serendipity
14-12-2014, 07:54 PM
Kemaren ada event lari-lari imut eh lari sehat dari Nike. Hari sabtu sore jam 4, rutenya di Gadjah mada, monas, menteng, lapangan banteng.
Seriusan deh ini event ganggu banget.
Berikut salah satu komentar pelari Bajak Jakarta
Begitu lomba dimulai dan para pelari meninggalkan Lapangan Banteng, terlihat jalanan yang ditutup mulai padat. Di arah berlawanan dari rute lari, lalu lintas diam tidak bergerak. Ribuan motor yang berhenti, beberapa mobil sudah mematikan mesinnya. Belasan bus transjakarta diam tidak bisa kemana-mana. Meskipun begitu, untuk dua puluh menit pertama, para pelari masih bebas berlari di jalur yang sudah dibersihkan.
Hal pertama yang mengganggu gue mulai terjadi.
Pandangan-pandangan tidak menyenangkan muncul dari orang-orang yang terjebak kemacetan yang memandangi para pelari amatir ini yang lengkap dengan gadget-gadget lari yang sedang sibuk selfie untuk dimasukkan ke dalam social media nanti. Termasuk gue.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah foto yang gue ambil menurun jauh karena gue hanya ingin segera menyelesaikan lomba ini. Rasa tidak nyaman yang muncul dari tatapan-tatapan warga yang terjebak kemacetan itu benar-benar mengganggu. Tapi gue juga akan melakukan hal yang sama jika gue dalam posisi mereka, jadi gue hanya menunduk dan berusaha untuk terus berlari.
Memasuki kilometer ke tiga, bencana sesungguhnya mulai terjadi.
Ribuan orang yang tadi diblokir akhirnya mulai tidak sabar dan merangsek masuk ke jalur berlari. Dimulai dari motor-motor hingga akhirnya mobil yang menerobos. Jalur lari yang awalnya bersih dari kendaraan kini tak ubahnya jalanan biasa.
Ribuan para pelari itu akhirnya berlari di ruang yang tersisa. Di trotoar, di antara warung pecel ayam, di pinggir mobil, di sela-sela kendaraan yang lagi parkir. Total chaos!
Di beberapa persimpangan, yang harusnya aman untuk pelari menyeberang, tak ubahnya persimpangan pada umumnya. Para pelari harus menghentikan larinya dan berusaha menghentikan sendiri laju kendaraan yang mencoba terlepas dari kemacetan.
Tidak terlihat sama sekali marshal lari, panitia lomba atau polisi lalu lintas yang membantu menyeberangkan para pelari. Mungkin mereka sudah pasrah menghadapi lalu lintas yang sudah menggila yang mencoba melepaskan diri dari jeratan kemacetan yang sudah berlangsung berjam-jam.
Masalah yang sama tetap terjadi dari tahun lalu. Di setiap water station yang disediakan, gelas-gelas plastik yang sudah selesai digunakan dibuang seenaknya oleh para pelari. Padahal ada beberapa trash bag yang sudah disediakan.
Meskipun nanti ada petugas kebersihan yang membantu membersihkan, gue pribadi merasa ini sangat mengganggu.
Memasuki kilometer ke delapan, hal terburuk dari sebuah lomba lari akhirnya terjadi. Di daerah pasar Senen, para pelari berlari bersisian dengan kendaraaan yang sedang menyala di tengah kemacetan. Kami berlari sambil menghirup karbon monoksida. Inti dari sebuah lomba lari, yaitu mempromosikan gaya hidup sehat, kini sama sekali tidak tercapai.
Di beberapa bagian, ribuan motor yang menyemut akhirnya membunyikan klason mereka berulang ulang. Menimbulkan suara bising yang luar biasa. Akhirnya bunyi ribuan klakson yang memekakkan telinga ini akhirnya dibalas dengan teriakan “Wooooooooooo!!!” dari ribuan pelari.
Tidak ada yang mau mengalah. Barbar sekali.
