PDA

View Full Version : Sidik Jari



cha_n
16-05-2011, 09:53 AM
suar.okezone.com (http://suar.okezone.com/read/2011/05/15/58/457267/sidik-jari)
Minggu, 15 Mei 2011 - 12:41 wib

Setelah kasus Otak Tengah, yang akhir-akhir ini sering ditanyakan kepada saya adalah tentang tes Sidik Jari untuk mengetahui kepribadian anak.

Saya, yang sudah 43 tahun malang-melintang di dunia psikologi, belum pernah tahu sebelumnya tentang keberadaan tes tersebut dan tidak mau ambil pusing. Paling-paling penipuan lagi, pikir saya. Tetapi, beberapa hari yang lalu anak saya, yang kebetulan juga psikolog, bercerita kepada saya bahwa dia diajak temannya (baca: dikejar-kejar) untuk bergabung dengan usaha dia dalam usaha tes Sidik Jari. “Lumayan,” kata temannya itu. Captive market-nya ibu-ibu yang punya anak kecil dan sekolah-sekolah. Biayanya Rp500.000 per anak.

Sebagai psikolog profesional, anak saya meragukan validitas dan reliabilitas (keabsahan dan kesahihan) tes itu. Apalagi dengan job dan statusnya yang sudah mapan dan gajinya yang sudah berlipat-lipat di atas UMR, dia tidak mau ambil risiko. Karena itu, ia minta pendapat saya. Saya langsung saja menyatakan bahwa saya pun tidak percaya, tetapi saya penasaran. Maka saya pun browsing semua jurnal psikologi (hampir seluruh dunia yang berbahasa Inggris) yang bisa diakses oleh mesin searcher dari Asosiasi Psikologi Amerika (APA) di mana saya menjadi salah satu anggotanya.

Hasilnya menakjubkan, sekira 40.000 tulisan yang mengandung kata “finger print” Langsung saya cari judul-judul yang kira-kira terkait sidik jari dalam hubungannya dengan bakat, kepribadian, atau kecerdasan anak.

Hasilnya: NIHIL! Sedangkan kalau saya gunakan kata kunci Dermatoglyphic (Dermato artinya kulit, Glyphs artinya ukiran, jadi kulit yang berukiran) ada satu keluaran, yaitu tulisan berjudul “Neurodevelopmental Interactions Conferring Risk for Schizophrenia: A Study of Dermatoglyphic Markers in Patients and Relatives”, oleh Avila, Matthew T; Sherr, Jay; Valentine, Leanne E; Blaxton, Teresa A; Thaker, Gunvant K dalam Schizophrenia Bulletin, Vol 29 (3), 2003, halaman 595- 605. Jadi tulisan yang satu ini pun hanya tentang hubungan antara gejala sakit jiwa schizofrenia (dipercaya sebagai penyakit turunan) dengan pola sidik jari (juga merupakan bawaan).

Sebaliknya, dari Google, saya mendapat banyak sekali keluaran setelah memasukkan kata kunci “sidik jari”, bahkan ada website-nya. Hampir semua bercerita tentang keilmiahan metode analisis kepribadian dengan tes Sidik Jari ini. Bahkan ada iklan promo yang menawarkan tes Sidik Jari “hanya” Rp375.000 per anak. Sisanya adalah testimoni dari orang-orang yang pernah mencoba tes yang katanya pelaksanaannya sangat mudah. Sedangkan salah satu kalimat promosi mereka adalah bahwa “Analisis sidik jari memiliki tingkat akurasi lebih tinggi daripada metode pengukuran lain. Klaim akurasi 87%”. Luar biasa kalau tes itu benar.

Kalau seorang ibu sudah mengetahui seluruh “rahasia” kepribadian anaknya melalui sidik jari anak, dia tinggal ongkang-ongkang kaki dan dia hanya perlu mengatur anaknya sesuai petunjuk hasil tes Sidik Jari, dan anaknya akan menjadi orang yang pandai, jujur, kreatif, berbakti kepada orang tua, beriman, bertakwa, dan saleh. Lebih senang lagi anggota Densus 88. Mereka tidak perlu berpayah-payah lagi. Cukup dengan memeriksa sidik jari, mereka bisa mengidentifikasi pembom bunuh diri, menangkapnya, dan memasukkannya ke penjara.

Tetapi, faktanya kan tidak seperti itu. Upaya manusia untuk mempelajari jiwa sudah berawal sejak zaman Socrates, 400 tahun sebelum masehi, dan melalui perjalanan sejarah yang panjang sekali, serta mendapat masukan dari berbagai ilmu, termasuk ilmu faal dan kedokteran, serta matematika. Wilhelm Wundt baru menyatakan, psikologi sebagai ilmu yang mandiri pada 1879 di Leipzig, Jerman (versi Amerika oleh William James di sekitar tahun yang sama di Universitas Harvard). Pascakelahirannya, psikologi berkembang terus, termasuk mengupayakan berbagai teknik dan metode untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, termasuk tes IQ, minat, sikap, bakat, emosi, dan seterusnya.

Kemajuannya sangat langkah-demi-langkah, tidak ada yang langsung meloncat, dan sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, setiap kemajuan, temuan atau kritik selalu dilaporkan dalam jurnal-jurnal dan seminar-seminar psikologi seluruh dunia. Karena itulah, langkah pertama saya adalah mengecek jurnal ilmiah psikologi untuk memastikan apakah tes Sidik Jari ini termasuk metode yang diakui dalam psikologi atau tidak. Sementara itu, teknik analisis sidik jari juga sudah berkembang sejak 1800-an. Pada 1880 Dr Henry Faulds melaporkan tentang sistem klasifikasi yang dibuatnya untuk mengidentifikasi seseorang.

Pada 1901 teknik yang disebut daktiloskopi ini digunakan di Inggris, 1902 di Amerika digunakan di kalangan pegawai negeri, 1905 di Angkatan darat AS, dan sejak 1924 mulai dipakai oleh FBI. Tetapi, semuanya untuk menentukan identitas fisik seseorang. Misalnya, apakah benar sidik jari yang ditinggalkan pelaku di TKP (tempat kejadian perkara) perampokan adalah milik si Fulan. Sebelum ditemukan sistem DNA, daktiloskopi-lah yang menjadi andalan polisi. Namun, di kemudian hari, teknik analisis Sidik Jari yang awalnya hanya untuk identifikasi fisik tampaknya berkembang menjadi teknik identifikasi psikis (kejiwaan) juga.

