti itu bodoh. Tapi sama saja bahwa pertanyaan "apakah kita perlu mempersenjatai diri karena orang di luar bersenjata"? tidak begitu saja bisa dijawab "iya". Harganya adalah racun kekerasan dan ketakutan yang dimasukkan ke dalam hati kita.

Your pick...

Ajaran Yesus adalah untuk menghentikan -kebencian-

Kalau kita menghadapi seorang penjahat yang misalnya hendak membunuh anak kita, ajaran Yesus tidak berarti kita diam saja membiarkan si penjahat beraksi.
Kita tetap harus mengusahakan apapun agar kejahatan tersebut tidak berhasil terlaksana.

Kalaupun terpaksa kita harus menembak si penjahat, bukan berarti tindakan kita didasari atas kebencian, tapi justru didasari atas rasa cinta, cinta kepada anak dan juga kepada si penjahat itu.

Anggaplah misalnya anak kita sendiri yg sedang menembaki teman2nya di sekolah, apakah kita dengan penuh kasih mendukung tindakan anak kita ? tidak !
Kalau perlu ambil senjata dan tembak anak itu segera.

Cinta tidak identik dengan kebodohan.

Di dunia yg tidak sempurna ini, kita harus berupaya melakukan yg terbaik yg bisa dilakukan, meskipun itu bukan yg sempurna.

Itu sebabnya nabi Lot menawarkan anak perempuannya agar diperkosa massa yg homoseksual, karena menurutnya pemerkosaan antara pria dan wanita masih lebih baik daripada pemerkosaan pria kepada pria.

Menembak seorang penjahat itu tidak baik, tapi masih lebih baik daripada membiarkannya menembaki anak2.

Alethia
16-12-2012, 05:43 PM
Teorinya gampang. Nglakuinnya susah

jojox
16-12-2012, 09:29 PM
hmmm....

lah wong dari sisi hukum dan kebijakannya aja wis beda jaaaauh kok. antara US dan Indo.
Di US, itu memang hak konstitusional, the right to bear arms. Ini sakral, harga mati, umurnya kebijakan ini dah ratusan tahun, mendarah daging sampai akar2nya. Kans politik untuk amendemen miris tipis banget, kawan.

Kultur dan cara hidupnya dengan senpi yah memang gitu sejak nenek moyang. Keluarga amrik yg bener2 hobby dan fanatik dg kepemilikan senjata dah biasa ngajarin anak2nya dari kecil, lewat hunting ataupun cuman buat hadiah natal. waktu gw umur 18an, disono jg biasa pada pamer 9mm, riflegun, semi-auto, dibelakang pick-up. Kalo loe gaul ma rednecks loe bakal ngerti kl senpi = biasa. Gampang di beli di toko modern terdekat kek Wallmart atau gun shop. Ijin relatif gampang, murah, cepat. Yg diperketat cuman distribusi senpi-nya. Rata2 senpi yg gw lihat di US, kudu disimpan dg bener, ada lemari, gembok, dan jauh dari jangkauan anak2, meskipun terlihat jelas gitu di atas perapian. HHAHHAHHAH..k o n y o l, but cool.

Di Indo, kebijakan ini tidak ditemukan di konstitusi/UUD 45 kita, kl gak salah cuman UU/PP doang. Ini umurnya gak sampai 100 th. Bukan kebijakan favorit lagipula, ndak terlalu laku dibahas di dewan, dari sub-national sampe pusat. Tpi kepemilikan di Indo di luar
pengawasan Polri lewat Perbakin, itu ternyata memungkinkan dan resiko untuk dijadikan alat bantu kriminalitas memang tinggi; dari yng buat rampok, teroris, atau cuman minta jalan pas macet. Ijin mahal disini, <9 juta yg gw denger, senpi nya sendiri malah murah. Mulai 2-3 jutaan untuk 4,5 dan 6mm. Sewa punya aparat jg bisa. Sekalian aparatnya jg bisa, nambah dikit. :D shite but it's true !

gw lbih cenderung setuju kalau guns dont kill people, but people kill people, though for sure having 9mm helps.
Gw pacifist, tpi kl gw tinggal di US. Mungkin bngt gw beli 9mm, yah sekedar punya-punya mas...Peluru? karet wae.

TheCursed
16-12-2012, 10:48 PM
... Gw pacifist, tpi kl gw tinggal di US. Mungkin bngt gw beli 9mm, yah sekedar punya-punya mas...Peluru? karet wae.

Shotgun. Rock-salt oder bean-bags bullet.
But, then again, I built my own functional crossbow and sling-bows since I was in junior high... :ngopi:
Fire-arms does not interest me that much. Why bother buy, when you can build, eh ?

Alip
16-12-2012, 11:24 PM
@aslan,

Then we agree to disagree. Pemahaman saya dari ajaran Yesus tidak melibatkan filosofi rumit soal membunuh karena cinta, cukuplah bahwa kita menyandarkan kekuatan kita pada cinta, bukan senjata. "Live by the sword, die by the sword"... atau ujaran seseorang yang saya hormati, "siapa yang sikapnya adalah senjatanya, maka dia seorang bijaksana. Siapa yang senjatanya adalah sikapnya, maka dia cuma seorang pengecut."

Don't get me wrong, saya sendiri seorang weapon freak. Logam tajam dan besi dingin adalah karya seni yang paling saya hargai. Tapi saya tidak pernah membiarkan rasa aman saya tergantung pada benda-benda itu.

Personal choice...


***

Senpi sendiri sebenarnya bukan alat beladiri yang efektif. Kita tidak membayangkan setiap hari ada kasus psycho yang datang ke rumah atau sekolah kita dengan terang-terangan membawa senjata, lalu kita dan dia terlibat baku tembak macho yang sengit dimana kita bisa menunjukkan markmanship kita pada dunia. Sama sekali tidak. Kasus-kasus bersenjata yang terjadi pada orang sipil biasanya melibatkan penodongan terencana, yang amat bodoh kalau pada saat itu kita coba menarik senjata untuk melawan (which owning a gun usually urge you to do just that).
::grrr::

AsLan
17-12-2012, 12:08 AM
Suatu hari di Malaysia diadakan seminar persahabatan antara agama Budha dan Kristen.

Pendeta Budha bicara tentang perdamaian, anti peperangan dll
lalu pembicara kedua adalah Stephen Tong.

Beliau mengatakan bahwa secara filosofi, kita semua ingin kehidupan ini selalu damai, tapi realita didunia tidak begitu.

masalah senjatanya atau sikapnya, gak perlu jadi dualisme.

sikap tetap harus bagus, senjata tetap harus ada dan itu realita.

Cho En Lai adalah seorang negosiator paling hebat didunia, sikapnya dan diplomasinya luar biasa hebatnya.
Tapi apakah memiliki Cho En Lai saja sudah cukup ?
Apakah lalu China tidak perlu punya angkatan bersenjata ?
semua konflik cukup dihadapi dengan sikap baik sebagai senjata ?

kalau hanya bicara teori2 diatas kertas sih bisa saja, tapi hei kita hidup didunia nyata.

rasa aman tergantung pada apa ?

di forum Kristen pernah ada netter yg ngotot mendebat saya, dia bilang semua keamanan kita ada di tangan Tuhan.

Tapi waktu saya tanya apakah dia mengunci rumahnya ?
apakah dia mengunci mobilnya ?
apakah motornya dikunci ?
apakah dia selalu mengawasi anaknya yg masih kecil ?
apakah anaknya dibiarkan lari2an dijalanan karena ada Tuhan yg menjaga ?

Ini yg susah, saat bicara teori, orang sering bicara yg tinggi2.

Saya bicara realita.

Ucapan Yesus sangat sesuai dengan realita, tapi harus dipahami secara keseluruhan, bukan sepotong sepotong.

Orang yg hidup dengan pedang akan mati pleh pedang, itu betul, tapi yg penting matilah dalam kebenaran, entah oleh pedang atau oleh peluru.

Martin Luther mengatakan bahwa apabila negara kita diserang musuh yg jahat, maka orang Kristen harus angkat senjata dan berperang.
Tapi kalau negara kita yg menyerang dan hendak merampok atau menjajah negara lain, orang kristen tidak boleh ikut perang.

Jadi konsep ajaran Kristen bukan sekedar anti kekerasan atau anti senjata.

jangan dirancukan dengan budaya barat dan paham humanisme.

Paham Humanisme menentang segala bentuk kekerasan pada manusia, ajaran Kristen mengajarkan untuk memukul anak yg perilakunya menyeleweng agar lurus jalannya.

Ini dua ajaran yg berbeda, yg satu meninggikan manusia yg satu meninggikan kebenaran.

Alethia
17-12-2012, 12:14 AM
satu-satunya senpi yang aku punya ya mancis, buat nyalain rokok sama mbakar benang2 yg keluar dari jaitan baju. ga kebayang semisal ada insiden baku tembak, gw beraksi ala angelina jolie.

---------- Post Merged at 11:14 PM ----------

jadi, rasa aman tergantung dari senjata?

AsLan
17-12-2012, 12:19 AM
disini kita gak bicara tentang rasa aman, kalo masalah perasaan sih gampang, disuntik morfin juga hati jadi tenang meskipun menghadapi hukuman gantung.

yg kita bicarakan adalah realita, bagaimana mengusahakan kemanan yg real bagi masyarakat.

caranya bisa dengan melatih angkatan bersenjata, kepolisian, satpam dll
bisa dengan membuat pagar besi.
gembok yg kuat
peraturan2

dll

itu yg kita bicarakan.

kalau mau diskusi perasaan, mungkin di forum curhat atau renungan lebih cocok.

Alethia
17-12-2012, 12:39 AM
Hooo...untunglah pak aslan bukan penentu kebijakan dlm pemerintahan. Ga memperhatikan perasaan rakyatnya.

Tidurrrr

AsLan
17-12-2012, 12:49 AM
intermezzo sedikit

Waktu perang dunia II...

Jepang terlibat perang frontal melawan Amerika, Jerman terlibat perang melawan Inggris.

Pemerintah Jepang selalu menutupi kekalahan pertempuran2 angkatan perangnya sehingga rakyat Jepang merasa aman dan tenang.

Sebaliknya, Winston Churchill menangis di Radio dan berkata kepada Rakyat Inggris bahwa musuh sangat kuat, mungkin kali ini kita akan kalah dan hancur.

Rakyat Jepang dibodohi dan merasa aman, sampai akhirnya lengah dan hancur.

Rakyat Inggris memperoleh informasi yg benar, Inggris hampir hancur dibombardir oleh Jerman.
Perasaan terancam membuat Inggris berjuang keras dan selamat.

danalingga
17-12-2012, 01:26 AM
Yang gue ngeri dari kepemilikan senjata adalah faktor psikologis.
Setahu gue dengan punya senjata, kemungkinan besar
orang tersugesti menjadi petantang petenteng.
Bisa2 dikit dikit senjata yang bicara jadinya.

AsLan
17-12-2012, 01:32 AM
iya bisa terjadi, petantang petenteng itu sedikit lagi udah termasuk golongan penjahat bersenjata.

intinya, amerika sudah kebablasan menyebar senjata.
ibarat jin udah keluar dari botol, mau dimasukin lagi gak bisa.

kalo sudah kondisi seperti itu, apa yg terbaik yg bisa kita lakukan kalau berada disitu ?

ndugu
17-12-2012, 03:31 AM
Kamu sekarang bawa golok kemana2 ga slan? :cengir:

Alip
17-12-2012, 07:59 AM
Beliau mengatakan bahwa secara filosofi, kita semua ingin kehidupan ini selalu damai, tapi realita didunia tidak begitu.
Ya, dan Yesus melontarkan petir pada tentara Romawi yang akan menangkapnya, menghimpun tentara dari kalangan Yahudi, menaklukan imperium Romawi, dan menjadi Raja di dunia.
Ups... I read the wrong bible ;D

Idealita dan Realita, itulah mengapa sebagian dari kita memeluk agama, berusaha untuk mendirikan idealita di atas realita, bukan sekedar menerima realita sebagai kenyataan tak terelakkan dan bertindak sebagai predator bagi satu sama lain.


disini kita gak bicara tentang rasa aman, kalo masalah perasaan sih gampang, disuntik morfin juga hati jadi tenang meskipun menghadapi hukuman gantung.

Ah, yang kita bicarakan di sini adalah antara security dan insecurity. Misal jika Aslan dari kecil dihajar terus oleh orang tua, maka tumbuh besar sebagai orang yang selalu merasa di luar sana ada orang yang akan menghajarnya for whatever reason. Untuk menghalau rasa itu Aslan sibuk berlatih tinju, belajar pisau dari bukunya Don Pentecost, dan berkeras bahwa dia harus membawa senpi kemanapun. Itulah yang saya terjemahkan sebagai rasa aman, bukan rasa fly.

Dalam kasus seperti ini Aslan harus belajar menerima dan memaafkan orang-orang yang berbuat kejam pada masa lalunya, bukan dengan membawa senjata ke mana-mana. Itulah yang saya maksud rasa aman... tapi tentu saja Aslan sudah mengerti dan cuma berusaha intermezzo saja kan?

Masih menekuni buku Pentecost?::bye::


intermezzo sedikit

Waktu perang dunia II...

Jepang terlibat perang frontal melawan Amerika, Jerman terlibat perang melawan Inggris.

Pemerintah Jepang selalu menutupi kekalahan pertempuran2 angkatan perangnya sehingga rakyat Jepang merasa aman dan tenang.

Sebaliknya, Winston Churchill menangis di Radio dan berkata kepada Rakyat Inggris bahwa musuh sangat kuat, mungkin kali ini kita akan kalah dan hancur.

Rakyat Jepang dibodohi dan merasa aman, sampai akhirnya lengah dan hancur.

Rakyat Inggris memperoleh informasi yg benar, Inggris hampir hancur dibombardir oleh Jerman.
Perasaan terancam membuat Inggris berjuang keras dan selamat.

It called denial and lie. Hal yang berbeda dengan melepaskan kecanduan pada kekerasan dan senjata.


kalo sudah kondisi seperti itu, apa yg terbaik yg bisa kita lakukan kalau berada disitu ?
Aslan akan membawa senjata, saya tidak.::maap::

AsLan
17-12-2012, 09:33 AM
Koq jadi pada membahas saya ?

please lah kalo diskusi gak usah sampe PA, cukup paparkan logika2 yg baik saja.

Kita bicara senjata untuk melindungi masyarakat dari penjahat yg bersenjata.
Kita sedang bicara tentang masyarakat yg kondisinya sedang dibanjiri senjata.

PMSVH
17-12-2012, 09:42 AM
kalau di dunia persilatan, ada yang merasa ilmunya sudah mapan selalu petantang petenteng...
tentu yang dsalahkan bukan ilmunya, namun adalah penggunanya.....

ada pepatah mengatakan, pisau ditangan penjahat bisa berbaya dan sebaliknya pisau yang sama ditangan dokter bisa berguna....

danalingga
17-12-2012, 10:06 AM
iya bisa terjadi, petantang petenteng itu sedikit lagi udah termasuk golongan penjahat bersenjata.

intinya, amerika sudah kebablasan menyebar senjata.
ibarat jin udah keluar dari botol, mau dimasukin lagi gak bisa.

kalo sudah kondisi seperti itu, apa yg terbaik yg bisa kita lakukan kalau berada disitu ?

Yang terbaik adalah beragama dengan benar agar kalo mati di ujung senjata jadi masuk surga.
Bukannya malah mbunuh orang, terus mati masuk neraka. ::hihi::

Alethia
17-12-2012, 10:16 AM
kalaupun saya dipimpin oleh seorang pemimpin yang mengharuskan sy mempunyai senjata api, saya paling2 milih mancis. ya. mancis. im stubborn.

kalaupun saya tinggal di amerika, jadi warga negara disana, saya paling-paling belajar bela diri semacam kickboxing, buat ketangkasan dan melatih reflek aja. ga mau punya senjata api, karena resikonya besar, belum lagi saya harus jago makenya, biar ga salah sasaran. lagian aura senjata itu panas, bawaannya jadi pemberang.

lily
17-12-2012, 12:36 PM
kalo menurut saya...

seorang guru bole lah koleksi senjata api , tapi ya ga mungkin dibawa ke skul , karena dia kan guru , teladan murid , masa dia bawa senjata api ke sekolah.

apapun alasannya , mau untuk melindungi diri dll , bukan hal yang baik membawa senajta api ke sekolah. taruh mobil OK lah. tapi ga untuk ditunjukin di depan murid.

tentang dilarang enggaknya pemakaian senjata api , itu juga tergantung pribadi masing - masing. walopun punya satu gudang isi senjata api , kalo emang ga berniat jahat , juga ga bakal dipake lah , cuma buat koleksi.

tapi kalo punya 1 , dan berniat jahat , ya tetep aja dia bakal tembakin semua orang.

orang jahat itu , kalo emang udah ada niat , akan menggunakan segala cara. jadi bukan tergantung senjata api nya , tapi tergantung pribadi masing - masing , baik ato buruk hatinya.

buat saya , Amerika itu negara yang bebas , tapi juga punya aturan - aturan yang cukup keras kok menurut saya.

itu balik ke pribadi masing - masing lah.

opi77
17-12-2012, 12:59 PM
^^...
bukannya senjatanya disimpen dirumahnya...trus anaknya ambil abis itu baru dia bunuh ibunya dan kesekolah ibunya buat main tembak2an ama anak2 dan para staff sekolahnya

lily
17-12-2012, 01:26 PM
ih kakak kagak nyambung... ::grrr::

kan maksud Koko di depan , gurunya suruh bawa senjata juga...

begono ::grrr::

opi77
17-12-2012, 01:29 PM
oooo....::maap::::maap::::maap::...

maklu efek laper dn masih jetlag::ngakak2::::ngakak2::

jojox
17-12-2012, 01:35 PM
errr...yang kita bicarakan bukan kasus anak kecil lho yho, umur 18th itu legal age, nationwide. so, dia yang berumur 20th ketangkap pun bukan masuk juvenile court. tetap......major felony dan.....death sentence. Korbannya, memang anak-anak banyak, dan beberapa adults.

terkait senpi dan kekerasan, mohon dilihat kasus per kasus, dan jangan sering digeneralisir. gw bingung kok malah ada Jesus, baik-buruk, jahat, dan teladan, serta sumpah-serapah moralitas. Perasaan bukan ttg itu bro, ini tuh ttg aturan dasar gimana memiliki, menggunakan, dan merawat senpi.

