PDA

View Full Version : Mengapa buah lokal lebih mahal ketimbang buah import ?



keremus
06-10-2011, 07:20 AM
Salah satu sebabnya : panjangnya rantai distribusi.

Ini salah satu berita pendek yang dibahas salah satu stasiun TV hari ini.

Padahal konon, buah lokal lebih berkualitas ketimbang buah import.

Saya berpikir alangkah tragisnya. Jadi perjalanan jeruk Pontianak ke Jawa
bisa-bisa lebih panjang ketimbang perjalanan jeruk dari sebuah propinsi
di China (jeruk Pokan ? lupa namanya) hingga mendarat dalam kunyahan
orang Indonesia di Jawa.


Rasanya sok tahu dan mengeritik melulu kalau saya menyebut
kok ya negara ini kacau balau. Garam pun mesti import. Batu bara
atau Teh terbaiknya dilempar ke pasaran internasional, yang kualitas
lebih rendah ditujukan untuk konsumsi lokal.


Kasihan ya nasib petani di negeri ini.

Ngomong2, masihkah negara kita disebut negara agraris ?

kunderemp
06-10-2011, 07:32 AM
Banyak punglinya di tiap propinsi, May Keremus.

keremus
06-10-2011, 07:38 AM
Kira-kira bagaimana kita memetakan perjalanan jeruk Pontianak itu hingga tiba misalnya di Jakarta
lalu bandingkan peta perjalanan Jeruk China ke Jkt.

Apakah perjalanan Jeruk China itu lebih bebas pungli ? Segala bea pada komoditas import ternyata
masih lebih murah ketimbang "bea perjalanan lokal", termasuk -jika ada- pungli itu?

ndugu
06-10-2011, 08:09 AM
pungli itu apa sih?

dan yang terkenal bukannya jeruk sambas? ato jeruk pontianak sih? ::elaugh:: kok saya jadi bingung
ini yang jeruk berkulit ijo itu yah?

keremus
06-10-2011, 08:16 AM
Pungutan Liar. Sepertinya kau terlallu lama di Amrik, Ndug ? Hehehe. Atau maksudmu, teknis pungli itu bagaimana ?
Kalau itu saya kurang begitu tahu. Supir2 truk dan orang2 lapangan biasanya hafal banget.

Soal jenis jeruknya, tidak penting, sekadar contoh. Saya juga lupa nama jenis jeruk dari China
yang banyak di jual di swalayan, toko2 buah bahkan pasar tradisional itu. Warna jingga, per
biji dibungkus plastik. Dengar2, itu telah disuntik biar awet.

E = mc˛
06-10-2011, 11:02 AM
masa sih? Kiwi itu mahal banget. Bandingkan dengan sawo, harga satu biji kiwi setara dengan satu kantung gede sawo, padahal dr rasa, dll jelas menang sawo :D

keremus
06-10-2011, 11:08 AM
Kalau Kiwi, saya rasa karena itu buah yang khas, Indonesia tidak punya.
Mungkin yang dibahas di berita itu semisal jeruk yg kita juga punya atau
pisang.

ndugu
06-10-2011, 11:24 AM
apakah karena kuantitas yang sangat besar?
sebenarnya di amrik juga ada masalah sama, di mana buah2an ato sayuran2 lokal (biasa organik) juga bisa lebih mahal dibandingkan dari yang sumbernya lebih jauh - di perkebunan raksasa oleh perusahaan2 besar, di mana ada subsidi dan dukungan bahan2 kimia dan dalam kuantitas besar2an.

E = mc˛
06-10-2011, 11:28 AM
kalo barang yg dijualnya di supermaket/swalayan/dan sejenisnya, emang jatuhnya mahal

selain rantai distribusi yg panjang, barang2 impor emang dr sononya murah banget kan? biasanya harga buat diekspor itu dimurah2in biar bisa bersaing dg produk dr negara lain. kayak beras vietnam yang murah, barang elktronik jepang yang murah (harga buat diekspor dg konsumsi nasional selisihnya jauh), dll

bandingkan dg produk pertanian lokal yg mau dijual di pasar swalayan gitu, biaya pertaniannya sangat mahal--swalayan hanya menerima yg kualitas prima--terus dikepulnya di agen2 "terpilih" yg jelas mau membeli dr petani semurah mungkin tapi menjual semahal mungkin.

coba belinya di pasar tradisional, buah2an murah banget. tiap hari kakak saya "terpaksa" beli buah (pisang/pepaya/tomat/dll) dr tetangga yg jualan buah2an di pasar karena kurang laku lalu diobral besar padahal harga aslinya juga udah murah banget.

