PDA

View Full Version : Pemerintah Cina Makin Tegas Berantas Gereja Rumah



Parameswara Li
03-07-2012, 02:36 PM
Pemerintah Cina Makin Tegas Berantas Gereja Rumah

Setiap negara memiliki kebijakannya tersendiri untuk mengontrol masyarakatnya. Pihak berwenang Cina di provinsi barat daya Sichuan memberikan peringatan kepada pemimpin gereja untuk menghentikan kegiatan gerejanya yang berbasis keluarga. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk otoritas Cina untuk menghentikan gereja yang tidak resmi atau yang biasa disebut gereja rumah.

"Pihak berwenang telah meminta kami untuk mengakhiri kegiatan keluarga kami (jemaat gereja), mereka menyebut pertemuan kami ilegal," kata Pastor Li, pemimpin gereja rumah dengan 1.500 anggota yang berbasis di kota Qili, Langzhong Sichuan.

Menurut Li, pemberitahuan dari pemerintah itu dikirim ke rumah salah seorang jemaat bukan ke tempat pertemuan mereka. "Doa Pertemuan kami hari itu memiliki sekitar 20 orang percaya," kata Li, menambahkan bahwa karena ukuran besar jemaatnya, gereja pertemuan diadakan dalam kelompok kecil di desa-desa daerah.

Pemerintah Cina akhir-akhir ini makin tegas menghentikan kegiatan gereja-gereja rumah yang diperkirakan beranggotakan 40 juta jiwa ini dan memerintahkan jemaat untuk bergabung dengan gereja resmi. Ini adalah upaya pemerintah untuk tetap mengontrol kegiatan gereja.



Pemimpin Gereja Di Cina Minta Perlindungan

Pemimpin 17 gereja Kristen tidak resmi di Cina mendesak pemerintah melindungi hak mereka untuk beragama dan beribadah. Desakan ini tercantum dalam petisi yang disampaikan kepada ketua parlemen, Wu Bangguo.

"Kami mengamati konflik antara gereja dan pemerintah di Beijing dan menurut kami tidak ada keinginan untuk mencoba mengatasi masalah ini," demikian salah satu bunyi petisi tersebut.

Para pemimpin gereja mendesak pemerintah mengeluarkan undang-undang baru yang melindungi kebebasan beragama. Melalui petisi ini mereka mendesak penyelidikan perlakuan buruk aparat pemerintah terhadap anggota gereja Shouwang. Konstitusi Cina menjamin hak beribadah namun puluhan anggota gereja ditangkap dalam beberapa bulan terakhir.

Reaksi pemerintah

Shouwang adalah salah satu kelompok Kristen bawah tanah di Beijing dengan anggota lebih dari 1.000 orang. Selama ini mereka bisa melakukan kegiatan dengan relatif lancar namun belakangan membuat pemerintah marah karena bersikukuh ingin menggelar misa di udara terbuka setelah sewa gedung yang dipakai sebagai gereja tidak diperpanjang.

Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan para anggota Shouwang beberapa kali mengadakan kegiatan di jalan. Tindakan pemerintah untuk menindak mereka ditujukan untuk menjaga ketertiban umum.

"Pemerintah Cina menjamin hak rakyat dalam beragama dan beribadah namun semuanya harus dalam koridor hukum yang berlaku," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Jiang Yu dalam keterangan pers kepada para wartawan di Beijing. "Dalam menjalankan hak ini rakyat tidak boleh mengganggu keamanan dan ketertiban umum," kata Jiang Yu.




http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/05/110512_kristen_cina.shtml

http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/90/news/120530190206/limit/0/Pemerintah-Cina-Makin-Tegas-Berantas-Gereja-Rumah

spears
03-07-2012, 03:31 PM
wuih...di Cina yahhhh...nggak nyangka.
udah internetan dilarang, dengerin lagu Lady Gaga dilarang... segala2 dilarang
emang China nih alirannya apa sih? Komunis kan?
Komunis itu anti agama ya??
wah..ironis sekali..disaat para anti agama meneriakkan kampanye bahwa dunia tanpa religion adalah dunia yang damai (krn nggak ada perang atas nama agama)...ehh trnyata dunia org tak beragama malah lebih keji daripada org beragama.

hm...dari kasus ini aku belajar.. bahwa beragama dan berTuhan itu sejuta kali lebih baik drpd nggak punya agama/tuhan.

pasingsingan
03-07-2012, 03:41 PM
@spears:

mayoritas rakyat china penganut kong hucu [cmiiw]
btw, thd pemeluk agama selain kristen apakah diskriminatif jg yak
share info please :D

Parameswara Li
03-07-2012, 04:06 PM
Di RRC memang aturan tentang agama lebih ketat daripada negara lain. Agama Kristen sudah masuk ke Cina sejak abad ke 7. Ajaran waktu itu menyebar ke Cina adalah Nestorian (Kristen Syria). Ajaran ini kemudian menghilang seiring dengan jatuhnya Dinasti Tang. Muncul kembali di Cina melalui penganutnya dari Mongolia (Ibu Kubhilai Khan adalah penganut Nestorian), namun kemudian lenyap lagi. Kekristenan modern baru masuk Cina pada abad ke 16 dibawa oleh misionaris Eropa.

Sekarang ini pemerintah RRC membuat organisasi payung untuk penganut agama Kristen baik Protestan maupun Katholik. Untuk Protestan ada organisasi 中国基督教三自爱国运动委员会 (The Three-Self Patriotic Movement) dan 中国基督教协会 ( China Christian Council). Kedua organisasi ini saling berkaitan satu sama lain dan fungsinya adalah memayungi seluruh gereja-gereja protestan yang ada di Cina. Fungsinya hampir mirip dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), perbedaannya adalah pengawasan pemerintah Cina lebih ketat terhadap organisasi tersebut. Gereja-gereja yang ada di Cina harus masuk dalam struktur tersebut. Jika tidak maka dianggap liar dan tentu saja ilegal. Gereja-gereja yang tidak masuk struktur tersebut kemudian disebut gereja rumah.

Untuk Katholik, ada 中國天主教愛國 (Chinese Patriotic Catholic Association). Tidak semua orang Katholik mau bernaung di bawah organisasi ini karena pemerintah Cina menekankan pentingnya kedaulatan Cina di segala bidang. Artinya penunjukan pejabat tinggi gereja adalah urusan Cina, bukan urusan orang-orang asing di luar Cina sehingga hal ini mengakibatkan hubungan dengan Vatikan memburuk. Di semua negara, Uskup atau Uskup Agung ditunjuk oleh Vatikan, hal inilah yang ditentang pemerintah Cina karena mereka berpendapat bahwa urusan keagamaan orang Cina haruslah diputuskan oleh orang Cina sendiri, bukan orang asing. Penganut Katholik yang setuju dengan pendapat pemerintah bergabung dengan Gereja Patriot, sedangkan yang tidak setuju harus beribadah sembunyi-sembunyi sehingga sering disebut gereja bawah tanah yang tentu saja ilegal. Jadi ada uskup versi negara, ada uskup versi Vatikan.

gogon
03-07-2012, 04:07 PM
...
Pemerintah Cina akhir-akhir ini makin tegas menghentikan kegiatan gereja-gereja rumah yang diperkirakan beranggotakan 40 juta jiwa ini dan memerintahkan jemaat untuk bergabung dengan gereja resmi. Ini adalah upaya pemerintah untuk tetap mengontrol kegiatan gereja.
...

jadi ada gereja resmi tapi jemaatnya ngga mau gabung ke situ, dan memilih gereja non-resmi (gereja rumah).
penyebabnya apa nih.. apakah ada mata-mata pemerintah di dalam gereja tsb, atau sebab lain ...


...
Selama ini mereka bisa melakukan kegiatan dengan relatif lancar namun belakangan membuat pemerintah marah karena bersikukuh ingin menggelar misa di udara terbuka setelah sewa gedung yang dipakai sebagai gereja tidak diperpanjang.

Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan para anggota Shouwang beberapa kali mengadakan kegiatan di jalan. Tindakan pemerintah untuk menindak mereka ditujukan untuk menjaga ketertiban umum.

"Pemerintah Cina menjamin hak rakyat dalam beragama dan beribadah namun semuanya harus dalam koridor hukum yang berlaku," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Jiang Yu dalam keterangan pers kepada para wartawan di Beijing. "Dalam menjalankan hak ini rakyat tidak boleh mengganggu keamanan dan ketertiban umum," kata Jiang Yu.
sewa gedung untuk gereja tidak diperpanjang?
masa 40jt umat ngga mau saweran sedikit untuk memperpanjang biaya sewa nya.
atau minimal yg 1000 orang itu,

Parameswara Li
03-07-2012, 04:12 PM
mayoritas rakyat china penganut kong hucu [cmiiw]
btw, thd pemeluk agama selain kristen apakah diskriminatif jg yak
share info please :D

Maaf pakde, Confusianisme itu bukan termasuk agama di Cina, bahkan tidak pernah menjadi agama. Di masa lalu fungsi Confusianisme adalah dasar negara, sehingga kalau mau dibandingkan dengan Indonesia maka Confusianisme itu setara dengan Pancasila.

Sejak Dinasti Han sampai dengan Dinasti Qing, Confusianisme adalah dasar negara. Oleh karena itu apapun agamanya, setiap orang Cina haruslah memahami Confusianisme.