Ini ttg unsur kriminalnya, atau? bukan mencari-cari probable cause dan alasan, kenapa senpi itu harus atau tidak boleh digunakan oleh individu tertentu? None can predict a person. Tpi ketika seseorang pulled that trigger and caused fatality, ada korban, ada senjata pembunuh, ada residu mesiu, ada rekaman CCTV,....dan gak perlu cari motif lagi. Kawan, itu sudah jadi crime scene, kudu ada perps, justice, dan maximum sentence. Sistem penegakan hukum di US, itulah yang kinerjanya lebih baik, ada kepastian hukum diatas 70%. The system isnt as badly corrupt as in Indo.

FYI, Ada aturan ketat di US untuk membawa senpi ke publik area (concealed weapon).
Ini target kebijakannya Obama ama walikota2 untuk nanganin peredarannya.

Yng membuat kita sangat skeptis pan benernya cuman karena faktor jangan-jangan,
jangan-jangan org pada petenteng dan sok-sokan berkuasa kl pegang senpi
jangan-jangan org pada semaunya perutnya sendiri,
jangan-jangan org pada sikat satu dengan yang lain tanpa sebab, aturan dan kontrol lemah, siap urakan...

loook Indo, jangan paranoid ah...biasa aje. ::ngakak2::

Alip
17-12-2012, 02:37 PM
@Aslan, Lho kok PA... itu kan ilustrasi...? Latar belakang kita masing-masing akan menentukan pilihan kita.

@Jojox,
It is crime scene, all right... tapi kita tidak membicarakan soal kasus penembakan itu -topik itu ada di utasan sebelah-, melainkan mengenai pilihan untuk mempersenjatai diri atau tidak, mengijinkan sekolah mempersenjatai diri atau tidak. Tentu saja di dalamnya akan masuk masalah moralitas, idealisme, dan dampak sosial.

lily
17-12-2012, 03:14 PM
om Alip , saya mau tanya...

waktu saya kecil , saya sering dipukulin Papa saya , tiap hari saya dihajar pake sapu , sabuk , dll lah...

tapi pas gede , kok saya ga pengen pegang senjata ya ?

apa masa lalu seseorang walopun sama , pas di depan , bisa jadi beda - beda ya cara bersikapnya ???

Alip
17-12-2012, 05:05 PM
Bisa berbeda, Lily... karena banyak sekali variabel yang terjadi dalam masa lalu seseorang meski sama-sama mengalami kekerasan ketika kecil, misalnya bagaimana pola dukungan dari Mama ketika Lily dipukuli oleh Papa? Bagaimana sikap saudara-saudara yang lain?

Bisa jadi Lily tidak ingin pegang senjata, tapi (misalnya) suka mengasihani diri sendiri, atau suka mabuk-mabukan, atau terobsesi mencari sosok penyayang, atau susah sekali dekat dengan cowok? atau malah jadi manusia baik-baik tanpa kurang suatu apa... indahnya manusia adalah kemampuannya untuk cepat atau lambat melepaskan diri dari ikatan emosi dan memilih kehidupan yang menurutnya akan membahagiakan.

Hal yang sama dengan kepemilikan senjata, ada orang yang weapon freak, jatuh cinta setengah mati pada segala jenis senjata dan terobsesi untuk bisa menggunakan mereka semahir mungkin (saya salah satu diantaranya). Diantara freakies ini, ada yang membutuhkan senjata untuk menghapus rasa takutnya akan ancaman, ada yang memang psycho dan ingin membunuh, ada yang menganggap senjata sebagai benda seni, ada pula yang cuma hobi. Jadi bisa berbeda-beda.

Tapi saya tidak setuju kalau senjata api menjadi bagian dari pendidikan, misalnya dengan memiliki guru dan penjaga sekolah yang bersenjata, karena ini sama saja dengan mendidik anak-anak untuk hidup dalam moda peperangan. Hal yang saat ini dialami oleh anak-anak di Gaza, Irak, Afghanistan, dan banyak negara lain. Mereka tumbuh besar dengan naluri menyelamatkan diri yang sangat kuat, akibatnya sulit menerima konsep hidup berdamai dengan sesama manusia lain.

lily
17-12-2012, 05:13 PM
Bisa berbeda, Lily... karena banyak sekali variabel yang terjadi dalam masa lalu seseorang meski sama-sama mengalami kekerasan ketika kecil, misalnya bagaimana pola dukungan dari Mama ketika Lily dipukuli oleh Papa? Bagaimana sikap saudara-saudara yang lain?

Bisa jadi Lily tidak ingin pegang senjata, tapi (misalnya) suka mengasihani diri sendiri, atau suka mabuk-mabukan, atau terobsesi mencari sosok penyayang, atau susah sekali dekat dengan cowok? atau malah jadi manusia baik-baik tanpa kurang suatu apa... indahnya manusia adalah kemampuannya untuk cepat atau lambat melepaskan diri dari ikatan emosi dan memilih kehidupan yang menurutnya akan membahagiakan.

mungkin yang paling utama , berbeda karena saya cewek kali ya om...

yang ditulis om Alip , hampir semua bener sih tentang saya :)

TFS om :)

ndugu
18-12-2012, 01:39 AM
bukannya personal attack slan, cuman saya ngerasa logic kamu agak twisted aja :cengir:

check this out.
di amrik ini, hanya dalam waktu seminggu, ada 3 insiden crazy shooting.
- beberapa hari sebelum penembakan di SD di connecticut itu, ada penembakan fatal di shopping mall di Oregon - 2 orang mati, satu cedera (i think)
- lalu penembakan di SD newport di connecticut - 26 mati
- sehari setelah itu (sabtu), ada lagi orang gila frustasi yang nembak2 di tempat parkir di sebuah shopping mall di california - 50 shots in all. untung ga da yang cedera.

sumber: http://news.yahoo.com/police-man-cooperative-firing-shots-mall-201342236.html

yang di connecticut ini, dikatakan si penembak ini mendapatkan senjatanya dari ibunya (dia mempunyai ijin), yang juga dibunuhnya.

semua di atas, dilakukan tanpa target khusus. biarpun kamu ingin mempunyai senjata, DAN mempunyai senjata, bukan brarti itu aksi deterant bahwa tidak ada orang laen yang akan menembakmu. that's the downside of having it freely distributed dan proses yang sangat gampang untuk memiliki senjata.

kurasa mensenjatai diri bukan solusinya, tidak dalam jangka panjang. diperlukan overhaul peraturan kepemilikan senjata. really, this problem is seriously getting ridiculous. ::arg!::

peraturan / konstitusi adalah bikinan manusia (seperti second ammendment di konstitusi amrik yang memberikan warga hak mensenjatai diri). bukan sabda tuhan :cengir:

ndableg
18-12-2012, 01:59 AM
seorang guru bole lah koleksi senjata api , tapi ya ga mungkin dibawa ke skul , karena dia kan guru , teladan murid , masa dia bawa senjata api ke sekolah.

apapun alasannya , mau untuk melindungi diri dll , bukan hal yang baik membawa senajta api ke sekolah. taruh mobil OK lah. tapi ga untuk ditunjukin di depan murid.

Seharusnya sih ga ada yg boleh bawa senjata. Termasuk polisi, karena polisi jg manusia.


tentang dilarang enggaknya pemakaian senjata api , itu juga tergantung pribadi masing - masing. walopun punya satu gudang isi senjata api , kalo emang ga berniat jahat , juga ga bakal dipake lah , cuma buat koleksi.

tapi kalo punya 1 , dan berniat jahat , ya tetep aja dia bakal tembakin semua orang.

Pelarangan kepemilikan senjata itu percuma. Semakin dilarang, semakin dilanggar.
Mendingan, musnahkan semua senjata2 yg pernah diciptakan di dunia ini. Kalo enggak mau, ya jangan ngomong soal keamanan.


orang jahat itu , kalo emang udah ada niat , akan menggunakan segala cara. jadi bukan tergantung senjata api nya , tapi tergantung pribadi masing - masing , baik ato buruk hatinya.

Kalo ud jahat, ga usah ada senjata. Pake piso dapur pun bisa bunuh2in orang. Buktinya pesawat yg nabrak waktu 911 cuman dibajak pake piso dapur.::hihi::

ndableg
18-12-2012, 02:08 AM
Ajaran Yesus adalah untuk menghentikan -kebencian-

Kalau kita menghadapi seorang penjahat yang misalnya hendak membunuh anak kita, ajaran Yesus tidak berarti kita diam saja membiarkan si penjahat beraksi.
Kita tetap harus mengusahakan apapun agar kejahatan tersebut tidak berhasil terlaksana.

Menghadapi seorang penjahat bersenjata api tidak perlu dgn senjata api.

http://www.youtube.com/watch?v=Tqd3M-pDrk4

lily
18-12-2012, 08:54 AM
pas kejadian Tragedi Connectitut pagi , di hari yang sama , tapi malem ada kejadian penembakan di Hotel Excalibur - Las Vegas , tewas 2 orang (korban dan pelaku).



Seharusnya sih ga ada yg boleh bawa senjata. Termasuk polisi, karena polisi jg manusia.

kalo polisi kan jelas harus melindungi diri mereka dari orang jahat , jadi ya wajib bawa senjata. ga kebayang kalo polisi ga bawa senjata.

lha bawa senjata , tapi ga siap aja bisa mati tertembak kok...



Pelarangan kepemilikan senjata itu percuma. Semakin dilarang, semakin dilanggar.
Mendingan, musnahkan semua senjata2 yg pernah diciptakan di dunia ini. Kalo enggak mau, ya jangan ngomong soal keamanan.

pasti masi ada yang mikir gini... ah simpen 1 ah , kan sekarang senjata langka ::hihi::



Kalo ud jahat, ga usah ada senjata. Pake piso dapur pun bisa bunuh2in orang. Buktinya pesawat yg nabrak waktu 911 cuman dibajak pake piso dapur.::hihi::

kalo orang udah nekad mah , mo pake apapun jadi... pake tangan ditutupi kain juga udah kayak senjata dan orang udah takut....

TheCursed
18-12-2012, 05:31 PM
...

jadi, rasa aman tergantung dari senjata?

Nope.
That's the whole point of the discussion.
Gue termasuk yang berpendapat rasa aman nggak tergantung dari mudah atau tidaknya orang mendapatkan senpi.
Kalo masyarakatnya emang doyan rusuh, bahkan tanpa senpi-pun mereka akan cari cara.
Dan kebalikannya juga berlaku, kalo masyarakatnya tipe 'kalem', biar di kasih kemudahan mendapatkan senpi-pun tetep males petantang petenteng bawa beceng...

Balik lagi ke pendapat gue bahwa 'Weapons don't kill people. People kill people.'

Dan buat kasus penembakan ini, gue berpendapat bahwa bukan karena ada senpi lalu ada banyak penembakan, tapi lebih ke arah 'karena banyak yang doyan main tembak-tembakan jadi banyak senpi'. :ngopi:

mbok jamu
18-12-2012, 07:05 PM
Namun sayang sekali meskipun Amerika memberi kebebasan kepemilikan senjata api, banyak warganya yg tidak mau memiliki atau membawa senjata... Sebuah privilege yg disia-siakan.

Seandainya para guru membawa senjata api ke sekolah, dan tidak ada larangan senjata api bagi guru disekolah, maka kasus2 penembakan massal seperti di Connecticut kemarin bisa diminimalisir, para pelaku yg hendak meniru juga akan berpikir ulang.

saat ini diperkirakan ada 200 juta senjata api yg beredar di Amerika.

salah satu keuntungan peredaran senjata di masyarakat sipil adalah, pemerintah tidak bisa terlalu mudah menekan masyarakat.
para penjahat juga tidak bisa semena2.

Mbok ngerti maksud Aslan tapi masalahnya, dalam insiden ini, yang punya senjata api justru si masyarakat sipil (ibu si penembak yang juga guru di sekolah tsb). Si penembak juga dari golongan orang baik bukan golongan orang jahat.

Pelaku penembakan di Norwegia dulu juga masyarakat sipil, bukan penjahat.

Jadi, apa jaminannya seorang yang digolongkan orang baik, punya senjata, akan menggunakan senjata itu untuk kebaikan pula?

Contohnya ya insiden terakhir ini, malah senjata makan tuan.

Kalau penjahat tembak-tembakan, kita maklum, namanya juga penjahat. Tapi kalau orang baik tembak-tembakan? Berarti ada yang benar-benar sakit dalam golongan orang yang baik-baik itu. Apakah mempersenjatai mereka (orang baik) merupakan jalan keluarnya? I don't think so.

TheCursed
18-12-2012, 07:20 PM
Mbok ngerti maksud Aslan tapi masalahnya, dalam insiden ini, yang punya senjata api justru si masyarakat sipil (ibu si penembak yang juga guru di sekolah tsb). Si penembak juga dari golongan orang baik bukan golongan orang jahat.

Pelaku penembakan di Norwegia dulu juga masyarakat sipil, bukan penjahat.

Jadi, apa jaminannya seorang yang digolongkan orang baik, punya senjata, akan menggunakan senjata itu untuk kebaikan pula?

Contohnya ya insiden terakhir ini, malah senjata makan tuan.

Kalau penjahat tembak-tembakan, kita maklum, namanya juga penjahat. Tapi kalau orang baik tembak-tembakan? Berarti ada yang benar-benar sakit dalam golongan orang yang baik-baik itu. Apakah mempersenjatai mereka (orang baik) merupakan jalan keluarnya? I don't think so.

The way I see it. Kamsud-nya AsLan, kalo di sebuah negara pake rule 'dilarang senjata', maka Semua ngga' ada yang bole pake. Kecuali militer tentunya.
Dan kalo sebuah nagara pake rule 'semua bole punya beceng', kalo ngga' punya, berarti mengurangi kesempatan menjaga keamanan diri sendiri. Karena, artinya mengurangi kesempatan kita untuk jadi imbang dengan orang lain, yang ngga' semuanya baik, yang punya beceng.

mbok jamu
18-12-2012, 07:53 PM
OK. Katakanlah Amerika punya rule itu, tidak ada yang boleh bersenjata. Kira-kira para penjahat di Amerika nurut atau tidak? Penjahat tidak peduli dengan rule, namanya juga penjahat.

Sebaliknya, katakanlah Amerika punya rule bahwa semua boleh bersenjata. Penjahat jelas dong tambah senang. Yang baik-baik, seperti ibu penembak, punya ijin untuk beberapa senjata api. Akhirnya sekarang, yang baik malah menembak yang baik lain.

Apa gunanya polisi dan rakyat bayar pajak tinggi-tinggi kalau akhirnya harus simkamling sendiri?

TheCursed
18-12-2012, 08:07 PM
OK. Katakanlah Amerika punya rule itu, tidak ada yang boleh bersenjata. Kira-kira para penjahat di Amerika nurut atau tidak? Penjahat tidak peduli dengan rule, namanya juga penjahat.
....
Di negara yang suusah punya senpi, penjahatnya belom tentu punya beceng. Golok kemungkinan besar punya.

Di negara yang mudah punya senpi, jelas penjahat-nya bakalan punya beceng. So, di negara yang mudah punya senpi, di mana kemungkinan besar penjahat-nya punya beceng, berani jadi orang yang sama sekali ngga' ada pertahanan ?

Well, soal siskamling sendiri... setau gue, rakyat sana emang maunya gitu. Mentalitas mereka emang dasarnya 'frontier'.
Dan mereka nggak percaya kalo full military power di taroh di tangan 'aparat pemerintah'. Mereka percaya-nya, kalo the worse come to shove, rakyat sipil bisa berdiri toe-to-toe dengan aparat. Mungkin akibat dari pengalaman mereka dulu memberontak ngelawan Inggris dan jaman perang saudara...

AsLan
18-12-2012, 10:54 PM
Di negara yang suusah punya senpi, penjahatnya belom tentu punya beceng. Golok kemungkinan besar punya.

Di negara yang mudah punya senpi, jelas penjahat-nya bakalan punya beceng. So, di negara yang mudah punya senpi, di mana kemungkinan besar penjahat-nya punya beceng, berani jadi orang yang sama sekali ngga' ada pertahanan ?

Well, soal siskamling sendiri... setau gue, rakyat sana emang maunya gitu. Mentalitas mereka emang dasarnya 'frontier'.
Dan mereka nggak percaya kalo full military power di taroh di tangan 'aparat pemerintah'. Mereka percaya-nya, kalo the worse come to shove, rakyat sipil bisa berdiri toe-to-toe dengan aparat. Mungkin akibat dari pengalaman mereka dulu memberontak ngelawan Inggris dan jaman perang saudara...

kalo dinegara miskin memang banyak penjahat yg gak punya senjata api.
tapi dinegara kaya seperti Amerika, kalaupun senjata dilarang pastilah para penjahat tetap punya senjata api.

TheCursed
19-12-2012, 12:06 AM
kalo dinegara miskin memang banyak penjahat yg gak punya senjata api.
tapi dinegara kaya seperti Amerika, kalaupun senjata dilarang pastilah para penjahat tetap punya senjata api.