Ilmuwan Inggris Sir Francis Galton yang masih sepupu Sir Charlis Darwin adalah penganut teori evolusi. Dia percaya bahwa kepribadian ditentukan oleh bakat-bakat yang dibawa sejak lahir dan bakat-bakat itu terukir di sidik jari setiap orang. Maka ia menerbitkan buku Finger Prints (1888) dan memperkenalkan klasifikasi sidik jari yang dihubungkan dengan klasifikasi kepribadian. Pasca-Galton tampaknya dermatoglyphs semakin berkembang dan diyakini sebagai ilmu pengetahuan yang sahih, lengkap dengan buku-buku, dan jurnal-jurnal “ilmiah” mereka sendiri. Kalau kita cari di Google, dengan kata kunci dermatoglyphs akan keluar lebih dari 70.000 informasi, tetapi semuanya diluar komunitas ilmu psikologi.

Dengan demikian, dermatoglyphs sebenarnya pseudo science (ilmu semu) dari psikologi. Ilmu semu lain dalam psikologi yang banyak kita kenal adalah astrologi (banyak di majalah- majalah wanita dan remaja, tetapi tidak pernah ada di koran SINDO), palmistri (ilmu rajah tangan, yang ketika saya mahasiswa sering saya pakai untuk merayu mahasiswi-mahasiswi Fakultas Sastra sambil meraba-raba tangannya), numerologi (meramal atau menjodohkan orang dengan menggunakan angka-angka tanggal lahir dsb), tarrot (dengan menggunakan kartu-kartu), dan masih banyak lagi.

Semua itu mengklaim diri sebagai ilmu, lengkap dengan literatur dan teknik masing-masing, dan memang tampaknya sahih dan canggih betul (ada yang putus dari pacar gara-gara bintangnya tidak cocok). Tetapi, ada satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh semua ilmu semu, yaitu tidak bisa diverifikasi teorinya. Dalam Astrologi misalnya tidak pernah bisa dibuktikan hubungan antara singa yang galak dan bintang Leo. Apalagi membuktikan manusia berbintang Leo dengan sifatnya yang galak (banyak juga cewek Leo yang jinak-jinak merpati,loh!).

Dalam hal ilmu sidik jari sama saja. Tidak bisa diverifikasi bagaimana hubungannya antara sidik jari (bawaan) dan sifat, minat, perilaku, apalagi jodoh dan karier, bahkan kesalehan seseorang yang merupakan hasil dari ratusan variabel seperti faktor sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, lingkungan alam, dan sebagainya, walaupun termasuk sedikit faktor bawaan. Pandangan bahwa kepribadian ditentukan oleh faktor bawaan (nativisme) sudah lama ditinggalkan psikologi.

Teori yang berlaku sekarang adalah bahwa kepribadian ditentukan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Karena itu, untuk memeriksa itu diperlukan proses yang panjang (metode psikodiagnostik, assessment) dan duit yang lumayan banyak. Karenaitu, saya tidak pernah menyarankan orang untuk ikut psikotes kalau hanya untuk ingin tahu. Buang-buang duit. Tetapi lebih sia-sia lagi kalau buang duit untuk tes Sidik Jari.

SARLITO WIRAWAN SARWONO
Guru Besar Fakultas Psikologi UI

---

Kenapa banyak model2 beginian sih?

AsLan
16-05-2011, 10:12 AM
Imbas dari masyarakat kita yg kurang kritis dan kurang ilmiah, mudah dikelabui oleh Pseudo Science.

Dari dulu saya sudah memperhatikan, orang indonesia mudah ditipu oleh istilah2 yg kelihatannya ilmiah, contohnya para penggiat Tenaga Dalam, mereka suka sekali memakai istilah Enegy, Magnetism, Gelombang, Vibration, sampai2 pernah juga Kompas memuat tulisan seorang Mahasiswa yg katanya mengulas Tenaga dalam, isinya teori2 Fisika yg amburadul tapi lengkap sekali dengan berbagai istilah2 ilmiah yg dicocok2an dengan tenaga dalam, hasilnya ? banyak orang menyukainya dan percaya !

Fenomena ini mirip dengan Bank Syariah di Indonesia,
Cara kerjanya semua sistim kapitalis yg murni identik dengan bank biasa, tapi istilah2 perbankan syariah dipenuhi dengan istilah2 Arab sehingga maysyarakat tertipu dan mengira Bank Syariah dijalankan secara hukum Islam.
( http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8523232 )

Semua penipuan2 ini menggunakan metode yang sama yaitu penggunaan2 istilah2 yang memukau publik.

Alip
16-05-2011, 10:14 AM
Saya sendiri juga gak percaya... tapi karena kebetulan di playgroup tempat si kakak main diadakan tes sidiq jari secara gratis, ya ikuti aja. Gratiez overrules all:P

Hasilnya ternyata semi Briggs-Meyer, tapi cuma dua dari empat variabel yang diikutkan. Mungkin karena cuma promo kali ya? Semacam teaser.
Hasilnya, si kakak divonis Extrovert dan Intuitif, EF (btw, Bapaknya INFP:">)

Coba-coba cari korelasi genetiknya, tapi gak nyambung...

Ya udah, gak kita pakai sebagai referensi ... prinsipnya setiap keliatan nyembul satu minat... dull... langsung kita sundul:)) Kita lihat aja apa yang bertahan sampe dia gedhe.

Ronggolawe
16-05-2011, 11:08 AM
gw setuju, analisa sidik jari ini cuma bentuk lain dari "penipuan"
ala otak tengah.



Fenomena ini mirip dengan Bank Syariah di Indonesia,
Cara kerjanya semua sistim kapitalis yg murni identik dengan bank biasa, tapi istilah2 perbankan syariah dipenuhi dengan istilah2 Arab sehingga maysyarakat tertipu dan mengira Bank Syariah dijalankan secara hukum Islam
loe malah ngasih contoh Bank Syariah dengan istilah Arab,
apa thread ini mau dibawa ke diskusi agama lagi?

GiKu
16-05-2011, 11:28 AM
kalo dulu ngetop ramalan nasib/masa depan lewat garis tangan
sekarang pake alat2 elektronik

ujung2nya sama aja, konsepnya meramal nasib

MoodPecker
16-05-2011, 12:00 PM
Tes sidik jari ini kelihatannya lebih mudah diterima daripada aktivasi otak tengah ya, buktinya sudah banyak sekolah yang menawarkan program sidik jari dibandingkan aktivasi otak tengah.