E = mc˛
03-07-2012, 04:14 PM
@spears:

mayoritas rakyat china penganut kong hucu [cmiiw]
btw, thd pemeluk agama selain kristen apakah diskriminatif jg yak
share info please :D

spt kata P-Li, kontrol agama di China sangat ketat. Permasalan konflik muslim Uygur dan Mongolia Dalam bukan sekedar karena motif ekonomi-otonomi, juga karena masalah rasial dan agama. Budha juga sama, sampai-sampai ada Dalai Lama versi China (meski alasan politis lebih kuat), yg jelas, gerakan keagamaan mesti dikontrol oleh pemerintah.

pasingsingan
03-07-2012, 04:16 PM
Untuk Katholik, ada 中國天主教愛國 (Chinese Patriotic Catholic Association). Tidak semua orang Katholik mau bernaung di bawah organisasi ini karena pemerintah Cina menekankan pentingnya kedaulatan Cina di segala bidang. Artinya penunjukan pejabat tinggi gereja adalah urusan Cina, bukan urusan orang-orang asing di luar Cina sehingga hal ini mengakibatkan hubungan dengan Vatikan memburuk. Di semua negara, Uskup atau Uskup Agung ditunjuk oleh Vatikan, hal inilah yang ditentang pemerintah Cina karena mereka berpendapat bahwa urusan keagamaan orang Cina haruslah diputuskan oleh orang Cina sendiri, bukan orang asing. Penganut Katholik yang setuju dengan pendapat pemerintah bergabung dengan Gereja Patriot, sedangkan yang tidak setuju harus beribadah sembunyi-sembunyi sehingga sering disebut gereja bawah tanah yang tentu saja ilegal. Jadi ada uskup versi negara, ada uskup versi Vatikan.
wooww .... gitu toh
jadi secara legal formal (baca kelembagaan)
pemerintah china inginnya tetap bisa mengkontrol


thanks infonya Li :D

BundaNa
03-07-2012, 04:21 PM
Chinna kayaknya untuk urusan sospolbud masih dikontrol sama pemerintah dengan ketat ya...sampe gereja2 rumah aja bisa diuber2

Parameswara Li
03-07-2012, 04:31 PM
spt kata P-Li, kontrol agama di China sangat ketat. Permasalan konflik muslim Uygur dan Mongolia Dalam bukan sekedar karena motif ekonomi-otonomi, juga karena masalah rasial dan agama. Budha juga sama, sampai-sampai ada Dalai Lama versi China (meski alasan politis lebih kuat), yg jelas, gerakan keagamaan mesti dikontrol oleh pemerintah.

Kalau masalah Uyghur dan Mongolia Dalam (Nei Menggu) saya melihatnya lebih kepada ketidakpuasan rakyat setempat atas eksploitasi pemerintah pusat terhadap tanah mereka. Sebagai contoh kerusuhan di Xinjiang itu awal mulanya memang peristiwa kekerasan yang melibatkan orang Uyghur di Guangdong (Cina Selatan). Di Xinjiang yang merupakan tanah air orang Uyghur hal ini menjadi besar. Kalau soal rasial mungkin ada sedikit tapi kalau agama jelas tidak. Orang Uyghur di Xinjiang membenci para pendatang karena para pendatang yang biasanya lebih terampil dan berpendidikan itu membuat mereka (orang Uyghur) terpinggirkan sehingga kemakmuran yang dijanjikan pemerintah pusat tidak terdistribusi secara merata. Saya katakan hal ini tidak berhubungan dengan agama karena Orang Uyghur membenci baik pendatang Han maupun Hui (muslim Cina). Di mata orang-orang Uyghur kaum muslim Hui tidak ada bedanya dengan orang Han. Pada peristiwa kerusuhan itu orang Hui (yang jelas beragama Islam) berada satu kubu dengan orang Han untuk menghadapi orang Uyghur. Orang Hui berbeda dengan orang Uyghur. Mereka biasanya sangat nasionalis, memandang diri mereka sebagai orang Cina yang beragama Islam. Sejalan dengan program pembangunan di Xinjiang banyak dari orang Hui yang pindah ke sana. Mereka sangat pintar berdagang sehingga menguasai perdagangan eceran. Bayangkan saja, dengan orang Han yang menguasai Birokrasi dan orang Hui yang masuk ke bisnis, pantas saja kalau banyak orang Uyghur yang merasa kesal.

Kasus Tibet agak berbeda karena tempramen orang Tibet berbeda dengan orang Uyghhur yang brangasan. Orang Tibet cenderung lebih tenang menghadapi segala permasalahan. Namun keadaan Tibet juga hampir mirip seperti di Xinjiang. Di Lhasa itu banyak toko-toko cindera mata yang ternyata kepunyaan orang Hui. Jadi kalau buat saya faktor ekonomi memegang peranan yang sangat krusial.

heihachiro
03-07-2012, 04:40 PM
^ mirip2 orang Yahudi di Eropa sebelum Perang Dunia ya? ;))

E = mc˛
03-07-2012, 04:42 PM
bagaimanapun, gerakan keagamaan kan berupa gerakan massa. gampang ditunggangi ide radikal oposisi. Tanpa kontrol ketat, gampang dijadikan kendaraan buat menentang kekuasaan pusat.

heihachiro
03-07-2012, 04:42 PM
maksud saya, orang Han (dan orang Hui) di Xinjiang dan Tibet ^^

Parameswara Li
03-07-2012, 04:52 PM
wooww .... gitu toh
jadi secara legal formal (baca kelembagaan)
pemerintah china inginnya tetap bisa mengkontrol
thanks infonya Li :D

Ya mereka ingin sebanyak mungkin menyaring pengaruh yang masuk dari luar Cina. Jadi kalau ada pemuka agama yang mau berceramah di sana prosesnya bisa ribet sekali dan sangat melelahkan. Berbeda sekali dengan Indonesia dimana orang asing mudah sekali berceramah di sini.

Untuk pemisahan gereja sebenarnya bukan monopoli Cina saja. Dulu Gereja Anglikan juga berpisah dari Roma, walaupun dengan alasan yang berbeda.



Chinna kayaknya untuk urusan sospolbud masih dikontrol sama pemerintah dengan ketat ya...sampe gereja2 rumah aja bisa diuber2

Memang ironis dan patut disayangkan. Tapi bagaimanapun juga pelanggaran hukum tidak boleh dibiarkan, lagipula yang menindak adalah pemerintah yang memang punya wewenang untuk melakukan itu, bukan masyarakat biasa.



^ mirip2 orang Yahudi di Eropa sebelum Perang Dunia ya? ;))

Kasusnya berbeda dengan keadaan orang Yahudi sebelum PD II. Kalau orang Yahudi diperlakukan buruk karena keyahudian mereka yang tentu saja tidak bisa diubah. Kalau orang-orang Kristen Cina ini kan hanya masalah interpretasi terhadap sejauh mana wewenang pemerintah saja.



maksud saya, orang Han (dan orang Hui) di Xinjiang dan Tibet ^^

Oh, kalau itu mungkin agak sedikit mirip. Perbedaannya adalah bahwa orang Han dan Hui tidak dimusuhi pemerintah dan jumlah mereka makin lama makin banyak akibat banyaknya orang yang bermigrasi ke sana.

heihachiro
03-07-2012, 04:56 PM
...
Kasusnya berbeda dengan keadaan orang Yahudi sebelum PD II. Kalau orang Yahudi diperlakukan buruk karena keyahudian mereka yang tentu saja tidak bisa diubah. Kalau orang-orang Kristen Cina ini kan hanya masalah interpretasi terhadap sejauh mana wewenang pemerintah saja.

maksud saya ini

^ mirip2 orang Yahudi di Eropa sebelum Perang Dunia ya? ;))


maksud saya, orang Han (dan orang Hui) di Xinjiang dan Tibet ^^

si orang2 Hui dan Han di Xinjiang kan posisinya minoritas, tapi punya power di pemerintahan dan ekonomi, mirip2 Yahudi di Eropa dulu gitu :D

tapi setelah dipikir-pikir ga bisa disamain juga sih, kalo Yahudi kan dulu minoritas di negara orang, lha ini orang2 Han dan Hui kan di negara sendiri, hanya saja di SAR Xinjiang-Uighur itu jadi minoritas ^^

Parameswara Li
03-07-2012, 04:57 PM
bagaimanapun, gerakan keagamaan kan berupa gerakan massa. gampang ditunggangi ide radikal oposisi. Tanpa kontrol ketat, gampang dijadikan kendaraan buat menentang kekuasaan pusat.

Oleh sebab itu pemerintah RRC begitu keras beraksi terhadap Gerakan Falungong. Gerakan Falungong berpotensi menyimpang dari ide awalnya. Dalam sejarah Cina banyak terjadi gerakan yang pada awalnya hanya gerakan keagamaan biasa kemudian berkembang menjadi gerakan politik dan militer. Contoh yang paling jelas adalah Pemberontakan Serban Kuning yang mengakibatkan destabilitas Dinasti Han dan Pemberontakan Taiping yang sangat melemahkan Dinasti Qing.

heihachiro
03-07-2012, 04:58 PM
jiyah, udah ditambahin, telat :P

Parameswara Li
03-07-2012, 05:02 PM
tapi setelah dipikir-pikir ga bisa disamain juga sih, kalo Yahudi kan dulu minoritas di negara orang, lha ini orang2 Han dan Hui kan di negara sendiri, hanya saja di SAR Xinjiang-Uighur itu jadi minoritas ^^

Kalau dibilang minoritas mungkin tidak juga karena komposisi penduduk Xinjiang saat ini Uyghur 45%, Han 41%, Hui 5%. Gabungan orang Han dan Hui setara dengan orang Uyghur. Bahkan di Urumqi (ibukota Xinjiang) komposisi penduduknya Han 75,3 % Uyghur 12,79% Hui 8,03%. Jadi di Urumqi mereka malah mayoritas.

heihachiro
03-07-2012, 05:06 PM
Kalau dibilang minoritas mungkin tidak juga karena komposisi penduduk Xinjiang saat ini Uyghur 45%, Han 41%, Hui 5%. Gabungan orang Han dan Hui setara dengan orang Uyghur. Bahkan di Urumqi (ibukota Xinjiang) komposisi penduduknya Han 75,3 % Uyghur 12,79% Hui 8,03%. Jadi di Urumqi mereka malah mayoritas.

