PDA

View Full Version : Gender pada anak-anak



Alip
07-07-2011, 09:44 AM
"Yeee... kan dia anak cewek?"

Itulah protes tetangga yang sering saya dengar seputar pengasuhan anak-anak, khususnya dari ibu-ibu. Kayaknya mereka strict sekali soal cewek itu harus jadi apa.

Si adik yang memang anak perempuan tidak pernah saya perlakukan seperti lazimnya anak cewek kalau menurut ukuran para ibu-ibu (jujur sih, sebenarnya saya juga suka lupa kalau dia itu anak cewek:luck:). Dia sama manjatnya dengan kakaknya, sama-sama jatuh sampe baret-baret, sama-sama galak, sama-sama mompa ban sepeda, dan macam-macam lagi. Mainannya tidak ada yang khusus cewek, kecuali seperangkat mainan masak-masakan yang dulu dibeli untuk kakaknya (karena kakaknya yang cowok ternyata suka main masak-masakan:mikir:).

Waktu si adek lahir, saya larang dia ditindik... biar dia sendiri yang memilih untuk ditindik kalau kelak dia ingin pakai anting sesudah besar. Intinya, datang dari kesadarannya sendiri, bukan karena didikan orang tuanya. Akibatnya sekarang dia satu-satunya anak cewek di lingkungan kami yang gak pake anting.

Bajunya-pun tidak saya bedakan. Kecuali baju-baju tertentu yang memang untuk hadir di acara formal atau semi-formal yang butuh identitas gender yang jelas, semua pakaian si adek sama saja seperti pakaian kakaknya. Tapi memang harus diakui, pasar mendidik anak perempuan untuk suka sama warna pink... masak seluruh baju cewek nada-nya begitu semua...:facepalm:

Ini membuat saya sering dipandang dengan muka aneh oleh para ibu-ibu, khususnya mereka yang tau kalau saya sengit sekali sama mainan "princess" yang sekarang rame dimiliki anak-anak cewek. Buat saya mainan itu mendidik anak perempuan untuk kena "Cinderella Syndrome".:kesal:

Aneh gak sih?
Saya membedakan antara jenis kelamin dengan gender. Jenis kelamin adalah kondisi fisik yang memang kita bawa sejak lahir, sedangkan gender adalah peran yang dituntut oleh masyarakat sehubungan dengan jenis kelamin tertentu. Buat saya gender adalah sesuatu yang semu, dan saya membiarkan anak-anak untuk memilih perannya sendiri.... bukan dikondisikan dari anak-anak.

Wajar nggak sih?
Istri saya memang jadi repot mengusahakan supaya anak-anak bisa paham pandangan orang lain soal gender, intinya supaya mereka nanti tetap bisa membaur dengan masyarakat meskipun memiliki pandangan berbeda ... itu memang kelebihan dia, mengakomodasi pandangan orang lain... soalnya saya-nya sih memang ndablek minta ampun kalau soal ini.:joget: <nothing personal ya, bleg:luck:>

Jangan dianggap ngajarin yaaa... bisa jadi malah saya yang salah dididik :lololol:

Gimana dengan para kopmay di sini? Seberapa ketat memberlakukan pendidikan gender di rumah?

Ronggolawe
07-07-2011, 10:59 AM
Tapi kalau ke Toilet Umum, anak yang cewe tetap dianter ibu
nya ke Toilet Cewe, kan?

GiKu
07-07-2011, 11:05 AM
saya nyimak dulu ya Kop


sambil jongkok untuk pipis

BundaNa
07-07-2011, 11:46 AM
Sedari lahir, naomi dan nadhira tidak pernah saya didik untuk menjadi girly, perempuan banget gitu deh. Sewajarnya aja bahwa mereka tetap harus paham konsep laki-laki dan perempuan serta perbedaannya. Sampai mana aurat anak lelaki dan perempuan dan perbedaannya. Paling seperti kalau mandi, gak bisa sama Ayah atau sholat shafnya ikut Bunda. Bahwa Naomi dan Nadhira sama dengan Bunda, bukan Ayah.

Untuk mainan tidak pernah saya bilang itu mainan laki-laki ini mainan perempuan, karena buat saya anak2 itu mesti bisa mengeksplore apa yang dia bisa eksplore. Bahkan ayahnya membiarkan anak-anak memanjat, bermain ayunan, jumpat-jampit, layangan atau bahkan main perang-perangan. Untuk tindik telinga tetap saya berlakukan karena kalau besar itu sakitnya luar biasa. Soalnya di sekolah kan dia bisa dilecehkan kalau dia gak pakai anting-anting (itu terjadi pada saya saat kecil), antisipasi kalau dia merasa dikerdilkan temannya.

Tapi secara keseluruhan yang membebaskan anak-anak untuk mengeksplorasi dirinya.

Dari bayi yang namanya pink, Barbie, Princess atau boneka cewek tak pernah saya kenalkan. Bukannya gak mau mereka girly, tapi lebih karena mereka blum waktunya bermain seperti itu. Walaupun saya menyadari bermain boneka itu bagus untuk mengeksplorasi karakter loh, jadi bukan berarti barbie atau princess itu gak ada fungsinya ya.

Tapi seiring waktu, karena Naomi kemudian bermain bersama teman-temannya entah di rumah atau di sekolah juga bertemu dengan anak-anak teman saya, akhirnya Naomi pun tahu dan akrab dengan pernik-pernik girly tanpa saya suruh atau paksa. Saya dan ayahnya juga membiarkan ketika dia bermain girl stuff seperti itu, karena toh dia yang minta. Untuk Nadhira dia masih dalam tahap eksplorasi jadi mainan apa saja tetap dipakai olehnya.

Untuk sikap-sikap juga saya dan ayahnya tidak menekankan, kamu perempuan maka harus begini begitu. Biasa saja. Kami lebih menekankan, "Anak pintar, anak baik, anak sholehah mestinya begini begitu."

Memang bedanya anak laki-laki dan perempuan apa selain organ-organnya?

GiKu
07-07-2011, 11:50 AM
bedanya kira2 seperti hal2 berikut :

cara berfikir
perasaan
sikap/perilaku
jumlah kambing aqiqah

BundaNa
07-07-2011, 11:55 AM
cara berpikir : itu kan hasil didikan dari kecil

perasaan : itu juga hasil didikan dan penekanan

sikap/perilaku : itu juga hasil didikan

Jumlah kambing aqiqah: ngirit punya anak perempuan kan? :))

ndugu
07-07-2011, 12:32 PM
Aduh alip, how i wish my dad were like you when i was growing up :mrgreen:
Pernah baca artikel ini ?
http://www.parentcentral.ca/parent/babiespregnancy/babies/article/995112

Mengenai ortu yang memutuskan untuk menyembunyikan status kelamin / gender anaknya, yang bernama storm. Bahkan mertuanya juga tidak tau gendernya, hanya segelintir yang tau. Dan niatnya membesarkan anaknya tanpa harus mengkonformasikan dengan standar gender masyarakat, dan membiarkan si anak bebas memutuskan gender dan perilaku dan kesukaan mereka. Dan tentu saja berbagai tantangan2 selama melakukan ini, baik terhadap ortu maupun anak itu sendiri. :mrgreen:

ndugu
07-07-2011, 12:47 PM
Gimana dengan para kopmay di sini? Seberapa ketat memberlakukan pendidikan gender di rumah?
Saya pribadi sih merasa tidak aneh, walo tentu tidak lazim kalo melihat standar budaya masyarakat pada umumnya. Saya justru berharap saat kecil saya mendapat kebebasan seperti ini dalam keluargaku. Saya sendiri mempunyai kecenderungan menyukai identitas yang genderless, ato kadang melawan standar 'peraturan' suatu gender yang biasa ditetapkan oleh masyarakat :mrgreen: cuman kenyataannya, masyarakat memang sangat mendikte peran suatu gender, dan tidak semua anak maupun ortu bisa tahan melawan tekanan itu, ntah demi jaga muka atopun demi menjalani hidup dengan peaceful.

Saya tidak mempunyai masalah dengan anak perempuan yang menyukai boneka2 ato yang princess2an, tapi saya ada masalah dengan memaksakan si anak cewe untuk menyukai boneka2an ato anak cowo untuk menyukai mobil2an, Ato cewe harus begini dan cowo harus begitu.

aya_muaya
07-07-2011, 02:01 PM
salah satu ketakutan saya sebagai orangtua adalah jika sang anak nantinya menyalahi kodrat.. misal kea mitha the virgin atau dorce atau siapapun deh.. naudzubillah....

oleh karena itu, ada beberapa aspek penekanan kebiasaan pada si anak, kebetulan teman si anak kebanyakan cowok.. bahkan hampir seluruhnya cowok.. ada yang cewek tapi sudah sd dan jarak umurnya terlalu jauh... itu pun jarang maen...

someday, temen2 anakku lagi pipis.. biasanya pipis kea cowok pada umumnya...memelorotkan sebagian celana dan pipis sambil berdiri... u know wahat? anakku ikut2an.... duh... dunno kudu sedih atau ketawa ngakak....

bagaimanapun itu karena pengaruh lingkungan dia.. sekarang yang mumet bundanya memikirkan bagaimana menanamkan nilai2 dasar gender... misal kalau pipis berdiri itu cowok... kalau cowok punya *****, dia enggak...

pernah juga loh, aulia menjerit... kirain kenapa... gara2 lihat ***** temannya waktu ganti baju... duh.. berarti kan si kecil udah mengetahui perbedaan cowok - cewek.. pelan2 harus diajarin jugah...

soal mainan semuanya saya beliin..mulai dari barbie bonek imut sampai mobil2an.... baju juga, mulai dari kaos item sampai baju2 girly...

kebetulan dia juga gak pakai anting... waktu lahir sih pakai... cuma ternyata sering nyangkut di handuk waktu mandi.. kan kasian.. kebetulan bundanya juga mengalami hal yang sama.. akhirnya kami sama2 gak pakai anting... ribet... saya juga takut kalau dia ditindik lagi nantinya dia panas....

aya_muaya
07-07-2011, 02:06 PM
menurut saya semua ada prosesnya... si kecil saya biasain pakai jilbab kalau keluar rumah, senengnya sekarang kalau di amau keluar rumah, pasti sudah milih sendiri jilbab yang mau dia pakai..

baju juga, sejak kecil (meski sekarang masih kecil) saya biasakan dia memilih.. jadi biasanya saya ambil dua, saya suruh milih dia mau make baju yang mana... sekarang dia udah bisa milih... gak mau dikasih kaos2 oblong di rumah kalau habis mandi... wakakakaka... pengen yang ada gambar2 lucunya... gak mau dikasih kaos yang biasa2 aja....

kekhawatiran terbesar sekarang ya soal perbedaabn gender dengan teman2nya yang sebagian besar cowok itu... ikut lari2 kesana kesini... ikut manjat2 sofa.... haduh... mungkin gedean dikit lagi dia ikut2an manjat pohon kali... naudzubillah...

AsLan
07-07-2011, 03:40 PM
Gender HARUS diajarkan pada anak2 sejak masih kecil.

Memang dengan superioritas Pria di Asia, banyak orang tua cenderung tidak mau mengajarkan anak perempuannya beridentitas perempuan.
Orang tua banyak yg lebih suka anak perempuannya tumbuh sedikit ke laki2an, itu sebabnya mereka tidak mau memberikan boneka atau mengajarkan identitas kewanitaan pada anak perempuan.
Banyak yg berpikir perempuan adalah mahluk kelas 2 jadi kalau ingin anak perempuannya menjadi mahluk kelas 1 ya jangan dilatih sebagai perempuan, dia harus bisa mengalahkan laki2 bahkan dalam hal kelaki2an.