Sebenarnya dari awal tes ini sudah bisa dicurigai. Pertama dari komersilnya. Tes ini sangat jor-joran dalam promosi dan harganya pun cukup mahal hanya untuk sekali tes. Mengingatkan gw pada program aktivasi otak tengah.

Isu tes ini sempat di bahas di mata kuliah Tes Inteligensi (kebetulan gw mahasiswa psikologi). Memang benar Francis Galton pernah menyatakan bahwa sidik jari bisa dilihat sebagai patokan inteligensi. Tapi masalahnya, itu terjadi seratus tahun lebih yang lalu, kenapa baru diangkat sekarang? Kalau memang dari awal sidik jari itu ampuh untuk memrediksi, mengapa tidak dari dulu saja sudah heboh?

Urzu 7
16-05-2011, 12:12 PM
Kalau memang nawarin gratis buat iseng2 yah dicoba saja, kalo disuruh bayar yah jelas jgn mau apalagi sampe ratusan ribu

beastmen85
16-05-2011, 04:52 PM
gw suka pseudo tapi ga separah ini oon'nya :lololol:

yah maklumlah, rata2 korbannya ibu2 :mikir: lagian ilmiah2-ya bikin orang percaya :nunjuk:sama aja kek gelang power balance itu :luck:

cha_n
16-05-2011, 05:32 PM
eh jangan sembarangan ya, ibu2 itu kritis lho! apalagi buat anak2nya, tapi kadang saking ingin yang terbaik beberapa kali terbawa emosi/nafsu percaya tanpa pikir2 ::elaugh::
untung ibu2 suka gosip, kalo yan digosipin hal2 positip begini bagus juga (dapet info ini dari gosip ibu2 di fb =)) )

E = mc²
16-05-2011, 06:45 PM
apakah cuma di Indonesia saja, semua seminar dan pelatihan diembel2i kata "Quantum" biar terlihat prestise dan "ilmiah", padahal isinya begituan doang?

*bener2 gak mudeng baca buku seminar gituan yg mencampuradukan antara agama/sains/psikologi/dll*

beastmen85
16-05-2011, 06:53 PM
^ quantum hikmah :nunjuk:

tezar
16-05-2011, 07:05 PM
kalo yang katanya bisa menilai tulisan tangan itu, gimana?

E = mc²
16-05-2011, 07:13 PM
^ itu mah emang ada ilmunya. Grafologi. Tapi yg ini murni bagian ilmu psikologi

beastmen85
16-05-2011, 07:17 PM
kalo yang katanya bisa menilai tulisan tangan itu, gimana?

coba analisis gratis aja gan, Graphology, tapi ini ada di situs klenik
coba den gan http://static.kaskus.us/images/smilies/s_sm_maho.gif


http://truthstar.com/graphology/free_graphology.asp

keremus
16-05-2011, 07:20 PM
Pernah nongkrong di Stand Sidik Jari ini. Harganya jutaan kan.

Melibatkan psikolog segala.

AsLan
17-05-2011, 01:41 AM
Tulisan tangan itu bisa dianalisa karena : Tulisan itu hasil dari kerja otak.
Sama seperti kita menilai kepribadian seseorang dari keadaan kamarnya, caranya berpakaian, caranya bicara, caranya bekerja dst... Semua itu sangat logis.

Tapi Sidik jari itu apa hasil kerja otak ?
Sama seperti menilai kepribadian seseorang dari tubuhnya, misalnya pernah ada yg bilang bahwa wanita yg "bungkuk udang" itu nafsunya besar wkwkwwk... (tapi ini masih ada sedikit logika loh... karena bungkuk dan nafsu itu 2-2 nya urusan fisik, tapi kalau fisik dipakai untuk menilai psikologi itu lebih aneh)

cha_n
22-05-2011, 10:32 AM
Quote of the month :


Gratiez overrules all

wkwkwkwk...

Lagi heboh nih diskusi di tempat gosip ibu2, ttg masalah ini.
Masih ada yang ngotot PRO sidik jari ini, karena merasa cocok dengan hasilnya

ndableg
22-05-2011, 05:39 PM
mengetahui kepribadian anak lewat sidik jari? Kalo kepribadiannya jelek menurut sidik jari gimana? mau dibunuh anaknya? Ato dipotong aja jarinya.

anak ndiri kok jadi experiment..

Alip
22-05-2011, 07:22 PM
Lagi heboh nih diskusi di tempat gosip ibu2, ttg masalah ini.
Masih ada yang ngotot PRO sidik jari ini, karena merasa cocok dengan hasilnya

Ya wajar saja, Chan, soalnya

variabel yang diuji cuma dua dengan dua kemungkinan hasil, jadi ada 25% kemungkinan bener
persepsi, ibu-ibu melihat apa yang ingin mereka lihat pada anaknya


Hasil tes si kakak saya rasa cocok di variabel 'intuitif', tapi saya agak ragu soal 'ekstrovert'... bisa jadi saya memroyeksikan keinginan saya sendiri pada si kakak:mikir:, secara bapaknya introvert :luck:


Kalo kepribadiannya jelek menurut sidik jari gimana? mau dibunuh anaknya? Ato dipotong aja jarinya

Khan hasilnya berupa empat dikotomi skala MB (http://en.wikipedia.org/wiki/Myers-Briggs_Type_Indicator"), bleg, gak bakal ada yang jelek.:luck:

AsLan
22-05-2011, 09:51 PM
Intinya masyarakat kita masih mudah ditipu oleh istilah2 yg hebat2...

ancuur
22-05-2011, 10:33 PM
http://static.republika.co.id/uploads/images/headline/sidik_jari_100528120306.jpg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kecerdasan anak bisa dibentuk dengan memberikan stimulus yang tepat sasaran bersumber pada pengenalan bakat dan gaya belajar. Pertanyaannya, sejauh mana orang tua mengenal bakat dan gaya belajar si kecil?

Pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dwi Putro Widodo mengatakan stimulus diperlukan si kecil guna menghadirkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan otaknya.

“Pada usia dua tahun, anak memiliki dua proses penting. Pertama, pertumbuhan sel otak dan kedua, pendewasaan sel otak,” tukasnya saat berbicara dalam acara Analis Sidik Jari Cerdas Frisian Flag di Jakarta, Kamis (26/5).

