ancuur
19-02-2012, 06:36 AM
http://static.republika.co.id/uploads/images/headline/christian_wulff_101004074605.jpg
TULAH langkah yang ditempuh Presiden Jerman Christian Wulff. Ia memutuskan meletakkan jabatan karena dituduh menerima fasilitas berlibur gratis dari jutawan Jerman saat menjabat sebagai Perdana Menteri Negara Bagian Lower Saxony pada tahun 2008.
Presiden Wulff sempat mencoba bertahan atas tekanan, khususnya pemberitaan yang gencar mengenai tindakan tidak pantas yang dilakukannya. Wulff bahkan sempat lepas kendali dan mengancam Harian "Bild" yang terus mendesak dirinya untuk mundur.
Namun Wulff akhirnya menyadari bahwa dirinya tidak mungkin terus bertahan. Memudarnya kepercayaan masyarakat kepada dirinya membuat ia tidak mungkin menjalankan tugas sebagai Kepala Negara Jerman. Meski hanya sebagai simbol tetapi jabatan Presiden penting untuk melengkapi kehidupan berbangsa dan bernegara di Jerman.
Dalam pidato pengunduran dirinya, Wulff mengatakan bahwa ia memilih mundur karena ia tidak cukup hanya didukung oleh mayoritas partai, tetapi sebagai Presiden membutuhkan dukungan mayoritas. Ia menyadari bahwa dirinya kini tidak lagi mendapatkan dukungan itu dari rakyat Jerman.
Kasus mundurnya Wulff menarik untuk menjadi pembelajaran bagi para politisi di Indonesia. Betapa persoalan integritas merupakan sesuatu yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang memilih menjadi politisi.
Ketika integritas kita dipertanyakan oleh rakyat, maka tidak ada jalan kecuali tahu diri untuk mundur dari gelanggang. Sikap untuk tetap bertahan pada profesinya merupakan sesuatu yang percuma karena masyarakat sudah tidak lagi mempercayai keberadaan kita.
Memang kita menjadi tidak bisa mengerti tentang prinsip berpolitik yang dijalankan para politisi kita. Mereka hanya menjadikan politik sebagai identitas dan panggung untuk mendapatkan kehormatan. Tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa di balik kehormatan ada tanggung jawab yang besar, noblesse oblige.
Bahkan sekarang ini melihat kehormatan yang dimiliki sebagai politisi dipakai sebagai alat untuk meraih kekayaan. Mereka menyalahgunakan kehormatan yang dimiliki untuk memperkaya diri sendiri.
Mereka pun tidak memiliki rasa malu ketika tercium menyalahgunakan kekuasaan mereka. Pemberitaan berkaitan korupsi yang mereka laku tetap saja membuat mereka bergeming. Bahkan tanpa malu-malu masih saja mau bercokol sebagai anggota parlemen.
Satu yang membuat kita sedih, tindakan seperti itu dilindungi oleh partai dan pimpinan partai. Dengan menggunakan dalih asas praduga tidak bersalah dan legal formal, tidak ada keinginan untuk menegakkan etika dan mendahulukan etika politik di atas persoalan hukum.
note: Trend yg perlu di tiru para Petinggi Indonesia :-bd
TULAH langkah yang ditempuh Presiden Jerman Christian Wulff. Ia memutuskan meletakkan jabatan karena dituduh menerima fasilitas berlibur gratis dari jutawan Jerman saat menjabat sebagai Perdana Menteri Negara Bagian Lower Saxony pada tahun 2008.
Presiden Wulff sempat mencoba bertahan atas tekanan, khususnya pemberitaan yang gencar mengenai tindakan tidak pantas yang dilakukannya. Wulff bahkan sempat lepas kendali dan mengancam Harian "Bild" yang terus mendesak dirinya untuk mundur.
Namun Wulff akhirnya menyadari bahwa dirinya tidak mungkin terus bertahan. Memudarnya kepercayaan masyarakat kepada dirinya membuat ia tidak mungkin menjalankan tugas sebagai Kepala Negara Jerman. Meski hanya sebagai simbol tetapi jabatan Presiden penting untuk melengkapi kehidupan berbangsa dan bernegara di Jerman.
Dalam pidato pengunduran dirinya, Wulff mengatakan bahwa ia memilih mundur karena ia tidak cukup hanya didukung oleh mayoritas partai, tetapi sebagai Presiden membutuhkan dukungan mayoritas. Ia menyadari bahwa dirinya kini tidak lagi mendapatkan dukungan itu dari rakyat Jerman.
Kasus mundurnya Wulff menarik untuk menjadi pembelajaran bagi para politisi di Indonesia. Betapa persoalan integritas merupakan sesuatu yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang memilih menjadi politisi.
Ketika integritas kita dipertanyakan oleh rakyat, maka tidak ada jalan kecuali tahu diri untuk mundur dari gelanggang. Sikap untuk tetap bertahan pada profesinya merupakan sesuatu yang percuma karena masyarakat sudah tidak lagi mempercayai keberadaan kita.
Memang kita menjadi tidak bisa mengerti tentang prinsip berpolitik yang dijalankan para politisi kita. Mereka hanya menjadikan politik sebagai identitas dan panggung untuk mendapatkan kehormatan. Tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa di balik kehormatan ada tanggung jawab yang besar, noblesse oblige.
Bahkan sekarang ini melihat kehormatan yang dimiliki sebagai politisi dipakai sebagai alat untuk meraih kekayaan. Mereka menyalahgunakan kehormatan yang dimiliki untuk memperkaya diri sendiri.
Mereka pun tidak memiliki rasa malu ketika tercium menyalahgunakan kekuasaan mereka. Pemberitaan berkaitan korupsi yang mereka laku tetap saja membuat mereka bergeming. Bahkan tanpa malu-malu masih saja mau bercokol sebagai anggota parlemen.
Satu yang membuat kita sedih, tindakan seperti itu dilindungi oleh partai dan pimpinan partai. Dengan menggunakan dalih asas praduga tidak bersalah dan legal formal, tidak ada keinginan untuk menegakkan etika dan mendahulukan etika politik di atas persoalan hukum.
note: Trend yg perlu di tiru para Petinggi Indonesia :-bd