Sebaliknya ada juga orang tua yg benar2 menginginkan anak perempuan sampai2 mendidik anak laki2nya bersikap seperti perempuan, memakaikan baju2 perempuan dsb.

Akhirnya anak tumbuh dengan kebingungan identitas.

Ada beberapa teman saya yg seperti itu, laki2 tapi tidak jantan, perempuan tapi tidak lembut, ini karena orang tuanya sendiri juga ragu apakah identitas laki-perempuan adalah hal yg baik, sehingga anaknya dibiarkan saja tumbuh tanpa arah yg jelas.

Tuhan sudah menentukan ada 2 jenis kelamin.

Maka ajarkanlah hal itu dengan jelas dan tegas kepada anak2.

Alip
07-07-2011, 07:10 PM
Itulah yang disebut dengan gender role, Lan. Ketentuan bagaimana cowok-cewek harus bersikap semata-mata karena perbedaan jenis kelamin.

Apa yang salah kalau cowok berwatak lembut dan cewek bersikap tegas?
Apa yang dimaksud dengan kodrat?
Kenapa cowok nggak boleh nangis?
Kenapa cewek nggak boleh tangkas?
Kenapa cowok musti bisa berantem?
Kenapa cewek musti bisa masak?
:mikir:

Nowitzki
07-07-2011, 07:27 PM
Dari dulu bapakqu gak pernah membedakan aq dengan kakak lelakiqu, beda dengan ibuqu yang masih terbawa pandangan tradisional bahwa anak lakilaki harus dijunjung. Tapi jadi menarik sih memperhatikan cara mereka berdua membesarkan kami. Bentar, mau pindah ke lappie biar bisa cerita banyak

cha_n
07-07-2011, 07:31 PM
terus terang aku ga mikirin soal ini. karena anak dan adikku laki2, dan kebetulan tetangga sekitar sini anaknya hampir semua laki2 .
soal tuntutan, seperti memang tuntutan bagi anak laki2 tidak terlalu banyak, tidak banyak pula larangan2 bagi mereka (secara budaya)
mungkin kalo pnya anak perempuan ya baru kepikiran.

sejauh ini saya membebaskan anak eksplorasi dengan mainan apapun, termasuk main masak2an, bahkan pakai alat masak betulan. bagi saya itu wajar2 saja, masak itu genderless.
begitu pula untuk membantu beres2 rumah, sapu, pel dll bukan barang haram buat anak laki2 bahkan harus diajarkan soal kebersihan dari kecil.

tapi tentunya aku ga akan kasih ijin dia cross gender, semisal pakai anting2, pakai rok, apalagi pake jilbab

Porcelain Doll
07-07-2011, 08:07 PM
eh...hegel itu bukannya anak chan ya? dan dia ce kan?? jadi bingung :D

aya_muaya
07-07-2011, 08:13 PM
iya, tapi hegel cowook, satu2 generasi kedua aka yang/cowok...yg lain cewek...

Saya setuju dengan perbedaan gender...tapi bukan maksud laki2 nomor 1 dan perempuan kelas 2, tapi lebih ke tugas lelaki dan perempuan.. Laki2 harus dibiasakan bertanggung jawab pada keluarga, beberes tukang di rumah, dll... Perempuan dengan kebiasaannya yang lembut... Pengennya besok aulia bisa masak, menjahit, berkebun, mengurus rumah, mengurus masyarakat dan akhirnya bisa mengurus negara... Hahahaha....

AsLan
07-07-2011, 08:20 PM
Orang tua punya tugas memberi arah jalan kepada anak, tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Yang pasti jalan hidup seorang pria dan wanita berbeda.

Alip
07-07-2011, 09:01 PM
^ Siapa yang memastikan, Lan? Apa bukan kita sendiri yang membedakan?
Daripada memisahkan laki-laki dan perempuan punya tugas apa... mengapa tidak membekali mereka dengan kemampuan yang sama?

Pada saat dibutuhkan lembut, cowok bisa sedemikian empati dan pengertian...
Pada saat dibutuhkan tegas, cewek bisa kukuh mengambil keputusan...
Pada saat baju si kecil koyak, cowok bisa menjahitkannya dengan rapi...
Pada saat genteng bocor, cewek bisa manjat ke atas atap...

AsLan
07-07-2011, 09:49 PM
Apakah mempersamakan pria dan wanita itu suatu kebenaran ?

Coba jujur pada diri sendiri, apakah kamu suka melihat wanita yg gahar dan kecowok2an ?
Tanya pada para wanita apakah mereka suka melihat Lelaki yg kemayu dan kewanita2an ?

Misalnya Indonesia diserang musuh, para prianya ketakutan dan sembunyi di dapur sehingga yg maju perang adalah para perempuan... :(

Hati2 terhadap tantangan jaman, setiap jaman ada arus yg membawa orang2 menuju kejalur yg salah.
Misalnya diabad 19 ada banyak orang yg terbawa arus menyetujui komunisme sehingga negara2 yg menganutnya berjalan menuju kehancuran, jaman kita sekarang ada arus yg memutar balikkan peran gender.

Wanita diprovokasi untuk mengalahkan pria, para pria ditantang untuk berdandan lebih dari wanita.

Itu sebabnya jaman sekarang makin banyak keluarga2 yg terbalik, Istri memimpin suami, suami takut istri.

Kalau di telusuri lebih jauh, mungkin saja orang tua dari suami istri tersebut adalah orang2 yg terbawa arus jaman.
Orang tua si istri mengajar anak perempuannya untuk tidak boleh tunduk pada laki2, bahkan harus bisa menundukkan laki2 dan merebut kekuasaan.
Orang tua si suami gagal mengajar anaknya tumbuh menjadi pria sejati yg bisa jadi pemimpin rumah tangga.

Coruption dari ide gender akan merusak identitas seseorang, rusaknya identitas ini akan merusak keluarga,
kerusakan keluarga akan menurun ke anak2 dan merusak masyarakat.

Coba lihat dari sudut pandang yg lain, misalnya sudut pandang seorang anak.
Alangkah bahagianya anak bila melihat ayahnya begitu gagah dan tegas, dari ibunya ia melihat kelembutan...
Tapi coba kalau dibalik, ia melihat ibunya begitu keras dan ayahnya takut pada istrinya... :(

ndugu
07-07-2011, 10:20 PM
*melipat lengan baju* :cengir: this issue hits really close to home :cengir:

aslan: kupikir menyamakan gender cewe cowo bukan urusan benar ato salah. saya pribadi ngga ada masalah dengan cowo / cewe yang "lurus2" aja, ato cowo yang kecewe2an, ato cewe yang kecowo2an. masalah terbesarku lebih ke kenapa perilaku kita harus mengikuti apa yang ditentukan oleh masyarakat? apakah apa yang ditentukan oleh masyarakat adalah mutlak benar? apakah salahnya cowo yang kecewe2an dan sebaliknya? apakah efeknya dengan masyarakat? orang yang demikian bukan brarti pembuat kriminal, ato pecandu narkoba, ato bikin iq jongkok. itu gaya hidup dan kupikir itu urusan individu itu sendiri. saya pribadi ngerasa diri sebagai cewe yang kecowo2an, growing up saya juga mengalami banyak orang yang tidak bisa membedakan genderku (before my boobs gave it away :cengir:), tapi kurasa itu hidupku dan saya tidak mengganggu siapapun. jadi kenapa? dan apa urusan masyarakat dengan bagaimana saya menjalani hidupku?

cha_n
07-07-2011, 10:33 PM
hm, batasan lembut tuh kayak mana ya?
atau gahar itu kayak apa?
tiap orang punya pilihan berbeda kok untuk mencari pasangan. mungkin aslan tipe yang gagah perkasa, demen ama yang tipe perempuan kemayu
tapi ada juga yang laki2 lembut, suka dengan perempuan yang lebih tegas. biar seimbang.
coba kalo dua2nya dominan, atau dua2nya lembut, bisa kacau deh dunia.

saya lihat ga ada yang salah dengan laki2 lembut, dan perempuan tegas. tapi lebih bagus lagi kalau kita bisa memerankan berbagai peran sesuai dengan kondisi yang kita hadapi, bisa tegas, bisa lembut tergantung situasi, dan kedua sikap itu bisa menjadi benar/salah tergantung situasinya.

karena saya muslim, diajarkan oleh nabi kami, laki2 bisa menjahit bajunya sendiri, bisa memperbaiki sepatunya sendiri, bersikap lembut terhadap perempuan dan anak2, tapi sangat tegas terhadap aturan dan tidak pernah takut melawan musuh.

tapi aku juga tetap bilang identitas itu perlu, seperti yang aku sebutkan, perempuan pakai rok, pakai anting, pakai jilbab.
laki2 jangan pakai identitas2 yang dipakai perempuan, terutama yang biasa dikenal sebagai pembeda sesuai budaya setempat

Nowitzki
07-07-2011, 10:48 PM
ok, Im back

Bapak dan Ibuqu punya pandangan berbeda bagaimana membesarkan anak. Misalkan, bapakqu yang membolehkanqu bermain kemana aja, ke sungai, ke kebun, lari2an sama cowok, bahkan aq satu2nya yang dikuliahkan di keluargaqu. Sedangkan ibuqu, sering membedakan aq dengan kakak laki2qu dengan alasan bahwa aq wanita. Beberapa contoh:
1. Soal makanan, harus mendahulukan Bapak dan kakak lelakiqu, artinya, kalau aq makan, harus setelah bapak makan, dan menyisakan lauk untuk kakakqu. Sedangkan kakakqu boleh makan sepuasnya, bahkan tidak menyisakan untukqu sekalipun. Kalau aq tergoda dan menghabiskan lauk kesenanganqu, bakal dihardik.
2. Soal kegiatan rumah tangga, aq mempunyai tugas rumah yang "wajib". Artinya harus melakukan pekerjaan di rumah tanpa excuse, sedangkan kakakqu boleh "lupa" atau "absen" dengan berbagai alasan, seperti main dengan teman2nya.
3. Karena aq adalah seorang adik, dan juga karena seorang perempuan, maka aq wajib menuruti perintah kakak, misalkan untuk membeli barang2 di toko dekat rumah, menguruskan persuratan dkk, aturan ini, menurut ibuqu, tidak berlaku sebaliknya.

Tetapi bapakqu membebaskan aq dalam banyaaaaak hal, sehingga aq bisa kuliah, ikut organisasi macem2, kerja shift malem, bahkan merantau. Ibuqu hanya diam dalam ketidaksetujuannya, karena ibuqu masih mengganggap bapakqu sebagai kepala keluarga dan membiarkan diriqu.

Tapi, kemudian aq melihat beberapa hal positif dari mixing cara membesarkanqu, dari Ibuqu, aq jadi belajar lebih mandiri, bisa melakukan sendiri hal2 yang menunjangqu untuk bertahan hidup sebagai manusia individual, dari bapakqu aq belajar pemahaman bahwa wanita pun bisa untuk mendobrak pagar batasan budaya. Jadi, dari Ibu aq mendapatkan skill dan dari bapak aq dapat ide.

Pandangan mengenai gender, dari dulu, sangat bersifat konvensional. Di satu budaya, wanita boleh ini, tapi di budaya lain dilarang. Watak, kepribadian dan pandangan manusia itu bisa terbentuk sesuai dengan apa yang menempanya, tidak berasal dari kodrat. Fisik berbeda, bukan berarti perlakuan terhadap anak harus dibedakan, karena dengan membedakan, berarti qta sudah membatasi perkembangan mereka sendiri.

