PDA

View Full Version : Manufacturing Hope



Serenade
13-08-2012, 07:43 PM
Dahlan Iskan: Dari Sakit Hati ke Proklamasi Harga Diri

Jakarta - Sakit hati, ada kalanya sangat penting. Banyak orang sukses bermula karena sakit hati: kepada saudara, tetangga, teman, mantan pacar, mantan kongsi, atau kepada pesaing yang pernah mengalahkannya.

Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan karena ingin kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka ini golongan yang, setelah sukses, tidak kelihatan menikmati kekayaannya untuk kemewahan hidupnya.

Sakit hati juga biasa datang dari orang pandai yang merasa kepandaiannya tidak dimanfaatkan. Bisa juga datang dari orang yang merasa terjajah, yang kemudian ingin mengalahkan bekas penjajahnya.

Bisakah sakit hati dilakukan secara berjamaah? Oleh satu kelompok? Agar kelompok itu sukses secara bersama-sama? Bisakah sakit hati dilakukan secara nasional? Sehingga bangsa itu secara keseluruhan bisa sukses?

Sebagai orang yang pernah sakit hati, saya mencoba mengumpulkan banyak orang yang sudah lama sakit hati. Yakni para engineer yang selama ini bekerja di perusahaan-perusahaan BUMN. Mereka inilah yang merasa sakit hati setiap kali melihat kemampuan mereka diremehkan.

Salah satu puncaknya adalah saat mereka melihat proyek pembangkit listrik 10.000 MW. Mereka mempertanyakan: mengapa untuk pembangkit yang sekecil 2x7 MW pun harus mentah-mentah didatangkan dari Tiongkok? Apalagi ketika pada akhirnya proyek itu sama sekali tidak bisa dikatakan murah -oleh berbagai sebab, termasuk penyebab dari dalam negeri.

Rabu pagi tanggal 8 Agustus 2012 lalu, mereka berkumpul di aula kantor pusat Pertamina. Selama ini mereka benar-benar sakit hati. Hanya saja mereka cuma berani mengeluhkannya secara diam-diam dan sendiri-sendiri. Mereka adalah kelompok sakit hati yang meskipun tidak destruktif tapi juga tidak aktif. Mereka pada dasarnya “sakit hati, tapi setengah tidak berdaya”.

Padahal kemampuan mereka luar biasa. Asal ada yang mempersatukan dan mengkoordinasikan.

Selama ini mereka kurang diberi kesempatan sehingga kapasitas itu tercerai-berai di berbagai BUMN. Mereka bukan saja tidak bersinergi, bahkan sering saling jegal!

Lihatlah pabrik di Pasuruan ini. Siapa yang menyangka bahwa BUMN yang kelihatan setengah sekarat itu –PT Boma Bisma Indra (BBI)- mampu membuat kondensor. Alat yang menjadi bagian sangat penting dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Waktu saya berkunjung ke PT BBI Pasuruan tiga minggu lalu tiga kondensor sudah terlihat jadi. Siap diekspor ke Eropa. Kondensor itu memang dipesan oleh pabrikan besar di Eropa. Untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.

Tapi PT BBI sedang kelimpungan. Ini akibat buruknya manajemen di masa-masa yang lalu. Utangnya ke Bank Mandiri sudah macet selama 10 tahun! Bunga dan dendanya terus menggunung. Assetnya banyak tersandera sebagai jaminan bank yang tidak bisa diapa-apakan. Perusahaan ini di-blacklist oleh bank mana pun.

PT BBI juga masih punya utang dagang pada PT Krakatau Steel (KS) yang sangat besar. Juga sudah macet lebih 10 tahun. Sebagian asset PT BBI juga ditahan oleh KS sebagai jaminan sehingga tidak bisa digerakkan.

Akibatnya, kemampuan yang tinggi yang dimiliki para ahli dan karyawan PT BBI tersandera oleh keadaan perusahaan yang ‘termehek-mehek’. Mereka sakit hati dan frustrasi. Ahli tapi tidak berdaya.

Mereka ahli membuat kondensor, boiler, pabrik kelapa sawit, dan pekerjaan engineering lainnya, tapi mereka tidak ahli dalam menyelesaikan problem utang macet yang membelit perusahaannya.