BundaNa
07-10-2011, 08:47 AM
btw, kiwi sudah coba dibudidayakan di Indonesia, kan?

harga buah impor lebih murah kalau dibeli mungkin karena ada kebijakan tidak ada bea masuk, harganya jelas bersaing dengan buah lokal...blum lagi kebijakan negara asal yang murah2in harga buahnya. Padahal saya lebih suka jeruk edan, pontianak, lumajang sama jeruk Batu atau jerk baby pacitan daripada buah2 jeruk dari mandarin ituh...rasanya jelas segar dan manis. Juga apel...yang import garing gak ada air dan rasanya

cikosenzki
08-10-2011, 06:11 PM
ahhh masalah klasikkk ,buah cina nga menang juga tuh lawan amrik ampe ptani cina protes k negara , minta buah2 amrik sebangsa apel dll jgn masuk k cina ... Karena terlalu murah nga bisa dlawan. perlu managemen, subsidi silang kalo gua bilang.

itsreza
08-10-2011, 09:03 PM
Buah impor jauh lebih murah akibat dumping seperti yang disebutkan BundaNa juga karena dukungan pemerintah di banyak negara eksportir kepada para petani yang besar melalui subsidi pertanian, terutama urusan pupuk dan bibit. Amerika, China, Vietnam, Uni Eropa pertaniannya benar-benar diproteksi pemerintah. Nah di Indonesia, jeruk salah satu komoditas yang paling sering jadi korban, ketika panen raya harganya jatuh karena pasokan yang terlalu banyak di pasaran. Dengan rendahnya harga jual, jangankan untuk dijual, kadang untuk memanen pun petani jeruk sudah merugi, jadi jeruk-jeruk itu seringkali dibiarkan begitu saja, membusuk di kebun. Untuk mencegah matinya petani lokal, selain subsidi ke para petani, pemerintah sebetulnya bisa menerapkan kebijakan kuota impor atau bea masuk yang tinggi pada saat panen raya. Sekarang ini bea masuk Jeruk dari China atau Pakistan 0%, jelas jeruk lokal seperti Jeruk Pontianak harganya akan lebih mahal.

cha_n
08-10-2011, 11:21 PM
politik dumping bukan sih? buah buangan?

AsLan
09-10-2011, 12:25 AM
Waktu jaman cabe rawit mahal, gw coba beli cabe rawit china... buseet gede2 tapi gak pedes.

Jaman sekarang buah2an dan produk pertanian sudah menjadi industri global, buah yg murah tidak berarti pasti paling laku.
Semua ada segmennya, kalangan bawah akan memilih buah murah meskipun kualitasnya jelek, buah mahal kalau kualitasnya bagus akan tetap dibeli oleh kalangan atas.

Jadi meskipun buah Indonesia harganya lebih mahal, kalau kualitasnya baik akan tetap dibeli orang.

Gw sering beli belimbing, pepaya, mangga, pisang produk indonesia, gak tau harganya mahal apa enggak yg penting enak.

Mungkin buah2an China laris di Indonesia karena murah, meskipun kualitasnya rendah.

Tentang buah lokal, mungkin yg bagus2 langsung diterbangkan ke amerika, eropa atau jepang.
Jadi tenang saja, yg namanya agrobisnis itu sama seperti bisnis2 lain, yg produknya bagus ya gak bakal takut saingan...

Kecuali kalau produk lokal jelek dan mahal, nah itu gak ketolong lagi deh, kalaupun di proteksi pemerintah juga mubazir...

Einhalt Stratos
09-10-2011, 12:45 AM
IMO bisa dibilang, prinsip ekonomi indonesia itu aneh.

Ketika belajar pelajaran ekonomi di sekolah pasti diajarin, "mendapat keuntungan sebesar besarnya dengan modal sekecil kecil nya"
Alhasil, pada mau untung besar. Ngga mikirin dia mau ada di distribution channel yang mana.

Sedangkan luar negeri, yang penting ekonomi: memanfaatkan scarcity. Jadina, ujung2 nya ya balik ke final konsumer mau bayar berapa. Bukan kitanya ynag nambahin harga sampai final consumer ga bisa bayar (dan alhasil, lebi mahal)

itsreza
09-10-2011, 01:26 AM
^^
Kalau diputar balik ke belakang, ajaran ekonomi di sekolah dulu memang salah dan buku ekonomi di sekolah harus direvisi, itu ajaran picik, mana ada bisa dapat keuntungan besar dengan modal sekecil-kecilnya?
Seharusnya yang diajarkan adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besar dengan modal tertentu, atau mendapatkan keuntungan tertentu dengan modal sekecil-kecilnya.

Konsumen di Indonesia secara umum sensitif terhadap harga, karena secara sebagian besar dari penghasilan dihabiskan untuk kebutuhan rutin. Jadi menentukan pilihan ketika berbelanja berdasarkan harga. Buah impor lebih murah daripada buah lokal jadi pilihan yang menarik konsumen terlepas dari kualitas, tempat penjualan. Cinta produk dalam negeri? Rasanya belum ada, persepsi barang impor lebih baik cukup melekat di konsumen Indonesia, termasuk buah-buahan, apalagi dengan disertai harga yang lebih murah.