Mungkin, kalau nggak karena bapakqu, selesai SMA, aq dah kerja, menikah, punya anak, dan memperlakukan anaku sama seperti ibuqu. Nothing I would do to change my own future. Tapi, kenyataan berkata lain ^^

Alip
07-07-2011, 11:20 PM
Yah, tadinya cuma mau denger bagaimana perilaku pendidikan gender di keluarga masing-masing, tapi karena Aslan bawa-bawa prinsip ... ya hayuk deh...

Sederhana saja, Lan... stereotip gender bisa ditarik mundur sejauh yang kita mau, dan ketika kita kembalikan ke jaman ini, terlihat bahwa banyak sekali gender role yang sudah kita rubah. Contoh, apakah kita pro atau kontra terhadap gerakan RA Kartini? Apakah kita setuju bahwa perempuan hanya makhluk pingitan penghias kejayaan laki-laki, tidak perlu sekolah, dan harus hati-hati sekali memilih kata-kata supaya suaminya tidak tersinggung?

Kalau kita sudah merubah semua itu... kenapa salah kalau kita pertanyakan pula gender role yang lain? Misalnya, apakah harus selalu suami yang menyetir dan istri yang membonceng? Kenapa keterampilan mengemudi perempuan selalu ditelikung dengan mendudukkan mereka di kursi penumpang?

Profesi dan pendidikan apa yang hanya boleh dimasuki oleh satu jenis kelamin tertentu saja?

Kalau bicara soal karakter,
Saya setuju dengan Chan, bahwa manusia perlu memiliki keterampilan-keterampilan esensial dan kesadaran untuk memilah kapan saat yang tepat untuk mengeluarkan keterampilan-keterampilan tersebut. Laki-laki yang melulu gagah perwira akhirnya getas bagai batu, kehilangan kemampuannya untuk mendengarkan perasaan orang lain. Perempuan yang senantiasa lemah lembut perasa akhirnya akan menjadi makhluk cengeng yang menjadi benalu bagi perasaan orang lain.

Lalu kalau kita lihat kisahnya ndugu... ya, kalau wataknya memang begitu, memangnya knapa? Kalau memang lihai tangkas dan bersemangat, kenapa harus jadi putri cinderella bersepatu kaca? Ke mana perginya nasihat be yourself?

Saya sendiri sampai saat ini masih tidak setuju pada orang yang tidak mengakui jenis kelaminnya sendiri, tapi kalau sekedar menolak sebuah role yang dipaksakan pada dirinya... ya itu haknya.

***

Kembali ke teknik urus anak-anak, saya selalu menolak menghubungkan sebuah keterampilan dengan jenis kelamin. Misalnya, si kakak saat ini mulai terampil memanjat pohon, bisa memegang perkakas, suka ngebut naik sepeda, dan mulai mahir melepaskan diri dari pitingan saya, tapi semua itu tidak berhubungan dengan fisiknya yang laki-laki. Saya selalu ajarkan dia bahwa semua keterampilan itu dia peroleh karena dia senang melakukannya, karena usaha dan latihannya sendiri... bukan karena dia laki-laki.

... dan saya langsung ngamuk kalau ada yang melarang dia menangis atau ketakutan, semata-mata karena dia laki-laki. Semua perasaan itu adalah hak setiap orang. Alih-alih menyuruh dia diam karena 'laki-laki'-nya itu, saya biasa merangkul si kakak dan mengajaknya mengobrol, membantu dia mengeluarkan perasaan yang saat itu sedang mengganggu di dadanya. Dengan begitu saya harap dia bisa belajar melepaskan isi hatinya dengan baik, menerima bahwa dia disayangi dan dilindungi, yang pada akhirnya kelak sesudah dewasa dia mampu pula menyayangi dan melindungi orang lain.

Saya tidak ingin dia tersiksa oleh stereotip harus menjadi laki-laki perkasa... karena saya percaya, banyak laki-laki perkasa justru rapuh di dalamnya.

AsLan
07-07-2011, 11:22 PM
Hmmm... karena ini forum umum saya gak bisa bicara atas dasar agama ya...

Tapi coba pikirkan apakah alam kita membentuk 2 gender yg berbeda tanpa tujuan yg jelas ?

Hormon testosterone sudah jelas membuat lelaki diperlengkapi dengan tubuh yg lebih besar dan otot yg lebih kuat daripada perempuan.
Hormon Estrogen membuat perempuan berkulit halus dan lebih emosional pada saat2 tertentu.
Kedua jenis hormon ini bukan saja membentuk tubuh yg berbeda tapi juga membentuk otak yg berbeda antara pria dan wanita.

Apakah itu semua sia2 dan tak bermakna ?

Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki. :))

Apakah salah kita hidup selaras dengan panggilan alam ?

Saya sangat kasihan dengan teman saya yg laki2 tapi ingin jadi perempuan, dia merasa terjebak dalam tubuh yg salah.
Salah orangtuanya tidak mengarahkan dia kejalan yg seharusnya, coba kalau dia dididik hidup sebagai laki2, maka jiwanya akan selaras dengan tubuhnya.

O ya satu hal lagi, akui saja kalau kalian merasa wanita lebih rendah daripada pria.
Itu sebabnya banyak diantara kalian yg tidak rela anak perempuan kesayangannya dididik sebagai wanita sejati.

Bahkan identitas wanita sejati diidentikkan dengan penyakit mental dengan istilah Cinderella Syndrome.

Alip
07-07-2011, 11:23 PM
Hihihi... postingannya bareng ama nowitzki...
Good story....

Alip
07-07-2011, 11:26 PM
Bareng juga sama Aslan... :luck:


Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki. :))

Kita memang punya dua-duanya kan? Hanya jumlahnya berbeda...
Lalu apakah fisik yang berbeda itu mengharuskan laki-laki jadi kerbau dan perempuan jadi ratu lebah?:luck:

AsLan
07-07-2011, 11:44 PM
Bisa menyelaraskan antara jiwa dengan tubuh adalah kebahagiaan,
kalo gak percaya coba tanya para banci apakah mereka bahagia dengan kondisi tersebut ?

Tapi memang jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.

Banyak skill yg sudah cross gender, jadi ini lebih ke urusan jiwa.

Ronggolawe
07-07-2011, 11:45 PM
gw jadi ingat komik Family Compo :)
http://4.p.s.mfcdn.net/store/manga/546/01-001.0/compressed/Family_Compo_v01c01_41.jpg

http://3.p.s.mfcdn.net/store/manga/546/01-001.0/compressed/Family_Compo_v01c01_42.jpg

ndugu
08-07-2011, 12:12 AM
Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki. :))

setiap manusia itu mempunyai kedua hormon itu loh, hanya dengan kadar yang berbeda. saya waktu kecil aja pernah dikasi dokter pil2 dan disuruh minum tambahan hormon estrogen :cengir: tapi tetep aja tomboy :cengir:


Apakah salah kita hidup selaras dengan panggilan alam ?

tidak ada salahnya. tapi klaim panggilan alam itu perlu dipertanyakan. benarkah panggilan alam, ato panggilan masyarakat? :cengir:

on another note.. cuman mo ngangkat point oleh ortunya storm dari artikel di atas tadi.. yaitu mereka menginginkan anaknya diperlakukan sama, tanpa peduli gendernya. hal itu sangat saya rasakan dalam kehidupan nyataku waktu growing up, bahkan juga saya rasakan saat bermain di forum2 diskusi seperti ini. saya sangat jarang dan hampir tidak pernah mengekspos genderku di forum, terutama dulu, banyak yang tidak tau genderku for a while. karena saya merasa diskusi kadang jadi bias karena faktor prejudice terhadap gender si lawan bicara. dalam kehidupan sehari2 pun, kita sering jadi korban pen-stereotipe-an masyarakat, bahwa cewe harus gini cowo harus gini. biarpun banyak ortu yang mengatakan membiarkan anaknya bebas bereksplorasi, tapi kupikir itu masi blom bener bebas, karena kupikir eksplorasi identitas juga harus diberikan ruang. that's something that i missed. dan tekanan dari ortu (terutama ortu) dan masyarakat untuk mengkonform dengan gender role yang diset oleh mereka, wasnt helping at all.

aya_muaya
08-07-2011, 03:44 AM
sejauh ini... Memantau saja... Disisi lain setuju ama bung aslan, tapi juga agal setuju dan lainnys. ,ungkin maksud alan gak seektrim ibunya nowitski, dibedakan dalam artian pembagian tugas aja...

kunderemp
08-07-2011, 06:58 AM
Tapi kalau ke Toilet Umum, anak yang cewe tetap dianter ibu
nya ke Toilet Cewe, kan?

Kyahahahahahahahaha....
+1

Aku sih, kalau soal warna kesukaan, nyerah ama ibunya anak. Terserah sang Bunda, apakah mau ngasih warna pink atau tidak. Kalau aku yang ditanya, selalu kujawab "kasih warna hitam aja".

Tapi ntar kalau udah mulai sekolah, aku bakal ngasih larangan "Dilarang pacaran sebelum 1. anakku bisa membanting babehnya, 2. calon pacarnya punya duit sendiri dan sudah mempersiapkan biaya persalinan". Untuk yang pertama mungkin terdengar kayak "kok jadi kayak urusan anak laki-laki ya", tetapi menurutku anak cewek juga gak boleh sembarangan tunduk ama cowok. Jadi kupikir gak ada masalah memperkenalkan olahraga cowok.


Misalnya, si kakak saat ini mulai terampil memanjat pohon, bisa memegang perkakas, suka ngebut naik sepeda, dan mulai mahir melepaskan diri dari pitingan saya, tapi semua itu tidak berhubungan dengan fisiknya yang laki-laki.


Si Kakak usia berapa, Grandpa? Kok udah mulai bisa melepaskan diri dari pitingan?

AsLan
08-07-2011, 10:11 AM
Masalah gender jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.
Skill itu tidak ada salahnya dipelajari, skill apapun pasti berguna bagi seseorang.

Saya yg cowok aja pernah belajar teknik make up waktu dulu jualan produk Amway.
Perempuan belajar bela diri ? tidak ada yg salah dengan hal itu.

Tapi ini masalah kejiwaan, kesadaran akan identitas seksual.
Biarlah yg wanita bangga dengan identitasnya sebagai wanita, yg pria bangga hidup sebagai Pria.

O ya kund, meskipun anak perempuan bisa belajar beladiri sampai begitu hebat, jangan memberinya harapan terlalu tinggi bahwa dia bisa menang dalam perkelahian real melawan laki2, itu bisa berbahaya kalau suatu hari dia mencobanya.
Tubuh wanita sangat rentan terhadap kekerasan fisik terutama karena kurangnya hormon testosteron.

Anak perempuan harus diajari keahlian lain dalam menghadapi laki2.

cha_n
08-07-2011, 01:10 PM
kayaknya Aslan perlu membaca buku Sarinah karya Soekarno.
buku yang dipinjamkan ayahnya Hegel waktu blm menikah (jadi inget masa2 itu ixixixi, dimana ya bukunya), karya yang bagus banget tuh highly recommended, cuman mungkin sekarang susah dicari
malah sedikit ngawur..
intinya, jaman dahulu sekali, perempuan adalah pemimpin keluarga, semua dilakukan perempuan.

jadi kalau urusan skill, sifat bawaan, saya rasa itu boleh diserahkan ke masing2 individu menyesuaikan pilihannya tentang bagaimana seharusnya dirinya, sesuai dengan kenyamanan yang dia punya.

identitas seksual apa yang musti dibanggakan? kalau laki2 menangis dia tidak sadar identitas? kalau perempuan tegas dia tidak bangga jadi perempuan?
kadang hal2 konyol juga distereotipkan, semisal menjahit itu kerjaan perempuan, masak kerjaan perempuan, dll dll... itu udah gender banget.
aku suka semua itu bukan karena gender, tapi karena butuh, suami dan anakku juga harus punya keahlihan itu, itu keahlian bertahan hidup kok.