Maka saya bersyukur ketika Dirut PT BBI yang sekarang, Dr Ir Lalak Indiyono, punya ide brilian untuk menguraikan benang kusut itu. Dengan skema yang cerdas, akhir tahun ini saya targetkan benang kusut tersebut sudah harus selesai. Agar tahun depan sudah bisa berlari, mengubah sakit hati menjadi ‘balas dendam’ untuk kemajuan bersama.

Dalam forum rapat akbar engineering BUMN Rabu lalu itu, Dirut PLN, Ir Nur Pamudji, juga menawarkan pembangunan 30 unit PLTU di seluruh Indonesia. Terutama yang ukurannya 20 MW ke bawah. PLTU-PLTU ini harus dibangun sepenuhnya oleh putra-putra bangsa sendiri. Baik BUMN maupun BUMN dan swasta nasional.

Inilah “Proyek 30 PLTU Merah Putih”, yang kami proklamasikan menjelang perayaan 17 Agustus 2012 untuk segera dikerjakan.

Pembagian tugas pun diputuskan: turbin dibuat PT NTP Bandung, anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia. Dengan membuat 30 turbin sekaligus, para engineer di PT NTP akan sibuk dan bisa mencapai skill yang tangguh.

Generatornya dibuat oleh PT Pindad Bandung. Membuat 30 generator sekaligus bisa sangat efisien. Boilernya dibuat PT Barata Surabaya. PT BBI membuat kondensornya. Dan PT Wika membangun sipilnya. Secara teknik, perusahaan-perusahaan BUMN tersebut benar-benar mampu mengerjakannya.

Selama ini mereka terserak, tidak terkoordinasi, dan bahkan saling menjatuhkan.

Dalam forum itu para engineer BUMN juga memproklamasikan "Pabrik Gula Merah Putih". BUMN memang akan membangun pabrik gula baru di Glenmore, Banyuwangi. Pabrik baru yang akan menjadi yang terbesar di Jawa itu, 100 persen akan made in Indonesia!

Kalau proyek ini sukses (dan harus sukses) maka revitalisasi pabrik-pabrik gula tua di seluruh Indonesia akan dikerjakan sendiri oleh putra-putra bangsa.

Alangkah akan sibuknya para engineer kita. Alangkah hidupnya pabrik-pabrik rekayasa permesinan kita. Alangkah berkembangnya kemampuan insinyur-insinyur kita.

Belum lagi proyek monorail Jakarta yg mangkrak sejak lebih 10 tahun lalu itu. Kalau Gubernur Jakarta mengeluarkan izinnya, satu BUMN yang selama ini banyak dosanya, PT Adhi Karya, akan menebus dosanya itu dengan pengabdian nyata.

Monorail Jakarta itu akan selesai dalam 26 bulan. Adhi Karya akan didukung dua BUMN lainnya, PT LEN untuk sistem elektroniknya dan PT INKA untuk keretanya. Maka begitu pilkada selesai izin akan diajukan.

Yang masih akan dirumuskan adalah: bagaimana agar putra-putra bangsa juga bisa segera memiliki kemampuan mengerjakan proyek petrochemical dan oleochemical. Sedang untuk teknologi hidrogen dan fuel cell yang kelak akan jadi alternatif sumber tenaga untuk mobil listrik juga sedang dirancang.

Kita sudah punya ahli fuel cell yang kini bekerja di BPPT dan di LIPI. Mereka sudah setuju untuk membuat prototipe fuel cell pertama di Indonesia, dengan biaya BUMN PT Batantek pimpinan Dr Ir Yudiutomo Imardjoko. Dua ilmuwan hebat akan berkolaborasi untuk energi masa depan Indonesia.

Maka dalam enam bulan, kita akan bisa melihat apakah Dr Ir Ennya Lestyani Dewi yang sekolah S1 sampai S3-nya di Jepang (atas biaya BJ Habibie) itu bisa melahirkan teknologi fuel cell Indonesia.

Tentu ilmuwan-ilmuwan energi masa depan lainnya yang belum saya ketahui dimohon bergabung ke sini.