Dwi menyebut dalam dua tahun itum komposisi otak anak meningkat secara drastis. Paska kelahiran, volume otak si kecil mencapai 200 gram dan naik pesat menjadi 1000 gram pada usia dua tahun. Sementara, volume otak pada usia remaja hingga dewasa mencapai 1200 gram.

Peningkatan volume otak ini merupakan fase dimana otak butuh stimulus untuk mendapatkan optimalisasi kemampuan kinerja otak si kecil. Dwi menuturkan, apabila momen pertambahan volume otak tidak diberikan stimulus memadai maka perkembangan kinerja sel saraf dan sinanpsi (jaringan penghubung saraf) tidaklah berfungsi maksimal.

Penurunan daya ingat ini, kata Dwi, akan berdampak pada kemampuan anak untuk menyerap pengetahuan dan pengalaman. Akibatnya anak bakal mengelami kesulitan untuk berkembang .”Anak yang makin sering distimulus jaringan sinapsisnya akan kuat dan bertahan lama. Semakin cerdas anak maka makin kuat kemampuan mengingatnya,” tukasnya.

Ia menambahkan, proses belajar berdasarkan pengulangan dapat terbentuk memori jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.

Orangtua disarankan, memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk belajar dengan menyediakan rangsangan motorik pada usia satu tahun pertama. “Otak adalah ciptaan tuhan dan kecerdasan ciptaan kita sendiri melalui pemberian stimulasi nutrisi dan non nutrisi,” pungkasnya.

Metode Pengukuran

Sejatinya pengenalan bakat dan minat anak telah dikenal dalam dunia psikologi. Salah satunya melalui tes penelusuran minat dan bakat atau yang dikenal dengan nama psikotes. Kini, psikotes bukanlah satu-satunya metode yang digunakan untuk menelusuri minat dan bakat anak. Metode lain itu adalah metode sidik jari atau finger prints analysis.

Metode sidik jari adalah metode pengukuran dengan pemindaian (scanning) sidik jari anak untuk mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak. Analisa sidik jari didasari penelitian dan metode yang ilmiah yang bersifat analisis deskriptif atau perkiraan potensi bakat yang dimiliki seseorang dan pengembangannya di masa depan.

Pakar bidang ilmu dermatologi dan neuroanatomi telah menemukan fakta penelitian bahwa pola sidik jari bersifat genetis dan telah muncul ketika janin dalam kandungan berusia 13-24 minggu.

Pola guratan-guratan kulit pada sidik jari ternyata diketahui memiliki keterkaitan dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak. Kerena itu, para pakar berasumsi adanya bukti ilmiah yang menunjukan keterkaitan antara sidik jari dengan kualitas, bakat dan gaya seseorang.

“Penggunaan metode sidik jari dimaksudkan untuk membantu para orangtua lebih mudah dalam memahami potensi tersebut. Dengan mengenali bakat anak lebih dini, orangtua lebih mudah dalam memberikan stimulus dan pengarahan yang tepat," kata pakar psikologi, Efnie Indrianie.

Ia menjelaskan, saat ini banyak orangtua dan guru yang kesulitan berinteraksi dengan anak sehingga meminta anak untuk belajar bukanlah hal yang mudah. Tak jarang pula orangtua memaksakan anaknya mengikuti kegiatan les yang tidak diminati anak.

"Dengan memahami potensi bakat anak, orangtua dapat mengetahui cara terbaik yang dapat dilakukan anak dalam belajar. Selain itu, bakat anak yang menonjol juga dapat dikembangkan dengan tenaga dan biaya, serta dalam waktu yang lebih efisien," papar Efnie.

Selain metode analisis sidik jari, ada beberapa metode lain untuk mengukur kepribadian seseorang, yakni metode psikometri yang mengukur kondisi psikologis seseorang dari aspek perilaku yang dimunculkan. Misalnya, tes IQ, tes bakat minat, tes kepribadian, grafologi, dan tes gambar

sumber (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/10/05/28/117533-sidik-jari-bisa-kenali-bakat-dan-kemampuan-anak-)

sumber lain..

http://lh4.ggpht.com/_OgkmcWupqFE/TG1eDD5-MoI/AAAAAAAAA-g/Xq0sG5eubFI/logo.png (http://www.faktailmiah.com/2011/04/26/sidik-jari-dan-bakat-anak.html)

AsLan
23-05-2011, 12:47 AM
Pola guratan-guratan kulit pada sidik jari ternyata diketahui memiliki keterkaitan dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak.

Ini dia kalimat yg sulit dipertanggung jawabkan, Dr Sarlito dan banyak Psikolog sudah mencari data penelitian hal ini tapi tidak menemukannya.

deddy
23-05-2011, 09:08 AM
Ia menjelaskan, saat ini banyak orangtua dan guru yang kesulitan berinteraksi dengan anak sehingga meminta anak untuk belajar bukanlah hal yang mudah. Tak jarang pula orangtua memaksakan anaknya mengikuti kegiatan les yang tidak diminati anak.

iya saat ini kan banyak orang pinter, termasuk yang membuat ramalan melalui sidik jadi ini ....

aku rasa orang tua lebih tahu karekter anaknya dr pd melalui ramalan ini.....

putu_138
23-05-2011, 12:17 PM
ini sidik jari kan yg lagi gembar gembor di promosiin ama salah satu susu anak kan ::elaugh::

cha_n
23-05-2011, 12:31 PM
Ya wajar saja, Chan, soalnya

variabel yang diuji cuma dua dengan dua kemungkinan hasil, jadi ada 25% kemungkinan bener
persepsi, ibu-ibu melihat apa yang ingin mereka lihat pada anaknya


Hasil tes si kakak saya rasa cocok di variabel 'intuitif', tapi saya agak ragu soal 'ekstrovert'... bisa jadi saya memroyeksikan keinginan saya sendiri pada si kakak:mikir:, secara bapaknya introvert :luck:

Nah coba baca artikel di atas, gimana ga mau percaya, artikelnya bilang tes sidik jari itu benar, bagus, ilmiyah, diklaim "pakar psikologi" yang ngomong

termasuk pembohongan publik ga sih nih??