Nggak tau ya, Lan. Di sini, di tempat gue, relatif makmur juga, tapi senpi tetep susah buat di akses sama penjahat level preman kampung.

jojox
19-12-2012, 06:32 AM
gw makin lost, gak ngerti ke arah mana diskusinya.

kesannya, disini diumpamakan ada bad guys and good guys, dan semuanya berhak / mendapatkan akses mudah ke senjata api.

gw kira bakalan mbahas mengenai sputar akses, perijinan, kebijakan, gun control, psikotes, shells, recoil.
ternyata malah menjerumus ke kriminalisasi karakter yang jelas2 hanya hypothetical dan berharap bisa dijadikan poin penting di produk kebijakan. ::arg!:: U can't do that. Sorry, tpi kita gak bisa bilang seseorang itu jahat/baik disini sehingga tidak pantas/layak/cocok/memenuhi syarat hukum untuk kemudian memiliki senpi. Loe gak bisa menentukan kebaikan/kejahatan seseorang untuk dijadikan kriteria itu. Bukan kek gitu logical frameworknya. Membuktikan calon pemilik senpi itu baik hati dan akan berbuat jahat gimana hayoooo, and vice versa? Ya, ada SKCK/criminal record yang membantu mendeskripsikan track record seseorang untuk melihat pola2 dan kecenderungannya berbuat sesuatu di luar hukum perdata/pidana. Tapi itu pun jg tidak bisa dijadikan basis/argumen baku untuk men-judge criminals are very bad person for evahhh. Mungkin kita tahu kejelekan karakter orang, tapi selama dia tidak dibuktikan bersalah. He/she a free human being. Indikator etos ini lho, apaan seh ? blas gak valid. Stop latah Endonesia, and please be rational.

gw pengin tahu, misalnya gini neh:
Kalo loe smua jadi Obama, target kebijakannya kek gimana?
1. Kurangin jumlah distribusi senpi lewat gun control.
2. Tekan angka kekerasan/violence terhadap anak-anak dan wanita
3. Re-standarisasi aparat dg semi-automatic yg lebih canggih dan buang 9mm.
4. else

Setiap target2 ini alur pikirnya beda, skenario politiknya beda, agenda hearingnya beda, dan akan
ditempuh dengan cara beda. Mungkin dikombinasikan, sehingga poin 1+2 bisa kena, tapi poin 3 gak.
Intinya adalah akan ada check and balance, ada trade-off, ada yang kena dan gak kena. Tidak ada kebijakan yang fits all size, one-easy-fix-for-all-problems.

danalingga
19-12-2012, 10:46 AM
Diskusinya sih (harusnya) apa bisa diterima (setuju/tidak) pendapat dari TS bahwa jika
hidup di negara seperti US (yang katanya senjata legal dan gampang dimiliki)
maka sudah seharusnya kita harus mempersenjatai diri kita dengan senpi
untuk melawan jika ada yang menyerang kita. Rugi besar jika kita tidak
mau mempersenjatai diri.

Gitu jox, jadi agak terlalu jauh apa yang kau ajukan itu. ::hihi::

opi77
19-12-2012, 12:36 PM
kalo menurut gue sich...kurangi distribusi lewat kebijakan kontrol gun...

kayanya US gampang banget dapat senpi tinggal beli kaya beli sembako aja...senpi di tangan bukan penjahat lebih bahaya daripada ditangan preman atau mafia..

kandalf
19-12-2012, 04:17 PM
Pistol bukan pisau..
Pistol dan senapan gak punya kegunaan lain selain melukai mahluk hidup. Berbeda dengan pisau.

Kemampuan jarak jauhnya dan kemudahannya penggunaannya (tanpa perlu latihan khusus) serta kemampuan untuk digunakan berkali-kali dalam waktu singkat membuatnya lebih berbahaya dibandingkan pisau, golok, panah, tombak, meriam, tank, pesawat, bom nuklir.

Senjata api seharusnya dibatasi hanya untuk aparat keamanan dan militer (dan pemberontak tentunya). Soal apakah itu tidak membatasi kemampuan rakyat untuk melawan bila pemerintah menjadi militerisme dan tiran, maka selalu ada strategi gerilya dan penyelundupan.

Kalau Aslan bicara tentang frontier atau tentang menguatkan masyarakat,
pemerintah bisa mengambil jalan wajib militer untuk latihan. Atau bisa juga pakai cara-cara kerajaan zaman dahulu, dengan membuat permainan-permainan tradisional yang mengajarkan kerjasama, formasi pertahanan, teknik membidik, ketenangan dalam peperangan, dsb.

Soal perlindungan terhadap penjahat yang punya akses terhadap senjata api. Percayalah, kalaupun seseorang punya senjata api dan tergantung padanya, bisa jadi ketika baru menarik senjata api, penjahat yang bersangkutan sudah menekan pelatuk lebih dahulu. Dalam hal ini, senjata api hanya berguna untuk mengancam bila si penjahat belum sempat mengeluarkan senjatanya. Iya kalau si penjahat rela dan menyerah lalu pergi masalah selesai di situ. Bagaimana kalau terjadi malah sebaliknya, yakni eskalasi, dia pergi, kembali bawa kawan yang semua sudah menyiapkan senjata api dan langsung menembak?

AsLan
19-12-2012, 10:10 PM
Soal perlindungan terhadap penjahat yang punya akses terhadap senjata api. Percayalah, kalaupun seseorang punya senjata api dan tergantung padanya, bisa jadi ketika baru menarik senjata api, penjahat yang bersangkutan sudah menekan pelatuk lebih dahulu. Dalam hal ini, senjata api hanya berguna untuk mengancam bila si penjahat belum sempat mengeluarkan senjatanya. Iya kalau si penjahat rela dan menyerah lalu pergi masalah selesai di situ. Bagaimana kalau terjadi malah sebaliknya, yakni eskalasi, dia pergi, kembali bawa kawan yang semua sudah menyiapkan senjata api dan langsung menembak?


Banyak penembakan massal terjadi di sekolah2, kampus, tempat kemping remaja, mall, bioskop dll

kenapa ?

Kenapa penembakan massal tidak terjadi di kantor polisi atau pangkalan militer ?

Karena para psyco itu tahu bahwa ada tempat2 dimana dia bisa "untuk sementara" menjadi penguasa, menjadi sosok dominan, ditakuti, menjadi superior karena disitu dia adalah satu2nya yg memegang senjata.

memang gak selalu senjata bisa menyelesaikan masalah, tapi kadang2 senjata hanya bisa dilawan dengan senjata.

Sekarang Coba bayangkan :


Kamu sedang berada disebuah sekolah, sedang mengajar anak2 kecil disebuah kelas.
Tiba2 ada seorang bersenjata masuk ke kelasmu dan mulai menbar peluru menembaki semua anak dikelas itu.

Kamu tahu beberapa detik lagi kamu dan semua anak2 kecil itu akan ditembak mati.

Dalam situasi itu pilih :

1. Kamu memegang senjata dan bisa menembak dia
2. Kamu tidak punya senjata

ndableg
19-12-2012, 10:13 PM
Beberapa detik lagi ditembak, biar punya senjata, tetep aja ketembak. Kecuali ente jack chan ato max payne.

AsLan
19-12-2012, 10:16 PM
Beberapa detik lagi ditembak, biar punya senjata, tetep aja ketembak. Kecuali ente jack chan ato max payne.

betul bleg.

Tapi pilihan lu cuma 2 itu, pilih mana ?

Ingat ya, orang yg tertembak masih bisa membalas tembakan sebelum mati.
Gak kayak di film, orang kena tembak langsung tergeletak mati.

Lu masih sempat menembak si psyco itu sebelum lu mati, kematian lu akan menyelamatkan banyak anak2 disitu.

worthed kan ?

ndableg
19-12-2012, 10:28 PM
Ya ga ada pilihan kecuali ketembak. Kalo gak ketembak, tinggal ambil bangku getok ke mukanye. Sama sulitnya dgn menembak.


Lu masih sempat menembak si psyco itu sebelum lu mati, kematian lu akan menyelamatkan banyak anak2 disitu.

Kalo elu penembak jitu, boleh jadi. Kalo malah nyasar? Emang punya pestol jadi otomatis bisa nembak gitu?

Orang kebanyakan punya pestol cuman utk nakut2in doang. Suruh nembak belon tentu bisa. Paling nyasar kemana2 berharap musuh kabur. Ga gampang bunuh orang coy.

kandalf
19-12-2012, 10:36 PM
Ingat ya, orang yg tertembak masih bisa membalas tembakan sebelum mati.
Gak kayak di film, orang kena tembak langsung tergeletak mati.

Lu masih sempat menembak si psyco itu sebelum lu mati, kematian lu akan menyelamatkan banyak anak2 disitu.

worthed kan ?
Nope....
Kecuali lu sudah dalam kondisi adrenalin tinggi, lu sudah gak berkutik ketika tertembak biarpun itu cuma terserempet di bahu sekalipun.

Justru akan lebih menyelamatkan nyawa anak2 kalau lu, sebagai guru, nyuruh anak2 tiarap dan mencari perlindungan sambil tiarap.

Lagipula, sekalipun lu punya senjata,
lu pasti naruh di laci meja atau di tas. Lu gak akan sempat ngambil. Lu akan tertembak tanpa perlawanan kalau jalan pikiran lo adalah harus ambil senjata untuk melawannya.

Beda dengan polisi atau tentara yang menaruh di pinggang. Itu pun, bila dalam kondisi tidak siap, mereka pasti mencari tempat berlindung atau tiarap, baru mengambil senjata.


Sekedar catatan, dalam kasus SD Sandy Hook, si pemilik senjata adalah orang paranoid yang punya jalan pikiran persis yang lu pikirkan, Slan. Dia gak menyangka kalau senjatanya dipakai oleh si anak. Dan ini bukan kasus pertama di mana senjata milik orang tua dipakai oleh anaknya.


Buat gue, daripada sang guru diperbolehkan membawa senjata, lebih menyelamatkan kalau murid-muridnya, dalam pelajaran olahraga diajarkan tiarap dan merayap dengan cepat.

---------- Post Merged at 11:36 PM ----------

Sekedar tambahan catatan,
salah besar kalau mengira tidak ada senjata di kelas.
Kursi2 di kelas bisa dilempar dengan cepat.
Begitu juga vas bunga yang kadang2 ada di meja kelas.
Meja bisa didorong ke arah pelaku.

AsLan
19-12-2012, 10:44 PM
yg disandy hook itu ternyata bukan senjatanya si ibu/guru.
Itu senjatanya si pelaku yg dibeli pakai nama ibunya, mungkin credit card ibunya.

mengenai pilihan diatas, pilihannya cuma 2:

saat itu lu membawa senjata api
atau
saat itu lu gak bawa senjata api

okelah seperti kata lu dan ndableg, walaupun ada senjata tapi gak sempat make, ada senjata tapi gak brani make, dll

gw seih tetap milih yg pilihan pertama, ada senjata untuk melawan.

kalau perlu berlindung dulu, ya lakukanlah, berlindung dulu lalu membalas tembak.

lily
19-12-2012, 10:51 PM
saya milih ga bawa senjata api sih...

soalnya udah tiba - tiba diserang udah kaget...

lagian saya ga mau membunuh orang , takut...

ndableg
19-12-2012, 10:52 PM
kalau perlu berlindung dulu, ya lakukanlah, berlindung dulu lalu membalas tembak.Ya itu kan elu mikirnya kek di pelem2.

AsLan
19-12-2012, 10:58 PM
Setiap terjadi kasus penembakan massal, penjualan senjata melonjak.

http://www.cnbc.com/id/100321785

alasannya:
1. orang ingin melindungi diri dan orang2 yg dicintainya
2. orang takut pemerintah mempersulit terbitnya ijin senjata


Jadi, memang kebebasan senjata api di amerika adalah hal yg buruk, tapi itu realita yg sudah terlanjur terjadi.

ibaratnya


disuatu wilayah terjadi kelangkaan pangan.
pemerintah memberi bantuan pangan yg dikirim dengan beberapa truk
situasi menjadi chaos, orang2 berebut makanan dan situasi tak terkendali

di situasi itu, apa yg kau lakukan ?

ikut berebut makanan dan mungkin bisa dapet untuk menyelamatkan keluargamu (mungkin juga gak dapet)
atau
tidak mau ikut berebut makanan dan keluargamu sudah pasti mati kelaparan

sebenarnya situasi yg terbaik adalah makanan dibagikan secara baik dan adil, tapi situasinya sudah keburu kacau dan tak bisa dikendalikan

sama dengan situasi peredaran senjata, seharusnya senjata diatur dengan ketat, hanya aparat negara yg boleh memilikinya, tapi situasinya sudah kacau, banyak orang memiliki senjata dan banyak kasus penembakan.

ndableg
19-12-2012, 11:08 PM
Lan, kebebasan senjata di amrik itu ud dari ratusan taun. Kejadian2 orang gila gini kan baru2 aja. Dan semakin sering terjadi, bukan karena orang2 bisa pegang senjata, tapi karena kehidupan yg makin buruk di sana.

Kalo diliat dari efeknya di mana orang justru malah membeli senjata yg sebanyak2nya, maka penjual2 senjata lah yg diuntungkan. Jadi apa ga lebih masuk akal kalo kejadian2 ini diprakarsai oleh penjual2 senjata? Membeli senjata yg sebanyaknya artinya kemungkinan rakyat sipil saling tembak menembak lebih tinggi. Di sana telah ditumbuhkan mentalitas saling mencurigai.

AsLan
19-12-2012, 11:16 PM
maka gw bilang kondisi itu udah gak sehat.

tapi kalau lu hidup dilingkungan yg gak sehat seperti itu gimana ?
mau tunggu amerika jadi membaik dulu ?

boleh aja menunggu situasi amerika membaik, tapi apa salahnya beli dan berlatih memakai senjata api dengan baik.
nanti kalau akhrinya pemerintah amerika minta semua senjata api diserahkan ke negara, ya serahkan.

tapi itu juga gak dipaksakan sih, tergantung masing2.
kalau jiwanya seperti lily, gak mau melakukan kekerasan apapun dalam kondisi apapun, ya gak usah pegang senjata, serahkan saja pada orang baik lainnya yg mau.

kandalf
19-12-2012, 11:30 PM
yg disandy hook itu ternyata bukan senjatanya si ibu/guru.
Itu senjatanya si pelaku yg dibeli pakai nama ibunya, mungkin credit card ibunya.

Nope..
Itu senjata sang ibu.
Sang ibu bukan guru SD tersebut. Ia korban pertama, ketika masih tidur.

Si ibu pula yang memperkenalkan senjata, latihan senjata bersama pelaku. Ada dugaan, dia mencari alternatif agar bisa mengajak si anak keluar rumah, supaya si anak tidak hanya berada di depan komputer main games.

Dia membeli senapan serbu pada Bulan Maret 2010;
Sig Sauer otomatis pada Maret 2011;
Pistol Glock pada bulan Januari 2012.
Yang Bushmaster yang masih misteri kalau gak salah.

http://www.cbsnews.com/8301-18563_162-57559895/motive-remains-unclear-behind-newtown-shooting/


Kembali ke topik,

kalau perlu berlindung dulu, ya lakukanlah, berlindung dulu lalu membalas tembak.
Bukan 'kalau perlu berlindung',
tapi reaksi pertama memang yang benar adalah berlindung dengan benar dahulu.
Dunia tembak menembak bukan kayak film koboi di mana kedua belah pihak sama-sama berhadapan dengan senjata masing-masing di pinggang.

---------- Post Merged at 12:29 AM ----------


maka gw bilang kondisi itu udah gak sehat.

tapi kalau lu hidup dilingkungan yg gak sehat seperti itu gimana ?
mau tunggu amerika jadi membaik dulu ?

boleh aja menunggu situasi amerika membaik, tapi apa salahnya beli dan berlatih memakai senjata api dengan baik.
nanti kalau akhrinya pemerintah amerika minta semua senjata api diserahkan ke negara, ya serahkan.

tapi itu juga gak dipaksakan sih, tergantung masing2.
kalau jiwanya seperti lily, gak mau melakukan kekerasan apapun dalam kondisi apapun, ya gak usah pegang senjata, serahkan saja pada orang baik lainnya yg mau.

Pergi dari Amerika Serikat.
Been that, done that!

Video yang ditunjukkan oleh nDableg sebelumnya,
kagak perlu punya senjata api untuk melawan senjata api. Si cewek menuruti keinginan si perampok, mengambil kapak saat lengah, dan mengayunkan dan kayaknya juga pakai perang mental supaya si perampok kagok. Toh, akhirnya ayunan kapaknya membuat si perampok menjatuhkan pistol dan lari.

Kejadian di Gresik juga sama, cuma bedanya, yang diserang tidak berpikir. Dia refleks. Niatnya hanya supaya pistol tidak ditujukan ke badannya. Siapa sangka ternyata malah si oknum TNI malah kagok, menekan pelatuk pas sedang mengarah ke kepala.

AsLan
19-12-2012, 11:33 PM
sejak gw mencintai pisau, gw bawa2 pisau kesayangan gw kemana2.

gw cukup puas dengan pandangan negatif orang2, bahkan teman2 gw sendiri ada yg bilang gw paranoid.
mungkin dalam hati mereka mau bilang bahwa gw pengecut.

gw gak mau debat, biarin aja orang berpikir apapun.
gw merasa gw adalah orang yg rasional.

menurut gw, punya itu lebih baik daripada gak punya.

orang punya mobil gak berarti harus make mobil, tapi berarti saat dia perlu make mobil dia bisa.
kalau dia mau make kendaraan umum juga dia bisa.

jadi orang punya senjata tidak berarti dia harus make senjatanya, tapi artinya kalau dia perlu make senjata itu, dia bisa.

bagi gw punya pilihan lebih banyak adalah sebuah keputusan yg lebih rasional daripada sengaja membatasi pilihan.

Kalau lu sedang mengajar dikelas,
lalu tiba2 ada orang masuk dan memberondong murid2 disitu.

1. lu punya senjata
atau
2. lu gak punya senjata

kalo lu gak punya, lu cuma bisa pasrah memandangi anak2 kecil itu diberondong peluru.
kalo lu punya senjata, lu punya pilihan mau melawan, bisa. Atau mau diam dan memandangi anak2 kecil itu diberondong peluru, juga bisa.

Kalau lu berkata bahwa lu bisa pakai meja atau bangku untuk melawan...
betul. kalau itu yg menurut lu yg terbaik, maka dengan pistol di kantung pun lu tetap bisa memilih untuk menggunakan bangku atau meja untuk melawan.

kandalf
19-12-2012, 11:44 PM
Lu mau kasus di mana ada yang pegang senjata resmi tapi gak bisa menggunakan, Slan?

Ini:
http://www.kgw.com/news/Clackamas-man-armed-confronts-mall-shooter-183593571.html

Kasus penembakan membabibuta juga.
Ada yang mau melakukan intervensi, persis seperti argumentasimu.
Dia juga sempat mengambil senjata dan menodongkan ke arah pelaku penembak membabi buta.