iya, itu sebabnya di sana rawan rusuh kalo udah ada gesekan antara Uighur - Han, suku Uyghur-nya malah jadi minoritas di ibukota wilayah sendiri, kata temen sih mirip2 di Jayapura ^^

Parameswara Li
03-07-2012, 05:10 PM
iya, itu sebabnya di sana rawan rusuh kalo udah ada gesekan antara Uighur - Han, suku Uyghur-nya malah jadi minoritas di ibukota wilayah sendiri, kata temen sih mirip2 di Jayapura ^^

Ya agak mirip seperti itu. Kemakmuran yang dijanjikan pemerintah pusat di Beijing ternyata sebagian besar dinikmati para pendatang, bukan penduduk asli. Padahal pemerintah sudah mengeksploitasi Xinjiang. Daerah tersebut menyimpan banyak deposit minyak bumi dan barang-barang tambang lain. Wajar kalau mereka menganggap ini sebagai bentuk ketidakadilan.

danalingga
03-07-2012, 06:55 PM
wuih...di Cina yahhhh...nggak nyangka.
udah internetan dilarang, dengerin lagu Lady Gaga dilarang... segala2 dilarang
emang China nih alirannya apa sih? Komunis kan?
Komunis itu anti agama ya??
wah..ironis sekali..disaat para anti agama meneriakkan kampanye bahwa dunia tanpa religion adalah dunia yang damai (krn nggak ada perang atas nama agama)...ehh trnyata dunia org tak beragama malah lebih keji daripada org beragama.

hm...dari kasus ini aku belajar.. bahwa beragama dan berTuhan itu sejuta kali lebih baik drpd nggak punya agama/tuhan.

Komunis itu harusnya sih bukan anti agama tapi anti kapitalisme.

Parameswara Li
03-07-2012, 07:23 PM
iya, itu sebabnya di sana rawan rusuh kalo udah ada gesekan antara Uighur - Han, suku Uyghur-nya malah jadi minoritas di ibukota wilayah sendiri, kata temen sih mirip2 di Jayapura ^^

Yang lebih tragis lagi, etnis-etnis minoritas yang merupakan penduduk asli Xinjiang seperti Kazakh (hampir 7%) dan Kyrgyz (hampir 1%) juga tidak mendukung orang Uyghur. Menurut logika mereka, jika Xinjiang merdeka maka banyak orang Han dan Hui yang akan keluar dari Xinjiang. Hal ini akan mengakibatkan orang Uyghur menjadi mayoritas mutlak. Kalau itu terjadi ditakutkan bahwa negara Xinjiang yang baru itu akan memprioritaskan orang Uyghur dan menganaktirikan etnis minoritas seperti mereka. Orang Kazakh dan Kyrgyz memilih untuk berada dibawah pemerintahan orang Han daripada Uyghur. Jadi posisi orang Uyghur memang terjepit.

AsLan
03-07-2012, 10:57 PM
Komunis itu harusnya sih bukan anti agama tapi anti kapitalisme.

Mungkin Komunis ingin rakyatnya setia 100% pada komunitas atau kepada pimpinan komunitas tersebut, keberadaan agama kan menyimpangkan hal tersebut, orang beragama condong untuk setia pada Tuhan atau pemimpin agamanya, agama tidak sejalan dengan pemerintah yg otoriter.

Banyak loh pendeta2 Indonesia yg diam2 rutin berkunjung ke China dan ikut memperkuat gereja bawah tanah, gereja2 bawah tanah ini sangat penting karena gereja resmi bentukan pemerintah sangat kacau, mereka melayani pemerintah bukan melayani Tuhan.

Teman saya pernah menemani seorang konglomerat indonesia berkunjung ke Korut, disana pak pengusaha kita ini mengungkapkan keinginannya untuk beribadah di hari minggu, pejabat2 Korut langsung menyanggupi...
di hari minggu gereja sudah siap, seluruh kursi penuh dengan "jemaat" (yg kelihatannya sangat disiplin seperti militer), lengkap juga dengan "pendeta" yg kotbahnya entah ngomong tentang apa... :))

BundaNa
03-07-2012, 11:19 PM
mirip dgn orba yg akhirnya membantai jamaah di tanjung priok, amir biki salah satunya -_-

ndableg
04-07-2012, 02:47 AM
Gw mengerti kenapa pemerintah cina begitu. Yg namanya ibadah ya dirumah ibadah. Karena dalam acara2 ibadah ada ceramah/kotbahnya yg bisa disusupi masalah politik. Mereka perlu mengawasi. Kalo sekadar pengajian 5 - 10 orang aja sih ga diuber2 kayaknya..

Ud untung lah boleh beribadah di rumah ibadah.. gw pikir sama sekali ga boleh.

spears
04-07-2012, 09:49 AM
^masa?

coba mana anak lulusan The Ishaputra Institute dengan murid lulusannya yg cum laude itu? ::hihi::
klo ini tjd di Indonesia, dan dilakukan oleh pemerintah indonesia pasti komennya begini : "beginilah Indonesia, mau2nya diperintah oleh sejumlah ormas, standar ganda, melarang kebebasan orang beragama dan beribadah..."


terus ujung2nya menyalahkan suatu agama tertentu.


Gw mengerti kenapa pemerintah cina begitu. Yg namanya ibadah ya dirumah ibadah. Karena dalam acara2 ibadah ada ceramah/kotbahnya yg bisa disusupi masalah politik. Mereka perlu mengawasi. Kalo sekadar pengajian 5 - 10 orang aja sih ga diuber2 kayaknya..

Ud untung lah boleh beribadah di rumah ibadah.. gw pikir sama sekali ga boleh.

ndableg
04-07-2012, 03:35 PM
ya itu kan indonesia yg ud crazydemo

Serenade
04-07-2012, 05:28 PM
Awal mulanya gereja rumah itu, kan karena pemerintah Cina sangat memperketat kegiatan keagamaan Kristen dan Katolik. Banyak pemimpin2 gereja ditangkap dan didoktrin oleh mereka. Yang menolak doktrin komunis dan menolak bekerja sama dipenjara bahkan ada gosip yg cukup santer ... mereka disiksa secara fisik dan psikis.

Aku ngeliat film sekilas tentang keberadaan gereja rumah ini di awal2 pemerintah komunis. Ga sebebas sekarang dulu mereka sembunyi. Juga ada bbrp buku yg menceritakan keadaan saat itu sekitar 10-20 tahun yg lalu.
Berat banget jaman itu.

beastmen85
04-07-2012, 07:56 PM
fo real.
sbnernya ga jauh2 spt di indo.
bedanya yg maen ormas.

aliran dan sekte2 udh byk. ga ush klaim siapa sesat siapa benar.

sori OT.
BTT

pasingsingan
05-07-2012, 07:41 AM
@beast:

intinya bukan mana yng paling bener, 1/2 benar atau gak bener
tp pemerintah china berupaya melakukan kontrol ketat atas
kegiatan keagamaan yng dinilai ilegal (baca sembunyi2)

Parameswara Li
17-07-2012, 04:07 PM
Sebuah gereja di Dali, Yunnan



http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/576139_3691440318779_308689828_n.jpg

http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/391292_3691446158925_273473640_n.jpg

fullmoonflower
17-07-2012, 04:19 PM
Pemerintah Cina memang atheis murni ya... semua yang berbau agama diberangus... :menunduk:

---------- Post Merged at 03:13 PM ----------


@spears:

mayoritas rakyat china penganut kong hucu [cmiiw]
btw, thd pemeluk agama selain kristen apakah diskriminatif jg yak
share info please :D

Islam juga dibatasi Um...

kayaknya cuma Budha ya yang dibiarkan...
tapi Tibet ditekan juga sih...

sepertinya hampir semua yang berbau agama, dikontrol ketat oleh mereka...

---------- Post Merged at 03:18 PM ----------


Komunis itu harusnya sih bukan anti agama tapi anti kapitalisme.

komunis jelas anti kapitalisme..
tapi Karl Marx menganggap bahwa adanya agama membuat paham komunisme menjadi menyimpang...
karena dengan adanya agama, manusia menjadi percaya bahwa rejeki itu diatur oleh Tuhan, ada yang banyak ada yang sedikit, dan karenanya ada perintah untuk saling berbagi, yang banyak berbagi kepada yang sedikit...
padahal pandangan Karl Marx, semua orang harus sama dalam segala segi... baik penghasilan, dan hak-haknya... kepercayaan manusia bahwa Tuhan mempunyai jatah rejeki itu berbeda untuk masing-masing manusia, membuat teorinya berantakan...
makanya dia benci dengan hal-hal yang berbau agama...

---------- Post Merged at 03:19 PM ----------


Yang lebih tragis lagi, etnis-etnis minoritas yang merupakan penduduk asli Xinjiang seperti Kazakh (hampir 7%) dan Kyrgyz (hampir 1%) juga tidak mendukung orang Uyghur. Menurut logika mereka, jika Xinjiang merdeka maka banyak orang Han dan Hui yang akan keluar dari Xinjiang. Hal ini akan mengakibatkan orang Uyghur menjadi mayoritas mutlak. Kalau itu terjadi ditakutkan bahwa negara Xinjiang yang baru itu akan memprioritaskan orang Uyghur dan menganaktirikan etnis minoritas seperti mereka. Orang Kazakh dan Kyrgyz memilih untuk berada dibawah pemerintahan orang Han daripada Uyghur. Jadi posisi orang Uyghur memang terjepit.