Kalau pengalaman hidupku sendiri, alhamdulillah mama papaku keduanya tidak mau membedakan gender (bukan membedakan jeniskelamin loh ya, jenis kelamin ama gender beda!) dulu pekerjaan rumah selalu dibagi2, adikku laki2 jga dapet bagian, kalau mau main, musti beres dulu cucian piring dan nyapu (ga usah ditanya hasilnya, pokoknya dia kerjain)
beres2, nyapu dll, ga dibedakan, semua dapet giliran.
Tapi secara naluri, secara kenyamanan, saya ga nyaman main bola tengah hari bolong kayak adik laki2 saya, tapi saya suka main hujan2an, manjat pohon dan ortu membebaskan kami melakukan yang kami inginkan tanpa membedakan

Nowitzki
08-07-2011, 02:54 PM
sarinah memang bagus, walopun agak bosan membacanya hehehe.. Mau pinjem lan?

AsLan
08-07-2011, 06:40 PM
Kalo gak salah di Bali itu perempuan mengerjakan semuanya, yg laki hidup santai2, betul begitu ?

Alip
10-07-2011, 10:43 PM
Si Kakak usia berapa, Grandpa? Kok udah mulai bisa melepaskan diri dari pitingan?
Lima tahun lebih...
dia sudah bisa melempar pinggulnya ke posisi netral... kalau lawan anak sebaya sih pasti sudah bisa reversal , tentunya saya tidak kasih choke yang full-lah... :ngopi:


Masalah gender jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.
Skill itu tidak ada salahnya dipelajari, skill apapun pasti berguna bagi seseorang.
->Aslan:gebuk:
Yeee... si Aslannnnn... dibilangin juga kita ngomongin gender, bukan jenis kelamin ...
justru skill itu adalah urusan gender... nggak baca definisi di awal ya?

Dari awal juga kita nggak ngomongin masalah krisis identitas atau penolakan terhadap jenis kelamin, kita cuma ngomongin tentang gender... yaitu peran yang dituntut oleh masyarakat yang dikaitkan dengan jenis kelamin tertentu.

Yang mau saya hindari dari anak-anak adalah penderitaan akibat tuntutan masyarakat yang semata hanya berdasarkan stereotip. Misalnya laki-laki yang harus perkasa, atau perempuan yang harus lemah lembut. Laki-laki itu insinyur, perempuan itu perawat... laki-laki itu ceroboh, perempuan itu teliti, laki-laki boleh lari-lari sesukanya, perempuan harus jalan timik-timik, laki-laki galak, perempuan bisu .... Kenapa harus menyiksa diri hanya oleh kekolotan masyarakat?

Mungkin juga karena saya punya stereotip gender yang berbeda,
Sebelum nikah dulu, perempuan ideal yang saya bayangkan adalah yang sanggup hiking lintas alam bawa ransel dua puluh kilo, menemani saya kemping di kaki kilimanjaro sambil ngobrolin soal natural history, dan kalau diperlukan, bisa menemani saya menembak dan berkelahi kalau kemah kami diserang binatang buas... Cewek yang paling saya benci adalah tipe 'keramik cina' yang disentuh sedikit saja bisa retak...

... dan kira-kira yang begitulah yang saya dapat sekarang ... perempuan paling tangguh di dunia:lololol:

Sebaliknya,
tiga puluh empat tahun berurusan dengan ilmu memukuli orang lain, saya menemukan bahwa dunia ini penuh dengan para macho wannabe, yaitu orang-orang yang tidak habis-habisnya mencari kekuatan untuk menutupi jiwa mereka yang rapuh, yang tidak berani mengakui kelemahan sendiri. Mereka adalah anak laki-laki yang tidak pernah belajar menerima bahwa perasaan adalah sah adanya, takut, sedih, marah, cinta, dan lain-lain. Hanya karena orang mengatakan bahwa laki-laki harus kuat, mereka selalu menolak perasaan mereka sendiri dan bersembunyi di balik otot-otot yang melingkar atau ilmu berkelahi yang dahsyat. Buat saya justru mereka adalah pengecut dalam arti sesungguhnya, saya masih lebih menghargai cowok kemayu yang bisa mengatakan pada orang lain bahwa dia merasa takut atau sedih.

Mungkin memang cuma stereotip yang berbeda? Siapa tahu sih... tapi kita bertindak berdasarkan apa yang kita yakini bukan?

aya_muaya
11-07-2011, 12:20 AM
kok aku malah bingung dengan omongan kalian... *serius..

Apa otakku yang gak nyampe, atau aku yang nyaman dengan stereotip kultur di masyarakat?

AsLan
11-07-2011, 12:44 AM
Tuhan (atau Alam deh...) menciptakan 2 jenis manusia yg berbeda. Secara fisik berbeda, secara emosi berbeda (karena otaknya berbeda), cara berpikirnya berbeda. Mengapa kita memakskan keduanya untuk sama ?

Belajarlah dari mahluk yg lebih rendah dari kita, singa jantan memiliki tugas yg berbeda dari singa betina, monyet, anjing, kucing, pinguin semuanya memiliki perbedaan fisik dan perbedaan peran antara jantan dan betina.

Lalu jaman kita ini ingin mempersamakan laki-laki dan perempuan apakah itu benar ?
Selanjutnya, apakah tuntutan masyarakat terhadap laki2 dan perempuan itu pasti salah ?

Jaman ini aneh, laki2 yg berani mati di medan perang dibilang sebagai pengecut yg tak berani menangis, laki2 yg berani belajar terluka dalam perkelahian dan bela diri dikatai pengecut yg menyembunyikan perasaan karena tidak pernah menangis ?

Saya rasa ada pemikiran2 provokatif yg berusaha memutar balikkan identitas laki2 dan perempuan dan mulai berhasil mempengaruhi masyarakat yg sedang terlena oleh hidup nyaman tanpa perang dan kelaparan.

Laki2 ingin diperbolehkan menangis dengan bebas dan bersikap lebay seperti Olga Syaputra, perempuan menuntut agar diperbolehkan bersikap jantan, mengapa ?

Jawabannya mungkin karena kita sudah lama hidup damai dan makmur.
(Coba lihat bagaimana tentara singapura dibawakan tasnya oleh pembantu perempuannya, itu ciri negara makmur dan generasi lembek yg tak tau keistimewaan masing2 gender)

Wanita yg menuntut untuk boleh bersikap jantan tidak sadar bahwa bersikap jantan itu artinya maju perang dan saling bacok sampai mati dimedan perang.
Laki2 yg minta diperbolehkan menangis dengan bebas itu karena seumur hidup hanya berhadapan dengan komputer dan meja kerja.

Kalau kita melihat sejarah manusia secara keseluruhan, ada masa sulit dan masa makmur, ada masa2 pembangunan, ada masa kelaparan dan bencana barulah kita tahu dengan jelas tugas laki2 dan perempuan.
Kita tahu mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dengan tubuh seperti ini dan perempuan dengan tubuh seperti itu.

Orang yg terlalu lama hidup damai dan nyaman akan mempertanyakan mengapa Tuhan memberi otot yg kuat dan bahu yg lebar bagi laki2, mengapa Tuhan menciptakan tubuh yg lebih halus dan berlemak bagi wanita.

.................................................. .......

Suatu hari manusia bisa melahirkan anak dilaboratorium dan memberi susu sintetis.
100 tahun kemudian manusia mulai bertanya, kenapa Tuhan memberi Payudara dan Rahim pada perempuan ? sungguh suatu kesia2an...

aya_muaya
11-07-2011, 12:48 AM
nah...aku lebih ngerti postingannya aslan...

AsLan
11-07-2011, 01:04 AM
nah...aku lebih ngerti postingannya aslan...

Hati2 loh aya...
Pandanganmu tentang gender laki2 dan perempuan sedang menghadapi tantangan jaman.

Jaman ini orang kerja dikantor, laki2 dan perempuan bisa melakukannya.
Lalu masyarakat mulai bingung dengan perbedaan antara laki2 dan perempuan.

Kalau jaman dulu itu tugas laki2 dan perempuan jelas berbeda.
Laki2 mencangkul, perempuan menanam benih.
Laki2 pergi ketengah laut mencari ikan, perempuan menjemur ikan.
Laki2 masuk hutan bergumul dengan hewan liar, perempuan memasak.
Laki2 berperang mempertahankan kampung dari serangan musuh, perempuan lari sembunyi menyelamatkan anak2.

Hampir tidak mungkin 2 gender ini berganti peran.
Untuk melakukan tugas2 itu, Tuhan memperlengkapi 2 gender ini dengan modal yg berbeda baik secara fisik dan secara mental.

Agama dan budaya berusaha menjaga hal2 ini agar manusia tidak tersesat di jaman apapun.

Orang yg tidak berpegang pada agama dan budaya akan terombang ambing oleh situasi yg berubah2.

Nanti saat tiba masa sulit akan sangat kaget.

aya_muaya
11-07-2011, 01:08 AM
yeah right! Aku mungkin bukan wanita yang lurus kea yang diterangkan aslan... Tapi aku setuju dengan uraian diatas
Ada banyak tuntutan hidup yang memaksaku untuk membentuk diriku seperti sekarang...

Postingan um aslan serasa seperti angin surga saja... Karena jauh dari kenyataan sekarang...

Alip
11-07-2011, 08:32 AM
it is your call, Lan... saya memiliki pendapat berbeda dan kita di sini tidak untuk menjatuhkan satu sama lain

Kalau Aslan bertanya-tanya, "kenapa laki-laki diberi puting susu padahal laki-laki kan tidak menyusui?", mungkin karena pada dasarnya laki-laki harusnya menyusui bayi-bayi mereka? atau karena manusia sesungguhnya memiliki dasar fisiologis yang sama? Perbedaan persepsi, latar belakang, dan pendidikan kita akan memilihkan bagi kita jawaban yang berbeda. Itu sudah keniscayaan hidup. Saya tidak merasa benar sendiri, dan saya harap Aslan pelan-pelan akan mempelajarinya juga.


***

Tidak semua kultur menempatkan laki-laki dan perempuan pada kedudukan yang terpisah di luar keharusannya. Kalau Aslan melulu merujuk pada laki-laki sebagai pihak yang berwenang melakukan kekerasan (which you should ask yourself why it has became your favorite subject?), lihatlah para wanita sparta.

Para perempuan sparta diharapkan memiliki fisik yang sehat dan kuat seperti para laki-lakinya, karenanya, dibandingkan polis yang lain, para bayi perempuan sparta diberi gizi yang lebih baik, kadang malah melebihi bayi laki-laki. Sikap ini selain untuk memudahkan perempuan melahirkan anak yang sehat, tapi karena mereka-pun diharapkan untuk turut bertempur. Anak perempuan Sparta juga berlatih lari, berkuda, bergulat dan segala keterampilan perang lainnya (jadi ingat, kayaknya hadis yang berurusan soal berkuda, memanah, dan berenang tidak secara khusus menyebut soal anak laki-laki ya? CMIIW).