BundaNa
23-05-2011, 02:28 PM
dulu pas main2 ke taman pintar jogja pernah ditawarin buat test sidik jari si kakak, cuman saya males karena musti balik lagi ke jogja buat ngambil dan harganya mending buat beli beras berkarung2 dan protein hewani si kakak, jelas buat menstimulasi perkembangan otak :))

Kemudian saya berdiskusi sama guru PG naomi tentang psikotest dan test sidik jari ini. Memang psikotest juga tidak bisa jadi andalan 100%, tapi setidaknya jadi acuan. Gimana dengan test sidik jari? gurunya tidak merekomendasikan karena setiap anak, meski dengan guratan yang sama punya karakter berbeda2 tergantung dari stimulasi dan asupan nutrisi yang diterima.

Jadi saya pun mengabaikan test sidik jari ini, setelah diangkat di sini (isunya udah lama banget, Naomi masih PG, setaun yang lalu). Sekolah Naomi lebih suka pake jasa psikotest yayasan Grahita Indonesia (weits promosi). Menurut mereka, sampai usia 6 tahun anak mengalami perubahan IQ maupun EQ dan minat bakat yang kadang kala naik drastis atau mundur drastis. Jadi test minat bakat pun bisa dilakukan maksimal setahun sekali untuk mengechek saja, karena yang tahu anak adalah ortu dan guru sendiri. Mengenai perubahan drastis itu Naomi mengalami sendiri...dari IQ standart normal taun yang lalu, tahun sekarang menjadi superior...jadi kemungkinan taun depan kembali ke normal atau jenius bisa saja terjadi, tergantung stimulasi dan asupan gizi serta faktor genetis. Dan btw, IQ itu cuma menyumbang 10% dari keberhasilan si anak dalam pendidikannya. Yang dominan justru pola belajar dan stimulasi loh...jadi apa gunanya test sidik jari yang katanya cukup dilaksanakan sekali seumur hidup?

Alip
23-05-2011, 04:51 PM
Nah coba baca artikel di atas, gimana ga mau percaya, artikelnya bilang tes sidik jari itu benar, bagus, ilmiyah, diklaim "pakar psikologi" yang ngomong
termasuk pembohongan publik ga sih nih??

Termasuk hoax publik :luck: mungkin perlu masuk acara mythbuster:lololol:

Saya sendiri sih kalo lagi pas ngobrol sama para ibu-ibu, ngomongnya selalo gini, "lah, memangnya siapa yang lebih paham soal anak kita? Siapa yang menghabiskan waktu delapan belas jam sehari sama mereka (yang empat jam sisanya kita ketiduran)? siapa yang diceritain mereka soal cita-cita dan ketakutan mereka?"

Masak mau lebih percaya sama tes macem-macem ketimbang pengamatan kita sendiri bertaon-taon?


Mengenai perubahan drastis itu Naomi mengalami sendiri...dari IQ standart normal taun yang lalu, tahun sekarang menjadi superior...jadi kemungkinan taun depan kembali ke normal atau jenius bisa saja terjadi, tergantung stimulasi dan asupan gizi serta faktor genetis.

Lebih dari itu saja Bunda, alat ukur psikologi juga memiliki nilai reliabilitas yang bervariasi, makanya biasanya digabung satu sama lain untuk membuahkan hasil yang bisa dipercaya. Jadi selain faktor subyek testee-nya, ada faktor-faktor lain yang bersifat teknis yang mempengaruhi hasil tes, misalnya metode scoring dan interpretation si psikolognya, kondisi testee pas lagi melaksanakan tes, dan macem-macem. Jadi tetap saja hasil tes itu sebagai pendamping dari pengamatan kita sendiri, jangan mau terperangkap oleh berhala yang disebut psikotest.:luck:

cha_n
23-05-2011, 07:04 PM
Termasuk hoax publik :luck: mungkin perlu masuk acara mythbuster:lololol:

Saya sendiri sih kalo lagi pas ngobrol sama para ibu-ibu, ngomongnya selalo gini, "lah, memangnya siapa yang lebih paham soal anak kita? Siapa yang menghabiskan waktu delapan belas jam sehari sama mereka (yang empat jam sisanya kita ketiduran)? siapa yang diceritain mereka soal cita-cita dan ketakutan mereka?"

Masak mau lebih percaya sama tes macem-macem ketimbang pengamatan kita sendiri bertaon-taon?
beberapa emak ngomong macam ituh, cukup percaya diri dan banyak cari info tentang psikologi anak,
emak2 yang lain, yang merasa frustasi (errr mudah2an orangnya ga baca, bisa dilempar nih bilang dia prustasi) menangani anak yang diasuhnya, trus ikutan tes ini itu...
merasa bahwa uang untuk tes yang kepake adalah investasi, ga masalah supaya masalh anak terpecahkan... maka ketika disodorkan informasi bahwa sidik jari ini hoax, merasa sedikit terpukul, apalagi dah ngeluarin duit :D



Lebih dari itu saja Bunda, alat ukur psikologi juga memiliki nilai reliabilitas yang bervariasi, makanya biasanya digabung satu sama lain untuk membuahkan hasil yang bisa dipercaya. Jadi selain faktor subyek testee-nya, ada faktor-faktor lain yang bersifat teknis yang mempengaruhi hasil tes, misalnya metode scoring dan interpretation si psikolognya, kondisi testee pas lagi melaksanakan tes, dan macem-macem. Jadi tetap saja hasil tes itu sebagai pendamping dari pengamatan kita sendiri, jangan mau terperangkap oleh berhala yang disebut psikotest.:luck:

aku inget jaman sekolah dulu (SMA kalo ga salah) "dipaksa" tes psikologi, untuk menentukan minat bakat (dengan bayaran tertentu, wajib)
padahal ga penting banget buat beberapa orang (termasuk diriku) aku udah tau kok minat dan bakatku... kadang uang berbicara :D

tes psikologi selanjutnya pas ikutan tes2 masuk kerja, entah apa yang dicari... masih blm mengerti. Kata-nya tes2 macam ini juga bisa dimain2kan, ada trik2nya untuk pilih2 mana yang sebaiknya dipilih untuk bisa diterima kerja

BundaNa
25-05-2011, 10:48 AM
he eh...apa jangan2 psikolog gak penting ya? *dipentung*

kandalf
25-05-2011, 11:08 AM
Sebagai mantan anak kecil yang beberapa kali dites psikologi, aku baik-baik aja. Malah senang tiap kali tes karena ada soal-soal unik-unik, kayak tebak-tebakan atau main teka-teki.
Tapi gak senang kalau kemudian orang tua pakai hasil tes buat menentukan keputusan.. hmph.

etca
25-05-2011, 07:49 PM
Hmm terus terang saya pengin tau pandangan dari psikolog itu sendiri mengenai tes sidik jari ini.
Adakah kenalan anak KM?