Sepanjang jalan, gue nggak pernah berhenti malu dengan diri sendiri. Gue yang beberapa kali mengkritik demo buruh yang memblokir jalan, kini melakukan hal yang sama hanya demi berlari. Malah teman-teman buruh gue rasa lebih terhormat karena mereka membela perut mereka. Dibandingkan dengan gue yang melakukan hal itu hanya demi gaya hidup.
Gue terus berpikir bagaimana seandainya dalam kemacetan itu ada orang yang butuh buru-buru ke rumah sakit, ada janji yang harus ditepati, atau hal-hal penting lainnya yang gagal karena gue.
Gue berusaha memacu lari gue, ingin segera menyelesaikan lomba ini.
Mendekati garis finish, situasi mulai membaik karena daerah lapangan Banteng yang memang sedikit bebas dari daerah bisnis dan perumahan warga.
Dan tepat satu jam tiga puluh menit, gue berhasil melewati garis finish. Lelah, kecewa dan malu bercampur menjadi satu.
http://romeogadungan.com/bajakjkt-2014
http://romeogadungan.com/wp-content/uploads/2014/12/IMG_20141213_172746-300x225.jpg
http://romeogadungan.com/wp-content/uploads/2014/12/IMG_20141213_171148-300x225.jpg
https://pbs.twimg.com/media/B4vKj6oCEAAdDsS.png:large Jelas ya kalo ini event bikin misuh ;D
Awalnya gw gak tau ini lagi ada yang lari-lari, soalnya ya macetnya gak wajar, gw masih di sekitar gambir. Itu jalanan bener-bener kaya lautan mobil dan motor. Ternyata gambir ditutup jalannya. Kirain ada orang kecelakaan. Eh gak taunya orang-orang lari supaya sehat di tengah mobil-mobil yang lagi jalan. ::hihi::
Sebenernya yang bikin kezel, kenapa ya EO ini gak mikir panjang... di tengah jalan raya yang padat bisa aja ada orang yang lagi buru-buru mau ke rumah sakit karna lagi butuh cuci darah, atau ada yang akan melahirkan. Atau ada yang mau menikah gitu. ::erm::
Okay... pertanyaannya kalo ada di tengah jalan yang macet kaya gitu apa yang akan kalian lakukan?
Turun dan cari kendaraan lain untuk ke tempat tujuan atau duduk manis aja di dalam kendaraan?
Seriusan deh ini event ganggu banget.
Berikut salah satu komentar pelari Bajak Jakarta
Begitu lomba dimulai dan para pelari meninggalkan Lapangan Banteng, terlihat jalanan yang ditutup mulai padat. Di arah berlawanan dari rute lari, lalu lintas diam tidak bergerak. Ribuan motor yang berhenti, beberapa mobil sudah mematikan mesinnya. Belasan bus transjakarta diam tidak bisa kemana-mana. Meskipun begitu, untuk dua puluh menit pertama, para pelari masih bebas berlari di jalur yang sudah dibersihkan.
Hal pertama yang mengganggu gue mulai terjadi.
Pandangan-pandangan tidak menyenangkan muncul dari orang-orang yang terjebak kemacetan yang memandangi para pelari amatir ini yang lengkap dengan gadget-gadget lari yang sedang sibuk selfie untuk dimasukkan ke dalam social media nanti. Termasuk gue.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah foto yang gue ambil menurun jauh karena gue hanya ingin segera menyelesaikan lomba ini. Rasa tidak nyaman yang muncul dari tatapan-tatapan warga yang terjebak kemacetan itu benar-benar mengganggu. Tapi gue juga akan melakukan hal yang sama jika gue dalam posisi mereka, jadi gue hanya menunduk dan berusaha untuk terus berlari.
Memasuki kilometer ke tiga, bencana sesungguhnya mulai terjadi.
Ribuan orang yang tadi diblokir akhirnya mulai tidak sabar dan merangsek masuk ke jalur berlari. Dimulai dari motor-motor hingga akhirnya mobil yang menerobos. Jalur lari yang awalnya bersih dari kendaraan kini tak ubahnya jalanan biasa.
Ribuan para pelari itu akhirnya berlari di ruang yang tersisa. Di trotoar, di antara warung pecel ayam, di pinggir mobil, di sela-sela kendaraan yang lagi parkir. Total chaos!