Seperti yang sudah dibuktikan minggu lalu, salah satu putra bangsa kita juga sudah berhasil membuat prototipe permanent magnetic motor pertama di Indonesia. PMM 25 kv itu sdh terbukti berhasil dipasang di mobil listrik buatan Pindad dan berfungsi dengan sempurna.

Untuk teknologi fuel cell pun, saya melihat di balik jilbab Dr Ennya Lestyani Dewi, putri Secang, Magelang, ini menyinarkan otak encernya.

Saat ini, dari Makkah saya berdoa untuk Dr Ennya yang lagi merancang teknologi fuel cell-nya.

Sakit hati, kelihatannya memang perlu sering-sering terjadi. Asal terbuka penyalurannya.



(ang/ang)

sumber (http://finance.detik.com/read/2012/08/13/123651/1989651/4/dahlan-iskan-dari-sakit-hati-ke-proklamasi-harga-diri?991104topnews)

----------------------------------------

Terharu bener ngebacanya. Mudah2an krisis di Eropa, yg memiliki dampak ke nyaris seluruh dunia tidak menghentikan harapan ini.


NB: Bentuk tulisannya sebenarnya lebih cocok di tarok di Renungan. Tapi isi beritanya lebih berkesan aktual.
Jadi mohon, dipindahkan saja bila salah tempat ::maap::

Ronggolawe
13-08-2012, 09:19 PM
Like this a lot....

cha_n
13-08-2012, 11:47 PM
mudah2an sukses
amin ya Allah...

AsLan
14-08-2012, 01:18 AM
apa masih jamannya perusahaan milik negara ?

cha_n
14-08-2012, 05:22 AM
masih lah. yang penting harusnya emang tetap dimiliki negara. jangan sampe kejual apalagi ke negara asing

Serenade
14-08-2012, 09:26 AM
apa masih jamannya perusahaan milik negara ?

Bingung ngejawabnya gimana, nih. Tapi aku coba deh ::ungg::

Investor itu cenderung cuma tertarik dengan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan perusahaan milik negara didirikan cenderung dg pemahaman bahwa perusahaan itu emang dibutuhkan oleh masyarakat. Bila memperoleh untung pun, keuntungan itu digunakan oleh pemerintah membiayai penyelenggaraan negara.

Emang sih, sekarang sedang digalakkan privatisasi. BUMN didorong untuk menjual sahamnya ke publik, uangnya kemudian digunakan utk memperbesar/menambah kapasitas/modal usaha. Hasilnya BUMN ini diharapkan menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih menguntungkan. Keuntungan lebih lanjut adalah dengan pengawasan, keterlibatan publik sbg shareholder akan mendorong perusahaan tsb utk lebih efisien, bertumbuh. Tapi, aku pikir kita perlu berhati2 agar BUMN yg menguasai hajat hidup masyarakat, tidak dikuasai oleh asing.
Contohnya Pertamina. Kitakan bergantung bgt dg Pertamina utk urusan migas. Piutang pemerintah dari tahun kapan besarnya aujubilah. Bayangkan gmn kalo pertamina ini diprivatisasi.

ndugu
14-08-2012, 09:31 AM
milik perusahaan ga selalu jelek kok. mau privatisasi atopun tidak, kupikir yang terpenting jangan berlebihan aja. masing2 ada keuntungan dan kejelekannya. agenda beda, eksekusi beda. cuman susahnya memang menjaga keseimbangan itu.

Serenade
14-08-2012, 09:40 AM
Hadeh, baca ulang ternyata tulisanku tadi ada yg salah.

Bagian yg ini:"Piutang pemerintah dari tahun kapan besarnya aujubilah"

seharusnya: hutang pemerintah ke Pertamina dari tahun kapan tuh besarnya aujubilah

Serenade
20-08-2012, 10:12 PM
Bumper-bumper besar di tengah krisis besar

Sambil mengikuti sidang kabinet yang membicarakan pertumbuhan ekonomi di Kementerian Perindustrian Jumat lalu, saya iseng-iseng mengingat di luar kepala proyek apa saja yang akan dikerjakan BUMN untuk mendukung pertumbuhan ekonomi itu.

Saya buat daftarnya di kertas. Ternyata banyak sekali.