Dan... dia tidak bisa menembak bukan karena senjatanya macet.
Dia tahu persis, kalau meleset, dia akan mengenai orang lain.
Jadi yang dia lakukan adalah tetap menodong pistolnya, tidak menembak, tetapi sorot matanya menatap tajam ke si pelaku.

Dia beruntung, si pelaku penembak membabi buta kalah mental jadi akhirnya bunuh diri.

Pertanyaan gue adalah,
bagaimana seandainya si pelaku tidak gentar?

AsLan
19-12-2012, 11:53 PM
ya kita ditembak mati...

sama seperti kalau kita gak punya senjata, mati juga.

melawan orang nekad seperti itu memang chance keberhasilannya kecil.

jadi gini...

untuk masalah senjata, ada 2 wilayah pembahasan:

1. di level negara, harus dibuat undang2 atau peraturan baru untuk memperbaiki situasi
2. di level pribadi, lakukan apapun yg kira2 paling rational untuk diri kita dan keluarga kita

ibaratnya...

kita harus melewati sebuah lembah yg sangat berbahaya karena banyak perampok, biasanya orang yg dirampok pasti dibunuh.
pilihan yg paling rasional adalah kita harus mempersenjatai diri, kalau bisa malah bawa pasukan keamanan sekalian.

lalu di level pemerintah, pemerintah perlu memikirkan cara membenrantas kriminal2 yg bercokol di lembah itu

tapi sementara pemerintah belum beraksi, kita kan tetap harus berada ditempat bahaya itu, ya kita lakukanlah semua opsi yg bisa memperbaiki chance survival kita untuk sementara waktu.

kandalf
20-12-2012, 12:08 AM
Well,
pandangan gue di level negara udah jelas di halaman sebelumnya.

Di level keluarga,
gue melihat masih banyak pilihan untuk bertahan hidup.
Walaupun jujur, rencana gue untuk melatih putri gue sampai sekarang banyak ditentang ama bini.

lily
20-12-2012, 01:04 AM
boleh aja menunggu situasi amerika membaik, tapi apa salahnya beli dan berlatih memakai senjata api dengan baik.
nanti kalau akhrinya pemerintah amerika minta semua senjata api diserahkan ke negara, ya serahkan.

tapi itu juga gak dipaksakan sih, tergantung masing2.
kalau jiwanya seperti lily, gak mau melakukan kekerasan apapun dalam kondisi apapun, ya gak usah pegang senjata, serahkan saja pada orang baik lainnya yg mau.

Saya berubah pikiran , saya mau punya senjata dan berlatih senjata. Tapi saya ga mau membunuh orang. Saya pikir , kalo kita orang baik , kita pasti bisa melumpuhkan seorang penjahat dengan menembaknya , tapi ga sampe mati.

Ya paling enggak melumpuhkan aja , supaya ga lebi banyak korban. Misal tembak di kakinya...

Ini misal ya , bayangin aja udah ngeri.

---------- Post Merged at 12:04 AM ----------

Saya berubah pikiran , karena om Aslan tulis 2 contoh yang saat kelaparan ama yang saat lewat lembah berbahaya...

Apa kita sebagai manusia , emang harus memilih mengorbankan orang lain , supaya kita selamat ya...

Kayak di contoh dan pilihan yang om Aslan berikan di atas...

kandalf
20-12-2012, 02:00 AM
Saya berubah pikiran , saya mau punya senjata dan berlatih senjata. Tapi saya ga mau membunuh orang. Saya pikir , kalo kita orang baik , kita pasti bisa melumpuhkan seorang penjahat dengan menembaknya , tapi ga sampe mati.

Ya paling enggak melumpuhkan aja , supaya ga lebi banyak korban. Misal tembak di kakinya...

Ini misal ya , bayangin aja udah ngeri.


Pernah latihan menembak, Ly?
Gue pernah.
Gak semudah itu membidik.

Itu sebabnya kenapa para penembak membabibuta menembak di keramaian karena biarpun meleset dari target, pasti tetap kena orang.
Itu sebabnya, 'pahlawan' yang kukutip di atas sama sekali tidak menekan pelatuk dan hanya mengandalkan perang psikologis.

Kalau niatmu punya senjata untuk melumpuhkan, lebih baik lupakan.
Sekali pegang senjata dan kau dalam kondisi genting dan berbahaya, maka niatmu harus satu, 'bunuh'. Kenapa si 'pahlawan' itu berhasil selain faktor keberuntungan, karena dia punya latihan sebagai keamanan. Dia bisa tenang, bisa menilai bahwa dia tidak bisa menembak sasaran dengan tepat tanpa resiko. Dan dia tahu, dengan kekurangan itu, dia tetap harus mengancam.

Tanpa latihan semacam itu, tanpa ketenangan dan kemampuan memancarkan niat serius, hanya latihan menembak biasa, dan diberikan pistol, percayalah... kau cuma akan melukai orang lain, bukan si penembak buta.

Itu sebabnya, aku tidak setuju pendapat untuk membolehkan orang tanpa latihan (polisi, militer) menggunakan senjata api.

Sekedar intermezzo,
di kasus Sandy Hook,
jumlah korban bisa lebih banyak. Adam Lanza masih memiliki pistol di kantongnya. Tapi selain guru dan dua kelas, sisanya selamat. Kenapa? Karena strategi yang sudah dilatih, menerapkan sistem komunikasi dan kekompakan mengunci serta latihan menenangkan siswa.

Sekarang seandainya kau guru di sana dan punya pistol di sana,
seperti yang kubilang, kalaupun kau punya pistol, kau tidak akan menaruh di kantong. Kau pasti menaruhnya di laci meja atau di tas. Kalau pikiranmu untuk mengambil pistol, kau sudah telat bereaksi dan kau tidak akan menolong siapa pun.

Begitu juga seandainya kau di kelas ujung dan kau sempat ambil pistol dan mau jadi sok jagoan dan langsung keluar, dijamin tembakanmu akan meleset. Masih untung kalau tidak melukai anak-anak lain.

Mau menembak kaki? Bagaimana kalau meleset dan lantainya cukup keras dan sudutnya memenuhi faktor untuk mementalkan peluru dan malah jadi peluru nyasar ke arah lain?


Atau kasusnya dibalik,
bagaimana kalau putramu, O, entah bagaimana bisa mengambil senjatamu dan dia gunakan untuk melawan anak-anak yang lebih tua yang selama ini memukuli dia?

ndableg
20-12-2012, 03:15 AM
Pada kebanyakan nonton pelem seh..

Ronggolawe
20-12-2012, 07:29 AM
kekeke...
langkah paling aman adalah menempatkan ex-navy
seal atau ex-delta sebagai koki disetiap kantin se
kolah :)

danalingga
20-12-2012, 08:33 AM
Berarti gini,

Seperti hal apapun, punya senpi juga ada untung dan ruginya.

Untungnya ya punya kesempatan untuk balas menembak (kalo belon ditembak duluan sih)
Ruginya senpinya ada ksempatan untuk disalah gunakan (misalnya dicuri anak untuk melakukan penembakan masal)

Jadi tergantung pilihan masing2 sih. Kalo gue sih walau hidup di US, tetap memilih nggak punya senpi.

lily
20-12-2012, 08:52 AM
Pernah latihan menembak, Ly?
Gue pernah.
Gak semudah itu membidik.

kan hanya misal dalf... tapi saya ga pernah latihan menembak sih , antara pengen belajar dan enggak sih gara - gara thread ini ::ungg::



Atau kasusnya dibalik,
bagaimana kalau putramu, O, entah bagaimana bisa mengambil senjatamu dan dia gunakan untuk melawan anak-anak yang lebih tua yang selama ini memukuli dia?

itu sih tergantung pribadi masing - masing sih... contohnya... Papa saya , dia koleksi senjata dan jago menembak , tapi Koko saya juga ga pernah pegang senjata dan belajar menembak...

padahal dulu , kita semua tau dimana Papa taruh senjata nya , mulai dari pisau sampe senjata...

sekarang aja , udah ditaruh di loteng , yang ga mungkin kita kesana.


---------- Post Merged at 07:50 AM ----------


maka gw bilang kondisi itu udah gak sehat.

tapi kalau lu hidup dilingkungan yg gak sehat seperti itu gimana ?
mau tunggu amerika jadi membaik dulu ?

boleh aja menunggu situasi amerika membaik, tapi apa salahnya beli dan berlatih memakai senjata api dengan baik.
nanti kalau akhrinya pemerintah amerika minta semua senjata api diserahkan ke negara, ya serahkan.

tapi itu juga gak dipaksakan sih, tergantung masing2.
kalau jiwanya seperti lily, gak mau melakukan kekerasan apapun dalam kondisi apapun, ya gak usah pegang senjata, serahkan saja pada orang baik lainnya yg mau.

saya pernah diajari Mama gini...

saat kamu tinggal di lingkungan yang buruk , jangan kamu ikut - ikut menjadi buruk. tetaplah menjadi orang yang baik.

mungkin ga sekarang , tapi one day , orang yang buruk bisa menjadi orang yang baik , karena seorang kamu.

---------- Post Merged at 07:52 AM ----------

tapi kalo udah kejadian begini , kayanya sekolah di AS akan menyewa tentara ato penembak jitu kali ya , buat jaga sekolah mereka...

dan yang lebi baik , setiap guru , dilengkapi baju anti peluru , soalnya kan penembakan di dunia pendidikan , ga sekali ini aja terjadi disana.

kirsh
20-12-2012, 12:13 PM
Pergi dari Amerika Serikat.
Been that, done that!


Been there, done that.


*sekedarintermezzo

purba
20-12-2012, 02:04 PM
tapi kalo udah kejadian begini , kayanya sekolah di AS akan menyewa tentara ato penembak jitu kali ya , buat jaga sekolah mereka...

dan yang lebi baik , setiap guru , dilengkapi baju anti peluru , soalnya kan penembakan di dunia pendidikan , ga sekali ini aja terjadi disana.

Pake detektor metal aja di gerbang sekolah. Kayak di bandara gitu. Kan bisa buat menghadang senjata. Kecuali si anak bawa senjata kimia (air keras yg disemprotkan pake pestol air) atau senjata biologi (sekantong kresek semut api), ini mau gak mau musti digeledah tasnya kemudian ditelanjangin sebelum lewat gerbang sekolah.

:))

AsLan
20-12-2012, 02:10 PM
Metal detektor gak berguna kalau si pelaku siap bunuh2an.
Si penjaga yg pertama kali diberondong.

Metal detektor cuma mencegah siswa nakal yg sok sok an bawa senjata buat pamer ke temen.

ndableg
20-12-2012, 04:24 PM
Yah.. jadi ga bisa masuk dong.. pintu masih kekunci..

purba
20-12-2012, 04:59 PM
Metal detektor gak berguna kalau si pelaku siap bunuh2an.
Si penjaga yg pertama kali diberondong.

Metal detektor cuma mencegah siswa nakal yg sok sok an bawa senjata buat pamer ke temen.

Kalo si penjaga diberondong, minimal pelurunya tinggal dikit. Malah bisa habis cuman buat berondong si penjaga doang. Jadi siswa2 lain banyak yg selamat.

Supaya si penjaga aman, pakein rompi anti peluru. Trus, seperti kata ndableg, pintu gerbang masih dlm keadaan tertutup. Jadi, meski si penjaga ambruk, pintu masih terkunci.

:))

tuscany
20-12-2012, 05:57 PM
Setelah semua argumen di atas lebih setuju solusi om kandalf. Kalo lingkungan terlalu buruk, tinggalkan saja sebelum kita ikut2an buruk.

AsLan
20-12-2012, 11:03 PM
Kalo si penjaga diberondong, minimal pelurunya tinggal dikit. Malah bisa habis cuman buat berondong si penjaga doang. Jadi siswa2 lain banyak yg selamat.

Supaya si penjaga aman, pakein rompi anti peluru. Trus, seperti kata ndableg, pintu gerbang masih dlm keadaan tertutup. Jadi, meski si penjaga ambruk, pintu masih terkunci.

:))

gak mungkinlah pintu sekolah dikunci trus tiap anak yg lolos metal detektor dibukain pintu satu persatu...

---------- Post Merged at 09:57 PM ----------


Setelah semua argumen di atas lebih setuju solusi om kandalf. Kalo lingkungan terlalu buruk, tinggalkan saja sebelum kita ikut2an buruk.

atau beradaptasi,
atau turut dalam gerakan perubahan.

---------- Post Merged at 10:03 PM ----------



saya pernah diajari Mama gini...

saat kamu tinggal di lingkungan yang buruk , jangan kamu ikut - ikut menjadi buruk. tetaplah menjadi orang yang baik.

mungkin ga sekarang , tapi one day , orang yang buruk bisa menjadi orang yang baik , karena seorang kamu.

---------- Post Merged at 07:52 AM ----------
[/COLOR][/I][/B]

nasihat yg bagus.

tapi yg perlu diperhatikan adalah, apa itu baik ? apa itu buruk ?

apakah menembak seorang penjahat yg sedang memberondong anak2 kecil adalah sebuah tindakan buruk ?

apakah memiliki senjata api secara legal adalah buruk ?

banyak hal yg dipersepsikan sebagai "baik" atau "buruk" oleh banyak orang, tapi sebagai orang dewasa yg bertanggung jawab kamu harus bisa membedakan sendiri mana yg baik dan mana yg buruk, lalu percaya dengan penilaianmu sendiri.

meskipun orang2 berkata kamu buruk, tapi kalau kamu percaya bahwa kamu baik, tak usah gamang.

bagi saya menembak seorang psyco yg sedang memberondong anak kecil adalah perbuatan baik, bahkan mulia, tak peduli jutaan orang mengkritik tindakan semacam itu kalau ada kesempatan tetap akan saya lakukan.

ndugu
21-12-2012, 07:31 AM
bagi saya menembak seorang psyco yg sedang memberondong anak kecil adalah perbuatan baik, bahkan mulia, tak peduli jutaan orang mengkritik tindakan semacam itu kalau ada kesempatan tetap akan saya lakukan.
kalo kondisinya hanya persis itu, tanpa mempertimbangkan faktor2 laen, tentu saja si psycho itu harus dijatuhkan.

dan itu 'masalah' premis diskusi di thread ini. kamu membuat asumsi di mana lingkungan dan peraturan mengenai senjata api ini adalah de facto ok. bahwa lingkungan sudah kepalang begitu. bahwa hukum tidak bisa dirombak ato dibalikkan.

bahkan dalam kondisi demikianpun, saya tetep tidak bisa menjustifikasi alasan mensenjatai diri hanya karena ingin memprotect diri. karena kenyataannya keputusan itu hanya mengkontribusi masalah yang sudah ada, dan memprotect diri tidak sesimpel ato sepraktikal seperti yang dijelaskan kandalf. kamu mengambil terlalu banyak asumsi di sini, bahwa senjata akan available anytime anywhere saat kasus gila begini terjadi. bahkan kemungkinan untuk mengubah hukum pun tidak dipertimbangkan.

sure, hukum ini di amrik adalah salah satu hukum yang susah dibalikkan karena berada dalam konstitusi. tapi posisiku adalah, peraturan ini harus diperketat, mau dihapus kek ato diperketat kek ato apa aja, something has to be done mengenai hukum ini. buatku ini bukan sesuatu yang tidak bisa dirubah sama sekali.

barusan baca satu artikel mengenai surat yang ditulis oleh seorang anak berumur 10 taon, yang juga adalah kakak dari salah satu korban tembakan di sandy hook ini, yang ingin ditujukan ke presiden obama. even a 10-year old got her logic right.

http://news.yahoo.com/blogs/lookout/anderson-cooper-reads-sister-victim-letter-intended-obama-151325260.html


My name is Natalie Barden and I wanted to tell the president that only police officers and the military should get guns. If people want to do it as a sport than they could go to a shooting range and the guns would not be able to leave there.

sekedar mensenjatai diri untuk melawan orang bersenjata laennya, tidak menyelesaikan masalah, if not memperkeruh. perlu intervensi lebih tinggi dari itu.

danalingga
21-12-2012, 11:23 AM
bagi saya menembak seorang psyco yg sedang memberondong anak kecil adalah perbuatan baik, bahkan mulia, tak peduli jutaan orang mengkritik tindakan semacam itu kalau ada kesempatan tetap akan saya lakukan.

Kalo bagi saya sih lo jadinya tidak lebih dari seorang psyco juga dan pada akhirnya harus dijatuhkan juga. ::ngakak2::

Tapi itu hak lo sih, seperti juga hak gue nganggap lo psyco juga.

AsLan
21-12-2012, 11:30 AM
Ini tipikal pandangan humanisme barat, nyawa semua orang harus dihargai...

gw bikinin kisah perumpamaan deh biar jelas :


Suatu hari ada penembak massal disebuah sekolah dasar di Amerika...

Orang ini bersenjata senapan serbu dengan ribuan butir peluru, memburu anak2 dan menembaki mereka.

Polisi datang dengan segera dan berhasil mengepung Sekolah.

Para sniper berhasil menempatkan diri di posisi strategis dan membidik si pelaku, mereka menunggu instruksi "Tembak" dari komandan.

Namun menit demi menit berlalu, instruksi tembak tidak diberikan, si pelaku terus menembaki anak2 yg tersisa sampai akhirnya semua anak tewas.

Saat kejadian berakhir, para reporter mewawancarai Komandan Kepolisian dan bertanya mengapa ia tidak memberikan instruksi tembak ?

Komandan Polisi menjawab dengan lembut "Aku tidak suka kekerasan... -_- si penjahat itu juga manusia, ia berhak untuk tetap hidup, kalau kita menembak dia, apa bedanya kita dengan dia ?
Setiap nyawa manusia harus dihargai...

danalingga
21-12-2012, 11:36 AM
Kalo polisi lain cerita Lan. Emang tugasnyalah. Rasanya nggak ada yang menentang mempersenjatai polisi disini.