Uyghur dan Hui bukannya suku Muslim ya?

gw sendiri masih keturunan Hui.. tse "Bong"

Parameswara Li
17-07-2012, 04:32 PM
Uyghur dan Hui bukannya suku Muslim ya?
gw sendiri masih keturunan Hui.. tse "Bong"

Ketegangan antara orang Hui dan Uyghur tidak ada hubungannya dengan agama. Meskipun sama-sama muslim, mereka punya pandangan yang berbeda tentang Cina. Orang Hui memandang diri mereka sebagai orang Cina yang beragama Islam sedangkan (sebagian) orang Uyghur memandang diri mereka dijajah oleh Cina. Kehadiran orang Hui yang jauh lebih terampil daripada sebagian besar orang Uyghur di Xinjiang dalam pandangan orang Uyghur sangat merugikan orang Uyghur karena mereka kalah dalam persaingan. Ini semata-mata adalah ketegangan antara pendatang dan penduduk lokal.

Justru dalam kehidupan beragama, orang Hui biasanya lebih taat. Orang Uyghur, seperti halnya bangsa-bangsa Turki yang lain, sangat sekuler dan gemar mabuk-mabukan. Jadi ketegangan di Xinjiang jangan diseret ke ranah agama karena bukan disitu permasalahannya.

fullmoonflower
17-07-2012, 04:35 PM
^

I see.. jadi masalah kecemburuan sosial ya...

Parameswara Li
17-07-2012, 04:46 PM
padahal pandangan Karl Marx, semua orang harus sama dalam segala segi... baik penghasilan, dan hak-haknya... kepercayaan manusia bahwa Tuhan mempunyai jatah rejeki itu berbeda untuk masing-masing manusia, membuat teorinya berantakan...
makanya dia benci dengan hal-hal yang berbau agama...


Bagian mana dari buku-buku Karl Marx yang mengatakan seperti itu ? Jangan-jangan itu cuma analisis sepihak dari orang-orang yang sebenarnya sama sekali belum pernah baca buku-buku Karl Marx.

Karl Marx hidup di Eropa pada masa revolusi industri dimana terasa sekali cengkeraman para pemilik modal terhadap sebagian besar rakyat yang miskin. Karl Marx melihat bahwa eksploitasi oleh kaum bermodal terhadap kaum kelas bawah tersebut nyaris seperti perbudakan. Hal yang membuat rakyat yang tertindas tersebut tabah adalah keyakinan mereka terhadap agama. Keyakinan bahwa keadaan sengsara mereka itu kelak akan mendapat ganjaran yang manis di surga.

Karl Marx melihat bahwa sebagian besar orang yang tertindas tersebut melemparkan masalah mereka ke atas. Mereka tidak berusaha melawan sistem yang tidak adil tersebut karena yakin akan ada kehidupan abadi yang jauh lebih baik. Ditambah lagi dengan tidak sedikit juga oknum gereja di Eropa pada masa itu yang menurut pengamatan Karl Marx justru berpihak pada kaum yang berpunya dengan selalu menekankan kepada banyak orang yang tertindas itu untuk selalu sabar.

Karl Marx berpendapat bahwa kebebasan dan kesetaraan itu harus diperjuangkan. Bukannya diam dalam penderitaan dan menunggu pertolongan dari atas saja, atau malah cukup hanya dengan berharap kehidupan bahagia di surga. Itulah yang membuat dia anti terhadap agama, terutama agama Kristen karena agama yang dominan di Eropa adalah Kristen dan dirinya sebagai orang keturunan Yahudi sering sekali mendapat diskriminasi.

Setidaknya begitulah yang saya tangkap mengenai kekecewaan Karl Marx terhadap agama, bukan sekedar analisis tentang jatah rejeki yang sudah ditentukan. Walau itu tidak salah juga, tapi terlalu naif dan sederhana untuk level Karl Marx.

Tentu saja orang lain bisa juga berpendapat berbeda tentang apa sebenarnya yang mendorong Karl Marx menelurkan teorinya.

fullmoonflower
17-07-2012, 05:32 PM
bukan membaca buku, cuma ada yang bilang gitu...
dan saya sendiri belum sempat mempelajari...
tapi inti yang saya tangkap seperti itu...

mungkin saya yang menyampaikannya terlalu sederhana.. :)

Parameswara Li
17-07-2012, 05:42 PM
Sebetulnya saya juga tidak terlalu paham juga. Di sini materi-materi tentang Marx dalam bentuk buku memang sulit untuk didapat. Kalau kita hanya membaca pendapat orang lain kadang-kadang memang tidak jelas. Apalagi sering digabung menjadi Marxism-Leninism sehingga kadang-kadang orang jadi bingung mana yang asli pikiran Marx, mana yang kemudian ditambahkan oleh Lenin. Tentu saja Marx hanya bermain di area teori sedangkan Lenin adalah seorang praktisi sehingga dalam praktek sering terjadi improvisasi yang semula tidak ada.

::hihi::

AsLan
17-07-2012, 11:52 PM
Pendeta saya di gereja, yg juga dosen filsafat, mengatakan bahwa abad 20 adalah abad yg paling bodoh, karena abad 20 adalah saat dimana umat manusia hanya mempraktekkan filsafat2 abad 19.
Diabad 20 tidak dihasilkan pemikiran2 filsafat setinggi pemikiran abad 19.

Mengenai komunisme, beliau mengatakan bahwa abad 20 adalah abad pembuktian kegagalan teori komunisme, semua negara yg mengambil jalur tersebut akhirnya harus mengalami kebangkrutan.

serendipity
17-07-2012, 11:55 PM
dulu sekitar 7 tahun yg lalu guru mandarin gw pernah cerita sih kalo mau kebaktian di rumah harus se"diam" mungkin, karena pemerintah disana ga suka dengan ajaran2 baru. gak nyangka juga ya sampe sekarang pun di China bisa separah itu anti agamanya, padahal di Indonesia mayoritas kristen dan katolik


semoga deh pemerintah China jauh lebih open minded

danalingga
18-07-2012, 12:25 AM
Pendeta saya di gereja, yg juga dosen filsafat, mengatakan bahwa abad 20 adalah abad yg paling bodoh, karena abad 20 adalah saat dimana umat manusia hanya mempraktekkan filsafat2 abad 19.
Diabad 20 tidak dihasilkan pemikiran2 filsafat setinggi pemikiran abad 19.

Mengenai komunisme, beliau mengatakan bahwa abad 20 adalah abad pembuktian kegagalan teori komunisme, semua negara yg mengambil jalur tersebut akhirnya harus mengalami kebangkrutan.

Karena komunisme memang melawan kodrat, mosok semua mau di samakan, ya nggak bisalah.

Btw, sekarang ini sepertinya keruntuhan kapitalisme. Tuh, pada krisis. ;))

Parameswara Li
18-07-2012, 12:43 AM
dulu sekitar 7 tahun yg lalu guru mandarin gw pernah cerita sih kalo mau kebaktian di rumah harus se"diam" mungkin, karena pemerintah disana ga suka dengan ajaran2 baru. gak nyangka juga ya sampe sekarang pun di China bisa separah itu anti agamanya,


Bukannya anti agama, tetapi sangat berhati-hati dengan pengaruh asing. Kalau mau aman ya kebaktian di gereja resmi saja. Toh niatnya mau ibadah kan, bukan mau yang lain. Mengenai kebaktian di rumah yang harus waspada, tidak hanya di RRC. Di Indonesia juga kalau ada yang menyelenggarakan kebaktian/misa di rumah bisa digerebeg penduduk sekitar.



padahal di Indonesia mayoritas kristen dan katolik


Apakah benar mayoritas Huaren di Indonesia beragama Kristen atau Katolik ? Menurut sensus tahun 2000, tidak begitu kok.

http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/532186_3692639508758_1441260747_n.jpg



semoga deh pemerintah China jauh lebih open minded

Sebenarnya makin lama keadaan makin bagus kok. Kalau dibandingkan dengan dengan tahun 70an atau 80an, keadaan sekarang jauh lebih baik. Dan tolong jangan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara barat. Kebebasan beragama di RRC kalau dibandingkan dengan di banyak negara Asia dan Afrika masih jauh lebih baik.


Karena komunisme memang melawan kodrat, mosok semua mau di samakan, ya nggak bisalah.


Sebetulnya bukan disamakan, tetapi mencegah agar modal tidak terkumpul di hanya sekelompok kecil orang saja. Kapan komunisme mengatakan semua harus sama ? Apa yang diperoleh orang sebetulnya juga tergantung dengan berapa banyak yang dia perbuat. Komunisme cuma masalah pengaturan pengendalian modal saja.

Saya bukan penganut komunisme, malah sebenarnya cenderung anti. Tetapi setidaknya saya mencoba memahaminya secara rasional, tidak menentang secara membabi buta.

ndableg
18-07-2012, 01:22 AM
Gimana ya? Komunis komunis deh.. bisa kasih utang ke amrik tuuuuhh...

AsLan
18-07-2012, 01:31 AM
yeee china yg sekarang dimana komunisnya ?
china sekarang sudah menjamin hak milik individu, mereka sudah jadi kapitalis.

sistim negaranya memang masih berjudul komunis, tapi cuma sekedar otoriter, bukan komunisme lagi.

---------- Post Merged at 12:31 AM ----------


Karena komunisme memang melawan kodrat, mosok semua mau di samakan, ya nggak bisalah.

Btw, sekarang ini sepertinya keruntuhan kapitalisme. Tuh, pada krisis. ;))

krisis bukan berarti bangkrut.

coba baca lagi sejarah uang di ajang kita, krisis itu memang diciptakan oleh para pemberi pinjaman.

ndableg
18-07-2012, 01:35 AM
Karena komunisme memang melawan kodrat, mosok semua mau di samakan, ya nggak bisalah.

Bukan masalah melawan kodrat, paham komunis ga bakal ada kalo ga ada extrimis kapitalis yg seenaknya mengeksploitasi dan menginjak2 hak2 orang miskin. Sampe akhirnya karl marx merumuskan dan menciptakan sebuah paham yg kontra kapitalsime.