Tahun ini saja 15 pabrik besar harus mulai dibangun. Ketika Presiden SBY menyebut dampak krisis ekonomi Eropa pada pertumbuhan ekonomi kita, saya pun punya tekad bulat: tidak boleh satu pun dari 15 proyek tersebut yang batal atau ditunda.

Krisis ekonomi yang kian berat memang mengerikan, tapi BUMN harus bisa jadi salah satu bumper bagi ekonomi Indonesia.

Setiap pembatalan atau penundaan proyek tersebut bukan saja membawa dampak pada penurunan aktivitas ekonomi, tapi juga membawa dampak pskologis yang bisa membuat orang bersikap wait and see.

Semua pihak memang harus bertekad menjaga agar target pertumbuhan ekonomi seperti yang diinginkan Presiden SBY di atas 6% bisa tercapai.

Lima belas pabrik baru tersebut termasuk: (1) Oleokimia di Sumatera. Selama ini BUMN hanya berhenti memproduksi CPO dari kelapa sawit. Tidak berani masuk ke hilir.

Akibatnya, nilai tambah dari kelapa sawit tidak dinikmati di dalam negeri. Karena itu tiga bulan lalu saya memutuskan agar PTPN berani membangun industri oleokimia skala di atas satu juta ton setahun. Akhir tahun ini juga sudah harus dimulai. Inilah pabrik oleokimia pertama yang akan dimiliki BUMN.

Perhutani harus membangun (2) pabrik gondorukem yang besar di Pemalang, Jawa Tengah. Hutan pinus yang luas milik Perhutani di Jateng harus mempunyai nilai tambah bagi Indonesia.

Pohon-pohon pinus itu bisa dideres, getahnya menjadi gondorukem. Gondorukem diolah menjadi derivatif yang merupakan bahan cat, parfum, campuran kertas, bahan tinta, bahan campuran untuk ban mobil, dan sebagainya.

Yang lebih penting, dengan berdirinya pabrik itu ada 10.000 lapangan kerja baru. Diperlukan banyak sekali getah pinus yang hanya bisa didapat kalau ada 10.000 tenaga penderes. Sebuah lapangan kerja yang besar untuk pedesaan di sekitar Pemalang.

Inilah, seperti dikemukakan CEO Perhutani Bambang Sukmanantio, pabrik pertama gondorukem milik Perhutani sendiri.

Mendadak jajaran BUMN kini juga berpikir bagaimana agar tanah-tanah Perhutani dan PTPN bisa dimanfaatkan untuk menanam tempe, eh, kedelai secara besar-besaran. Terutama di kebun yang tanamannya masih belum berumur tiga tahun. Di sela-selanya tentu bisa dimanfaatkan untuk bahan baku tahu, tempe, dan tauco.

Semula soal ini sebenarnya baru akan kami bicarakan tahun depan. Yakni setelah tiga prioritas BUMN pangan tahun ini bisa menggelinding di lapangan: membantu menaikkan produksi beras, gula, dan ternak. Tapi dengan datangnya krisis kedelai di dunia yang begitu menggemparkan, pemikiran ini harus dimajukan.

Tentu kami masih akan melihat dulu kemampuan internal BUMN. Terutama apakah kalau melebar ke soal tahu-tempe, program utama beras, gula, dan ternak tidak akan terganggu.
Memang ada puluhan ribu hektar tanah di Perhutani dan PTPN yang bisa dimanfaatkan untuk kedelai atau jagung. Selama ini secara kecil-kecilan sebenarnya juga sudah mulai dicoba. Tapi untuk dijadikan skala raksasa memerlukan infrastruktur dan kapasitas yang baru.

Semen Indonesia (yang membawahi Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa) juga harus membangun (3) pabrik semen yang baru di Padang. Memang perluasan pabrik semen di Tuban dengan kapasitas tiga juta ton per tahun baru saja rampung. Bahkan perluasan pabrik Semen Tonasa belum selesai. Namun perluasan pabrik Semen Padang harus dimulai tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi seperti yang digariskan Presiden SBY akan sulit tercapai tanpa meningkatkan kapasitas pabrik semen. Karena itu PT Semen Indonesia (nama baru holding PT Semen Gresik nanti) harus mulai juga membangun (4) pabrik semen baru di Rembang.