Mengapa perempuan dituntut untuk juga seperti itu?
Justru karena perang berkepanjangan... ada kalanya populasi laki-laki tinggal separuh populasi perempuan, dan dalam kasus itu para perempuan menjadi kepala keluarga, menjadi land lord, menjadi senator, kepala pemerintahan, dan tentu saja prajurit. Para perempuan itu tidak mengemis minta dinikahi supaya bisa dilindungi oleh seorang laki-laki, mereka sendiri akan berdiri tegak melawan musuh atau apapun yang mengganggu hak mereka.

Itu sebuah kultur yang berorientasi pada perang, dan pemikiran mereka praktis saja.

Mau lihat dunia binatang?
Tahukah kamu, Lan... bahwa di dunia binatang kaum betina lebih dominan dan aktif dari kaum pejantan? Di kalangan karnivora, yang berburu dan bertarung adalah singa betina, kucing betina dan betina-betina yang lain? Para pejantan umumnya pemalas dan kerjanya cuma sibuk kawin, mengumpulkan betina, dan berlagak paling jago diantara kumpulan mereka sendiri... bukankah ada pepatah, "jangan ganggu singa betina yang sedang menyusui anaknya?"

Again... ini masalah perbedaan pandangan, dan sah-sah saja kalau Aslan dan Aya memilih berbeda.

aya_muaya
11-07-2011, 08:40 AM
loh. kok jadi soal pilihan? aku kan udah bilang sebelumnya, aku masih bingung maksud gender disini.. dan kebetulan penjelasan aslan lebih bisa aku mengerti.. ada yang bisa bantu mengerucutkannya?

etca
11-07-2011, 09:06 AM
gw hanya bisa nimbrung berdasar pengalaman pribadi,
karena ortu selama ini "membebaskan" anak dengan segala pilihannya.
bukan karena si A cewe harus begini, si B cowo harus begitu.
yang pasti ortu berperan mengontrol, memberi contoh, serta menerapkan kedisplinan pada anak.
gw akuin masalah kedisplinan ortu sangat keras.
misalnya makan wajib 3x sehari, tidur wajib pukul 20.00 (jaman SD) atau pukul 21.00 (jaman SMP dan SMA),
tipi mati jam 18.00, kalau pergi sampe rumah paling telat pukul 20.30an.
ga peduli itu anaknya yang cowo atau cewe.
anehnya gw ga terlalu tersiksa dengan aturan2 itu,
justru yang ada merasakan childhood gw sangat memorable dengan kenangan indah.
ga pernah 'kehilangan sosok ayah' meski babe kerja dari pukul 07.00 - 14.00 trus jam 16.00 - 21.30,
karena saat di rumah babe selalu ngeluangin waktu buat anakanaknya.
trus ketika bongkar mobil atau beres2 di rumah, selalu melibatkan anakanaknya dan menciptakan suasana fun.
ga peduli anaknya cowo atau cewe, pokoknya nyadar diri.. emak butuh dibantuin apa ya bantuin emak.
babe butuh dibantuin apa ya bantuin babe.

oh ya dulu media ga segencar sekarang yang tanpa disadari mencetak jadi girly girly mania.
gw SMP disodori seperangkat dandan buwat remaja ama nyokap.
tapi ternyata gw ga bisa girly juga.
trus jaman SD masih demen pake rok,
anehnya baju gw sampai dengan kuliah yang warna pink waktu itu dikit banget, wkwkwkwk.

gw rasa,
jangan karena pusing cowo kudu A dan cewe kudu B
malah melupakan inti sebenarnya untuk bekal hidupnya kelak,
yaitu ortu memberi DASAR yang kuat untuk bisa hidup mandiri.

btw dari hasil didikan orang tua gw, anak yang cowo, jadi cowo biasa, kagak lebai.
tapi anakanaknya yang cewe jadi radarada tomboy, ga ada yang girly wkwkwkwkkw

cha_n
11-07-2011, 10:50 AM
@um Alip
ya, gitu deh kira2 yang dijabarkan buku Sarinah-nya Sukarno.
jaman dulu yang memegang dominansi malah perempuan, pemimpin keluarga perempuan, dst dst
itu karena budayanya, dibangun masyarakat. itulah gender, tidak ada hubungan dengan ingin menyalahi kodrat atau tidak mengakui jenis kelamin.

yang juga dibentuk manyarakat misalnya tentang pilihan warna, kalau pink itu warna perempuan, biru anak laki2 (coba liat pilihan baju2 bayi) emangnya bayi ngerti?
yang ngebentuk itu budaya, masyarakat. kalo suka pink kenapa? ayahnya hegel suka pink, trus jadi olga saputra?
di keluargaku, semua anak harus bisa menyetir mobil, ga peduli jenis kelamin. itu keahlian bertahan hidup di jaman sekarang, ga ada urusannya dengan gender.
kalau mau yang sangat membedakan gender, silakan tinggal di saudi, di sana perempuan ga punya hak suara (walau belakangan diprotes, tapi seingatku suaranya tetap tidak penuh) perempuan tidak boleh menyetir mobil, perempuan tidak boleh ke museum dll dll... (ngga banget)

banyak juga laki2 (lebay) yang menuntut perempuan tidak boleh bekerja, dengan alasan perempuan bekerja mengambil hak laki2 yang juga merupakan kepala keluarga. lalu berargumen, perempuan harusnya di rumah saja, perempuan lemah, perempuan tidak bisa bla bla bla.
menurutku itu laki2 lemah, kalau dia merasa kepala keluarga harusnya lebih berusaha untuk bisa bersaing, baik itu bersaing dengan laki2 dan juga dengan perempuan, teriak2 soal pembedaan gender karena kelemahan diri sendiri

banyaklah di lingkungan sekitar yang budayanya kebetulan kebanyakan patriakal, membentuk gagasan laki2 itu dominan, perempuan subordinat. barusan baca di Media Indonesia, salah satunya dibentuk oleh seks porno, kutipannya


"Dalam seks porno, laki-laki ramping dan berotot dengan ereksi yang berlangsung berjam-jam, sedangkan perempuan semuanya tidak berbulu, berkulit perunggu, dan disuntik botox dan menjalani bedah plastik"
Klein menyebutkan, berbagai citra tersebut menjadi ideal yang coba dihidupkan orang-orang. Lebih buruk lagi, seks dibangun di sekitar gagasan tentang penyerahan dan dominasi. Perempuan dijadikan objek untuk melayani kebutuhan seksual lelaki.

kandalf
11-07-2011, 01:23 PM
Di sejarah Nusantara kita mengenal:

1. Ratu Sima dari kerajaan Kalingga, terkenal karena ketegasannya (memotong kaki anaknya sendiri demi tegaknya hukum.. dan itupun setelah putra mahkota dimintakan ampun oleh para menteri, tadinya akan dihukum mati);

2. Ratu Tribhuwana Tunggadewi dari Majapahit;


Jadi seperti yang dibilang grandpa Alip dan Cha_n, pada hakikatnya, pembedaan peran berdasarkan gender itu tidak selalu ada dan bahkan pandangan wanita itu lemah bukan merupakan budaya sosial asli dari Nusantara. Di masa lalu, para istri-istri itu bahkan sering mengikuti suaminya dalam berladang, bertani.


Laki2 mencangkul, perempuan menanam benih.
Setahuku, mencangkul dan menanam benih itu tidak dilakukan bersamaan. Menanam benih itu dilakukan setelah semua tanah selesai dicangkul. Dan seingatku menanam benih tidak hanya dilakukan oleh wanita tetapi juga oleh pria.

Selain itu, beberapa budaya, mencangkul juga dilakukan oleh wanita.
http://www.acehfeature.org/index.php/site/detailartikel/782/Kakak-Perempuan-dari-Anak-Laki-Laki-Sulung/

Bila musim tanam tiba, Marlen harus membantu ayahnya mencangkul di sawah. Ini pekerjaan biasa baginya, juga bagi perempuan seumurannya di Menia.

Lagipula, emangnya menanam benih gampang? (tiba-tiba ingat film Jet Li, Fearless).

Ah iya, di Aceh, juga ada wanita-wanita yang jadi legenda perang seperti Cut Nyak Dhien dan Cut NyakMeutia.

Nowitzki
11-07-2011, 01:28 PM
eh, st joan juga cewek kan? Tp dia memimpin perang ya?

etca
11-07-2011, 01:40 PM
Yup joan de arc.
:)
dulu tkesan sekali pas nonton filmnya.

Btw kok jadi OOT emansipasi wanita ya? ::elaugh::

cha_n
11-07-2011, 01:52 PM
dan kebetulan di KM ini diisi oleh "perempuan2 perkasa", cowoknya malah banyakan pada melempem
istilahnya etca apa ya waktu itu? ;))

cha_n
11-07-2011, 01:54 PM
Yup joan de arc.
:)
dulu tkesan sekali pas nonton filmnya.

Btw kok jadi OOT emansipasi wanita ya? ::elaugh::
ya ga oot2 banget sih ca *membela diri*
emansipasi itu erat kaitannya dengan bahasan gender :D

AsLan
11-07-2011, 03:04 PM
Kalau diarahkan kepada penindasan Wanita oleh Pria, ya saya juga tidak setuju.

Pada dasarnya secara fisik wanita lebih lemah dari pria, itu sebabnya banyak kaum pria yg mengambil kesempatan ini untuk menindas wanita.
Maka dibanyak kebudayaan, wanita menjadi kaum yg tertindas, menjadi milik lelaki dan diperlakukan sebagai warga kelas 2.

Yang saya maksud bukan kearah situ.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa wanita diciptakan berbeda dari pria, masing2 memiliki keistimewaan tersendiri, maka :
Wanita jangan berusaha menjadi Pria.

Disini, justru sayalah orang yg menganggap wanita itu istimewa, sehingga wanita tidak perlu berusaha menjadi Pria atau menyaingi Pria.


btw dari hasil didikan orang tua gw, anak yang cowo, jadi cowo biasa, kagak lebai.
tapi anakanaknya yang cewe jadi radarada tomboy, ga ada yang girly wkwkwkwkkw

Kalimat2 semacam ini menunjukkan bahwa : Pria yg mirip wanita itu memalukan tapi wanita yg mirip Pria itu membanggakan,
maka artinya di Indonesia masih kuat sekali anggapan bahwa menjadi Pria itu bangga, menjadi wanita kurang bangga, itu sebabnya banyak wanita ingin mencapai posisi seperti Pria, sebaliknya tak banyak Pria yg ingin menjadi seperti wanita, kalaupun ada maka itu sangat memalukan.

Yang saya inginkan adalah, Wanita bangga dengan posisinya, bangga dengan sifat2 dasar dan nature yg diberikan Tuhan kepadanya.

Saya tidak ingin wanita diperbudak Pria atau dikekang seperti di dunia Arab, bahkan di China banyak janin berkelamin perempuan yg digugurkan karena dianggap tak berguna.

Wanita bukan diciptakan dari Kaki Pria untuk diinjak, wanita juga bukan diciptakan dari kepala Pria untuk menguasai, wanita diciptakan dari tulang rusuk Pria untuk menjadi partner sejajar.

Maka, jangan terjebak pada budaya patriaki yg menindas wanita, juga jangan tergiur godaan emansipasi wanita yg kebablasan. Percaya atau tidak, Kedua ekstrim itu sama2 percaya bahwa Pria lebih baik dari Wanita.