Tanpa pake ngaku2 komunis dan menggalangkan sama rata pun, suharto telah menyelenggarakan negara kayak sistem komunis. Malah yg kaya makin kaya yg miskin makin miskin. Jadi pembelengguan itu ga musti komunis. Suharto ataupun syah iran juga dulu kapitalis yg memerintah dgn gaya komunis (sebenernya lebih tepat dgn gaya fascis, karena komunis adalah paham/ideologi perekonomian).

Idealnya negara komunis memang ga ada yg kaya dan ga ada yg miskin. Yg kaya itu hanya negara dimana negara yg menyelenggarakan semua fasilitas termasuk fasilitas ibadah sampe pakaian. Pembelengguan dan pemaksaan terjadi karena ada yg ga mau disamaratakan.

Serenade
18-07-2012, 06:03 PM
Menurut Li, pemberitahuan dari pemerintah itu dikirim ke rumah salah seorang jemaat bukan ke tempat pertemuan mereka. "[B]Doa Pertemuan kami hari itu memiliki sekitar 20 orang percaya," kata Li, menambahkan bahwa karena ukuran besar jemaatnya, gereja pertemuan diadakan dalam kelompok kecil di desa-desa daerah.

Pemerintah Cina akhir-akhir ini makin tegas menghentikan kegiatan gereja-gereja rumah yang diperkirakan beranggotakan 40 juta jiwa ini dan memerintahkan jemaat untuk bergabung dengan gereja resmi. Ini adalah upaya pemerintah untuk tetap mengontrol kegiatan gereja.


Kalo melihat jumlah yg hadir dalam pertemuan, bentuknya komunitas sel.
Di Indonesia, komunitas sel adalah kelompok" kecil dalam gereja yg bertujuan menumbuhkan iman dan talenta setiap anggota gereja. Pertemuan" besar ga bisa memberikan kesempatan spt ini bagi setiap anggota. Komunitas sel penting bagi gereja.
Kalo di Indonesia, komunitas sel sampe dilarang .... wah ... benar2 keterlaluan.

Gereja Kristen jg banyak denominasinya. Setiap denominasi memiliki ciri khas, fokus dsb. Apa bisa, sih, gereja resmi yg diupayakan oleh pemerintah Cina mampu menyediakan keaneka-ragaman ini?
Aku pikir selain kembali menjalankan "kekerasan" jaman dulu, pemerintah Cina tidak akan berhasil mengendalikan gereja tak resmi ini.

Parameswara Li
18-07-2012, 06:36 PM
Gereja Kristen jg banyak denominasinya. Setiap denominasi memiliki ciri khas, fokus dsb. Apa bisa, sih, gereja resmi yg diupayakan oleh pemerintah Cina mampu menyediakan keaneka-ragaman ini?
Aku pikir selain kembali menjalankan "kekerasan" jaman dulu, pemerintah Cina tidak akan berhasil mengendalikan gereja tak resmi ini.

Coba dibaca lagi post #4.

Ini bukan masalah denominasi, karena denominasi yang diakui juga banyak. Hanya saja pemerintah Cina memang masih dan masih akan paranoid setidaknya sampai 20-30 tahun lagi atau sampai kekuatan perekomian Cina sudah melampaui Amerika Serikat.

Memang alasannya untuk ketertiban, tetapi terlihat sekali bahwa nuansanya adalah anti barat. Agama-agama yang tidak dominan di barat tampaknya diperlakukan lebih baik di RRC. Sebagai contohnya pemerintah Cina banyak membantu merenovasi mesjid dan mendirikan mesjid-mesjid baru. Bahkan mereka tidak merintangi pembangunan mesjid yang dibangun dengan bantuan dana dari negara-negara timur tengah.

Serenade
18-07-2012, 07:05 PM
Coba dibaca lagi post #4.

Ini bukan masalah denominasi, karena denominasi yang diakui juga banyak. Hanya saja pemerintah Cina memang masih dan masih akan paranoid setidaknya sampai 20-30 tahun lagi atau sampai kekuatan perekomian Cina sudah melampaui Amerika Serikat.

Memang alasannya untuk ketertiban, tetapi terlihat sekali bahwa nuansanya adalah anti barat. Agama-agama yang tidak dominan di barat tampaknya diperlakukan lebih baik di RRC. Sebagai contohnya pemerintah Cina banyak membantu merenovasi mesjid dan mendirikan mesjid-mesjid baru. Bahkan mereka tidak merintangi pembangunan mesjid yang dibangun dengan bantuan dana dari negara-negara timur tengah.

Ngerti, kok, bukan masalah denominasi.
Banyak banget lho, denominasi di Kristen. Bisa puluhan bahkan ratusan ::ungg::
Emang bisa dibagi menjadi garis besar tapi yah ... tetap aja ada bedanya.

Parameswara Li
18-07-2012, 07:12 PM
Ngerti, kok, bukan masalah denominasi.
Banyak banget lho, denominasi di Kristen. Bisa puluhan bahkan ratusan ::ungg::
Emang bisa dibagi menjadi garis besar tapi yah ... tetap aja ada bedanya.

Maksudnya bukan begitu. Sebagai contoh, misalnya ada denominasi A. Sebagian pengurus gereja denominasi A itu mau tunduk pada pemerintah Cina, sementara sebagian lain tidak. Nha, yang tidak itu kemudian memutuskan untuk berdiri sendiri dan menjadi ilegal. Kemudian jemaatnya juga terbagi antara yang pro dan yang kontra. Jadi yang saya bilang bukan masalah denominasi adalah bahwa yang ilegal tadi ada versi legalnya dengan denominasi yang sama.

Kenapa tidak mau tunduk, ya tentu saja banyak sebabnya. Antara lain karena tidak mau adanya pengawasan dan kendali pemerintah yang terlalu kuat. Walau sebetulnya kuat atau tidaknya sebuah pengawasan atau kendali itu subyektif sekali karena setiap orang itu berbeda. Ada orang yang merasa terkekang dengan sebuah perlakuan sementara orang lain merasa biasa-biasa saja walau diawasi lebih ketat.

Serenade
18-07-2012, 07:45 PM
Maksudnya bukan begitu. Sebagai contoh, misalnya ada denominasi A. Sebagian pengurus gereja denominasi A itu mau tunduk pada pemerintah Cina, sementara sebagian lain tidak. Nha, yang tidak itu kemudian memutuskan untuk berdiri sendiri dan menjadi ilegal. Kemudian jemaatnya juga terbagi antara yang pro dan yang kontra. Jadi yang saya bilang bukan masalah denominasi adalah bahwa yang ilegal tadi ada versi legalnya dengan denominasi yang sama.

Kenapa tidak mau tunduk, ya tentu saja banyak sebabnya. Antara lain karena tidak mau adanya pengawasan dan kendali pemerintah yang terlalu kuat. Walau sebetulnya kuat atau tidaknya sebuah pengawasan atau kendali itu subyektif sekali karena setiap orang itu berbeda. Ada orang yang merasa terkekang dengan sebuah perlakuan sementara orang lain merasa biasa-biasa saja walau diawasi lebih ketat.

Oh, berarti, ada yang pengurus gerejanya kemudian keluar dari gereja bawah tanah bergabung dg persatuan gereja pemerintah?
Kenapa aku katakan keluar, karena setelah masa pengambil alihan kontrol gereja oleh pemerintah, banyak gereja" bawah tanah yg terbentuk.

Di masa lalu, gereja" resmi Cina bukanlah tempat yg disukai oleh para jemaat krn dipenuhi propaganda pemerintah. Ketika seharusnya berkotbah tentang iman dan Tuhan, malah sibuk propaganda.
Aku kurang tau apakah sekarang telah berubah.
Bila pemerintah tidak lagi spt itu, mungkin saja perlahan" gereja resmi akan kembali dipenuhi oleh jemaat. Tidak terpecah dua seperti sekarang.

Parameswara Li
18-07-2012, 08:13 PM
Ya makanya saya katakan kekuatan kontrol itu subyektif. Artinya ada yang tahan dengan itu, ada juga yang tidak tahan. Yang tahan biasanya berpikir bahwa segala macam propaganda dan pengawasan itu tidak akan menganggu mereka, sementara yang tidak tahan berpikir sebaliknya. Mungkin dari standar barat adanya propaganda dan pengawasan itu sangat menganggu, tapi dari standar asia sebenarnya biasa saja.

Ingat tidak dulu di jaman orde baru. Cengkeraman pemerintah terhadap lembaga keagamaan begitu kuat. Toh semua orang juga tabah dan bisa melaluinya. Seberapa kuat sih propaganda itu bisa mempengaruhi kita. Toh tidak setiap saat kan dijejali propaganda. Berdoa dan beribadah itu tergantung niat kita kan. Hal-hal lain yang menganggu justru seharusnya bisa menjadi ujian untuk mempertebal keimanan. Kalau dibandingkan dengan penderitaan orang Kristen di Jepang di masa Shogunat Tokugawa dimana mereka dibunuh dan disiksa secara fisik, rasanya mendengar propaganda kan bukan apa-apa.

danalingga
18-07-2012, 09:03 PM
Sebetulnya bukan disamakan, tetapi mencegah agar modal tidak terkumpul di hanya sekelompok kecil orang saja. Kapan komunisme mengatakan semua harus sama ? Apa yang diperoleh orang sebetulnya juga tergantung dengan berapa banyak yang dia perbuat. Komunisme cuma masalah pengaturan pengendalian modal saja.

Lah, dulu sih kalo belajar di sekolah komunisme itu berarti sama rata sama rasa.

Dan kalo gue lihat prakteknya,
komunisme menjadi pengaturan oleh negara. Jadi yang menentukan pendapatanmu adalah negara. Seberapa besarpun
kamu berusaha, pada akhirnya pendapatanmu ditentukan negara (Dalam artian pemerintah).

Note: dan gue tidak anti komunisme.