PT Semen Indonesia memiliki kemampuan dan kapasitas yang besar. Proyek-proyek baru itu memang bisa membuat nafas ‘termehek-mehek’, tapi manajemen PT Semen Indonesia sudah terbukti sangat andal.

Mampu lari marathon plus halang-rintang. Manajemen di bawah CEO Dwi Soetjipto terbukti telah menjadikannya perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara.

PT Semen Indonesia Sudah mengalahkan raja Asia Tenggara, Siam Semen Thailand, dan semua pabrik semen di 10 negara lainnya.

Tentu tersedianya semen yang cukup sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Karena itu pembangunan pabrik baru (5) Semen Baturaja di Sumatera Selatan juga harus dimulai tahun ini.

Memang proses go public-nya masih terhambat soal SK 236 yang dipersoalkan DPR itu, namun ekspansi pabrik semen Baturaja tidak boleh ikut terganggu. Bisa cari dana dulu dari sumber lain.

Proyek ini terlalu penting untuk terganggu. Juga sangat menguntungkan. Di samping tentu sangat vital untuk pembangunan di Sumatera.

Di Papua, tiga proyek besar juga harus dimulai tahun ini. Pabrik (6) sagu di Sorong Selatan, sudah selesai disurvei oleh tim Perhutani. Izinnya yang semula seret, juga sudah keluar. Kini perencanaan sedang dibuat dengan melibatkan IPB dan Universitas Papua di Manokwari.

Universitas Papua memiliki ahli terkemuka yang meraih doktor pertama di bidang sagu: Dr Leo Retaubun. Sedang untuk pabriknya didesain oleh ITS Surabaya.

Pembangunan (7) pelabuhan Sorong juga sangat prestisius. Pelabuhan baru ini ibarat matahari yang terbit di timur. Akan langsung bisa dimasuki kapal yang membawa 3.000 kontainer. Langsung lebih dalam dibanding pelabuhan Surabaya dan Makassar. Inilah tekad RJ Lino CEO Indonesia Port Corporation, (IPC, nama baru Pelindo II).

Pelabuhan Surabaya saja hanya bisa dimasuki kapal yang membawa 1.300 kontainer dan pelabuhan sekelas Makassar hanya bisa dimasuki kapal yang membawa 1.100 kontainer.

Sedang Sorong akan meloncat langsung ke skala 3.000 kontainer. Tentu pelabuhan Surabaya dan Makassar juga segera diperdalam sehingga akan bisa seragam: bisa dimasuki kapal yang membawa 3.000 kontainer.

Proyek ketiga di Papua tidak kalah besarnya: (8) pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala raksasa di Wamena. Minggu ini saya akan menyertai direksi PLN ke Wamena untuk memulai pembangunan jalan dan beberapa jembatan menuju lokasi PLTA tersebut.

Jalan yang akan dibangun panjangnya 25 km ke arah Yahukimo. Inilah jalan yang akan dipakai untuk mengangkut bahan dan peralatan. Tentu juga sangat bermanfaat untuk penduduk sekitar.

Listrik PLTA ini bisa untuk menerangi seluruh kawasan tengah Papua dan menjadi proyek raksasa pertama di pedalaman Papua. Saya berharap masih kuat jalan kaki sejauh 25 km di pegunungan Wamena itu seperti yang saya lakukan persis setahun yang lalu.

Krakatau Steel juga harus memulai pembangunan (9) pabrik baja baru. Dananya, lokasinya, dan pasarnya sudah tersedia. Inilah pabrik baru dengan teknologi baru yang lebih efisien.

Tidak seperti pabrik lama yang karena teknologinya sangat tua harga jual di pasarnya bisa lebih mahal 100 dolar per tonnya.

Proyek ini juga sekaligus untuk mengimbangi agar Krakatau Steel tidak terlihat seperti fosil di depan pabrik baja baru kerja samanya dengan Posco Korea di sebelahnya, yang akhir tahun depan sudah bisa uji coba produksinya.