Biarlah Pria dan Wanita sama2 bangga dengan status gender mereka dan tidak ada yg ingin mengambil sifat2 dasar satu sama lainnya.

etca
11-07-2011, 03:26 PM
dan kebetulan di KM ini diisi oleh "perempuan2 perkasa", cowoknya malah banyakan pada melempem
istilahnya etca apa ya waktu itu? ;))

hahahahahha jangan lah bicara seperti itu,
kita kan hidup di masa depan cha_n,
ini kopimaya, siapa tahu ada perubahan. ;)


Kalau diarahkan kepada penindasan Wanita oleh Pria, ya saya juga tidak setuju.

Pada dasarnya secara fisik wanita lebih lemah dari pria, itu sebabnya banyak kaum pria yg mengambil kesempatan ini untuk menindas wanita.
Maka dibanyak kebudayaan, wanita menjadi kaum yg tertindas, menjadi milik lelaki dan diperlakukan sebagai warga kelas 2.

Yang saya maksud bukan kearah situ.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa wanita diciptakan berbeda dari pria, masing2 memiliki keistimewaan tersendiri, maka :
Wanita jangan berusaha menjadi Pria.

Disini, justru sayalah orang yg menganggap wanita itu istimewa, sehingga wanita tidak perlu berusaha menjadi Pria atau menyaingi Pria.



Kalimat2 semacam ini menunjukkan bahwa : Pria yg mirip wanita itu memalukan tapi wanita yg mirip Pria itu membanggakan,
maka artinya di Indonesia masih kuat sekali anggapan bahwa menjadi Pria itu bangga, menjadi wanita kurang bangga, itu sebabnya banyak wanita ingin mencapai posisi seperti Pria, sebaliknya tak banyak Pria yg ingin menjadi seperti wanita, kalaupun ada maka itu sangat memalukan.

Yang saya inginkan adalah, Wanita bangga dengan posisinya, bangga dengan sifat2 dasar dan nature yg diberikan Tuhan kepadanya.

Saya tidak ingin wanita diperbudak Pria atau dikekang seperti di dunia Arab, bahkan di China banyak janin berkelamin perempuan yg digugurkan karena dianggap tak berguna.

Wanita bukan diciptakan dari Kaki Pria untuk diinjak, wanita juga bukan diciptakan dari kepala Pria untuk menguasai, wanita diciptakan dari tulang rusuk Pria untuk menjadi partner sejajar.

Maka, jangan terjebak pada budaya patriaki yg menindas wanita, juga jangan tergiur godaan emansipasi wanita yg kebablasan. Percaya atau tidak, Kedua ekstrim itu sama2 percaya bahwa Pria lebih baik dari Wanita.

Biarlah Pria dan Wanita sama2 bangga dengan status gender mereka dan tidak ada yg ingin mengambil sifat2 dasar satu sama lainnya.

hiduplah di dunia nyata, bung AsLan.
teori anda sangat bagus dan indah, dan semoga konsep seperti itu bisa diketemukan dengan mudah di dunia ini.
masalahnya kami para wanita wanita harus tetap bisa hidup dan bertahan dengan apapun yang sedang dihadapi.

ini bukan masalah bangga menjadi wanita atau pria,
perasaan saya benar2 flat ketika postingan di atas dan postingan sebelumnya.
dan setiap manusia (entah pria atau wanita) pasti memiliki kelemahan, they are not super hero.
tapi satu hal yang pasti, mereka harus MAMPU dan CERDIK berstrategi,
tidak melulu mengandalkan otot dan kekuatan.

nah konteks inilah yang harus dibangun oleh para orang tua buat anakanaknya.
lepas dari gender anaknya cowok atau cewek.




ps : belum berkeluarga, ngomongnya dah kayak emak-emak punya anak banyak :lololol:

Alip
11-07-2011, 11:19 PM
Pria dan wanita memang berbeda, secara fisik saja sudah berbeda, tapi itu menjadikan mereka partner yang setara. Tidak ada istilahnya perempuan tomboy berarti harkatnya naik, atau laki-laki kemayu itu harkatnya turun. Pun pembagian peran dalam masyarakat sebenarnya semu belaka.

Mungkin dulu wanita lebih banyak disimpan di gua sambil menyusui anak-anak mereka yang baru lahir, sementara para pria berburu di luar... pertimbangan praktis yang masuk akal... tapi apa ya relevan di jaman sekarang?


***

Saya pribadi suka wanita perkasa karena saya butuh teman hidup, bukan tambahan beban dalam hidup. Ketika masalah kehidupan sedemikian beratnya, saya butuh teman curhat, teman terpercaya yang sanggup melihat dan menerima kelemahan saya... yang tidak akan bisa saya temukan di perempuan yang melulu minta diurus, diperhatikan, dan dilindungi...

kisah kesukaan saya adalah ketika Rasulullah menerima awal-awal wahyu, beliau minta diselimuti oleh istrinya tercinta... lalu ketika datang masa yang lama tidak turun wahyu, istri beliau pula-lah yang menjadi penghibur... itulah idealisme saya tentang kehidupan suami-istri, saling dukung, saling bantu, dan saling hibur... tidak melulu laki-laki menjadi pejantan yang tangguh dan perempuan menjadi betina yang rapuh...


***

Jadi kalau kita berbicara pendidikan anak-anak, saya ingin anak laki-laki saya memiliki yang disebut orang sebagai sisi feminin, yaitu kemampuan untuk berempati, turut merasakan perasaan orang lain, mampu mendengarkan tanpa menilai, dan mampu menerima tanpa menghakimi... atribut yang selama ini diidentikkan dengan perempuan.

Sebaliknya, saya ingin anak perempuan saya memiliki kemampuan maskulin untuk mengambil keputusan secara tegas, wibawa untuk memimpin, dan keberanian untuk menghadapi masalah atau bahaya. Atribut yang banyak dikenakan pada laki-laki.

Lucunya, semua itu sesungguhnya adalah atribut yang dimiliki setiap orang yang berjiwa sehat dan bahagia... pendidikan gender yang sempit-lah yang menyebabkan kemampuan-kemampuan itu seperti disunat dari perkembangan anak-anak kita. Keinginan saya terhadap anak-anak bukan karena ingin menggunakan mereka untuk melawan konsep yang sudah ada sejak berabad-abad, tapi karena sampai saat ini saya masih percaya bahwa atribut-atribut itu dibutuhkan oleh mereka untuk menjadi orang dewasa yang bahagia.

Makanya saya senang sekali ketika beberapa hari lalu si kakak kelihatan sibuk dan bingung berusaha membujuk adiknya yang nangis...:lololol:

purba
12-07-2011, 06:35 PM
Menurut ane, gender adalah konsekuensi logis dari jenis kelamin. Perempuan menghasilkan sel telur dan lelaki menghasilkan sperma. Jadi, tidak ada yg salah dgn gender dan bukan semata produk sosial. Juga, masalahnya bukan di gender sebagai produk sosial atau bukan, melainkan tarik ulur antara peran dia dlm masyarakat dan dia sebagai individu dengan segala kekhasannya.

:))

purba
12-07-2011, 06:58 PM
Misalkan seorang perempuan melahirkan seorang anak. Anak tsb perlu susu yg dihasilkan oleh ibunya. Tidak mungkin anak tsb menyusu pada bapaknya. Apa yg mau ditelan? Ibunya pun perlu asupan makanan agar susunya tetap diproduksi, tetapi juga perlu tetap dekat dgn anaknya yg butuh susunya. Akibatnya bapaknya yg keluar rumah mencari nafkah. Di sini terjadi pembagian peran antara perempuan dan lelaki. Pembagian peran tsb adalah konsekuensi dari sel telur dan sperma tadi. Peran tersebut berlanjut dari waktu ke waktu dan menyeret pembagian peran di bidang-bidang lainnya. Secara umum perempuan jadi lebih banyak di rumah dan lelaki di luar rumah.

Dengan berjalannya waktu muncullah susu formula yg dapat menggantikan air susu ibu dan si inem yg dapat menggantikan sang ibu sendiri. So, si ibu pun keluar rumah juga, seperti si bapak. Tetapi apakah peran perempuan berubah? Tidak, yg mengasuh anak tadi adalah si inem, seorang perempuan juga. Di sini peran perempuan bukan berubah, tetapi bertambah. Yg tadinya hanya di rumah, sekarang juga sudah keluar rumah.

Waktu masih terus berjalan, muncullah olga. Si inem pun tergantikan oleh olga, lelaki yg feminin. Apakah peran perempuan berubah? Ya, bahkan bergeser, yg mula-mula juga di rumah, sekarang lebih banyak di luar rumah.

Pada awalnya, kemunculan olga hanyalah sebuah anomali. Lambat laun, olga adalah sesuatu yg normal, sementara aderay adalah anomali. Akibatnya banyak sperma yg tidak lagi bertemu dengan sel telur. Jumlah manusia pun menurun drastis.

:))

BundaNa
18-07-2011, 09:27 AM
wah, ditinggal postingannya udah 3 halaman :))

yang disampekan aslan adalah gender berdasarkan kodrat alam yg berkembang kepada kehidupan sosial, masih bisa diterima...menempatkan semua sesuai proporsinya. Sedang Alip bicara tentang Kebebasan yg dia ingin terapkan kepada anaknya tanpa berdasarkan jrnis kelamin, alias genderless...mau gak mau pasti diskusi ini berkembang ke feminisme dan emansipasi, pendidikan ke anak2 kita.

Bersikaplah proporsional, tak ada salahnya anak2 menikmati dunianya tanpa mesti bawa2 "anak perempuan dilarang manjat." Padahal skill sih genderless. Siapa bilang secara fisik permpuan lemah? yakin laki2 mampu mengemban tugas hamil, melahirkan dan menyusui? atau menstruasi| itu butuh energi besar loh

aya_muaya
18-07-2011, 10:21 PM
apalagi kalau pas melahirkan, menahan sakit mulass.... Dan mengejan mengeluarkan bidadari besar dari lubang yang kueciilll banget....subhanallah.... *baru kopdar kok udah ngelapak dimari bun?

BundaNa
19-07-2011, 11:31 AM
OOT ah: yah nih bu aya, itu postingan pagi :D

aya_muaya
20-07-2011, 12:47 AM
OOT ah: yah nih bu aya, itu postingan pagi :D

astaga.... beneran.. maklum... udah ngauntuk... :p

purba
20-07-2011, 04:19 AM
Perempuan tomboy tapi masih suka lelaki sih gak masalah. Atau lelaki kemayu tapi masih suka perempuan juga gak masalah. Bagaimana kalo anak perempuannya menjadi tomboy dan akhirnya suka sama perempuan? Juga anak lelakinya yang kemayu menjadi suka sama lelaki? Apakah kita masih bisa menerima jika nanti anak-anak kita menjadi gay dan lesbi?

Dlm pendidikan anak, ane juga melakukannya dgn genderless dan bahkan teisless karena teisme adalah produk semu masyarakat.

:))

Alip
20-07-2011, 06:04 AM
Apakah kita masih bisa menerima jika nanti anak-anak kita menjadi gay dan lesbi?
Orientasi seksual itu masalah biologis/genetik atau perilaku ya? Ada yang tau?

Regardless, anak-anak saya adalah manusia yang saya terima apa adanya ... jika ternyata mereka memiliki seksual disorder (or any kind of disorder), tentu saja saya akan menerima mereka. Siapa lagi? Kalau itu adalah penderitaan, maka orang tua akan berbagi penderitaan itu bersama mereka...

That's what we do in a herd :luck:

aya_muaya
20-07-2011, 07:06 AM
Orientasi seksual itu masalah biologis/genetik atau perilaku ya? Ada yang tau?