---------- Post Merged at 08:03 PM ----------


krisis bukan berarti bangkrut.



Betul. Tapi habis krisis bisa jadi bangkrut (calonnnya Yunani nih). Tapi habis bangkrut tetep bisa bangkit lagi.
Tapi biasanya sistemnya akan dimodifikasi.


coba baca lagi sejarah uang di ajang kita, krisis itu memang diciptakan oleh para pemberi pinjaman.

Ini fakta atau spekulasi. Soale gue sih sering baca ulasan ekonomi, dan belum pernah nemu pendapat ini.
Yang ada krisis itu karena pemakaian pinjaman atau alat ekonomi lain secara tidak tepat (atau tidak efisien).

BundaNa
18-07-2012, 09:03 PM
lah lo bayangin aja, dokter sama kuli dibayar sama...gimana tuh?

Parameswara Li
18-07-2012, 09:19 PM
Lah, dulu sih kalo belajar di sekolah komunisme itu berarti sama rata sama rasa.


Itu yang ngajarin baca nggak buku-buku Marx ? Atau cuma disuruh ngomong gitu aja ?



Dan kalo gue lihat prakteknya,
komunisme menjadi pengaturan oleh negara. Jadi yang menentukan pendapatanmu adalah negara. Seberapa besarpun kamu berusaha, pada akhirnya pendapatanmu ditentukan negara (Dalam artian pemerintah).


Mengenai gaji kan sudah ada standarnya. Memang yang mengatur standarnya adalah pihak penguasa, bukan mekanisme pasar. Tentu saja ini menjadi kelemahan komunisme karena menjadi kurang menarik.


lah lo bayangin aja, dokter sama kuli dibayar sama...gimana tuh?

Saya kok baru denger kalau dokter sama kuli bayarannya sama ? Ya enggaklah. Di Uni Sovyet dulu, juga di RRC zaman Mao Zedong, di Korea Utara Jaman Kim Il Sung, di Kuba zaman Fidel Castro, maksud saya di zaman ketika komunisme masih berlangsung, pendapatan dokter dan kuli di sana jelas berbeda.

Begini lho ! Saya tidak setuju dengan komunisme, tapi kita jangan naif menganggap semua hal tentang komunisme sama persis seperti yang dipropagandakan kepada kita. Dulu waktu kecil saya selalu bertanya-tanya tentang semua hal yang dikatakan orang lain. Apakah benar begitu ? Apakah benar alasannya begitu ? Apakah ada hal lain yang menyebabkan sesuatu diceritakan secara begitu ? Mungkin saja saya dulu termasuk anak yang aneh karena ketika anak-anak lain sepertinya menelan mentah-mentah apa yang diajarkan, saya justru kerap mempertanyakannya. Untung saja saya bukan termasuk anak yang vokal, jadi semua pertanyaan itu hanya saya ungkapkan dalam hati saja dan diam-diam mencari sendiri jawabannya di kemudian hari ketika saya sudah mempunyai kemampuan untuk itu.

Serenade
19-07-2012, 05:42 AM
Ya makanya saya katakan kekuatan kontrol itu subyektif. Artinya ada yang tahan dengan itu, ada juga yang tidak tahan. Yang tahan biasanya berpikir bahwa segala macam propaganda dan pengawasan itu tidak akan menganggu mereka, sementara yang tidak tahan berpikir sebaliknya. Mungkin dari standar barat adanya propaganda dan pengawasan itu sangat menganggu, tapi dari standar asia sebenarnya biasa saja.

Ingat tidak dulu di jaman orde baru. Cengkeraman pemerintah terhadap lembaga keagamaan begitu kuat. Toh semua orang juga tabah dan bisa melaluinya. Seberapa kuat sih propaganda itu bisa mempengaruhi kita. Toh tidak setiap saat kan dijejali propaganda. Berdoa dan beribadah itu tergantung niat kita kan. Hal-hal lain yang menganggu justru seharusnya bisa menjadi ujian untuk mempertebal keimanan. Kalau dibandingkan dengan penderitaan orang Kristen di Jepang di masa Shogunat Tokugawa dimana mereka dibunuh dan disiksa secara fisik, rasanya mendengar propaganda kan bukan apa-apa.

Kalo dulu mereka pisah bukan saja malah propaganda.
Dulu mereka melihat pemimpin" mereka ditangkapi, menghilang dan diganti oleh orang lain. Dan mereka membawa propaganda sebagai ganti firman Tuhan. Gimana ga pada lari tuh.
Iman mereka dulu bahkan luar biasa. Dengan kemungkinan mereka ditangkap, mereka memutuskan utk beribadah sembunyi" dg fasilitas seadanya. Diceritakan ibadah mereka itu di rumah" petani yg kecil. Saking kecilnya ketika mereka berkumpul, utk duduk saja susah. Alkitab aja dianggap barang berharga. Karena tidak beredar luas spt sekarang.

Perbaikan tindakan pemerintah terhadap gereja yg memungkinkan mereka kembali ke gereja resmi.
Belum lama ini, seorang uskup yg diangkat oleh Vatikan menghilang dari gereja. Tau sendiri gimana akhirnya gosip beredar. Kalo pemerintah ga bisa membuktikan bahwa mrk tidak lagi melakukan hal yg sama di masa lalu, pemerintah akan kesulitan mengendalikan gereja rumah.

Zaman orde lama ga ada apa" dibanding penindasan masa lalu.
Yah, semoga saja berubah dan mereka bisa kembali bebas beribadah.

Parameswara Li
19-07-2012, 02:03 PM
Kalo dulu mereka pisah bukan saja malah propaganda.
Dulu mereka melihat pemimpin" mereka ditangkapi, menghilang dan diganti oleh orang lain. Dan mereka membawa propaganda sebagai ganti firman Tuhan. Gimana ga pada lari tuh.
Iman mereka dulu bahkan luar biasa. Dengan kemungkinan mereka ditangkap, mereka memutuskan utk beribadah sembunyi" dg fasilitas seadanya. Diceritakan ibadah mereka itu di rumah" petani yg kecil. Saking kecilnya ketika mereka berkumpul, utk duduk saja susah. Alkitab aja dianggap barang berharga. Karena tidak beredar luas spt sekarang.


Lha itu kan dulu, zaman sebelum Deng Xiaoping naik tahta. Saya kan membandingkan situasi Cina sekarang dengan situasi Indonesia zaman Orde Baru, bukan situasi Cina dulu dengan situasi Indonesia zaman Orde Baru.

::hihi::

Serenade
19-07-2012, 02:26 PM
Aku kan jg bilang semoga aja berubah.
Aku mah ga ngerti (dan tak mudah diyakinkan) bhw keadaan skrg sdh jauh lebih baik drpd dulu.

---------- Post Merged at 01:21 PM ----------

Anda yg membuat pernyataan aneh yg bilang kalo mrk shrsnya ga terganggu dgn propaganda kalo beneran mo beribadah.

---------- Post Merged at 01:26 PM ----------

Seakan2 yg gabung dg pemerintah adalah bukti ketulusan beribadah.
Ketika ada fasilitas bagus tp ga membuat mrk nyaman membuktikan kalo mrk tulus beribadah.

E = mc˛
19-07-2012, 02:40 PM
Sebuah gereja di Dali, Yunnan



http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/576139_3691440318779_308689828_n.jpg

http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/391292_3691446158925_273473640_n.jpg


Liat gambar ini jd inget Gereja Santa Maria de Fatima. Bahkan yg Gereja Santa Maria de Fatima lebih ajaib lagi karena gak ada salib raksasa di puncak atapnya.

Sebetulnya saya juga tidak terlalu paham juga. Di sini materi-materi tentang Marx dalam bentuk buku memang sulit untuk didapat. Kalau kita hanya membaca pendapat orang lain kadang-kadang memang tidak jelas. Apalagi sering digabung menjadi Marxism-Leninism sehingga kadang-kadang orang jadi bingung mana yang asli pikiran Marx, mana yang kemudian ditambahkan oleh Lenin. Tentu saja Marx hanya bermain di area teori sedangkan Lenin adalah seorang praktisi sehingga dalam praktek sering terjadi improvisasi yang semula tidak ada.

::hihi::
Justru saya berpikir sebaliknya ;D, buku2 Marx gampang diperoleh--hampir semua buku dan surat-suratnya malah sudah diterjemahkan. Ya tentu saja, buku-bukunya karena sentimen politik (dan kelanjutan propaganda P4) gak bisa ditemukan di toko-toko besar. Tapi ada beberapa penerbit (seingat saya >5) yg spesialis nerbitin buku-buku "kiri". Sebagai "kitab suci", tentu saja karya2 Marx, Engels, Newman, dsb menjadi prioritas penerbitan.


lah lo bayangin aja, dokter sama kuli dibayar sama...gimana tuh?
Ehemmm... kayaknya BundaNa salah satu korban propaganda anti-komunismenya pelajaran PMP. Gak begitu kok, apalagi Komunisme juga gak tunggal dan banyak variannya. Komunismenya Rusia beda dg Komunismenya China, dsb.

Parameswara Li
19-07-2012, 03:02 PM
Aku kan jg bilang semoga aja berubah.
Aku mah ga ngerti (dan tak mudah diyakinkan) bhw keadaan skrg sdh jauh lebih baik drpd dulu.

Anda yg membuat pernyataan aneh yg bilang kalo mrk shrsnya ga terganggu dgn propaganda kalo beneran mo beribadah.

Seakan2 yg gabung dg pemerintah adalah bukti ketulusan beribadah.
Ketika ada fasilitas bagus tp ga membuat mrk nyaman membuktikan kalo mrk tulus beribadah.