Di Jatim juga segera dimulai pembangunan (10) pabrik gula baru Banyuwangi. Ini akan menjadi pabrik gula terbesar milik BUMN. Juga menjadi pabrik gula yang modern di tengah 52 pabrik gula manula.

Memang banyak tuntutan untuk melakukan revitalisasi pabrik-pabrik gula yang tua itu, tapi sebaiknya itu baru dilakukan dua tahun lagi. Yakni setelah pembenahan manajemen di seluruh PG selesai. Manajemen adalah segala-galanya. Biar pun pabriknya baru kalau manajemennya payah, pabrik tersebut bisa tiba-tiba tua.

Menghadapi tuntutan seperti itu saya selalu menegaskan kepada manajemen mereka: buktikan dulu dengan pabrik yang tua bisa berkinerja yang baik. Pabrik gula adalah pabrik yang serba mekanik. Berarti bisa berumur panjang. Sepanjang manajemennya andal.

Terbukti dengan pembenahan manajemen yang dilakukan awal tahun tadi, kini semua pabrik gula mampu meningkatkan produksi dan memperbaiki mutu. Saya seperti tidak sabar menunggu selesainya musim giling tahun ini untuk melihat prestasi baru seluruh manajemen pabrik gula BUMN.

Setelah ini saya pun ingin di setiap kelompok pabrik gula terbangun satu PG yang berstandar internasional. Untuk dijadikan benchmark bagi yang lain. Misalnya PG Krebet Baru di Malang, Tasikmadu di Bantul, Pesantren di Kediri, Rajawali II di Purwadadi, Subang, dan beberapa lagi.

Masih lima proyek baru lagi yang tidak kebagian tempat untuk diuraikan di sini. Belum lagi pembangunan puluhan pabrik kelapa sawit (PKS) yang juga dilakukan tahun ini. Begitu banyaknya, pembangunan PKS itu sehingga sudah menjadi seperti kegiatan rutin saja.

Yang masih mengganjal adalah ini: kapan Pertamina bisa membangun kilang minyak sendiri! Pertamina masih terlalu sibuk dengan urusan-urusan rutinnya!

sumber (http://kickdahlan.wordpress.com/2012/07/29/bumper-bumper-besar-di-tengah-krisis-besar/)

--------------------------------------------

Ternyata ada wordpressnya (http://kickdahlan.wordpress.com/category/01-manufacturing-hope/) dan ini tulisan yg lebih lama. ::doh::

Btw, kilang minyak emang besar banget modalnya. Ga sabar menunggu, cepatan yg mana, berdirinya kilang minyak baru atau industri mobil listrik. :ngopi:

cha_n
20-08-2012, 10:41 PM
Aku biasanya baca dari sini http://dahlaniskan.wordpress.com/

BundaNa
20-08-2012, 10:49 PM
Buat monorail jakarta, kalo foke jadi gubernur lagi, jangan ngarep jalan. Waktu pilkada 5 tahun lalu si kumis menjanjikan monorail jadi dalam waktu setau tapi sampe skr mangkrak -_-

Buat janji2 DI yg lain, gwe berharap itu bener2 jalan, BUMN emang sebaiknya bersinergi, bukan saling jegal cari muka

Pak DI ati2 sama hati dan ginjalnya ya

Serenade
20-08-2012, 10:57 PM
Iya nih, mudah" an tetap sehat, Pak DI ....

Bangsa ini perlu kemampuan manajemen dan salesmanshipnya Pak DI. ::maap::

red_pr!nce
21-08-2012, 06:50 AM
Perusahaan negara juga bisa korup kalau dia cuma beroperasi secara tunggal, alias monopoli. Dia akan merasa rakyat butuh produk yang dia bikin, sementara gak ada perusahaan lain yang jadi saingannya, jadi dia bisa mainin harga seenaknya. Kalau udah terjadi yang kayak gini, rasanya perusahaan privat pun akan lebih baik daripada perusahaan negara. Tapi jangan salah. Perusahaan privat hanya mementingkan diri mereka sendiri aja dan gak peduli dengan kepentingan rakyat.