Regardless, anak-anak saya adalah manusia yang saya terima apa adanya ... jika ternyata mereka memiliki seksual disorder (or any kind of disorder), tentu saja saya akan menerima mereka. Siapa lagi? Kalau itu adalah penderitaan, maka orang tua akan berbagi penderitaan itu bersama mereka...

That's what we do in a herd :luck:

tenang aja bung alip... aming di serial tipi jadi bencong tapi bisa sembuh kok... setidaknya itu bukan yang tidak tersembuhkan, masih bisa disembuhkan...

BundaNa
20-07-2011, 09:02 AM
buat gay atau lesbi masih jadi perdebatan, juga bencong...tapi buat saya itu tetap hasil didikan juga. Jadi sebagai ortu kita tetap mengajari anak sadar gender dan seksualitasnya, tapi untuk masalah social education, membahas masalah kerja publik atau domestik, itu genderless dan anak2 diajarkan bahwa manusia dinilai berdasarkan dengan kemampuan dan skill juga martabat moral dan perilaku, bukan dari jenis kelaminnya...saya cuma mengedepankan itu

Alip
20-07-2011, 09:26 AM
Begitulah Bunda, ... Ada beberapa hal yang akan terbentuk dengan sendirinya seiring berkembangnya karakter fisik pada jenis kelamin tertentu... itu sih tidak perlu dilatih juga secara otomatis akan membentuk karakter dan kesadaran atas jenis kelamin...

Yang saya baca, sexual orientation disorder bisa disebabkan oleh berbagai hal... selain kelainan fisiologis juga ada yang murni psikis... namun kebanyakan kasus psikis berkembang dari pengalaman yang sifatnya traumatis, misalnya melihat ibunya dianiyaya oleh ayahnya, dan sebagainya. Insya Allah, selama kita berperilaku wajar, memiliki keluarga yang harmonis, dan mendidik anak dengan perhatian dan cinta, maka anak akan berkembang sesuai dengan identitas kelaminnya masing-masing.

...
emang aming bencong dari sononya? Bukannya itu cuma peran aja?

ummu_w@rdah
17-08-2011, 02:02 PM
ikutaan...

ummu_w@rdah
17-08-2011, 02:03 PM
ikutaan... tapi ane tjuman baca artikel di hal pertama doank, afwan klo gag nyambung... disambung-sambungin aja.

Temen ane, janda, dikaruniai 3 anak lelaki. Satu yang terakhir ada cerita lucu soal gender.
Ceritanya karena lelaki semua, si anak bontot (waktu cerita ini berlangsung dia kira2 3 tahunan) gag kenal ada makhluk lain dengan nama perempuan.
diperparah dengan keluarga dekat yang tidak tinggal di satu kota, jadi otomatis yang dia tau makhluk tuh semua laki-laki kayak dia.
Setelah lama gag brkunjung, kakak temen tersebut dateng dari jawa membawa anak perempuannya yang sebaya.
nah, singkat kata, dua sepupu itu bermain bersama sampai mandi juga bersama.
Ketika sepupunya itu pulang, si bontot mengadu ke ibunya,

"Ummi, gawat!"
"kenapa nak?"
" Si 'fulanah' moso' (maaf) *****-nya ga ada!"

BundaNa
19-08-2011, 03:51 PM
emang uminya bukan perempuan?

ummu_w@rdah
21-08-2011, 02:02 PM
emang uminya bukan perempuan?

karuan masih bocah, pikir si bontot mungkin 'isi'-nya sama aja.

Alip
09-09-2012, 05:02 PM
Thread lama...

Pulang ke rumah hari Jum'at kemarin dapat kabar kalau si kakak ambil ekskul masak, satu-satunya cowok yang ambil ekskul itu di sekolahnya.

Sepanjang sabtu minggu ini dia sibuk dengan mainan masak2an dan sudah bisa menyebutkan berbagai perlengkapan makan. Dia juga hobi main jadi chef dan waiter... Adiknya aja yang gaya jadi tamu restoran... :-D

BundaNa
09-09-2012, 08:36 PM
^gpp pasti terinspirasi dari Master Chef Indonesia::hihi::

eh tapi di buku IPS apa PKN si kakak ya, masak perbedaan gender masih terletak dari pola pakaian sama gaya rambut...gimana tuh kalo kayak si kakak doyannya nonton anime sama k-drama? bingung dia, nanya gwe melulu..."Bunda, kata bu guru cowok rambutnya pendek, kenapa itu di pilem dia rambutnya panjang?"::hihi::

Ronggolawe
09-09-2012, 08:41 PM
rambut pendek pada cowo itu untuk kerapihan,
Bund.

BundaNa
09-09-2012, 08:45 PM
^masalahnya di buku itu jelas bilang.

Anak perempuan berambut panjang, sedangkan anak laki2 berambut pendek...gitu nggo

Ronggolawe
09-09-2012, 09:59 PM
^masalahnya di buku itu jelas bilang.

Anak perempuan berambut panjang, sedangkan anak laki2 berambut pendek...gitu nggo

benar Bund,
Namanya juga anak-anak, masih pada imut dan be
lum tumbuh jakun, kalau semuanya pada rambut
panjang, bagaimana ibu guru mau misahin anak co
wo dari anak cewe saat masuk Toilet? :)

AsLan
09-09-2012, 10:49 PM
info aja, didalam kristen laki2 tidak boleh berambut panjang.


1Korintus

11:12 Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.
11:13 Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
11:14 Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang,
11:15 tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.

Serenade
09-09-2012, 11:02 PM
^
Yah, Aslan ... ternyata konservatif sekali ... kenapa ga sekalian wanitanya berkerudung ::hihi::

beastmen85
10-09-2012, 03:13 PM
gender imo itu prinsip universal.
bahkan malaikat yg genderless tak terlepas dr gender.
ada malaikat yg maskulin
ada yg feminin.

dan jgn tanya nama mereka yg kecewe2an ato kecowo2an.

eh. ini ngomongin anak. gw blm punya. wahaha

*ngacir*

BundaNa
10-09-2012, 08:53 PM
benar Bund,
Namanya juga anak-anak, masih pada imut dan be
lum tumbuh jakun, kalau semuanya pada rambut
panjang, bagaimana ibu guru mau misahin anak co
wo dari anak cewe saat masuk Toilet? :)

akibatnya anak gwe gak mau dipotong pendek rambutnya, padahal gwe kasian kalo sekolah pake kerudung gitu dia gerah karena rambutnya panjang dan ogah dikuncir -_-

daylight
10-09-2012, 10:12 PM
Anak perempuanku semua berambut Dora biar lebih rapi. Saya pernah jawab pertanyaan anakku soal laki2 berambut panjang dan wanita berambut pendek. Kenapa wanita boleh pakai celana panjang dan lelaki gak boleh pakai rok? Jawabannya begini, nak kalau masih sekolah anak laki2 memang harus rambut pendek, biar rapi, kenapa anak perempuan boleh rambut panjang, karena anak perempuan lebih rajin ikat rambut dan suka tampil cantik dan gak takut repot mengurusnya. Kalau repot dan malas mengurusnya, boleh dipotong pendek seperti laki2.Kalau anak perempuan pakai celana gak papa asal duduknya tetap sopan. Kalau anak lelaki pakai rok, kan malu. Soalnya anak lelaki susah duduk dengan sopan, kalau kelihatan cd nya kan malu kan?So far mereka ngerti dan gak complaint.

---------- Post Merged at 10:12 PM ----------


"Yeee... kan dia anak cewek?"Itulah protes tetangga yang sering saya dengar seputar pengasuhan anak-anak, khususnya dari ibu-ibu. Kayaknya mereka strict sekali soal cewek itu harus jadi apa.Si adik yang memang anak perempuan tidak pernah saya perlakukan seperti lazimnya anak cewek kalau menurut ukuran para ibu-ibu (jujur sih, sebenarnya saya juga suka lupa kalau dia itu anak cewek:luck:). Dia sama manjatnya dengan kakaknya, sama-sama jatuh sampe baret-baret, sama-sama galak, sama-sama mompa ban sepeda, dan macam-macam lagi. Mainannya tidak ada yang khusus cewek, kecuali seperangkat mainan masak-masakan yang dulu dibeli untuk kakaknya (karena kakaknya yang cowok ternyata suka main masak-masakan:mikir:).Waktu si adek lahir, saya larang dia ditindik... biar dia sendiri yang memilih untuk ditindik kalau kelak dia ingin pakai anting sesudah besar. Intinya, datang dari kesadarannya sendiri, bukan karena didikan orang tuanya. Akibatnya sekarang dia satu-satunya anak cewek di lingkungan kami yang gak pake anting.Bajunya-pun tidak saya bedakan. Kecuali baju-baju tertentu yang memang untuk hadir di acara formal atau semi-formal yang butuh identitas gender yang jelas, semua pakaian si adek sama saja seperti pakaian kakaknya. Tapi memang harus diakui, pasar mendidik anak perempuan untuk suka sama warna pink... masak seluruh baju cewek nada-nya begitu semua...:facepalm:Ini membuat saya sering dipandang dengan muka aneh oleh para ibu-ibu, khususnya mereka yang tau kalau saya sengit sekali sama mainan "princess" yang sekarang rame dimiliki anak-anak cewek. Buat saya mainan itu mendidik anak perempuan untuk kena "Cinderella Syndrome".:kesal:Aneh gak sih?Saya membedakan antara jenis kelamin dengan gender. Jenis kelamin adalah kondisi fisik yang memang kita bawa sejak lahir, sedangkan gender adalah peran yang dituntut oleh masyarakat sehubungan dengan jenis kelamin tertentu. Buat saya gender adalah sesuatu yang semu, dan saya membiarkan anak-anak untuk memilih perannya sendiri.... bukan dikondisikan dari anak-anak.Wajar nggak sih?Istri saya memang jadi repot mengusahakan supaya anak-anak bisa paham pandangan orang lain soal gender, intinya supaya mereka nanti tetap bisa membaur dengan masyarakat meskipun memiliki pandangan berbeda ... itu memang kelebihan dia, mengakomodasi pandangan orang lain... soalnya saya-nya sih memang ndablek minta ampun kalau soal ini.:joget: Jangan dianggap ngajarin yaaa... bisa jadi malah saya yang salah dididik :lololol:Gimana dengan para kopmay di sini? Seberapa ketat memberlakukan pendidikan gender di rumah?I wish I have a dad like you Lip. Ayahku orgnya sangat keras soal peranan gender. Saking kerasnya aku jadi org yg susah mengekspresikan diri, bahkan ketika beliau almarhum. Saya bahkan tidak bisa menangis, walaupun saya sangat kehilangan. Jadi ketika aku marah, sedih, kecewa, satu ekspresi saja, diam dan menerawang jauh. Ketika aku senang aku cuma bisa tersenyum. Untungnya setelah punya anak, saya bertekad ingin seperti bro Alip, membiarkan mereka tumbuh secara wajar dan natural.

ndugu
12-09-2012, 12:42 PM
daylight: sama. i wish i had parents yang berpikiran seperti alip mengenai gender waktu growing up :cengir: dulu saya kecil juga merasa terikat dengan peran gender.

bullshiet i say.
i was mad at society when i was growing up.

BundaNa
12-09-2012, 08:18 PM
^saya dan suami tetap menerapkan genderless buat yang memang secara sosial mestinya itu tidak bermasalah. Tetapi ada penanaman pemahaman perbedaan gender dari fisiknya, supaya dia mengerti anak2 berbeda dengan ayah dan teman2 laki2nya.