Masak lo rakyat sipil disamakan dengan polisi. Topiknya bakalan belok lagi nih. ;))

AsLan
21-12-2012, 11:42 AM
Kalo rumah kita kebakaran apakah kita tidak berhak memadamkan api dengan semprotan pemadam yg kita miliki ?
Apakah harus menunggu pemadam kebakaran dulu ?

Kalau anak kita diserang orang atau anjing galak, apakah kita harus menunggu polisi datang untuk menolongnya ?

Kalau ada anak tenggelam apakah kita harus menunggu SAR untuk menolongnya ?

Pertolongan pertama adalah kewajiban dari orang2 yg ada disekitar kejadian.

Di indonesia memang tidak boleh memiliki senjata api, tapi di Amerika itu legal.
Maka orang yg memiliki dan membawa senjata api punya kewajiban moral untuk berkonfrontasi dengan penembak massal.

Kalau ia tidak berani ya gak papa, tapi kalau dia berani berkonfrontasi maka tidak ada yg boleh melarangnya, menolong orang adalah hak.

danalingga
21-12-2012, 11:45 AM
Oh, sekarang kebakaran disamakan dengan menembak orang. Emang menanggulangi kebakaran atau menolong anak harus menembak orang. ;))


Kalau ia tidak berani ya gak papa, tapi kalau dia berani berkonfrontasi maka tidak ada yg boleh melarangnya, menolong orang adal

Yang melarang siapa, silahkan itu hak lo. Tapi hak gue nggak setuju kalo solusinya mempersenjatai rakyat sipil.

Solusi yang gue pikirkan memperketat peredaran senjata. Membuat sistem agar polisi bisa mendeteksi dini jika ada yang mau menyalah gunakan senjata dan cepat sampai di lokasi. Bukan malah mempersenjatai rakyat sipil.

Ronggolawe
21-12-2012, 12:09 PM
Ini tipikal pandangan humanisme barat, nyawa semua orang harus dihargai...

gw bikinin kisah perumpamaan deh biar jelas :
mana ada humanisme barat seperti itu.... itu sih
pasifis ekstrim, persis bangsa Caeliar di Destiny :)

Rumah sakit di Iraq saja di Tomahawk ama koboi
Amrik :)

dah lah, Bro... loe ngotot karena loe memang obse
si pengen bawa pestol kemana-mana :)

kandalf
21-12-2012, 12:09 PM
Apakah ada yang bilang untuk tidak membunuh si psycho?

Saya yakin, grandpa Alip, kalau dalam situasi seperti itu dan bisa dapat kesempatan dia bakal membunuh si psycho, minimal membuatnya cacat seumur hidup. Baik dengan senjata ringan seperti tongkat, golok, atau pisau, atau tanpa senjata apapun, aliran-aliran yang pernah dipelajari grandpa Alip adalah aliran-aliran yang bisa membuat senjata makan tuan.

Saya jelas, bila di posisi itu, setelah mengamankan anak-anak, saya akan mencari cara untuk membunuh dia karena itu cara tercepat untuk melumpuhkannya. Kalau ternyata tidak butuh membunuhnya, ya tidak perlu membunuhnya, tapi mindset pertama adalah siap membunuh.


Yang ditentang oleh sebagian warga ::KM:: di sini kan hak individu untuk mempersenjatai diri dengan senjata api.
Saya jelas tidak akan memiliki senjata api karena hal2 yang sebutkan sebelumnya.

Kau cerita tentang kebakaran.
Oke,
ini dari pelatihan kebakaran yang kudapatkan di Bali,
ketika menghadapi kebakaran, kau harus melihat seberapa parah kebakaran. Kalau kebakaran tergolong kecil, kau boleh melakukan pemadaman sendiri pakai alat. Alatnya pun harus diperiksa secara berkala.

Tapi kalau kebakarannya sudah terlanjur besar,
justru sangat tidak disarankan untuk memadamkan. Sebaiknya fokus pada evakuasi.

ndugu
21-12-2012, 12:12 PM
jangan salah slan, di sini ada juga kasus2 orang nembak yang lalu dijatuhkan oleh orang laen (tanpa senjata, dipiting ato dikeroyok ato dipukul ato apa gitu deh) tanpa menunggu kehadiran polisi. di saat kasus lagi terjadi, ya tentu saja harus ditangani secepat mungkin. people will do something if they see something. itu wajar kok. tuh kan sempat ada beberapa kasus juga, ada orang gila di pesawat yang ngancem2 di dalem pesawat yang lagi terbang, akhirnya dikeroyok dan dibungkam sama penumpang2 laen juga. kamu ini mengambil asumsi bahwa saat orang itu lagi nembak2, ada orang yang kebetulan berada di situ yang kebetulani ada senjata juga. tapi kan kenyataannya kan tidak selalu demikian.

kalo ada banyak polisi berjejer dengan sniper lagi menargetkan penembak yang lagi beraksi, tapi ga ada yang menembak hanya karena komandan didn't say so, trust me, komandan itu akan masuk pengadilan kalo ngikut sistem di amrik. mantan kepala CIA petraeus aja skarang lagi diadili dengan kasus benghazi kemaren.

kamu ngasi contoh ga usah ekstrim2 yang ga masuk akal deh :cengir:

AsLan
21-12-2012, 01:20 PM
Gw ngasi contoh ekstreme supaya inti masalahnya terfokus jelas.

jojox
21-12-2012, 03:03 PM
wokey, so ini cuman diskusi fiksi. Warga KM memang imajiner gila; box office.
lama2, tuh skolah yg dikasih metal detektor, armed mercenaries, snipers, jadi kayak ...P E N J A R A tauk.
Kurikulum muatan lokal anak-anak diajarin nyetak plat nomor. ::ngakak2::

mbok jamu
21-12-2012, 07:17 PM
Masalahnya, di Amerika itu sudah kebanyakan senjata api. Contohnya, ibu yang ditembak dengan senjatanya sendiri itu. Dia tinggal di kota kecil yang katanya terbilang aman tapi anehnya punya beberapa senjata api sampai akhirnya disalahgunakan.

Punya satu handgun untuk melindungi diri sendiri, ok lah. Tapi kalau sampai tiga dan salah satunya semiautomatic Bushmaster .223 Remington?

tuscany
21-12-2012, 07:50 PM
atau beradaptasi,
atau turut dalam gerakan perubahan.



Beradaptasi dengan lingkungan yang buruk? Hanya kalau tidak ada kesempatan sama sekali keluar dari sana. Kita kalo masuk comberan gimana2 tetap bakal kena kotoran. Setuju untuk gerakan perubahan tapi tidak sama artinya dengan pegang senjata juga.

Kalo aku agen FBI ato sejenisnya bakal bawa pistol kemana-mana. Jika dan hanya jika.

ndugu
22-12-2012, 09:12 AM
jojox: no kidding. kayanya baru 1-2 taon yang lalu saya sempat denger berita di tivi mengenai ada sekolah yang melakukan security check ke murid2 sebelum memasuki sekolah. mirip airport gitu deh. di scan dan ditepuk2 dulu.

first of all, sekolah tidak seharusnya perlu melakukan hal seperti ini in the first place. it's a school, for goodness sake. tempat anak2 belajar.

http://news.yahoo.com/gunman-kills-woman-pa-church-2-men-elsewhere-223709136.html

hari ini ada berita lagi (artikel di atas). seorang menembak mati 3 orang di pennsylvania. satu wanita di gereja, dan 2 laki2 laen. si penembak akhirnya dibunuh/ditembak oleh polisi. si polisi juga ketembak 2 kali, untung ga mati. dan 2 polisi laen cedera.

on unrelated insiden juga di artikel yang sama (di 2 paragraf terakhir), masih di bulan yang sama, ada kasus penembakan/pembunuhan juga di pennsylvania, seorang guru sekolah menembak mantan istrinya di gereja.

so, what now? gereja juga perlu metal detector dan senjata? saya ga suka kamu, lalu saya tinggal tarik senjataku dan menembakmu? right, silakan berikan senjata itu ke guru sekolah.

too easy.

danalingga
22-12-2012, 01:02 PM
^ kalo gitu US dah keterlaluan dan memang saatnya serius buat mengontrol senjata.

Tapi gue ragu bakal bisa, soale US itu aneh sih. Orangnya pinter2, tapi hal yang dah
jelas sukar ribet sendiri. Misalnya soal fiscal cliff, negonya ampun2 an deh padahal
kan demi kepentingan negara sendiri biar nggak tercebur ke krisis kembali.

AsLan
22-12-2012, 01:35 PM
Kalo masalah pembunuhan, dimana2 juga ada.
Di indonesia juga banyak.

Beda amerika dengan indonesia bukan di kasus pembunuhan nya tapi di kasus penembakan massal.

Untuk melakukan pembunuhan massal butuh senapan serbu.

Kalo cuma pembunuhan personal gak perlu senjata api.

purba
22-12-2012, 02:32 PM
jojox: no kidding. kayanya baru 1-2 taon yang lalu saya sempat denger berita di tivi mengenai ada sekolah yang melakukan security check ke murid2 sebelum memasuki sekolah. mirip airport gitu deh. di scan dan ditepuk2 dulu.

first of all, sekolah tidak seharusnya perlu melakukan hal seperti ini in the first place. it's a school, for goodness sake. tempat anak2 belajar.




on unrelated insiden juga di artikel yang sama (di 2 paragraf terakhir), masih di bulan yang sama, ada kasus penembakan/pembunuhan juga di pennsylvania, seorang guru sekolah menembak mantan istrinya di gereja.

so, what now? gereja juga perlu metal detector dan senjata? saya ga suka kamu, lalu saya tinggal tarik senjataku dan menembakmu? right, silakan berikan senjata itu ke guru sekolah.

too easy.

Jadi solusinya gimana, gu?

ndableg
22-12-2012, 05:01 PM
^ kalo gitu US dah keterlaluan dan memang saatnya serius buat mengontrol senjata.

Tapi gue ragu bakal bisa, soale US itu aneh sih. Orangnya pinter2, tapi hal yang dah
jelas sukar ribet sendiri. Misalnya soal fiscal cliff, negonya ampun2 an deh padahal
kan demi kepentingan negara sendiri biar nggak tercebur ke krisis kembali.

Jadi statement yg dibold otomatis runtuh

Alip
22-12-2012, 07:02 PM
Maaf baru muncul, soalnya ini baru pulang dari daerah konflik yang saya ke mana-mana menyandang senjata.::hihi::

Diskusinya sudah panjang ke mana-mana, jadi saya cuma mampir sebentar menyentuh hal yang jadi topik mendasar utasan ini, sesudah itu mau liburan natal dulu. Adik ipar saya sudah menyiapkan pesta natal dan dia bilang sudah menyiapkan hadiah buat saya ('yakin deh, kali ini bukan pisau, piauw, shuriken, golok, pedang, atau sejenisnya', begitu dia bilangO:-)).

Karena Aslan sudah menyontohkan dirinya sendiri sebagai argumen di utasan ini, yaitu pilihan dia untuk ke mana-mana membawa pisau, maka ijinkan saya membawa diri saya sendiri juga sebagai contoh. Dan saya cuma akan menyentuh ranah pribadi atau lingkungan kecil yang masih berada di dalam kontrol kita, bukan soal konstitusi sebuah negara, apalagi yang jauh banget di sana. Sesudah itu jika Aslan masih punya perbedaan pandangan, maka itu memang perbedaan pandangan dan kita mengerti sudut pandang masing-masing. Saya tidak berniat untuk membaptis Aslan untuk mengikuti agama yang saya anut.

Pertama, apakah saya akan membawa senjata api?

Tidak dan ya.

Di mana batasannya?

Tidak terlalu jelas, tapi kalau sekedar di US of A, jelas tidak, meskipun konstitusi Pamanda Sami'un membolehkan saya memiliki senjata. Saya lebih memilih menjadi warga negara yang tidak membutuhkan senjata. Tapi kalau saya sedang bertugas mengunjungi operasi kami di Irak dan Afghanistan, kenapa tidak? Hanya saja saya berikan instruksi jelas pada si security guy "Should anything happen, company's doctrine is I and the rest of the staffs stay behind the line and watch you die defending our ugly 4sses", yang dia terima dengan ngakak keras "Suits me well, sir. Lets hope that things do happen". ::arg!::

Sejawat saya, warga negara Italia yang salah satu wilayah tugasnya meliputi Kolombia yang rawan penculikan orang asing, biasa membawa satu pucuk senapan serbu kalau sedang visit ke sana, meskipun dia orang sipil dan menurut aturan perusahaan setiap kali dia melakukan perjalanan di Kolombia dia harus berada dalam armored vehicle yang dikawal oleh militer atau armed escort service yang disewa oleh perusahaan. Nggak perlu bawa senjata sendiri. Tapi saya merasa pilihannya untuk membawa senjata sendiri adalah hal yang bijaksana (karena dia adalah mantan sersan pelatih di tentara terjun payung Italia sebelum mengundurkan diri dan jadi security advisor sipil. He knows the stuffs. Kalau cuma manajer manja dan jumpy, bisa-bisa saya malah gak mau deket-deket dia...).:|

Jadi saya setuju dengan Aslan bahwa ada saat di mana kita sebaiknya mempersenjatai diri, hanya nampaknya kriteria Aslan jauh lebih longgar dari kriteria saya. Buat saya mematuhi hukum Indonesia yang melarang membawa pisau lebih penting daripada rasa siap menghadapi kriminalitas dengan selalu membawa pisau lipat di saku. Bahwa para kriminal dan preman membawa pisau ke mana-mana, that's their godamn business. I have my own life and I'll cowardly stay clear of their stupid path. Did I say cowardly? Guess I did and I mean it.

Jika saya sedang mengajar di kelas dan mendadak ada pyscho yang mendobrak kelas saya sambil membawa senapan serbu apakah saya memilih sedang membawa senjata atau tidak?

Jawabannya tidak.

Lalu apa yang saya akan lakukan kalau psycho benar-benar mendobrak ke kelas saya sementara saya tidak bersenjata? Hell I don't know. Maybe I'll die on the spot, maybe he'll find his head rolling on the floor. I'll let you know once it really happened. Lets cut the endless what-if scenario off. Yang jelas saya ingin mengajari anak didik saya bahwa Djanggo adalah film yang bodoh dan jangan pernah mau didikte dan ditakut-takuti oleh psycho yang membawa senjata di jalanan. Kekuatan para psycho dan teroris hanya sejauh kemampuan mereka untuk membuat kita takut. Kadang-kadang memang jatuh korban, dan bisa jadi korban itu adalah kita, tapi kita jangan pernah menyerah membangun masyarakat sipil yang bebas dari ketakutan yang diciptakan para tiran, atau kita akan kembali ke jaman Atilla the Hun.

Lalu apakah saya tidak bersiap-siap?

Tentu saja saya akan bersiap-siap. Tapi caranya adalah merancang dan menerapkan prosedur keamanan di sekolah. Kalau penembakan di sekolah sedang sepi, maka cukup kita terapkan kontrol pengamanan yang standar. Kalau sedang marak, perlulah diterapkan prosedur yang lebih ketat, mungkin dengan minta bantuan patroli polisi (pernah masuk ke mall di Manila?). Kalau sedang marak sekali, misalnya tiga sekolah sehari (yea right...:">), maka liburkan sekolah, buru para predator asosial itu sampai yakin bahwa mereka semua sudah kita kubur di Laut Merah, lalu lanjutkan kegiatan belajar mengajar.

Biarkan para psycho itu dengan masalah mereka sendiri, kita tetap memajukan peradaban. Jangan mau kalah oleh segolongan bocah ingusan yang setiap hari dimarahi ibunya lalu merasa perlu membalas dendam ke seluruh dunia. Biarkan mereka yang psycho, kita gak usah ikutan weirdo...

Selamat natal dan tahun baruuuuu....::bye::

AsLan
22-12-2012, 10:12 PM
Terjadi peningkatan penjualan tas sekolah tahan peluru di amerika.

http://assets.nydailynews.com/polopoly_fs/1.1224321.1356022976!/img/httpImage/image.jpg_gen/derivatives/index_635_390/390-backpack-1220.jpg

tsu
22-12-2012, 11:25 PM
mbah Alip. thanks nya ilang ;D

btw, klo saya... diantara setuju dan tidak dengan pendapat Aslan

di satu sisi, saya termasuk orang yang belum bisa menggunakan bagian dari tubuh saya sebagai senjata, so.... yeah, i feel safer w/ some weapons with me
di rumah nggak ada golok aja saya sekarang merasa less secure kok....

tapi disisi lain, setelah baca penjelasan Alip.... that's the concept of being a Batman, hit the crime, not the criminal
sulit dilakukan karena kita bukan Bruce Wayne, tapi dengan prosedur tepat semua (mungkin) bisa diatasi

AsLan
23-12-2012, 12:40 AM
Bisa diatasi bukan berarti bisa dihapuskan.

Dimana sih ada negara yg bebas dari 3 hal ini: Penjara, Rumah sakit dan Kuburan ?

Ada penjelasan panjang lebar mengapa manusia selalu berada ditengah kejahatan, penderitaan dan kematian.

Mengapa Tuhan memberikan cakar, taring, tanduk, bisa dan berbagai peralatan tempur bagi binatang, mengapa manusia yg katanya mahluk tertinggi tidak pernah lepas dari konflik dan perang.

Salut bagi mereka yg memegang idealisme dengan menjauhi segala macam kekerasan dan persenjataan.

Tapi jangan juga melarang orang2 yg bersikap rasional dan memilih untuk memegang senjata walaupun mungkin saja seumur hidup takkan pernah digunakan.
Karena dunia tempat kita hidup bukan belum bisa disebut surga.

Tidak perlu memberi julukan weirdo dan tidak usah berteori tentang ketakutan, selama evil masih ada didunia artinya art of war adalah realita, bukan paranoia.

Untuk memperjelas masalah intinya, kembali lagi saya membuat sebuah perumpamaan ekstrim :


Indonesia adalah negara yg konstitusinya mengatakan bahwa negara ini akan ikut aktif memperjuangkan perdamaian dunia.

Setujukah anda bahwa dunia akan lebih damai apabila senjata dihapuskan dari muka bumi ?