Yang paling ideal tentu aja kayak di China. Semua perusahaan yang bergerak di bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dimiliki oleh negara, tapi pemerintah juga bikin banyak perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. Misalnya, pemerintah China membangun 5-6 perusahaan minyak, sehingga mereka semua bisa meningkatkan kualitas sambil menurunkan harga serta meningkatkan pelayanan terhadap rakyat. Perusahaan-perusahaan itu kemudian bisa bertahan dan malah mengglobal karena selalu mendapatkan dukungan finansial pemerintah di satu sisi, dan di sisi lain, mereka bisa mensejahterakan rakyat China yang jumlahnya 1.4 milyar manusia itu.

Dengan cara seperti itu, China meraup keuntungan dari 2 sistem: liberal dan komunis, sekaligus. :D

Bahkan kabar terakhir, perusahaan-perusahaan milik negara China bisa mengakuisisi perusahaan-perusahaan privat Eropa dan Amerika, yang secara gak langsung juga menghancurkan kredibilitas sistem kapitalisme bebas ala Barat. ::ngakak2::

Serenade
21-08-2012, 11:03 AM
Perusahaan negara juga bisa korup kalau dia cuma beroperasi secara tunggal, alias monopoli. Dia akan merasa rakyat butuh produk yang dia bikin, sementara gak ada perusahaan lain yang jadi saingannya, jadi dia bisa mainin harga seenaknya. Kalau udah terjadi yang kayak gini, rasanya perusahaan privat pun akan lebih baik daripada perusahaan negara.

Teringat monopoli Telkom jaman dulu....

Bener, sih, tapi gelagatnya, dg kecerewetan DPR jaman skrg, hal ginian bisa dikurangin.


Yang paling ideal tentu aja kayak di China. Semua perusahaan yang bergerak di bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dimiliki oleh negara, tapi pemerintah juga bikin banyak perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. Misalnya, pemerintah China membangun 5-6 perusahaan minyak, sehingga mereka semua bisa meningkatkan kualitas sambil menurunkan harga serta meningkatkan pelayanan terhadap rakyat. Perusahaan-perusahaan itu kemudian bisa bertahan dan malah mengglobal karena selalu mendapatkan dukungan finansial pemerintah di satu sisi, dan di sisi lain, mereka bisa mensejahterakan rakyat China yang jumlahnya 1.4 milyar manusia itu.

Dengan cara seperti itu, China meraup keuntungan dari 2 sistem: liberal dan komunis, sekaligus. :D

Hmm.... di Indonesia urusan migas ini rada terpusat. Rasanya pengen banyak ngebaca lagi sistem BUMN di China, apa bisa diterapin di Indo :mikir:


Bahkan kabar terakhir, perusahaan-perusahaan milik negara China bisa mengakuisisi perusahaan-perusahaan privat Eropa dan Amerika, yang secara gak langsung juga menghancurkan kredibilitas sistem kapitalisme bebas ala Barat. ::ngakak2::

AS skrg aja banyak diamnya setelah surat hutangnya byk dibeli Cina ::hihi::

Tapi seriously, lho, ya, aku ngeliat perkembangan Cina ini pesat banget dan merasa semua hal selalu dikaitkan dg Cina. Ini ga bagus. Cina mengalami masalah dikit aja, semuanya kena imbas.
Sekarang harga batu bara, CPO, karet, logam, nyaris semuanya deh (kecuali minyak kykny) mengalami penurunan krn Cina mengurangi permintaan brg2 tsb. Rasanya ga bener, nih, krn Cina bertumbuh pesat, kita jadi terlena dg ekspor.

Kalo pemerintah ga tegas, mengupayakan secara maksimal konsumsi dalam negeri, dg memproduksi dan memakai sendiri produk2 dalam negeri, nasib kita bergantung dg pertumbuhan negara lain. ::doh::

red_pr!nce
21-08-2012, 11:12 AM
Hmm.... di Indonesia urusan migas ini rada terpusat. Rasanya pengen banyak ngebaca lagi sistem BUMN di China, apa bisa diterapin di Indo :mikir:

Rasanya agak mustahil selama pemerintah tidak punya political will untuk melakukannya.
Tapi sebenernya sih, secara sumber daya, kita bisa melakukannya.