Buat kesempatan bermain, pendidikan dan berpikir, kita genderless

alilabel
12-09-2012, 11:38 PM
aku setuju dengan pemikiran si Aslan... lihat aja perempuan jaman sekarnag.. tipikal pemberontak... susah di atur.. :D

cha_n
13-09-2012, 10:13 AM
betul juda sih, si aslan contohnya. pemberontak dan susah diatur

second_life
13-09-2012, 12:03 PM
ya, IMO sih........

*maap agak OOT
klo sudah hidup berpasangan, co ama ce mesti setara. dalam artian, saling berkompromi satu sama laen. ga bisa salah satuny mau menang2an sendiri.
jadi, kalo emang mau nyari yg nurut bin manut wae, ga usah cari istri, cari aja babu. dijamin nurut bin manut.
klo istri itu, mesti yg bisa diajak tuker pikiran. mesti yang bisa menjadi kuat dikala suaminy lagi lemah.



klo soal cara g didik anak, ga bs comment karena g blom punya anak (belom pengen, tepatny. masih demen bersenang2 sendiri ::oops:: )
tp klo cara ortu ngedidik dulu sih g merasa rada2 dibatesin sbg ce. g selalu didandani sbg ce (pake rok, dan sepatu ce) ama oma (dr bokap). g mau maen tamiya (waktu itu lg jaman banget ;D), ga dibolehin ama nyokap g. g manjat pohon, diomelin ama oma (dari bokap). untungny nyokap g dulu juga manjat pohon, jd ada sedikit 'perlindungan' ;D
dan paling untungny lagi, ortu bukan tipe luar biasa kolot yg sampe apa2 duluin co.
klo maenan girly macem barbie, dulu ditawarin sih, tp entah kenapa g ga suka barbie. kakiny terlalu panjang, ga proporsional, jelek ;D
g lbh seneng koleksi boneka buntek berbulu alus (dan kebawa sampe skrg ;D)
dulu pas remaja juga sempet di sodorin majalah gadis, tp g lbh milih majalah bobo ;D
untuk urusan kerjaan rumah, memang baik g, maupun adek g yg co sama2 dapet kerjaan. tp kerjaanny beda. kerjaan rumah kek nyapu, ngepel, cuci piring, setrika, banyakny ke g klo si mbak lg ga ada. adek g kebagian kerjaan 'luar', cuci mobil, nyapu kebon, nyirem, bla3.
klo soal cari duit, bonyok mengajarkan g untuk pikul beban yg sama antara co ama ce. dan g ud terbiasa sama hal itu dr kecil, krn nyokap g juga kerja.
sementara urusan pendidikan, bonyok ga pernah bilang klo ce tuh ga usah skola tinggi2. jadi ya, g dan adek g sama2 dibebaskan sebebas-bebasny untuk urusan yg ini. terserah mau sekolah sampe semana, selama bonyok mampu, mereka biayain.

tapi entah dari mana datangny (keliatanny turunan nyokap ;D), kemungkinan pengaruh lingkungan juga, secara temen maen g dulu waktu kecil co2 semua (di blok g anak ce cuman 2, sedangkan anak co banyak buanget), g ga pernah berhasil jadi 'ce murni'. selalu aja jadi yg paling 'co' diantara para ce (secara sikap dan baju, bukan bentuk badan). dan baru mulai merambah ke dunia fashion ce sejak pacaran ama si hubby. itu juga lantaran dia bawel, protes mulu ;D



klo di kluarga hubby laen lagi. bokapny dia dengan senang hati bantuin kerjaan nyokapny yg luar biasa sibuk dgn kegiatan sosial (padahal IRT, tp sibuk bgt, urusan posyandu, koor gereja, ngajar PAUD, dan entah-apa-lagi). jadi hubby pun orgny kek gitu.
ga jarang dia yg nyuci piring klo g nya lagi tepar. malah pernah jg saking capenya g ga bisa bangun pagi di hari libur, dan pas g bangun, semua kerjaan rumah ud dberesin ama hubby ;D

BundaNa
13-09-2012, 12:11 PM
aku setuju dengan pemikiran si Aslan... lihat aja perempuan jaman sekarnag.. tipikal pemberontak... susah di atur.. :D

kesian ya laki2 yang dididik dengan pikiran kayak gini::hihi::

cha_n
13-09-2012, 12:18 PM
ya gpp bun, kan ada juga perempuan (baca:aslan) yang sepakat dengan cara hidup seperti itu. klop deh.

BundaNa
13-09-2012, 12:29 PM
^iya, aslan pionirnya ya?

AsLan
14-09-2012, 12:41 AM
meskipun saya wanita modern tapi saya mudah diatur -_-

spears
25-09-2012, 05:28 PM
aku setuju sama Aslan.
wanita dan laki2 itu berbeda. kalo emang sama, ngapain juga diciptain fisik dan fungsinya berbeda. udah aja, disamain semua. cowok semuaa. atau cewek semuaaa... (itu rahasia ilahi ya knp beda2)
jangankan manusia, binatang aja yg co ama ce beda kok. fungsinya dan behaviornya berbeda. ayam jantan sukanya begini. ayam betina sukanya begitu.
klo yg udah beda, gak usah ngotot disamakan. itu namanya menyalahi kodrat. :D

baca2 artikel :


Lelaki memang berbeda daripada perempuan, baik biologis, perkembangan motorik dan kognitif, maupun perilaku sosial dan kepribadiannya. Itu sebabnya, anak laki-laki tak bisa dibesarkan sebagai perempuan, begitu sebaliknya.

Namun perbedaan itu indah, seperti yang diungkapkan oleh John Gray dalam bukunya Man Are from Mars and Women Are from Venus. Sama halnya dalam mengasuh antara anak laki-laki dan perempuan, jadikan perbedaan yang ada sebagai satu hal unik dan
indah, yang akan merangsang kita, para orang tua, untuk terus belajar tentang pola asuh yang tepat bagi mereka.

Anna Surti Ariani, Psi, Psikolog Keluarga dalam Smart Parent Conference Optimizing the Golden Years bersama Ayahbunda dan Frisian Flag di Yogyakarta, Sabtu-Minggu (17-18/7) mengungkapkan, sensitifitas pola asuh dalam perbedaan gender akan berpengaruh pada perkembangan anak. Kurang sensitif atau terlalu sensitif dapat berdampak tidak baik pada psikologis anak. Seperti, ketidaknyamanan perilaku, kebingungan peran gender, kebingungan orientasi seksual, depresi, merasa diperlakukan kurang adil, konsep diri terbatas, kurang fleksibel, kurang empati dan lainnya. Untuk itu, diperlukan sensitifitas orang tua dalam memahami pola asuh yang tepat, sesuai karakter dan sifat gender anak.

kesimpulan :

1. orang tua yg menyamakan anak2 itu adalah justru ortu yg tidak adil. spt disebutkan diatas, laki2 dan perempu itu berbeda baik biologis, maupun perkembangan motorik dan kognitifnya. jadi kalau dipaksakan ini namanya apa yaaa...zalim kali yaa istilahnya :D

2. justru kalau disama2kan, utk perkembangan psikologisnya malah nggak bagus. mungkin ga keliatan skrg. tp spt katanya psikolog diatas, si anak bisa mengalami : ketidaknyamanan perilaku, kebingungan peran gender, depresi, merasa diperlakukan kurang adil, konsep diri terbatas, kurang fleksibel, kurang empati ...atau menurut kesimpulan saya, menjadi psikopat :iamdead:


tp klo soal mainan mah itu lain lagi.
kebanyakan permainan anak2 itu adalah utk melatih fungsi motoriknya dia sbg manusia.
so bebas2in aja mao main apa juga. tp ya tetap harus diawasin

ya itu my 2 cents :D

---------- Post Merged at 04:28 PM ----------

kalo baca2 disini http://www.ayahbunda.co.id/artikel/Balita/Psikologi/perbedaan.antara.lakilaki.dan.perempuan/001/007/970/2

dikatakan bahwa dari hormon en kromosomnya wanita itu beda. jadi sungguh tidak adil kalau disamakan.

AsLan
25-09-2012, 11:10 PM
^ hohoho...

dengan pendapat semacam ini lu harus siap berhadapan dengan kaum feminis yg galak2 ::hihi::

jangan lupa spears, wanita sudah berjuang ribuan tahun untuk lepas dari penindasan laki2, sampai jaman sekarang pun masih agak trauma terhadap kemungkinan jatuh lagi kebawah kaki laki2.

Ini yg harus diperhatikan, membedakan laki2-wanita jangan sampai merendahkan derajad salah satunya, jangan sampai membatasi wanita dari pengembangan potensi2 yg ada dalam dirinya, misalnya wanita gak boleh sekolah, gak boleh olah raga, gak boleh nyetir mobil/motor dll...

Banyak orang tua takut membatasi perkembangan potensi anak perempuannya, ini juga harus kita pahami sebagai orang2 yg belum punya anak.

:ngopi:

spears
26-09-2012, 12:56 AM
Okelah :D
Gw rasa, klo usia anak2 memang sbaiknya jangan dilarang2.


Tp, mereka juga harus sudah tau mengenai tupoksi mereka minimal pas sudah menginjak usia akil balig.

Well who am I ya to say? Blm punya anak. :D gw cmn bs brkaca dr pola asuh ortu gw. Yaaaa walopun dimata gw, gw mungkin blm bs bikin mereka bangga, seenggaknya gw juga nggak pernah bikin mereka malu.. He he he.

Soal feminisme..gw nggak ikut2 ah
Gw pengen suami gw adalah pemimpin kluarga gw!
Gw pengen dikasih duduk klo di busway!
Gw pengen didahulukan klo ada misi penyelamatan! (ladies and kids first)
Gw pengen santai dirumah dan suami gw yg kerja! (Kcuali klo situasinya mengharuskan, gw juga mau kok pasti turun tangan bantuin cari nafkah)
Gw nggak mau lembur ampe malem2!
Gw mau klo pulang kemaleman dianterin mpe depan pintu!
Gw ga mao benerin genteng!
Gw pengen dikasih cuti hamil!
Gw pengen dikasih cuti 2 hari dlm sebulan klo lagi sakit perut haid!
Gw suka ama konsep ladies parking!
Gw suka dikereta atau busway ada area khusus wanita!
Gw pengen toilet wanita ama laki2 dipisah!

Gw suka sama semua konsep itu dan nggak mau smua itu dirubah demi kesetaraan gender :D

cha_n
26-09-2012, 12:57 PM
Kapan Gender itu TIDAK MASALAH dan Gender itu MASALAH ?

Gender tidak menjadi masalah apabila terjadi kesepakatan kedua pihak (laki-laki perempuan) didalam pembagian tugas dan kedua belah pihak memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan lain di luar untuk memenuhi kebutuhan bemasyarakat dan mengembangkan diri.

Gender akan dipermasalahkan apabila adanya perbedaan (diskriminasi) perlakuan dalam akses, partisipasi, kontrol dalam menikmati hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Dan juga tidak adanya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan didalam pembagian peran, tanggung jawab, hak, kewajiban serta fungsi sebagai anggota keluarga maupun masyarakat yang akhirnya tidak menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dapat disimpulkan bahwa gender menjadi masalah jika ada ketimpangan relasi atau ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan di mana satu pihak menjadi korban. Ketidakadilan gender bisa dialami oleh laki-laki ataupun perempuan, tetapi karena budaya kita yang patriarki atau mengutamakan laki-laki sehingga peempuanlah yang paling terkena dampaknya.

http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/