Kalau anda setuju, tentu untuk memperjuangkan hal itu harus dimulai dari negara kita sendiri, mari kita hapuskan kekuatan militer negara kita, hapuskan TNI dan hapuskan Kepolisian.

Jangan mau di dikte oleh negara2 agresor, jangan mau didikte oleh penjahat, yg bisa mereka lakukan hanyalah menakut nakuti kita, jangan mau ditarik ke jaman barbar.

Mari kita tunjukkan bahwa negara kita adalah negara beradab yg menolak persenjataan dan angkatan perang.

Angkatan perang hanya untuk negara2 weirdo, senjata hanya untuk mereka yg penakut.

Mari kita jangan pernah menyerah perjuangkan dunia yg aman tanpa senjata dan kekerasan.

Contoh yg sangat ekstrim untuk memagnified persoalan senjata dan realita.

---------- Post Merged at 11:40 PM ----------



Saya yakin, grandpa Alip, kalau dalam situasi seperti itu dan bisa dapat kesempatan dia bakal membunuh si psycho, minimal membuatnya cacat seumur hidup. Baik dengan senjata ringan seperti tongkat, golok, atau pisau, atau tanpa senjata apapun, aliran-aliran yang pernah dipelajari grandpa Alip adalah aliran-aliran yang bisa membuat senjata makan tuan.

i see...

rupanya menentang satu jenis senjata karena sudah punya jenis senjata lainnya.

saya rasa ini gak fair.

kalo seseorang punya kemampuan mematahkan leher seseorang karena latihan bela diri selama bertahun2, lalu menentang orang lain untuk memegang senjata api karena alasan bisa membahayakan orang lain.

apa bedanya kemampuan mematahkan leher orang dengan tangan kosong atau menembak dengan pistol ?
kemampuan bela diri dan senjata api sama2 sebuah alat untuk berkuasa atas orang lain, semuanya tergantung dari si orangnya sendiri.

sekarang semua orang hanya menyoroti senjata, bukankah ini pandangan yg terlalu sempit ?

kandalf
23-12-2012, 02:58 AM
Saya yakin, grandpa Alip, kalau dalam situasi seperti itu dan bisa dapat kesempatan dia bakal membunuh si psycho, minimal membuatnya cacat seumur hidup. Baik dengan senjata ringan seperti tongkat, golok, atau pisau, atau tanpa senjata apapun, aliran-aliran yang pernah dipelajari grandpa Alip adalah aliran-aliran yang bisa membuat senjata makan tuan.


Jika saya sedang mengajar di kelas dan mendadak ada pyscho yang mendobrak kelas saya sambil membawa senapan serbu apakah saya memilih sedang membawa senjata atau tidak?

Jawabannya tidak.

Lalu apa yang saya akan lakukan kalau psycho benar-benar mendobrak ke kelas saya sementara saya tidak bersenjata? Hell I don't know. Maybe I'll die on the spot, maybe he'll find his head rolling on the floor. I'll let you know once it really happened. Lets cut the endless what-if scenario off.


i see...

rupanya menentang satu jenis senjata karena sudah punya jenis senjata lainnya.

saya rasa ini gak fair.

kalo seseorang punya kemampuan mematahkan leher seseorang karena latihan bela diri selama bertahun2, lalu menentang orang lain untuk memegang senjata api karena alasan bisa membahayakan orang lain.

apa bedanya kemampuan mematahkan leher orang dengan tangan kosong atau menembak dengan pistol ?
kemampuan bela diri dan senjata api sama2 sebuah alat untuk berkuasa atas orang lain, semuanya tergantung dari si orangnya sendiri.

sekarang semua orang hanya menyoroti senjata, bukankah ini pandangan yg terlalu sempit ?

Baru nyadar, Slan?
Makanya waktu dulu si Ciko ngancam Grandpa Alip, gue ama Ronggo kan cekikikan. Hihihihihi...

Oke, begini, Slan,
gue kagak nganggap elu pengecut karena membawa pisau ke mana-mana. Elu pernah latihan tinju dan pengecut gak akan bisa latihan tinju yang resiko gigi rontoknya lumayan tinggi :) . Elu cuma belum merasa aman tanpa senjata.

Pernah ada masanya dahulu aku seperti itu, membawa ballpoint ke mana-mana, atau membawa ranting pohon ke mana-mana. Tapi ternyata, pengalaman gue dipalak dan gue gak bisa bergerak, apalagi mengambil ballpoint tanpa harus ditusuk, menunjukkan padaku bahwa, strategi memilih tempat duduk di bus jauh lebih penting daripada membawa senjata.


Sekarang, apa bedanya mematahkan leher orang dengan tangan kosong dengan menembak dengan pistol?

Bedanya adalah, kau gak perlu latihan khusus untuk bisa membunuh orang dengan pistol.

Kemampuan mematahkan leher orang itu gak bisa didapat dalam waktu satu-dua bulan, apapun kata iklan beladirinya. Coba aja belajar satu bulan salah satu ilmu mematahkan atau mencopot sendi, entah qinna, entah aikido, entah aikijujutsu, entah jiujitsu, entah brazilian jiujitsu dan coba terapkan pada orang yang badannya lebih besar darimu. Dijamin, susyaaaaah... Yang ada lu bakal ditindih ama badannya yang berat.. Hihihihihi..

Beda dengan memiliki pistol. Cukup punya, tau cara mengunci, melepas kunci, memasang peluru, mengokang, dan mengarahkan, tinggal ke luar, cari orang badan lebih besar, dekati tanpa menunjukkan senjata, lalu tiba-tiba keluarkan dan tembak.. dijamin pasti sukses menorehkan luka parah di badannya.

Kemampuan instan tanpa latihan itu lah yang membuatnya menjadi berbahaya karena orang yang tidak stabil bisa menyalahgunakannya.

Latihan lama, bukan sekedar mengasah kemampuan, tetapi juga melatih kesabaran terutama kesabaran untuk tidak menggunakan kemampuannya. Kalau kau belajar ilmu2 beladiri yang seram-seram begitu, kau harus tahu kapan lawan serius dan kapan lawan sekedar latihan dan kapan lawan hanya bercanda.

Itu sebabnya, si satpam yang lagi libur, yang berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang hanya dengan bermain psikologis dengan penembak brutal, karena latihan. Dia tahu bahwa kemungkinan meleset banyak. Dia bisa melihat bahwa senapan yang digunakan si penembak sedang macet jadi berani mengambil resiko itu. Dia mengamankan anaknya dahulu (artinya dia tahu prioritas utama), baru beraksi.

Memperbolehkan kepemilikan senjata untuk orang-orang yang tidak pernah latihan mental kapan harus menembak dan kapan tidak boleh menembak adalah berbahaya.

Alip
23-12-2012, 07:59 AM
@Aslan,
Ada bedanya antara contoh ekstrim dengan contoh ngawur. Contoh ekstrim memuat kondisi yang paling parah yang bisa terjadi, tapi masih logis, sedangkan contoh ngawur memuat kejadian yang bahkan Hollywood sekalipun akan menolak skenarionya.::takmungkin::

Memang saya meluangkan waktu untuk berlatih memukuli orang lain selama tiga puluh empat tahun terakhir ini, termasuk di dalamnya senjata tumpul, tajam, lentur, dan api. Tapi bukan itu inti permasalahannya. Yuk lihat dalam skala yang lebih besar ketimbang selembar ego bodoh yang berpikir bahwa kalau bisa mukuli orang maka bisa jadi jagoan lelanang ing jagad.

Mengapa kita hidup bernegara? Teori-teori yang canggih bisa ditemukan di literatur yang disebut kandalf di utasan tentang moralitas kaum atheis. Aslan TS-nya khan? Tapi yuk kita sederhanakan.

Kita hidup bernegara, berada di bawah aturan hukum dan moral, karena kita berharap bisa membangun komunitas kolektif yang saling mendukung dan bekerjasama untuk kemajuan, baik kemajuan pribadi maupun kolektif, yang tidak bisa kita lakukan kalau hidup sendiri-sendiri. Safety, prosperity, and advancement in number. Di situ kita bisa melihat gunanya aturan dan etika, menjaga agar komunitas tetap utuh, karena kalau setiap orang memilih jalannya sendiri-sendiri, lu lu gw gw, ya itu namanya hidup sendiri, silakan cari tempat lain.

Jika negara menyebutkan bahwa kita tidak boleh membawa pisau di jalanan, maka saya memilih mematuhinya. Mungkin saya cuma satu orang yang mematuhi aturan itu dibanding ribuan orang yang berkeras tetap membawa pisau di jalanan (demi alasan apapun), tapi itulah pilihan saya, karena buat saya cita-cita membangun komunitas yang unggul tetap lebih penting daripada kemauan pribadi.

Pemerintah akan menyarankan menggunakan bahan bakar non subsidi, menggunakan kendaraan umum, memilah plat nomor ganjil dan genap, dan sebagainya, Insya Allah saya akan mematuhi semua itu. Saya tidak peduli bahwa nanti akan sekian banyak pejabat negara yang melanggar anjuran mereka sendiri. Saya memilih menjadi bagian yang ikut dalam cita-cita besar.

Banyak orang akan berkilah bahwa negara ini sudah gagal dalam menyejahterakan dan mengamankan rakyatnya... jawaban saya adalah, saya berada di pihak yang ingin negara ini berhasil, bukan ikut-ikutan menggagalkannya dengan bertindak sendiri melawan anjuran negara. Lagi-lagi saya cuma satu orang, tapi itu jalan hidup yang saya pilih. Apakah itu melawan realita, bisa jadi, tapi jangan lupa bahwa realita hanya ada di dalam kepala kita. Buat orang yang dari kecil dipukuli orang tuanya (misal loh ya, anonim pulak), maka kekerasan di mana-mana adalah realita. Senyum paling tulus sekalipun bisa dianggap seringai keji. Your call.

Realita yang dialami milisi kontinental Amerika tahun 1770-an adalah mereka tentara petani yang melawan pasukan Inggris yang lebih maju dan terlatih, realita yang dihadapi oleh Soekarno adalah dia dibuang ke Bowen, realita yang dialami Yesus adalah dia berhadapan dengan protektorat Romawi, dan realita yang dihadapi oleh Muhammad adalah dia harus kabur ke Madinah menghindari upaya pembunuhan yang diatur oleh seluruh kabilah yang ada di Mekkah. Sejarah akan berbeda kalau orang-orang itu mengikuti apa yang disebut 'realita'.

Lalu soal keamanan,
Sejak Agustus kemarin saya pindah ke departemen yang mengurusi keamanan operasi perusahaan, wilayah kerja saya meliputi Asia Pasifik dan Timur Tengah. Teman-teman di kantor yang kenal saya pada tertawa ngakak "Si Alip akhirnya menemukan habitatnya."

Well, sayangnya ternyata keamanan bukan soal kemampuan kita menggunakan senjata, tapi lebih bagaimana kita menerapkan mekanisme kontrol yang mencegah terjadinya kebocoran keamanan.

Awal-awal penugasan saya kemarin banyak dipenuhi dengan training dan pelatihan seputar membangun sistem keamanan. Bagaimana membentuk perimeter, security system dan sebagainya, bahkan sampai pada tindakan CSR juga merupakan bagian dari pola keamanan yang diterapkan perusahaan. Penempatan penjaga bersenjata malah merupakan tindakan kontra-produktif.

Saya memang bertemu sejawat dari wilayah kerja lain yang rata-rata punya latar belakang militer (contohnya si Sersan Italia itu), tapi mereka semua sepakat bahwa senjata adalah mekanisme paling akhir dan biasanya justru yang paling tidak efektif. Bahkan pasukan elit sekalipun sangat tergantung pada perencanaan operasi, bukan senjata atau kemampuan individu. Kalau mereka terjun di perang terbuka, ya mereka tidak ada bedanya dengan infantri biasa yang akan mati oleh peluru nyasar.

Dalam kehidupan sipil, keamanan dibentuk oleh kesadaran masyarakat untuk saling menjaga dan mengawasi, dibantu oleh bapak-bapak satpam dan polisi. Kalau kita hidup sendirian tanpa kenal tetangga (atau kita tipe yang kalau kena musibah malah disukuri tetangga), yah, wajar saja kalau kita selalu merasa perlu senapan serbu di rumah.

Dalam kehidupan commuting, keamanan diperoleh melalui pencarian jalur yang aman, waktu-waktu yang aman, kendaraan umum yang representatif (yang memang susah nyarinya), dan banyak hal lagi. Bukan dengan membawa pedang ke mana-mana. Saya sendiri juga enjoy naik bis kota, malah bisa baca buku, tapi kalau kemaleman banget, ya ambil taksi. Itupun telpon ke pool pusat.

Tapi to cheer you up, Lan...
Kalau nanti Indonesia bener-bener gagal, kita jatuh ke kondisi chaos dan apokaliptik, saya akan memegang senjata. Istri dan anak-anak-pun akan saya ajari menggunakannya. Dan saya akan mulai menembaki orang, toh tidak ada bedanya lagi karena tidak ada hukum yang berlaku. Mungkin saya akan menembaki orang karena membela diri, atau sekedar memenuhi naluri haus darah saya saja. One way or another, it is apocalyptic world, a free season
<sound effect: evil laugh... harrr..harrr...harrrrrrr>:beliz:

AsLan
23-12-2012, 10:12 AM
Baru nyadar, Slan?
Makanya waktu dulu si Ciko ngancam Grandpa Alip, gue ama Ronggo kan cekikikan. Hihihihihi...

Oke, begini, Slan,
gue kagak nganggap elu pengecut karena membawa pisau ke mana-mana. Elu pernah latihan tinju dan pengecut gak akan bisa latihan tinju yang resiko gigi rontoknya lumayan tinggi :) . Elu cuma belum merasa aman tanpa senjata.

Pernah ada masanya dahulu aku seperti itu, membawa ballpoint ke mana-mana, atau membawa ranting pohon ke mana-mana. Tapi ternyata, pengalaman gue dipalak dan gue gak bisa bergerak, apalagi mengambil ballpoint tanpa harus ditusuk, menunjukkan padaku bahwa, strategi memilih tempat duduk di bus jauh lebih penting daripada membawa senjata.


Sekarang, apa bedanya mematahkan leher orang dengan tangan kosong dengan menembak dengan pistol?

Bedanya adalah, kau gak perlu latihan khusus untuk bisa membunuh orang dengan pistol.

Kemampuan mematahkan leher orang itu gak bisa didapat dalam waktu satu-dua bulan, apapun kata iklan beladirinya. Coba aja belajar satu bulan salah satu ilmu mematahkan atau mencopot sendi, entah qinna, entah aikido, entah aikijujutsu, entah jiujitsu, entah brazilian jiujitsu dan coba terapkan pada orang yang badannya lebih besar darimu. Dijamin, susyaaaaah... Yang ada lu bakal ditindih ama badannya yang berat.. Hihihihihi..

Beda dengan memiliki pistol. Cukup punya, tau cara mengunci, melepas kunci, memasang peluru, mengokang, dan mengarahkan, tinggal ke luar, cari orang badan lebih besar, dekati tanpa menunjukkan senjata, lalu tiba-tiba keluarkan dan tembak.. dijamin pasti sukses menorehkan luka parah di badannya.

Kemampuan instan tanpa latihan itu lah yang membuatnya menjadi berbahaya karena orang yang tidak stabil bisa menyalahgunakannya.

Latihan lama, bukan sekedar mengasah kemampuan, tetapi juga melatih kesabaran terutama kesabaran untuk tidak menggunakan kemampuannya. Kalau kau belajar ilmu2 beladiri yang seram-seram begitu, kau harus tahu kapan lawan serius dan kapan lawan sekedar latihan dan kapan lawan hanya bercanda.

Itu sebabnya, si satpam yang lagi libur, yang berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang hanya dengan bermain psikologis dengan penembak brutal, karena latihan. Dia tahu bahwa kemungkinan meleset banyak. Dia bisa melihat bahwa senapan yang digunakan si penembak sedang macet jadi berani mengambil resiko itu. Dia mengamankan anaknya dahulu (artinya dia tahu prioritas utama), baru beraksi.

Memperbolehkan kepemilikan senjata untuk orang-orang yang tidak pernah latihan mental kapan harus menembak dan kapan tidak boleh menembak adalah berbahaya.

Kalo begitu tentu kamu setuju kalau kepemilikan senjata api harus disertai sertifikat training ?

Latihan beladiri memang membutuhkan waktu bertahun2, tapi tidak berarti akan menempa karakter praktisinia menjadi lebih "agung".
Memang mitosnya seperti itu, tapi jujurnya saya melihat banyak juga praktisi beladiri yg sombong, di dunia beladiri banyak orang yg mengagungkan alirannya dan meremehkan aliran lain, juga banyak kasus keributan antar aliran, juga berbagai macam kasus yg menunjukkan bahwa pelaku beladiri tidak kebal terhadap berbagai keburukan sifat manusia.

Juga tidak ada bukti bahwa memegang senjata akan membuat seseorang menjadi jahat, bagi saya secara logika kemampuan bela diri adalah senjata, dan justru disinilah keuntungan dari kepemilikan senjata:
Dalam beladiri, beda berat badan sedikit saja bisa membuat perbedaan, beda hormon juga bisa membuat perbedaan besar, tapi dengan sebuah pistol seorang nenek bisa menjatuhkan seorang penjahat berbobot 150 kg, keberadaan senjata semakin meratakan kekuatan manusia.

Senjata adalah perwujudan dari kekuatan pikiran manusia, senjata diciptakan oleh pikiran manusia sehingga meskipun fisik manusia kalah dari binatang tapi manusia mampu menguasai binatang.

---------- Post Merged at 09:12 AM ----------


@Aslan,
Ada bedanya antara contoh ekstrim dengan contoh ngawur. Contoh ekstrim memuat kondisi yang paling parah yang bisa terjadi, tapi masih logis, sedangkan contoh ngawur memuat kejadian yang bahkan Hollywood sekalipun akan menolak skenarionya.::takmungkin::

Memang saya meluangkan waktu untuk berlatih memukuli orang lain selama tiga puluh empat tahun terakhir ini, termasuk di dalamnya senjata tumpul, tajam, lentur, dan api. Tapi bukan itu inti permasalahannya. Yuk lihat dalam skala yang lebih besar ketimbang selembar ego bodoh yang berpikir bahwa kalau bisa mukuli orang maka bisa jadi jagoan lelanang ing jagad.