Di beberapa persimpangan, yang harusnya aman untuk pelari menyeberang, tak ubahnya persimpangan pada umumnya. Para pelari harus menghentikan larinya dan berusaha menghentikan sendiri laju kendaraan yang mencoba terlepas dari kemacetan.
Tidak terlihat sama sekali marshal lari, panitia lomba atau polisi lalu lintas yang membantu menyeberangkan para pelari. Mungkin mereka sudah pasrah menghadapi lalu lintas yang sudah menggila yang mencoba melepaskan diri dari jeratan kemacetan yang sudah berlangsung berjam-jam.
Masalah yang sama tetap terjadi dari tahun lalu. Di setiap water station yang disediakan, gelas-gelas plastik yang sudah selesai digunakan dibuang seenaknya oleh para pelari. Padahal ada beberapa trash bag yang sudah disediakan.
Meskipun nanti ada petugas kebersihan yang membantu membersihkan, gue pribadi merasa ini sangat mengganggu.
Memasuki kilometer ke delapan, hal terburuk dari sebuah lomba lari akhirnya terjadi. Di daerah pasar Senen, para pelari berlari bersisian dengan kendaraaan yang sedang menyala di tengah kemacetan. Kami berlari sambil menghirup karbon monoksida. Inti dari sebuah lomba lari, yaitu mempromosikan gaya hidup sehat, kini sama sekali tidak tercapai.
Di beberapa bagian, ribuan motor yang menyemut akhirnya membunyikan klason mereka berulang ulang. Menimbulkan suara bising yang luar biasa. Akhirnya bunyi ribuan klakson yang memekakkan telinga ini akhirnya dibalas dengan teriakan “Wooooooooooo!!!” dari ribuan pelari.
Tidak ada yang mau mengalah. Barbar sekali.
Sepanjang jalan, gue nggak pernah berhenti malu dengan diri sendiri. Gue yang beberapa kali mengkritik demo buruh yang memblokir jalan, kini melakukan hal yang sama hanya demi berlari. Malah teman-teman buruh gue rasa lebih terhormat karena mereka membela perut mereka. Dibandingkan dengan gue yang melakukan hal itu hanya demi gaya hidup.
Gue terus berpikir bagaimana seandainya dalam kemacetan itu ada orang yang butuh buru-buru ke rumah sakit, ada janji yang harus ditepati, atau hal-hal penting lainnya yang gagal karena gue.
Gue berusaha memacu lari gue, ingin segera menyelesaikan lomba ini.
Mendekati garis finish, situasi mulai membaik karena daerah lapangan Banteng yang memang sedikit bebas dari daerah bisnis dan perumahan warga.
Dan tepat satu jam tiga puluh menit, gue berhasil melewati garis finish. Lelah, kecewa dan malu bercampur menjadi satu.
http://romeogadungan.com/bajakjkt-2014
http://romeogadungan.com/wp-content/uploads/2014/12/IMG_20141213_172746-300x225.jpg
http://romeogadungan.com/wp-content/uploads/2014/12/IMG_20141213_171148-300x225.jpg
https://pbs.twimg.com/media/B4vKj6oCEAAdDsS.png:large Jelas ya kalo ini event bikin misuh ;D
Awalnya gw gak tau ini lagi ada yang lari-lari, soalnya ya macetnya gak wajar, gw masih di sekitar gambir. Itu jalanan bener-bener kaya lautan mobil dan motor. Ternyata gambir ditutup jalannya. Kirain ada orang kecelakaan. Eh gak taunya orang-orang lari supaya sehat di tengah mobil-mobil yang lagi jalan. ::hihi::
Sebenernya yang bikin kezel, kenapa ya EO ini gak mikir panjang... di tengah jalan raya yang padat bisa aja ada orang yang lagi buru-buru mau ke rumah sakit karna lagi butuh cuci darah, atau ada yang akan melahirkan. Atau ada yang mau menikah gitu. ::erm::
Okay... pertanyaannya kalo ada di tengah jalan yang macet kaya gitu apa yang akan kalian lakukan?
Turun dan cari kendaraan lain untuk ke tempat tujuan atau duduk manis aja di dalam kendaraan?