Alip
25-05-2011, 09:36 PM
Pandangan psikolog sih beragam... ada yang kayak Prof. Sarlito, bingung cari referensi dan gak ketemu ... ada juga yang tertarik sama bagian duitnya, nyatanya ikutan buka franchise :facepalm:


Yang saya kenal sih menganggap ini pseudo-science alias psiko-pop...

BundaNa
26-05-2011, 10:27 AM
psiko-pop sampe jutaan rupiah...yang tes minta bakat konvensional cuma makan 75rebu duang...bandingannya jauh amat

AsLan
27-05-2011, 10:14 AM
Kalo yg berikut ini ada dasar ilmiahnya, korelasi panjang jari manis dan jari telunjuk... :

http://www.viewzone.com/finger1.jpg

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/af/Hand_zur_Abmessung_2D4D.jpg/220px-Hand_zur_Abmessung_2D4D.jpg

Sayangnya penelitian ilmiah semacam ini kemudian menimbulkan interpretasi yg kebablasan, yg tidak lagi ilmiah seperti ini :

http://www.viewzone.com/homohands.jpg

etca
29-05-2011, 03:32 PM
Ini saya copas dari FB,
pendapat salah satu pelanggan di sini yang kebetulan seorang psikolog,
sayangnya mungkin beliau lupa passwordnya di kopimaya atau bagaimana.. ya dunno.
wong sampun sepuh :)

tapi yang disampaikan beliau ini, bisa menambah wawasan kita :

"Ilmu" untuk mempelajari sifat2 manusia memang sudah lama ada.
Dalam budaya saya (budaya Jawa) dikenal "Ngelmu Katurangga".
Dulu bangsawan Jawa senang dengan kuda, maka para budayawan Jawa "menyelidiki" sifat2 kuda berdasar ciri2 fisiknya
mis. dari bentuk kukunya, tracak (cetakan kuku pada tanah)
dan ciri2 fisik lainnya untuk memilih kuda yang baik (Turangga=kuda).

Ilmu ini lalu diterapkan juga pada perkutut (katurangganing perkutut) bahkan pada manusia terutama wanita (katurangganing wanita)
mis. yang terkenal kalau punggung wanita agak bungkuk (bungkuk udang) nafsu seksnya besar.
Saya kira pada bangsa2 lain spt China, India juga terdapat "Ilmu" yang mirip itu.
Bahkan dalam khazanah pustaka Islam dikenal "Ilmu" itu yang dinisbatkan kepada Imam Syafi'i.
Orang Jawa (Islam) kalau bilang seseorang kurang baik sifatnya dikatakan Iman Sopinginya kurang baik.

Saya sependapat dengan Prof. Sarlito Wirawan
bahwa sifat seseorang dibentuk oleh lingkungan, pendidikan dan pengalaman hidup.
Tetapi saya juga percaya teori bakat yang mempengaruhi sifat seseorang.
Yang perlu diingat adalah "Bahwa tidak ada satu teoripun yang sifatnya DETERMINISTIK.
Semua yang terjadi di alam ini sifatnya PROBABILISTIK".

AsLan
29-05-2011, 04:58 PM
Yang perlu diingat adalah "Bahwa tidak ada satu teoripun yang sifatnya DETERMINISTIK.
Semua yang terjadi di alam ini sifatnya PROBABILISTIK".

Kalimat ini gak boleh ditetapkan pada semua ilmu, nanti jadinya orang merelatif kan segala sesuatu.
Lebih tepat kalau kalimat tersebut diterapkan pada teknik2 pembacaan sifat manusia saja.

Alip
29-05-2011, 08:11 PM
'kan namanya juga teori, Lan... sesuai definisinya, suatu teori bukan hal yang deterministik. Dia bisa berubah atau ditolak samasekali bila kemudian ada penjelasan-penjelasan atau fenomena baru yang tidak konsisten dengan teori tersebut.

Saya juga percaya pada teori tentang bakat yang diturunkan melalui kode genetik, seperti halnya bawaan lahiriah. Cuma bahwa penampakan fisik tertentu bisa mencerminkan pembawaan tertentu, kok kayaknya cenderung nggak percaya.

Dulu di kampus kita pernah bikin penelitian soal watak dihubungkan dengan penampakan-penampakan lahiriah tertentu. Jadi orang-orang yang punya penampilan tertentu kita tes kepribadiannya. Ternyata hasilnya tidak ada korelasi signifikan... begitu pula dengan tanggal kelahiran, shio, zodiak, dan sejenisnya...

Tapi ya maklum, penelitian seru-seruan dengan sampling yang kurang banyak (kocek urunan kantong mahasiswa yang niatnya memang cuma menyalurkan hobi meneliti) :luck:

Mariana
04-01-2012, 02:44 PM
Sharing pengalaman pribadi saya dan teman-teman, kadang kala kita merasa tidak mengenali anak kiita sepenuhnya. Ketika si kecil tidak mau belajar menulis, kekesalan memuncak dan akhirnya anak akan terkena hukuman. Hukuman yang mereka jalani, entah fisik atau kata-kata kasar, yang tentunya tidak disengaja yang diakibatkan oleh rasa kekesalan kita yang memuncak, membuat si kecil merasa sedih - tentunya, dan ada satu lagi yang tidak kita sadari. kita telah melakukan kekerasan kepada si anak.

"Nak, kamu bodoh sekali sihhhh menulis huruf A saja tidak bisa-bisa, ah payah kamu. Mama tidak mau belajar bersama kamu lagi."

"Semua teman kamu bisa, kalau kamu tidak bisa-bisa, Mama akan jewer kamu."

Di lain pihak, tahu tidak sih ternyata anak itu memang seperti itu sejak lahir? Kemampuan alami yang anak kita miliki, kelemahan dan kelebihan nya, baik dan buruk anak itu, ternyata tidak semuanya kita tahu.

Untuk kasus di atas, motorik halus anak itu kurang begitu baik. Kemampuan tersebut memang sudah lemah secara alami, dan kita pun dapat mengetahui apakah kemampuan tersebut masih dapat dikembangkan atau tidak.