Mengapa kita hidup bernegara? Teori-teori yang canggih bisa ditemukan di literatur yang disebut kandalf di utasan tentang moralitas kaum atheis. Aslan TS-nya khan? Tapi yuk kita sederhanakan.

Kita hidup bernegara, berada di bawah aturan hukum dan moral, karena kita berharap bisa membangun komunitas kolektif yang saling mendukung dan bekerjasama untuk kemajuan, baik kemajuan pribadi maupun kolektif, yang tidak bisa kita lakukan kalau hidup sendiri-sendiri. Safety, prosperity, and advancement in number. Di situ kita bisa melihat gunanya aturan dan etika, menjaga agar komunitas tetap utuh, karena kalau setiap orang memilih jalannya sendiri-sendiri, lu lu gw gw, ya itu namanya hidup sendiri, silakan cari tempat lain.

Jika negara menyebutkan bahwa kita tidak boleh membawa pisau di jalanan, maka saya memilih mematuhinya. Mungkin saya cuma satu orang yang mematuhi aturan itu dibanding ribuan orang yang berkeras tetap membawa pisau di jalanan (demi alasan apapun), tapi itulah pilihan saya, karena buat saya cita-cita membangun komunitas yang unggul tetap lebih penting daripada kemauan pribadi.

Pemerintah akan menyarankan menggunakan bahan bakar non subsidi, menggunakan kendaraan umum, memilah plat nomor ganjil dan genap, dan sebagainya, Insya Allah saya akan mematuhi semua itu. Saya tidak peduli bahwa nanti akan sekian banyak pejabat negara yang melanggar anjuran mereka sendiri. Saya memilih menjadi bagian yang ikut dalam cita-cita besar.

Banyak orang akan berkilah bahwa negara ini sudah gagal dalam menyejahterakan dan mengamankan rakyatnya... jawaban saya adalah, saya berada di pihak yang ingin negara ini berhasil, bukan ikut-ikutan menggagalkannya dengan bertindak sendiri melawan anjuran negara. Lagi-lagi saya cuma satu orang, tapi itu jalan hidup yang saya pilih. Apakah itu melawan realita, bisa jadi, tapi jangan lupa bahwa realita hanya ada di dalam kepala kita. Buat orang yang dari kecil dipukuli orang tuanya (misal loh ya, anonim pulak), maka kekerasan di mana-mana adalah realita. Senyum paling tulus sekalipun bisa dianggap seringai keji. Your call.

Realita yang dialami milisi kontinental Amerika tahun 1770-an adalah mereka tentara petani yang melawan pasukan Inggris yang lebih maju dan terlatih, realita yang dihadapi oleh Soekarno adalah dia dibuang ke Bowen, realita yang dialami Yesus adalah dia berhadapan dengan protektorat Romawi, dan realita yang dihadapi oleh Muhammad adalah dia harus kabur ke Madinah menghindari upaya pembunuhan yang diatur oleh seluruh kabilah yang ada di Mekkah. Sejarah akan berbeda kalau orang-orang itu mengikuti apa yang disebut 'realita'.

Lalu soal keamanan,
Sejak Agustus kemarin saya pindah ke departemen yang mengurusi keamanan operasi perusahaan, wilayah kerja saya meliputi Asia Pasifik dan Timur Tengah. Teman-teman di kantor yang kenal saya pada tertawa ngakak "Si Alip akhirnya menemukan habitatnya."

Well, sayangnya ternyata keamanan bukan soal kemampuan kita menggunakan senjata, tapi lebih bagaimana kita menerapkan mekanisme kontrol yang mencegah terjadinya kebocoran keamanan.

Awal-awal penugasan saya kemarin banyak dipenuhi dengan training dan pelatihan seputar membangun sistem keamanan. Bagaimana membentuk perimeter, security system dan sebagainya, bahkan sampai pada tindakan CSR juga merupakan bagian dari pola keamanan yang diterapkan perusahaan. Penempatan penjaga bersenjata malah merupakan tindakan kontra-produktif.

Saya memang bertemu sejawat dari wilayah kerja lain yang rata-rata punya latar belakang militer (contohnya si Sersan Italia itu), tapi mereka semua sepakat bahwa senjata adalah mekanisme paling akhir dan biasanya justru yang paling tidak efektif. Bahkan pasukan elit sekalipun sangat tergantung pada perencanaan operasi, bukan senjata atau kemampuan individu. Kalau mereka terjun di perang terbuka, ya mereka tidak ada bedanya dengan infantri biasa yang akan mati oleh peluru nyasar.

Dalam kehidupan sipil, keamanan dibentuk oleh kesadaran masyarakat untuk saling menjaga dan mengawasi, dibantu oleh bapak-bapak satpam dan polisi. Kalau kita hidup sendirian tanpa kenal tetangga (atau kita tipe yang kalau kena musibah malah disukuri tetangga), yah, wajar saja kalau kita selalu merasa perlu senapan serbu di rumah.

Dalam kehidupan commuting, keamanan diperoleh melalui pencarian jalur yang aman, waktu-waktu yang aman, kendaraan umum yang representatif (yang memang susah nyarinya), dan banyak hal lagi. Bukan dengan membawa pedang ke mana-mana. Saya sendiri juga enjoy naik bis kota, malah bisa baca buku, tapi kalau kemaleman banget, ya ambil taksi. Itupun telpon ke pool pusat.

Tapi to cheer you up, Lan...
Kalau nanti Indonesia bener-bener gagal, kita jatuh ke kondisi chaos dan apokaliptik, saya akan memegang senjata. Istri dan anak-anak-pun akan saya ajari menggunakannya. Dan saya akan mulai menembaki orang, toh tidak ada bedanya lagi karena tidak ada hukum yang berlaku. Mungkin saya akan menembaki orang karena membela diri, atau sekedar memenuhi naluri haus darah saya saja. One way or another, it is apocalyptic world, a free season
<sound effect: evil laugh... harrr..harrr...harrrrrrr>:beliz:

ok anda sudah berhasil menemukan satu kelemahan saya yaitu membawa pisau dan melanggar hukum indonesia, kalau mau terus mengeksploitasi sisi itu silahkan buka topik tersendiri karena disini kita sedang membahas kepemilikan senjata api di amerika.

Sudah jelas saya berulang kali mengatakan bahwa saya setuju terhadap perombakan hukum kepemilikan senjata api di Amerika, tapi masalahnya sebelum hukum tersebut dirombak apakah salah bisa seseorang yg hidup disana memutuskan untuk memegang senjata api ?

Ingat bahwa tidak semua orang punya fisik yg cukup untuk menjadi jagoan beladiri yg bisa mematahkan leher semua psycho yg bersenjata lengkap.

Selama situasi amerika masih tetap dibanjiri senjata api seperti yg sekarang ini, maka jangan menyalahkan seseorang yg baik dan memutuskan untuk juga memegang sebuah senjata api, sampai situasi peredaran senjata bisa lebih terkontrol dinegara tersebut.

Ronggolawe
23-12-2012, 10:30 AM
Kalo begitu tentu kamu setuju kalau kepemilikan senjata api harus disertai sertifikat training ?

Latihan beladiri memang membutuhkan waktu bertahun2, tapi tidak berarti akan menempa karakter praktisinia menjadi lebih "agung".
Memang mitosnya seperti itu, tapi jujurnya saya melihat banyak juga praktisi beladiri yg sombong, di dunia beladiri banyak orang yg mengagungkan alirannya dan meremehkan aliran lain, juga banyak kasus keributan antar aliran, juga berbagai macam kasus yg menunjukkan bahwa pelaku beladiri tidak kebal terhadap berbagai keburukan sifat manusia.

Juga tidak ada bukti bahwa memegang senjata akan membuat seseorang menjadi jahat, bagi saya secara logika kemampuan bela diri adalah senjata, dan justru disinilah keuntungan dari kepemilikan senjata:
Dalam beladiri, beda berat badan sedikit saja bisa membuat perbedaan, beda hormon juga bisa membuat perbedaan besar, tapi dengan sebuah pistol seorang nenek bisa menjatuhkan seorang penjahat berbobot 150 kg, keberadaan senjata semakin meratakan kekuatan manusia.

Senjata adalah perwujudan dari kekuatan pikiran manusia, senjata diciptakan oleh pikiran manusia sehingga meskipun fisik manusia kalah dari binatang tapi manusia mampu menguasai binatang.

kalau babe gw pegang lisensi senjata, gw yang
ngga punya lisensi bisa saja menggunakan pistol
babe gw untuk menembaki orang.

tapi kalau babe gw pesilat dengan jurus maut ja
ri pencabut nyawa, gw ngga bakalan bisa meng
gunakan jari babe gw buat bunuh orang :)



ok anda sudah berhasil menemukan satu kelemahan saya yaitu membawa pisau dan melanggar hukum indonesia, kalau mau terus mengeksploitasi sisi itu silahkan buka topik tersendiri karena disini kita sedang membahas kepemilikan senjata api di amerika.

Sudah jelas saya berulang kali mengatakan bahwa saya setuju terhadap perombakan hukum kepemilikan senjata api di Amerika, tapi masalahnya sebelum hukum tersebut dirombak apakah salah bisa seseorang yg hidup disana memutuskan untuk memegang senjata api ?

Ingat bahwa tidak semua orang punya fisik yg cukup untuk menjadi jagoan beladiri yg bisa mematahkan leher semua psycho yg bersenjata lengkap.

Selama situasi amerika masih tetap dibanjiri senjata api seperti yg sekarang ini, maka jangan menyalahkan seseorang yg baik dan memutuskan untuk juga memegang sebuah senjata api, sampai situasi peredaran senjata bisa lebih terkontrol dinegara tersebut.

masalahnya loe menyalahkan pilihan orang untuk
tidak memiliki dan membawa senjata. Padahal ke
sadaran untuk tidak memiliki senjata atau memba
wa senjata itu, dikarenakan rasa tanggung jawab
tidak mau senjata yang dimiliki disalahgunakan pi
hak yang tidak berhak.

AsLan
23-12-2012, 11:05 AM
kalau babe gw pegang lisensi senjata, gw yang
ngga punya lisensi bisa saja menggunakan pistol
babe gw untuk menembaki orang.

tapi kalau babe gw pesilat dengan jurus maut ja
ri pencabut nyawa, gw ngga bakalan bisa meng
gunakan jari babe gw buat bunuh orang :)



masalahnya loe menyalahkan pilihan orang untuk
tidak memiliki dan membawa senjata. Padahal ke
sadaran untuk tidak memiliki senjata atau memba
wa senjata itu, dikarenakan rasa tanggung jawab
tidak mau senjata yang dimiliki disalahgunakan pi
hak yang tidak berhak.

Berarti selama senjata itu tidak dipakai oleh orang lain lu setuju dengan kepemilikan senjata api.

Dalam hal ini kita sepakat, gw juga gak setuju kalau senjata digunakan oleh orang lain, sama seperti mobil kita dipakai oleh anak secara diam2 dan menabrak orang.

Ronggolawe
23-12-2012, 11:09 AM
Berarti selama senjata itu tidak dipakai oleh orang lain lu setuju dengan kepemilikan senjata api.

Dalam hal ini kita sepakat, gw juga gak setuju kalau senjata digunakan oleh orang lain, sama seperti mobil kita dipakai oleh anak secara diam2 dan menabrak orang.
terus, apa jaminannya senjata itu tidak akan disalah
gunakan oleh orang lain?

kecuali pistol robocop yang tidak akan bisa digu
nakan orang lain, karena pake sensor sidik jari.

Alip
23-12-2012, 12:18 PM
ok anda sudah berhasil menemukan satu kelemahan saya yaitu membawa pisau dan melanggar hukum indonesia, kalau mau terus mengeksploitasi sisi itu silahkan buka topik tersendiri karena disini kita sedang membahas kepemilikan senjata api di amerika.

Kita memang sedang membahas kepemilikan senjata api di Amerika, tentang saya tidak setuju mempersenjatai guru, lalu contoh itu berlanjut bahwa saya bahkan tidak membawa pisau di Indonesia karena saya memilih untuk tidak menyerah pada rasa takut dan ingin menjadi bagian dari gerakan kebaikan bagi Indonesia. Kalau itu dianggap itu sebagai personal attack dan eksploitasi atas kelemahan Aslan, maka saya betul-betul minta maaf tapi pada saat yang sama menyarankan Aslan untuk memeriksa sistem realita yang saat ini sedang bekerja di dalam kepala Aslan. Why it is always about you being cornered by bad guys?


Selama situasi amerika masih tetap dibanjiri senjata api seperti yg sekarang ini, maka jangan menyalahkan seseorang yg baik dan memutuskan untuk juga memegang sebuah senjata api, sampai situasi peredaran senjata bisa lebih terkontrol dinegara tersebut.

Saya tidak menyalahkan orang yang memutuskan untuk memegang senjata api. Kepada mereka saya katakan let's agree to disagree. Didn't you read that in my earlier posts? Saya menggunakan hak jawab saya sebagai orang yang memilih untuk tidak menggunakan senjata api karena Aslan menganggap kami sebagai golongan manusia aneh yang menyia-nyiakan privilege... bukan sebagai orang yang secara sadar memilih pilihan lain.


Namun sayang sekali meskipun Amerika memberi kebebasan kepemilikan senjata api, banyak warganya yg tidak mau memiliki atau membawa senjata... Sebuah privilege yg disia-siakan.

Tapi tentu saja Aslan tidak bermaksud seperti itu dan saya cuma taking it too seriously and overly imaginative 'kan? ... and by the way, I am a gun lover, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam memandangi, membersihkan, meminyaki, dan mengelus-elus senjata api. Bajanya yang dingin memberi sensasi yang menyenangkan.


Ingat bahwa tidak semua orang punya fisik yg cukup untuk menjadi jagoan beladiri yg bisa mematahkan leher semua psycho yg bersenjata lengkap.

... dan tidak semua orang yang tidak punya fisik jagoan memilih untuk menghamba pada senjata. Dalam salah satu tayangan VoA beberapa hari lalu ada seorang perempuan yang menyerahkan senjatanya pada Sherrif dalam program "turn in your gun". Dia mengatakan "I don't need them". Buat saya itu keberanian, namun jika buat Aslan itu kebodohan kita selalu bisa agree untuk disagree. Mudah sekali kan? Tanpa perlu menjadi personal attack dan kita bisa lanjut membahas topik lain tanpa perlu ada hawa permusuhan.

AsLan
23-12-2012, 05:19 PM
terus, apa jaminannya senjata itu tidak akan disalah
gunakan oleh orang lain?

kecuali pistol robocop yang tidak akan bisa digu
nakan orang lain, karena pake sensor sidik jari.

Penyalahgunaan bisa terjadi terhadap apapun, mobil bisa disalahgunakan untuk menabrak orang, obat bius bisa disalahgunakan oleh jungkies.
Bahkan senjata milik polisi dan tentara pun tidak lepas dari resiko penyalahgunaan.

Jadi yg harus ditentang adalah penyalahgunaan senjata api, bukan senjatanya.

---------- Post Merged at 04:19 PM ----------


Kita memang sedang membahas kepemilikan senjata api di Amerika, tentang saya tidak setuju mempersenjatai guru, lalu contoh itu berlanjut bahwa saya bahkan tidak membawa pisau di Indonesia karena saya memilih untuk tidak menyerah pada rasa takut dan ingin menjadi bagian dari gerakan kebaikan bagi Indonesia. Kalau itu dianggap itu sebagai personal attack dan eksploitasi atas kelemahan Aslan, maka saya betul-betul minta maaf tapi pada saat yang sama menyarankan Aslan untuk memeriksa sistem realita yang saat ini sedang bekerja di dalam kepala Aslan. Why it is always about you being cornered by bad guys?



Saya tidak menyalahkan orang yang memutuskan untuk memegang senjata api. Kepada mereka saya katakan let's agree to disagree. Didn't you read that in my earlier posts? Saya menggunakan hak jawab saya sebagai orang yang memilih untuk tidak menggunakan senjata api karena Aslan menganggap kami sebagai golongan manusia aneh yang menyia-nyiakan privilege... bukan sebagai orang yang secara sadar memilih pilihan lain.



Tapi tentu saja Aslan tidak bermaksud seperti itu dan saya cuma taking it too seriously and overly imaginative 'kan? ... and by the way, I am a gun lover, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam memandangi, membersihkan, meminyaki, dan mengelus-elus senjata api. Bajanya yang dingin memberi sensasi yang menyenangkan.



... dan tidak semua orang yang tidak punya fisik jagoan memilih untuk menghamba pada senjata. Dalam salah satu tayangan VoA beberapa hari lalu ada seorang perempuan yang menyerahkan senjatanya pada Sherrif dalam program "turn in your gun". Dia mengatakan "I don't need them". Buat saya itu keberanian, namun jika buat Aslan itu kebodohan kita selalu bisa agree untuk disagree. Mudah sekali kan? Tanpa perlu menjadi personal attack dan kita bisa lanjut membahas topik lain tanpa perlu ada hawa permusuhan.

Tergantung dari alasannya.

Kalau alasan tidak mau memegang senjata adalah karena takut dicuri orang dan disalah gunakan seperti yg disinggung oleh Ronggo, itu saya setuju.
Kalau alasannya takut salah tembak seperti yg disinggung oleh Kandalf juga saya setuju.

Tapi kalau menilai orang sebagai paranoid, weirdo, pengecut dll hanya karena mereka memilih untuk memiliki senjata saya rasa itu penilaian yg terlalu jauh.

Saya mengatakan bahwa orang yg tidak mau membawa senjata sebagai menyia-nyiakan privilege karena itu adalah logika yg sangat sederhana,
pada dasarnya senjata adalah penemuan manusia yg diciptakan khusus untuk mengatasi bahaya dari suatu serangan, entah itu serangan orang lain atau serangan hewan buas.

Kalau penemuan itu sudah ada tapi tidak mau menggunakannya, ibarat orang tidak mau menggunakan kendaraan dan memilih untuk berjalan kaki dari Jakarta ke Semarang.