@bu cha_n iya, faktor buah impor murah selain subsidi dan dumping juga seringkali buangan. Mereka negara pengekspor cukup pintar, daripada harga di dalam negeri jatuh ketika panen raya, kelebihan pasokan itu dikirim ke negara-negara yang batasan impornya relatif lemah. Seperti saat panen raya kedelai, biasanya Amerika mengirimkan kedelai sebagai food aid daripada dibiarkan merusak harga dalam negerinya atau membusuk di gudang.

Setau saya buah Indonesia yang bisa masuk kriteria ekspor masih terbatas, hanya pemain besar yang bisa ekspor. Pasar ekspor buah Indonesia condong ke Timur Tengah dan Afrika yang kriteria impornya tidak terlalu ketat. Kalau ke Jepang, US, EU masih sulit tembus karena standar food safety negara-negara tersebut cukup tinggi dan konsumennya cenderung lebih memilih produk lokal karena dirasa punya kualitas lebih baik dari buah impor.

Einhalt Stratos
09-10-2011, 01:56 AM
Sebenernya "mendapat untung sebesar2nya" itu yang salah.. jadi mereka mikirnya short term minded, egois dan jadi ngga produktif.

Indonesia sih price sensitivity nya bener2 kebangetan ;D
Bener2 quantity > quality deh, bahkan dalam kebutuhan pokok.
Cintai produk dalam negeri nya Indonesia makanya IMHO agak gagal kampanye nya. 1) Lebi mahal 2) skeptis sama kualitas.

itsreza
09-10-2011, 02:12 AM
yang salah karena ada dua hal kontradiktif, keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Padahal dalam maksimasi ada batasan/constraint dimana salah satu faktor terbatas, entah pada keuntungan ataupun yang lebih umum adalah pada modal. Terbatas bukan berarti modal sekecil-kecilnya, tapi penekanan pada penggunaan modal yang efisien. Karena ajaran yang salah ini menempel lah dalam ingatan bawah sadar di banyak orang, banyaklah yang berbuat picik. Macam lagu naik kereta api dengan percuma, sampai sekarang orang terbiasa naik kereta dengan cuma-cuma padahal kereta diesel/listrik.

kebangetan sih ngga, itu karena penghasilannya terbatas. Kalau penghasilan masyarakat Indonesia meningkat, misal setara Malaysia yang pendapatan per kapitanya udah US$8.400/annum pasti preferensi masyarakat juga berubah. Kalau sekarang sih, dikasih pendidikan cinta produk dalam negeri percuma karena buat masyarakat secara umum urusan perut lebih penting :luck:

tsu
10-10-2011, 06:37 PM
IMHO selain karena price sensitive, juga karena persepsi orang indonesia sangat kebangetan klo sama barang impor, selalu menganggap barang impor itu lebih baik daripada barang lokal
padahal klo semacam kopi, tembakau, besi, minyak bumi, dll dll barang indonesia juga jelas lebih bagus, seperti juga pesawat, saya pernah naik sendiri CN-235 yang (sebagian besar) produksi indonesia, rasanya JAUHHHH dibandingin ama naik ATR buatan perancis apalagi MA-60 buatan Tiongkok >_<

dalam masalah buah, memang kasian sih nasib nya....... apel malang (rome beauty dan manalagi) itu enak dan bagus, sayang karena persepsi masyarakat yang menganggap apel2 luar lebih bagus jadinya yah.... kaya sekarang ini -_-
begitu juga dengan anggur probolinggo yang sekarang juga sudah susah sekali mencari.....
IMHO memang peran distributor besar sekali disini, selama para distributor dan importir hanya selalu mencari keuntungan tanpa melihat kesinambungan produksi..... percuma saja.....

BundaNa
11-10-2011, 11:37 AM
nah itu, orang Indonesia gampang kemakan iklan...dibilang Apel Australia enak dan berkelas, beli deh orang berbondong2...padahal buat lidah kita, APel import justru garing gak ada enak2nya...intinya, adalah menjual buah lokal dengan kemasan yang membuat orang merasa, "Beli buah lokal lebih keren dibanding buah import."

E = mc˛
11-10-2011, 11:58 AM
yah, mentri pertanian+perdagangannya juga gaknya gak niat. kampanye cintai produk dalam negeri cuma pepesan kosong doang ::arg!::

itsreza
11-10-2011, 04:12 PM
Kampanye cinta produk dalam negeri kan programnya kementerian perdagangan, kementerian pertanian programnya swasembada beras, daging, gula. Terkesan program itu berjalan sendiri-sendiri, seharusnya koordinasi antara kementerian pertanian dan kementerian perdagangan untuk mempromosikan produk-produk pertanian/perkebunan.