Keadaan itu semakin lama semakin membaik. Tentu saja kecepatannya relatif. Artinya ketika kita memakai standar barat yang cenderung menginginkan perubahan secara cepat maka perubahan yang sudah terjadi bisa tidak terasa. Perubahan versi Asia biasanya berlangsung lambat. Mungkin dari kaca mata barat sebuah perubahan selama 20 tahun seharusnya bisa dilakukan dalam 1 tahun. Tapi perubahan yang cepat mempunyai resiko gejolak stabilitas yang besar pula. Kalau kita hanya melihat kondisi dari tahun ke tahun memang kita bisa jadi pesimis. Tetapi kita harus menengok keadaan antar dekade. Dibanding 20-30 tahun yang lalu, keadaan sudah jauh lebih baik kok. Tentu ada saat-saat dimana terjadi kemunduran, tapi biasanya sih ada kemajuan lagi. Makanya saya bilang mungkin dalam 20-30 tahun lagi kita akan melihat Cina yang berbeda dari sekarang.

Satu hal lagi. Berada di dalam sistem tetap jauh lebih baik daripada berada di luar sistem. Kalau di dalam sistem kita masih punya harapan untuk merubah sedikit demi sedikit sistem yang ada. Keadaan yang relatif lebih baik sekarang ini, saya katakan relatif, karena tetap saja masih jauh dari cukup kalau kita melihat dari sisi idealnya, tidak lepas dari jerih payah orang-orang yang berada dalam sistem. Orang-orang yang kadang-kadang kita pandang rendah karena kita anggap mereka tunduk pada sistem yang salah dan menukar keimanan dengan sedikit kenyamanan.

Kalau dilihat perkembangan kebebasan agama-agama lain di RRC, biasanya sih diperlakukan lebih baik, tapi ada juga yang diperlakukan lebih buruk, misalnya gerakan Falun Gong. Ini tidak terlepas dari strategi para pemuka agama mereka untuk mengahadapi pemerintah dan menyiasati peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Tidak ada hasil tanpa pengorbanan, dan kadang-kadang pengorbanan sementara itu bisa berbuah manis ketika kekuatan kita sudah cukup besar.

Salah satu hal kenapa pemerintah RRC sangat paranoid terhadap orang Kristen dan kelihatannya rakyat Cina non-Kristen juga tidak terlalu peduli terhadap apa yang terjadi terhadap orang Kristen adalah karena sebagian besar orang Cina masih merasa berjarak dengan ajaran Kristen. Agama Kristen aliran Nestorian memang sudah masuk ke Cina sejak zaman Dinasti Tang, bahkan ada klaim jauh sebelum itu, kemudian memudar seiring dengan jatuhnya Dinasti Tang, kemudian bangkit lagi karena dibawa oleh orang-orang Mongol, dan kemudian pudar lagi bersama dengan jatuhnya Dinasti Yuan. Ajaran Kristen yang ada sekarang relatif baru karena diperkenalkan lagi oleh orang-orang Eropa pada masa Dinasti Qing. Karena relatif baru ini maka Ajaran Kristen belum sempat mengalami asimilasi dengan budaya lokal sehingga wajar apabila masyarakat Cina masih merasakan jarak yang berarti.

Agama-agama asing lain biasanya sudah mengendap dan menyatu dengan budaya lokal sehingga masyarakat setempat sudah merasakan ajaran itu sebagai bagian dari mereka. Saya ambil contoh Agama Buddha. Corak asli ketika masuk ke RRC, berbeda sekali dengan yang sekarang. Hampir 2000 tahun ajaran Buddha ada di Cina mengakibatkan Agama Buddha Cina mempunyai corak khas. Dalam masa kebangkitan agama seperti sekarang, pemerintah RRC tidak akan terlalu menekan karena secara psikologis mereka merasakan kedekatan. Saya bicara soal agama lho, bukan soal Tibet karena tindakan brutal tentara RRC di Tibet tidak ada hubungannya dengan Agama Buddha. Itu semata-mata masalah kedaulatan versi RRC. Orang Tibet yang tidak berpolitik melawan pemerintah tidak akan diapa-apakan oleh pemerintah RRC.

Agama Islam, walaupun tidak selama Agama Buddha, juga mengalami asimilasi. Dulu pada masa Dinasti Tang, ketika orang-orang Islam di pesisir Cina selatan hidup secara eksklusif, tidak jarang terjadi kekerasan terhadap mereka. Kekerasan yang kadang-kadang didiamkan oleh pihak yang berwenang. Eksklusif di sini bukan hanya berarti ekslusif secara tempat tinggal, yapi juga secara budaya dimana mereka menganggap diri mereka adalah orang asing yang tinggal di Cina. Keadaan seperti itu berlangsung sampai dengan jatuhnya Dinasti Yuan. Setelah itu, mayoritas muslim di Cina mulai mengidentifikasikan diri sebagai orang Cina. Dan pada akhir Dinasti Ming sudah sepenuhnya terasimilasi kedalam arus besar budaya Han. Bahkan orang-orang Hui di Fujian sudah sangat mirip dengan orang Han. Banyak di antara mereka mempunyai altar leluhur sama seperti orang Han.

Agama-agama yang lain banyak yang kemudian redup dan menghilang dengan sendirinya. Atau jika masih adapun hanya segelintir. Tapi semuanya biasanya sudah bercorak Cina. Yang saya maksud agama-agama seperti Yahudi, Zoroaster, Mani. dsb.

Betul bahwa semua orang Kristen Cina pasti menganggap dirinya sepenuhnya orang Cina. Tetapi, seperti yang tadi sudah saya katakan tadi, secara psikologis, masih ada jarak. Dan ini perlu waktu. Apalagi secara politik ada ketegangan antara RRC dengan pihak Barat, dimana Kristen merupakan ajaran yang dominan. Mirip seperti Indonesia di masa awal-awal kemerdekaan dimana banyak orang Indonesia yang ragu-ragu dengan Kristen karena menganggap Kristen adalah agama yang dianut para penjajah.

Maaf kalau saya kelihatan seperti orang tua yang agak cerewet. Saya sangat berharap pemerintah RRC bisa memperbaiki semua sikapnya. Tapi saya sadar bahwa semua perlu waktu. Ini masalahnya kompleks, multi dimensi. Jadi kita perlu lihat sudut pandang pihak-pihak lain juga.

::maap::



Justru saya berpikir sebaliknya ;D, buku2 Marx gampang diperoleh--hampir semua buku dan surat-suratnya malah sudah diterjemahkan. Ya tentu saja, buku-bukunya karena sentimen politik (dan kelanjutan propaganda P4) gak bisa ditemukan di toko-toko besar. Tapi ada beberapa penerbit (seingat saya >5) yg spesialis nerbitin buku-buku "kiri". Sebagai "kitab suci", tentu saja karya2 Marx, Engels, Newman, dsb menjadi prioritas penerbitan.

Ya itu kan sekarang. Kalau dulu mencari buku-buku seperti ini sulit sekali dan tentu saja berbahaya. Sekarang terus terang saya sudah jarang baca buku, kecuali buku-buku yang berkaitan dengan bidang saya karena itu menjadi keharusan.

Dan tentu saja sebenarnya saya juga membaca sedikit, tetapi karena takut salah dan tidak pede, maka harus hati-hati sekali kalau mau mengutip atau menafsirkan apa yang saya baca. Mungkin masih terbawa mentalitas zaman Orde Baru ::hihi::, masih sering bersikap seperti tidak tahu apa-apa ::ngakak2::. Jadi sebaiknya memang diterangkan oleh yang masih fresh dan jauh lebih menguasi materi, seperti anda ini.

ndableg
19-07-2012, 03:53 PM
Maaf kalau saya kelihatan seperti orang tua yang agak cerewet. Saya sangat berharap pemerintah RRC bisa memperbaiki semua sikapnya. Tapi saya sadar bahwa semua perlu waktu. Ini masalahnya kompleks, multi dimensi. Jadi kita perlu lihat sudut pandang pihak-pihak lain juga.

Ah.. kalo cina mah ga usah dikhawatirkan. Mungkin mereka contoh demokrasi di indonesia ga ada bagus2nya, cuman rusuh aja.. Jelas2 Cina menunjukkan kemajuan yg significant dari mulai ekonomi sampe politiknya. Dari komunis toktok jadi komunis moderat, lalu akan jadi kapitalis. Begitu pula dgn pemerintahannya, semakin tindakan tegas dianggap tidak perlu, ya semakin dikendorkan. Dan ga perlu dikhawatirkan karena kenyataannya cina semakin hari semakin maju. Seiring perkembangan jaman, mereka akan berubah...

Menurut saya justru penekanan agama oleh pemerintah akan membuat umatnya semakin kuat imannya. Jadi ada baiknya jg buat pemeluk beragama. DAripada dimanja pemerintah, jadi malah umat yg sombong.

Yg perlu dikhawatirkan dan diharapkan pemerintahnya makin baik adalah.......................... INDONESIA!

Serenade
19-07-2012, 04:30 PM
Keadaan itu semakin lama semakin membaik. Tentu saja kecepatannya relatif. Artinya ketika kita memakai standar barat yang cenderung menginginkan perubahan secara cepat maka perubahan yang sudah terjadi bisa tidak terasa. Perubahan versi Asia biasanya berlangsung lambat. Mungkin dari kaca mata barat sebuah perubahan selama 20 tahun seharusnya bisa dilakukan dalam 1 tahun. Tapi perubahan yang cepat mempunyai resiko gejolak stabilitas yang besar pula. Kalau kita hanya melihat kondisi dari tahun ke tahun memang kita bisa jadi pesimis. Tetapi kita harus menengok keadaan antar dekade. Dibanding 20-30 tahun yang lalu, keadaan sudah jauh lebih baik kok. Tentu ada saat-saat dimana terjadi kemunduran, tapi biasanya sih ada kemajuan lagi. Makanya saya bilang mungkin dalam 20-30 tahun lagi kita akan melihat Cina yang berbeda dari sekarang.

Aku ga memungkiri terlihat terjadinya pelonggaran2 di sana sini.