Kuncinya hanya satu, kesabaran. Untuk anak seperti itu, kiita hanya bisa mengulang, mengulang, dan mengulang lagi, menambah alat-alat yang dapat membuatnya lebih baik lagi, seperti pencil yang dikhususkan untuk anak yang baru mulai belajar menulis, dll.

Pasti banyak yang bertanya-tanya, kok bisa tahu sih??

Awalnya karena cerita teman yang anaknya baru selesai ikutan fingerprint test. Saya pikir, wah canggih sekali yah sekarang lewat sidik jari aja dapat diketahui talenta, potensi dan kelemahan mereka. Berkat rekomendasi teman saya tersebut, saya cari informasi dan ikutan juga, dan hasilnya 120% benar-benar anak saya banget. Jujur, sampai terheran-heran juga setelah mendengar hasil yang sudah dibacakan.

Fingerprint test yang saya pakai : Wonderful Minds. Coba deh browsing. Agak mahal memang, tapi setelah ingat Patent nya dari Amerika, worth it juga lah karena hasilnya pun nggak akan berbeda seumur hidup. Jadi ibarat sekali test seumur hidup.

Selamat mencoba teman-teman ;)

GiKu
04-01-2012, 02:50 PM
apa bedanya dengan konsep ramal-meramal ?

Mariana
04-01-2012, 02:57 PM
nah awalnya juga saya pikir ini ilmu ramal,tapi katanya sih fingerprint ini nggak berubah seumur hidup, jadi memang udah bawaan orok. kalo ramalan yang dilihat kan garis tangan nya, kalo garis tangan bisa berubah-ubah.

alat yang dipakai juga software yang udah dapet paten dari US. jadi beda sama ramalan.

cha_n
04-01-2012, 02:57 PM
ini pseudo science kan?
pernah dibahas dimana ya? *ubek2 file*

ahaaa ketemu http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php?1387-Sidik-Jari&highlight=finger+print, saya gabung aja okehh

GiKu
04-01-2012, 02:59 PM
iya, ini sudah pernah dibahas di forum ini juga (sudah lama sekali)

Ronggolawe
04-01-2012, 03:27 PM
seperti otak tengah, gw punya teman yang bisnis
beginian, lumayan satu anak 450rb/konsultasi.

ujung-ujungnya si anak cuma disarankan rajin be
lajar dan orang tua harus perhatikan tumbuh kem
bang si anak.

Mariana
04-01-2012, 03:31 PM
dalam segala sesuatu memang ada yang pro dan kontra. tapi saya welcome sekali dengan tes sidik jari. saya sendiri bahkan ikut mencoba, dan memang ternyata hasilnya sangat mewakili saya.

untuk masalah penelitian dari tahun 1800-an, pasti kan setelah hasil dalam penelitian tersebut ditemukan, masih banyak penelitian-penelitian tambahan yang menyempurnakan penelitian sebelumnya.

mungkin lebih baik memilah-milah tempat fingerprint test yang tepat. lihat dulu kredibilitas dan software yang digunakan.

setelah diketahui hasilnya, orang tua dan anak pasti bisa menjalin komunikasi dengan lebih baik lagi.

cha_n
04-01-2012, 03:41 PM
yang dipermasalahkan sepertinya apakah benar metode ini ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya?

Agitho_Ryuki
04-01-2012, 06:26 PM
Kayaknya hanya permainan database....

dukungjujur
16-02-2012, 08:56 AM
penipuan modus baru
hanya berdasarkan OmDo dengan bukti palsu
:(

lily
20-06-2013, 09:51 AM
jadi fingerprint test itu ga akurat ???

soalnya barusan saya googling cari tempat fingerprint buat O di Surabaya.

pas O usia di bawah setaon , saya sempat ikutin dia fingerprint test sih , soalnya kan saya kerja di majalah parenting gitu , trus ada kerjasama ama produk susu yang ngadain fingerprint test. ya saya ikutin yang simple dan gratis.

kalo mo yang lebi lengkap harus bayar ato beli produk susu.

temen saya ada yang ikutin anaknya di luar , bayar 3 juta ::ungg::

---------- Post Merged at 08:51 AM ----------

ada juga kan Profesor sapa gitu , bisa baca aura anak. jadi ketemu dia face to face , trus Prof ini gambar langsung di paper , aura anak kita.

murah sih , bayar 100 ribu doang , tapi antrinya males ::grrr::

ndugu
20-06-2013, 09:53 AM
trus, si O diramalkan apa dari fingerprintnya? :cengir:

lily
20-06-2013, 09:58 AM
lha justru itu gu , saya lupa ::ngakak2:: , makanya saya berencana ikut fingerprint test lagi , cuma abis baca ini , jadi ragu ::ungg::

Shaka_RDR
20-06-2013, 10:27 AM
survey ah...
bagi yg sudah ikutin anaknya di program sidik jari ini berapa banyak ibu2 dan berapa banyak bapak2 ?
klo ibu2, apa sudah minta izin sama si bapak ?


gw melihat banyak ibu2 yg lebih tertipu beginian dibandingkan bapak2.
ada banyak alasan sih, tapi salah satunya ya karena bapak2 jarang turut andil dalam ngurusin anak.

lily
20-06-2013, 10:39 AM
saya ikut , ga ada Papanya sih. kan saya ngurusin sendiri.

soalnya pria lebi mikir pake logika.

Shaka_RDR : ko kan bisa buat program fingerprint ya ?

kupo
20-06-2013, 10:39 AM
saya kok ga percaya dengan model kayak ginian,
jadi ingat kasusnya metode pengaktifan otak tengah... penipuan murni...::grrr::

Shaka_RDR
20-06-2013, 10:42 AM
saya ikut , ga ada Papanya sih. kan saya ngurusin sendiri.

soalnya pria lebi mikir pake logika.