BundaNa
11-10-2011, 04:26 PM
nah ntu dia...menteri perdagangan taunya untung terus, tapi gak menyentuh ke produksi utama negri ini...yaitu pertanian, perternakan dll

Einhalt Stratos
11-10-2011, 06:03 PM
Ya ujung2 nya yang kasian petani nya sih, dibayar dikit + sering merugi dan gagal panen..

Kalau supply chain mah cuma tau cara bantu biar panen doank, bukan untuk kelestarian petani.. --a

keremus
11-10-2011, 11:08 PM
Tadi di berita, petani kentang demo dan membagi-bagi kentang super premium
mereka ke masyarakat. Demo ke depdag. Keluhan : merasa pemerintah tidak
memproteksi dan membiarkan impor kentang yang mematikan petani lokal.

Ini konsekuensi perdagangan bebas.

Bagaimana petani dan pemerintah menghadapi gempuran dari luar yang
niscaya itu ?

purba
12-10-2011, 12:09 AM
Kemarin adalah obrolan ttg impor garam di TVRI (dimoderatori oleh Sugeng Sarjadi). Disinyalir adanya kebijakan jahat yg dikeluarkan oleh pemerintah. Di satu sisi kebutuhan garam besar, di sisi lain produksi lokal terbatas. Kemudian dikeluarkanlah kebijakan impor garam. Ini membuat efek domino. Harga garam impor lebih murah dari pada garam lokal. Akibatnya petani garam kalah harga oleh yg impor. Terus usaha ladang garam berkurang dan berkurang. Banyak yg menganggur atau terpaksa kerja lain yg tidak jelas. Bersamaan dgn itu impor makin besar dan hanya menguntungkan segelintir orang. Di sini terlihat kebijakan yg gak bener. Kalo memang produksi lokal kurang, mbok ya ditingkatken, diberikan pinjaman lunak dan penyuluhan kepada para petani sehingga produksi garam mereka meningkat, bukan dibalas dgn impor besar2an yg malah mematikan petani2 tsb. Alasan klasik, impor lebih cepet dan murah (mental indon). Tapi akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan. Hal yg sama kurang lebih terjadi juga dgn buah2an dan sayuran. Kebutuhan akan buah2an dan sayuran meningkat (indikasi yg bagus, sadar kesehatan), tetapi produksi lokal lagi2 tidak memadai. Kebijakan impor pun diterbitkan, dst, akhirnya petani buah pun bernasib sama dgn petani garam. Bolehlah impor besar tapi sifatnya sangat sementara dan jangka pendek. Yg harus diusahakan dan didukung sungguh2 oleh pemerintah adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produk lokal. Tapi dasar negara mafia, kebijakan pun dapat dibeli. Akhirnya rakyat sendiri yg sengsara. Padahal pembangunan Indonesia hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia menjadi manusia yg sehat, tercukupi, tentram, dan sejahtera.

:))

E = mc˛
12-10-2011, 04:09 PM
saya bener2 gak ngerti deh dg kebijakan impor garam. wong kita negara perairan. garam ajah ampe impor. negara tropis lagi, njemur garam kelar sehari ::doh::

edit: tapi sama ajah sih semuanya juga, negara agraria tapi impor beras--teroris aja ampe diimpor :P

BundaNa
12-10-2011, 05:22 PM
kurang beras, bukannya mikir gimana caranya nanem beras yang melimpah2 tapi jalan praktisnya import beras, begitu beras lokal mati makin dibanjiri deh ama beras impor (yang rasanya buat saya gak enak)

Sekarang ada pisang impor, untung lebih mahal dibanding pisang lokal jadi pisang masih aman::doh::

itsreza
12-10-2011, 07:10 PM
informasi internal rapat antara Menteri Pertanian dan Perdagangan, salah satu argumen Menteri Perdagangan untuk impor garam, kentang, beras, dan komoditas lainnya adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat sebagai konsumen akhir. Membuat kestabilan harga di dalam negeri yang cenderung tinggi akibat rendahnya pasokan, kapasitas produksi, kegagalan panen, dan lainnya. Dengan adanya intervensi pasar melalui kebijakan impor, harga pasar dalam negeri dapat ditekan secara cepat, inflasi dihindari, sehingga target pertumbunan perekonomian dapat dicapai. Sayangnya kebijakan bu Menteri ini cenderung mengorbankan nasib 44% angkatan kerja Indonesia yang hidup dalam lingkup pertanian, dalam kata lain seperti purba sampaikan, menyengsarakan rakyatnya sendiri... menindas dalam jangka panjang.

pasingsingan
13-10-2011, 01:12 AM
merdeka dah 66taon lebih
sektor mana yng bener2 dah bisa dibilang mandiri yak? :-?