Sekali lagi kalau senjata ditolak atas alasan yg logis dan masuk akal, tentu saya menerima dengan baik.

Ronggolawe
24-12-2012, 06:33 AM
Penyalahgunaan bisa terjadi terhadap apapun, mobil bisa disalahgunakan untuk menabrak orang, obat bius bisa disalahgunakan oleh jungkies.
Bahkan senjata milik polisi dan tentara pun tidak lepas dari resiko penyalahgunaan.

Jadi yg harus ditentang adalah penyalahgunaan senjata api, bukan senjatanya.


pengemudi mobil harus punya SIM, dan setelah
menabrak orang pun bisa diadili, dan ngga mung
kin bunuh diri dengan mobil :)

Obat bius jelas Ilegal :)




Tergantung dari alasannya.

Kalau alasan tidak mau memegang senjata adalah karena takut dicuri orang dan disalah gunakan seperti yg disinggung oleh Ronggo, itu saya setuju.
Kalau alasannya takut salah tembak seperti yg disinggung oleh Kandalf juga saya setuju.

Tapi kalau menilai orang sebagai paranoid, weirdo, pengecut dll hanya karena mereka memilih untuk memiliki senjata saya rasa itu penilaian yg terlalu jauh.

Saya mengatakan bahwa orang yg tidak mau membawa senjata sebagai menyia-nyiakan privilege[/B] karena itu adalah logika yg sangat sederhana,
pada dasarnya senjata adalah penemuan manusia yg diciptakan khusus untuk mengatasi bahaya dari suatu serangan, entah itu serangan orang lain atau serangan hewan buas.

Kalau penemuan itu sudah ada tapi tidak mau menggunakannya, ibarat orang tidak mau menggunakan kendaraan dan memilih untuk berjalan kaki dari Jakarta ke Semarang.

Sekali lagi kalau senjata ditolak atas alasan yg logis dan masuk akal, tentu saya menerima dengan baik.

sebenarnya perbedaannya disitu... loe memanda
dang kelebihan sebagai hak, bukan sebagai tang
gung jawab, jadi gampangs aja loe menganggap
"bodoh" orang yang memilih untuk tidak mengam
bil hak nya.... padahal si "bodoh" khawatir akan
tanggun jawab nya :)

soal privillege vs responsibility ini dijelaskan sudah
dijelaskan oleh Dr Octopus di Spiderman 2 kok :)

With great power, comes great responsibility, par
ker :)

Alip
24-12-2012, 07:14 AM
Tapi kalau menilai orang sebagai paranoid, weirdo, pengecut dll hanya karena mereka memilih untuk memiliki senjata saya rasa itu penilaian yg terlalu jauh.

Ada orang yang paranoid, weirdo, dan pengecut... yang karenanya mereka menggantungkan rasa aman mereka pada senjata api. Mereka betul-betul ada dan itulah gunanya diadakan psikotes ketika seseorang ingin memiliki senjata api. Jangan sampai ada senjata api jatuh ke tangan orang-orang yang melihat musuh di mana-mana seperti ini.

Ada juga yang tidak paranoid, bukan weirdo, dan bukan pengecut, yang lulus psikotes-nya dengan baik. Jadi orang-orang ini boleh memegang senjata api.

Lucunya, banyak teman-teman yang lulus psikotes yang kalaupun kemudian memiliki senjata, mereka menitipkan senjatanya di klub menembak, jadi hanya dipakai untuk hobby dan senjata-senjata itu tidak pernah keluar dari sana.

Sebaliknya, kisah yang saya dengar justru para tidak lulus-er yang ngotot bener ingin punya senjata dan bahkan berani menyuap petugas polisi.

Nah, sudah jelas-kah posisi kita masing-masing sekarang?


Saya mengatakan bahwa orang yg tidak mau membawa senjata sebagai menyia-nyiakan privilege karena itu adalah logika yg sangat sederhana, pada dasarnya senjata adalah penemuan manusia yg diciptakan khusus untuk mengatasi bahaya dari suatu serangan, entah itu serangan orang lain atau serangan hewan buas.

Kalau penemuan itu sudah ada tapi tidak mau menggunakannya, ibarat orang tidak mau menggunakan kendaraan dan memilih untuk berjalan kaki dari Jakarta ke Semarang.

Sama-sama saya beri contoh ngawur.

Orang yang tidak mau menggunakan senjata api adalah ibarat orang yang pergi ke atau tinggal di negara di mana prostitusi merupakan kegiatan legal tapi memilih untuk tidak menggunakan jasa tersebut karena berbagai macam alasan yang tidak logis dan tidak masuk akal, khususnya berkenaan dengan nilai-nilai yang sifatnya abstrak dan belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Orang-orang ini menyia-nyiakan suatu privilege, karena pada dasarnya kebutuhan untuk melakukan hubungan seksual adalah kebutuhan dasar manusia dan media penyalurannya sudah dilegalkan oleh hukum negara bersangkutan.

Orang-orang ini sungguh bodoh dan tidak mampu berpikir logis.

jojox
25-12-2012, 10:50 PM
^::ngakak2:: true,

gw lair dan besar di Jogja, cuman sekali ke Pasar Kembang dan melewatkan privillege dan quality services di sono.
Sprtinya saya hanya takut dan concerned dg penyakit dan konsekuensi menggunakan 'senjata' saya.

somebody needs to read between the lines...::ungg::

AsLan
25-12-2012, 11:55 PM
Contoh mengenai prostitusi memang ngawur, beda dengan contoh dari saya yg ekstrim tapi benar.

Titik perbedaannya ada di -Moral-

Memakai jasa prostitusi adalah melanggar moral, misalnya bagi yg beragama hal tersebut adalah pelanggaran hukum agama.
Tapi memiliki senjata Tidak melanggar hukum agama, juga tidak melanggar moral.

Contoh yg saya berikan bukan contoh ngawur karena Menggunakan kendaraan atau Memiliki senjata memiliki aspek yg sama yaitu privillege dalam menggunakan teknologi.

Contoh yg ngawur membuktikan logika yg lemah, beda dengan contoh yg ekstrim, contoh yg ekstrim tidak memiliki cacad analogi melainkan memperbesar fokus terhadap masalah utama.

---------- Post Merged at 10:55 PM ----------

Dari pembicaraan panjang lebar kesimpulannya :

1. Kepemilikan senjata memiliki resiko yg tidak diinginkan
2. Kepemilikan senjata harus disertai latihan yg cukup
3. Harus ada ijin yg ketat untuk memeriksa kesehatan mental si pemilik
4. Kepemilikan senjata, selain sebuah hak bagi warga Amerika juga adalah sebuah tanggung jawab

Ide2 sampingan yg mencuat di diskusi ini :

1. Orang yg memilih tak bersenjata itu lebih mulia dari yg memilih memegang senjata, tidak terbukti
2. Orang yg memilih tak bersenjata itu lebih pemberani dari yg memilih tidak memegang senjata, tidak terbukti.
3. Saat diserang oleh orang bersenjata, tak bersenjata adalah pilihan terbaik, tidak terbukti.

Silahkan melanjutkan dengan berbagai tulisan panjang lebar untuk membuktikan hal2 yg belum terbukti diatas, tapi menurut saya tulisan2 yg lalu sudah cukup panjang2. ::hihi::

AsLan
26-12-2012, 01:25 AM
terus, apa jaminannya senjata itu tidak akan disalah
gunakan oleh orang lain?

kecuali pistol robocop yang tidak akan bisa digu
nakan orang lain, karena pake sensor sidik jari.

kalo yg namanya penyalahgunaan, itu apapun bisa disalahgunakan.
sensor sidik jari pun bisa disalah gunakan.

Kemampuan beladiri ?
sering disalahgunakan. Jangan kira orang belajar beladiri lalu jadi mulia.

Bisakah kemampuan beladiri disalah gunakan oleh orang lain ? bisa.

Misalnya kita membayar preman2 yg jago mukulin orang, itu artinya kita menggunakan kemampuan beladiri orang lain untuk kepentingan kita.

Bahkan anak kecil pun bisa memperalat kekuatan orangtuanya...


BABUJU Report.-orang tua siswa menghajar guru SMA PGRI Kota Bima hingga babak belur di teras sekolah setempat, Rabu (12/10).

Jaharuddin, adalah guru malang yang mendapat serangan dan bogem mentah dari Nurdin, orang tua Siswi.
Jaharudin adalah Guru Geografi pada SMA PGRI Kota Bima itu dihajar lantaran disinyalir memukul Suryani Saat kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung pada sekitar pukul 12.00 Wita Rabu kemarin.

Informasi yang berhasil diendus wartawan, Suryani yang tidak bisa menerima perlakuan guru tersebut langsung mengadukan peristiwa itu kepada orang tuanya.

Selang beberapa saat kemudian, Nurdin, Orang tua siswi dan salah seorang keluarganya langsung masuk halaman Sekolah dan memukul guru tersebut didepan teras Sekolah hingga babak belur.

Untungnya, kebrutalan Nurdin dapat dilerai dan beberapa orang guru yang langsung menghubungi aparat Kepolisian Polres Bima Kota untuk mengamankan situasi.

jojox
26-12-2012, 10:57 AM
^ wah aslan,
susah kawan, menggunakan aspek moralitas dalam kerangka pikir kebijakan logis. Jauh lebih gampang mempolitisasi permasalahan dengan mencermati kajian akademis, FS, cost-benefit analysis, empirical studies, stats, fakta sederhana dan bukan hypothetical-what-ifs dan contoh2 extreme di negara yang mempraktekkan model kebijakan yang rasional (baca: sekuler) kek US. Di Indo okelah, di negara yang mengesampingkan logika dan cenderung terpengaruh dengan emosi dan feeling2 kedaerahan. Kita bisa judge dg bantuan infotainment bahwa senpi = amoral, maka dari sabang-merauke, opini publik mencerminkan kebijakan tak tertulis terkait. ndak perlu di paripurnakan, ndak perlu ke DPR, ndak perlu repot.

Di US, Stakeholder kek NRA (National Rifle Association) dimana separuh lebih anggotanya yg sangatlah religious tetep keukeuh dengan pandangan bahwa kepemilikan senpi itu masih relevant dan diperlukan sepanjang masa. Ini adalah orang-orang dengan profile yang rajin ibadah ke gereja, ikut Chi Alpha rally, khatam Injil, suka hunting, patriotik, anti-abortion, anti-gay marriage etc. IMO, Aslan bisa fit bngt dengan tipikal komunitas republikan ini, btw.

Anyhoo, gw gak yakin ini suatu ide yang menarik untuk concerned dg US politics plus gun control laws disono. Kenapa? karena gak implementatif disini, sesederhana itu. Ada gap2 banyak, dan apa yho worth it even to discuss? Isu kepemilikan senpi di dalam negeri wae lah, kek temuan bekas konflik di Poso dan Aceh yang jauh lebih dekat dan ancamannya ke kamtibmas lebih imminent di lingkungan kita.

kandalf
26-12-2012, 12:16 PM
1. Kepemilikan senjata memiliki resiko yg tidak diinginkan
2. Kepemilikan senjata harus disertai latihan yg cukup
3. Harus ada ijin yg ketat untuk memeriksa kesehatan mental si pemilik
4. Kepemilikan senjata, selain sebuah hak bagi warga Amerika juga adalah sebuah tanggung jawab
Aku sepakat dengan kesimpulan ini.
Aku masih merasa tidak nyaman dengan kepemilikan senjata api oleh individual pribadi namun kalaupun dibolehkan, jelas wajib ada pengetatan.



1. Orang yg memilih tak bersenjata itu lebih mulia dari yg memilih memegang senjata, tidak terbukti
Dari awal gak ada yang bilang memilih tak bersenjata lebih mulia.


2. Orang yg memilih tak bersenjata itu lebih pemberani dari yg memilih tidak memegang senjata, tidak terbukti.
Dari awal gak ada yang bilang tak bersenjata lebih berani daripada yang memilih tidak memegang senjata.


3. Saat diserang oleh orang bersenjata, tak bersenjata adalah pilihan terbaik, tidak terbukti.
Tidak pernah ada pernyataan tak bersenjata adalah pilihan terbaik. Justru dari awal kau yang mendesak bahwa memilih bersenjata saat diserang orang bersenjata adalah pilihan terbaik, dan pernyataanmu itu yang dibantah.


Kemampuan beladiri ?
sering disalahgunakan. Jangan kira orang belajar beladiri lalu jadi mulia.

Bisakah kemampuan beladiri disalah gunakan oleh orang lain ? bisa.

Misalnya kita membayar preman2 yg jago mukulin orang, itu artinya kita menggunakan kemampuan beladiri orang lain untuk kepentingan kita.

Benar. Sepakat.
Makanya di beladiri tradisional, beladiri itu adalah proses panjang, bukan proses singkat.

Bahkan di masyarakat yang benar-benar tradisional, seluruh unsur anggota masyarakatnya menguasai beladiri masyarakat tersebut. Misalnya, di masyarakat Minang dahulu, silek adalah hal yang bisa diakses semua pemuda yang menginap di langgar. Dengan demikian, ketika dibutuhkan, semua masyarakat bisa berperang.

Sementara urusan perselisihan antar pribadi tidak diselesaikan melalui pertarungan beladiri (karena akan memecah masyarakat) melainkan melalui rapat besar keluarga.

Ketika mulai ada pergeseran nilai seperti ketika dijajah asing dan beberapa anggota masyarakat tertarik untuk memihak asing (misalnya), maka biasanya orang yang memegang semua ilmu tersebut mulai memilah-milah siapa yang layak mewarisi ilmu mereka. Sementara anggota masyarakat yang dianggap tidak layak, untuk menjaga 'ketentraman', biasanya diwarisi ilmu seadanya.

Karena itu biasanya ada istilah semacam 'murid luar' dengan 'murid dalam'.

Nah, untuk contoh preman,
percayalah, semenyalak apapun preman, kalau dia benar pernah belajar beladiri, kalau ama gurunya sendiri atau kawan-kawannya yang 'murid dalam', pasti dia gak berani macam-macam.

Nah,
untuk kasus beladiri yang sudah benar-benar terbuka, atau bahkan beladiri instan,
bahkan para praktisinya pun juga akan menyadari bahwa resiko terluka atau mati itu tinggi kalau dipakai di jalan. Misalnya, untuk Arnis dan Escrima yang terbuka, yang rata-rata sudah terbuka, para praktisi yang pernah diskusi (lewat internet sih..) rata-rata justru malah sengaja 'bersikap pengecut' sampai membuat gregetan.

Selain masalah resiko luka dan mati, biasanya para praktisi beladiri juga dibekali bahaya dari segi hukum. Seorang praktisi beladiri Jepang dari Indonesia, ketika berada di Jepang pernah diomeli para senseinya karena ikut campur dalam menangani orang yang mengamuk dan berpisau. Diomeli bukan karena dia membawa resiko untuk dirinya, tapi kalau sampai ikut campurnya membuat orang lain terluka, dia bisa terkena hukuman dari pihak berwajib.

Nah,
benar, beladiri tetap bisa disalahgunakan. Aku tidak akan mengelak.
Tapi yang belajar beladiri pun tetap akan ditekankan bahwa mereka punya kewajiban. Jangan mentang2 punya ilmu lebih langsung main hajar.

Dan selayaknya, kepemilikan bersenjata api pun juga demikian.

AsLan
26-12-2012, 03:36 PM
Sip sip... Bela diri dan senjata api adalah sebuah kekuatan sekaligus tanggung jawab.

Alip
26-12-2012, 03:56 PM
Yang dibahas ini kepemilikan senjata api oleh persona atau guru-guru mengajar dengan senjata api di pinggang?

---------- Post Merged at 02:56 PM ----------

Kenapa sekarang Aslan mendadak bicara soal moral agama? Bukankah konteksnya prostitusi dihalalkan oleh negara dan bahkan praktisinya dipungut pajak?

ndableg
26-12-2012, 05:11 PM
Jadi gimana? Boleh petantang petenteng bawa pestol ga?

danalingga
26-12-2012, 05:18 PM
^ boleh kalo lo nggak mau dibilang nggak logis. :))

purba
26-12-2012, 09:02 PM
Dari pembicaraan panjang lebar kesimpulannya :

1. Kepemilikan senjata memiliki resiko yg tidak diinginkan
2. Kepemilikan senjata harus disertai latihan yg cukup
3. Harus ada ijin yg ketat untuk memeriksa kesehatan mental si pemilik
4. Kepemilikan senjata, selain sebuah hak bagi warga Amerika juga adalah sebuah tanggung jawab


Menurut ane, topik ini belum tuntas. Dari 4 point di atas, apa yg lebih baik, legalisasi kepemilikan senjata api secara bebas atau tidak?

:))

TheCursed
27-12-2012, 10:57 PM
Jadi gimana? Boleh petantang petenteng bawa pestol ga?

Boleh. Tapi kalo dari sudut pandang 'tempur', it's idiotic. Sorry.

---------- Post Merged at 09:57 PM ----------


Menurut ane, topik ini belum tuntas. Dari 4 point di atas, apa yg lebih baik, legalisasi kepemilikan senjata api secara bebas atau tidak?

:))

Kalo lo liat kesimpulannya AsLan, berarti nggak 'bebas', Pur. Kepemilikan itu harus disertai segudang perutaran dan evaluasi yang mengikat.

jojox
29-12-2012, 01:44 AM
tuh kan, gw jg bilang ape, dari banyak POV;
Arahnya tetep mengerucut pada reformasi kebijakan/perundangan. makanya gw tertarik mbahas gituan, daripada aspek spesifik kek moralitas.

lama lama jadi kek rapat paripurna ini threadnya ::ngakak2::

dasziel
27-01-2013, 12:20 AM
ane sipil penggila senjata api dan memiliki beberapa.
ijin Kepemilikan senjata api tidak ada masalah , selama pemilik memiliki mental sehat dan moral yg baik, dan dapat menggunakannya dengan bijak penuh tanggung jawab.

jadi apa masalahnya?

bersyukurlah tingkat kejahatan senjata api di indonesia masih jauh di bawah usa , belum pernah sampai terjadi pembantaian di sekolah".