Satu hal lagi. Berada di dalam sistem tetap jauh lebih baik daripada berada di luar sistem. Kalau di dalam sistem kita masih punya harapan untuk merubah sedikit demi sedikit sistem yang ada. Keadaan yang relatif lebih baik sekarang ini, saya katakan relatif, karena tetap saja masih jauh dari cukup kalau kita melihat dari sisi idealnya, tidak lepas dari jerih payah orang-orang yang berada dalam sistem. Orang-orang yang kadang-kadang kita pandang rendah karena kita anggap mereka tunduk pada sistem yang salah dan menukar keimanan dengan sedikit kenyamanan.

Cuma Tuhan yg bisa mengerti motivasi org lain, termasuk jg mrk yg gabung dg pemerintah. Aku sendiri berhati" utk tdk menuduh mrk sebagai pihak yg salah bahkan memandang rendah. Aku jg mampu melihat mrk bisa saja berperan sbg jembatan utk kedua belah pihak atau merubah dari dalam organisasi gereja pemerintah.
Tetapi jangan anda tulis seakan2 anda menuduh mereka yg tidak patuh dg pemerintah sebagai orang yg tidak baik motivasi beribadahnya.


Kalau dilihat perkembangan kebebasan agama-agama lain di RRC, biasanya sih diperlakukan lebih baik, tapi ada juga yang diperlakukan lebih buruk, misalnya gerakan Falun Gong. Ini tidak terlepas dari strategi para pemuka agama mereka untuk mengahadapi pemerintah dan menyiasati peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Tidak ada hasil tanpa pengorbanan, dan kadang-kadang pengorbanan sementara itu bisa berbuah manis ketika kekuatan kita sudah cukup besar.

Salah satu hal kenapa pemerintah RRC sangat paranoid terhadap orang Kristen dan kelihatannya rakyat Cina non-Kristen juga tidak terlalu peduli terhadap apa yang terjadi terhadap orang Kristen adalah karena sebagian besar orang Cina masih merasa berjarak dengan ajaran Kristen. Agama Kristen aliran Nestorian memang sudah masuk ke Cina sejak zaman Dinasti Tang, bahkan ada klaim jauh sebelum itu, kemudian memudar seiring dengan jatuhnya Dinasti Tang, kemudian bangkit lagi karena dibawa oleh orang-orang Mongol, dan kemudian pudar lagi bersama dengan jatuhnya Dinasti Yuan. Ajaran Kristen yang ada sekarang relatif baru karena diperkenalkan lagi oleh orang-orang Eropa pada masa Dinasti Qing. Karena relatif baru ini maka Ajaran Kristen belum sempat mengalami asimilasi dengan budaya lokal sehingga wajar apabila masyarakat Cina masih merasakan jarak yang berarti.

Agama-agama asing lain biasanya sudah mengendap dan menyatu dengan budaya lokal sehingga masyarakat setempat sudah merasakan ajaran itu sebagai bagian dari mereka. Saya ambil contoh Agama Buddha. Corak asli ketika masuk ke RRC, berbeda sekali dengan yang sekarang. Hampir 2000 tahun ajaran Buddha ada di Cina mengakibatkan Agama Buddha Cina mempunyai corak khas. Dalam masa kebangkitan agama seperti sekarang, pemerintah RRC tidak akan terlalu menekan karena secara psikologis mereka merasakan kedekatan. Saya bicara soal agama lho, bukan soal Tibet karena tindakan brutal tentara RRC di Tibet tidak ada hubungannya dengan Agama Buddha. Itu semata-mata masalah kedaulatan versi RRC. Orang Tibet yang tidak berpolitik melawan pemerintah tidak akan diapa-apakan oleh pemerintah RRC.

Agama Islam, walaupun tidak selama Agama Buddha, juga mengalami asimilasi. Dulu pada masa Dinasti Tang, ketika orang-orang Islam di pesisir Cina selatan hidup secara eksklusif, tidak jarang terjadi kekerasan terhadap mereka. Kekerasan yang kadang-kadang didiamkan oleh pihak yang berwenang. Eksklusif di sini bukan hanya berarti ekslusif secara tempat tinggal, yapi juga secara budaya dimana mereka menganggap diri mereka adalah orang asing yang tinggal di Cina. Keadaan seperti itu berlangsung sampai dengan jatuhnya Dinasti Yuan. Setelah itu, mayoritas muslim di Cina mulai mengidentifikasikan diri sebagai orang Cina. Dan pada akhir Dinasti Ming sudah sepenuhnya terasimilasi kedalam arus besar budaya Han. Bahkan orang-orang Hui di Fujian sudah sangat mirip dengan orang Han. Banyak di antara mereka mempunyai altar leluhur sama seperti orang Han.

Agama-agama yang lain banyak yang kemudian redup dan menghilang dengan sendirinya. Atau jika masih adapun hanya segelintir. Tapi semuanya biasanya sudah bercorak Cina. Yang saya maksud agama-agama seperti Yahudi, Zoroaster, Mani. dsb.

Betul bahwa semua orang Kristen Cina pasti menganggap dirinya sepenuhnya orang Cina. Tetapi, seperti yang tadi sudah saya katakan tadi, secara psikologis, masih ada jarak. Dan ini perlu waktu. Apalagi secara politik ada ketegangan antara RRC dengan pihak Barat, dimana Kristen merupakan ajaran yang dominan. Mirip seperti Indonesia di masa awal-awal kemerdekaan dimana banyak orang Indonesia yang ragu-ragu dengan Kristen karena menganggap Kristen adalah agama yang dianut para penjajah.

Aku ga merasa orang Kristen diperlakukan beda di Cina. Bila anda menilik dan mengangkat tema ini karena aku menuntut persamaan perlakuan rasanya aku ga merasa mendapat masukan apapun yg mengubah pikiranku.
Aku lebih suka, semua pihak terbuka dan memperbaiki diri.
Pihak gereja memang harus memberi kesempatan dirinya dibuktikan, apakah memang mrpk kelompok yg merugikan pemerintah bila tidak diawasi. Dan pemerintah tdk lagi memakai cara" lama buat menekan kelompok" agama.

Btw, aku bersyukur, imanku sendiri boleh dikuatkan oleh perjuangan saudara" Kristen di Cina dan memetik pelajaran dari kesetiaan serta keberanian mereka.


Maaf kalau saya kelihatan seperti orang tua yang agak cerewet. Saya sangat berharap pemerintah RRC bisa memperbaiki semua sikapnya. Tapi saya sadar bahwa semua perlu waktu. Ini masalahnya kompleks, multi dimensi. Jadi kita perlu lihat sudut pandang pihak-pihak lain juga.

::maap::


Kita perlu berbagi ilmu, ... ya begitu lah yg kurasakan ::maap::

Parameswara Li
19-07-2012, 04:40 PM
Tetapi jangan lupa tentang tulisan anda yg cenderung menuduh mereka yg tidak patuh dg pemerintah sebagai orang yg tidak baik motivasi beribadahnya.


Kesannya begitu ya ? Tapi maksud saya bukan begitu. Saya hanya berpikir bahwa segala macam pembatasan dan pengawasan itu seharusnya tidak menjadi masalah, karena itu masih dalam batas kesabaran sebagian besar orang Asia. Ya hanya itu saja.

Pemerintah RRC saat ini sangat mementingkan stabilitas, sama seperti Rejim Suharto dulu. Jadi pengawasan itu mungkin secara psikologis membuat pemerintah lebih tentram saja. Walau sebenarnya tidak apapun yang harus dikuatirkan oleh pihak pemerintah.

Salah satu ketakutan pemerintah adalah terjadi bentrokan horizontal akibat kegiatan agama. Walau itu juga kemungkinannya kecil sekali.

ndoz
14-08-2012, 11:14 PM
Sebenernya kegiatan agama tidak dilarang. Tp kalo kegiatan gereja rumahan ini bisa membuat "duri dlm daging" direzim komunis yg nyata"nya uda menjadi semi kapitalis.
Tp kalo kegiatan gereja yg bener" ada gedungnya malah diizinkan. Krn gw sendiri di Beijing pernah ke gereja. Dan fine" aja tuh...

serendipity
16-08-2012, 07:34 PM
Bukannya anti agama, tetapi sangat berhati-hati dengan pengaruh asing. Kalau mau aman ya kebaktian di gereja resmi saja. Toh niatnya mau ibadah kan, bukan mau yang lain. Mengenai kebaktian di rumah yang harus waspada, tidak hanya di RRC. Di Indonesia juga kalau ada yang menyelenggarakan kebaktian/misa di rumah bisa digerebeg penduduk sekitar.

.

gak bandingin ama negara barat juga sih, cuma denger dari cerita org yg pernah tinggal disana aja kalo ada yg kebaktian dengan nyanyi aja bakalan di tangkep ama polisi disana.

red_pr!nce
19-08-2012, 03:19 PM
gak bandingin ama negara barat juga sih, cuma denger dari cerita org yg pernah tinggal disana aja kalo ada yg kebaktian dengan nyanyi aja bakalan di tangkep ama polisi disana.

Sebuah gereja melakukan kebaktian dengan menyanyi dan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah, maka sebuah mesjid di sekitarnya bisa meminta hak yang sama, yaitu dengan melantunkan sholat dengan pengeras suara. Akibatnya bisa diduga, akan muncul persaingan antar agama di China, dan hal itu bisa merembet pada peningkatan radikalisme dan fanatisme agama di China. Pada akhirnya, China langsung didominasi oleh konflik antar agama seperti yang terjadi di Indonesia. Apabila di Indonesia saja yang rakyatnya 220 juta orang bisa terjadi pembantaian antarumat beragama, maka bagaimana dengan China yang rakyatnya 1.3 milyat orang? Pastinya China akan hancur lebur ketika konflik antara agama terjadi di sana.

Pernahkah terpikir demikian?