AS skrg aja banyak diamnya setelah surat hutangnya byk dibeli Cina ::hihi::

Tapi seriously, lho, ya, aku ngeliat perkembangan Cina ini pesat banget dan merasa semua hal selalu dikaitkan dg Cina. Ini ga bagus. Cina mengalami masalah dikit aja, semuanya kena imbas.
Sekarang harga batu bara, CPO, karet, logam, nyaris semuanya deh (kecuali minyak kykny) mengalami penurunan krn Cina mengurangi permintaan brg2 tsb. Rasanya ga bener, nih, krn Cina bertumbuh pesat, kita jadi terlena dg ekspor.

Kalo pemerintah ga tegas, mengupayakan secara maksimal konsumsi dalam negeri, dg memproduksi dan memakai sendiri produk2 dalam negeri, nasib kita bergantung dg pertumbuhan negara lain. ::doh::

Kalau dilihat dari sistem ekonomi kapitalisme, peningkatan permintaan akan berakibat pada peningkatan harga barang, dan sebaliknya. Saat ini, China sudah menjadi pemain utama perekonomian dunia karena rakyatnya yang jumlahnya amat sangat massive. Ini berakibat pada besarnya permintaan dari China, sehingga amat logis dan alami kalau harga barang-barang juga meningkat atau menurun karena kesejahteraan bangsa China.

Kalau seandainya bangsa China jadi miskin, maka permintaan dari China menurun, sehingga ekspor ke China menurun, dan dunia akan batuk-batuk.
Sebaliknya, kalau bangsa China jadi kaya, maka permintaan dari China meningkat, sehingga ekspor ke China meningkat, dan dunia akan kelimpahan materi.

Hal yang sama pernah terjadi di dekade awal 1900an, di mana semua hal dikaitkan dengan Amerika sebagai negara industri terkaya di dunia saat itu.

Serenade
21-08-2012, 11:29 AM
^
Well, walaupun bisa dibilang mustahil kalo kita ga membutuhkan negara lain, jangan sampe deh, kita terlena dg ekspor ke satu atau dua negara. Mosok, konsumsi tembaga Cina bisa 40% produksi dunia. ::doh:: massive banget, sampe ngeri ngebayangin bila Cina mengalami masalah dikit aja. Bagaimana tuh nasib para pengekspor ke Cina.

pasingsingan
21-08-2012, 11:50 AM
mengapa BUMN & BUMD banyak yng salah kelola?
itu yng mestinya dijadikan fokus pemecahan masalah
bukan sekedar merubah bentuk atau mengobrak-abrik strukturnya
mao bentuk apapun klo pengelolanya gak punya kompetensi memadai
maseh banyak yng bermental birokrat daripada korporat ya sama juga
sami mawon alias podo wae :D

BundaNa
21-08-2012, 11:56 AM
^makanya mbah, DI mau membenahi masalah pengelolaan itu. Kalo BUMN n BUMD masing2 bisa simbiosis mutualisme kan lebih bagus lagi, mbah

Serenade
21-08-2012, 11:59 AM
^
Kalo ngebaca bbrp tulisan yg mengikuti jejak langkah Pak DI, memang itu yg sdg dikerjakan olehnya.
Ada tahap" pembenahannya, aku lupa, tetapi saat ini masuk tahap pembenahan pimpinan puncak BUMN.
Mudah"an berhasil. Terutama menghancurkan jembatan penghubung pimpinan BUMN dg para politisi korup.

red_pr!nce
21-08-2012, 12:23 PM
^
Well, walaupun bisa dibilang mustahil kalo kita ga membutuhkan negara lain, jangan sampe deh, kita terlena dg ekspor ke satu atau dua negara. Mosok, konsumsi tembaga Cina bisa 40% produksi dunia. ::doh:: massive banget, sampe ngeri ngebayangin bila Cina mengalami masalah dikit aja. Bagaimana tuh nasib para pengekspor ke Cina.

Bangsa China adalah bangsa yang produktif. Mereka gencar membangun infrastruktur di mana-mana. Bahkan kabarnya, mereka juga membangun berbagai infrastruktur di negara-negara berkembang di Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Infrastruktur kan butuh material, salah satunya tembaga. Untuk bisa mendapatkan tembaga, mereka harus membeli tembaga dari seluruh dunia.