@Shaka_RDR (http://www.kopimaya.com/forum/member.php?u=922) : ko kan bisa buat program fingerprint ya ?

nope ;D
i'm not going to re-invent the wheel.

ngapain gw buat klo sudah ada API yg beredar dimana2. lagian permasalahan utama itu di hardware koq, bukan di software. klo software utk beginian mah bisa random aja.
ga percaya ? coba deh ke tempat cek sidik jari yg sama, tapi temui orang yg berbeda. liat aja apakah hasilnya sama atau kaga.

seumur hidup cukup sekali toh ? tentu aja dibilangin kaya gini, soalnya biar ga ketahuan boongnya ;D

second_life
20-06-2013, 10:53 AM
nah awalnya juga saya pikir ini ilmu ramal,tapi katanya sih fingerprint ini nggak berubah seumur hidup, jadi memang udah bawaan orok. kalo ramalan yang dilihat kan garis tangan nya, kalo garis tangan bisa berubah-ubah.

alat yang dipakai juga software yang udah dapet paten dari US. jadi beda sama ramalan.
berubah juga. coba deh kalu org yg bersangkutan bertambah gemuk. ga usah terlalu banyak, kira2 sekitar 7-10 KG aja tambahnya.
mesin finger print buat absen suka jd ga bisa ngenalin karena dianggapnya berubah lho ;D
*pendapat dan survey dari beberapa ibu2 yg ngalamin susah absen pas hamil gede

lily
20-06-2013, 11:14 AM
hmmm gitu ya...

kalo berdasarkan info selama ini , fingerprint test untuk tau karakter anak dan mengarahkan anak ke minat dan bakatnya yang sesuai hasil fingerprint.

saya sendiri masi fifty - fifty , not sure about this. tapi abis baca pendapat di atas yang hampir semua ga yakin , ya ga jadi deh hahahaha... mahal sih soalnya ::hihi::

cherryerichan
20-06-2013, 11:24 AM
di google play ada sih app finger print. hampir 80% akurat. tapi klo dipikir2 banyak kesamaan dg orang yg bulan lahirnya sama. apa mungkin dia bikin berdasarkan shio/ zodiac aja, g tahu. karena di app itu jempol kita jg ikut di scan.
saya mikir, nih boongan apa beneran karena ada aja yg sesuai sama karakter kita. klo cuma mo have fun aja, g rugi donlot. kl udah semua anggota keluarga nyoba, bisa uninstall.

lily
20-06-2013, 11:28 AM
hahahaha mau dong coba bun , gimana caranya ? ::ungg::

Shaka_RDR
20-06-2013, 11:34 AM
google play ?
akurat dari hongkong ::ngakak2::

sejak kapan ada device android punya alat utk baca fingerprint ?
bahkan pakai kamera sekalipun sulit untuk mendeteksi fingerprint atuh.
itu mah cuma app utk pranks dan iseng2 doank

cherryerichan
20-06-2013, 11:37 AM
kan udah disebutin diatas, cuma bwt have fun.

---------- Post Merged at 10:37 AM ----------


hahahaha mau dong coba bun , gimana caranya ? ::ungg::cari aja app analisa sidik jari di google play.

BundaNa
20-06-2013, 12:56 PM
wah membangkitkan thread lama ;) tahukah anda, test2 macam begitu cuma utk m'gali minat bakat dan kemampuan anak, sumbangan keberhasilan utk anak cuma 10%. justru stimulasi, support ortu dan kemauan utk belajar yg menyumbang lebih besar keberhasilan anak

Bi4rain
09-07-2013, 05:31 PM
pernah diutus ke seminar sidik jari, dan saat itu I highly doubt this method, karena logika ga menemukan benang merah antara sidik jari dengan pengetahuan minat, bakat, kemampuan, dan terlebih lagi kesehatan mis: resiko kesehatan yang berpeluang pada individu tsb (data kesehatan ini yang lebih menarik minat, andaikata akurat maka bisa mengenali resiko dan mengambil langkah pencegahan antisipasi penyakit). Makanya saya dekati si pembicara (seorang kepala sekolah kota X) yang meyakinkan bahwa 2 anaknya (yang kini sudah remaja) mengambil test tsb, dan menurutnya akurat. Bahkan sesekali dia akan mengacu kembali pada buku hasil tes. I just don't know what to think back then.
ternyata jalan-jalan, ketemu thread yang sudah pernah dibahas metode finger print...........

khomar
15-09-2013, 08:42 AM
Saya melihat semua orang yg komen disini tidak ada yang mau membuka mata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Termasuk SARLITO !!! Orang jaman dulu (JADUL) yg merasa paling hebat didunia Psikologi...
Perlu diingat bahwa ILMU PENGETAHUAN selalu berkembang, terserah kepada anda anda yg tdk mau membuka mata terhadap kemajuan ILMU.
Saya mempelajari referensi dunia ttg ilmu sidik jari / dermatoglipik, ternyata sdh dilakukan ratusan tahun yg lalu dan selalu berkembang... sampai dibuatkan software khusus untuk ilmu ini.

Sekarang kembali kepada kita semua, secara LOGIKA sangat dapat diterima bahwa sidik jari ada hubungan langsung dengan otak, terbukti bahwa anak anak yg memiliki kemampuan kurang (ideot) memiliki kombinasi jenis sidik jari yang sama.

PERMANDYAN
15-09-2013, 08:56 AM
Saya melihat semua orang yg komen disini tidak ada yang mau membuka mata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Termasuk SARLITO !!! Orang jaman dulu (JADUL) yg merasa paling hebat didunia Psikologi...
Perlu diingat bahwa ILMU PENGETAHUAN selalu berkembang, terserah kepada anda anda yg tdk mau membuka mata terhadap kemajuan ILMU.
Saya mempelajari referensi dunia ttg ilmu sidik jari / dermatoglipik, ternyata sdh dilakukan ratusan tahun yg lalu dan selalu berkembang... sampai dibuatkan software khusus untuk ilmu ini.

Sekarang kembali kepada kita semua, secara LOGIKA sangat dapat diterima bahwa sidik jari ada hubungan langsung dengan otak, terbukti bahwa anak anak yg memiliki kemampuan kurang (ideot) memiliki kombinasi jenis sidik jari yang sama.

adakah referensi sebagai roedjoekan oentoek kasoes jang diatas...(?)

etca
15-09-2013, 08:59 AM
Saya mempelajari referensi dunia ttg ilmu sidik jari / dermatoglipik, ternyata sdh dilakukan ratusan tahun yg lalu dan selalu berkembang.
coba dijabarkan di sini ttg ilmu sidik jari / dermatoglipik itu bagaimana... . :)

cha_n
15-09-2013, 10:43 AM
kalau memang ini adalah ranah ilmu yang beneran ilmiah (bukan pseudoscience), silakan referensi jurnal ilmiahnya, supaya kita semua sama2 terhibur, eh maksud saya sama2 teredukasi terkait si sidik jari ini.

tuscany
15-09-2013, 11:47 AM
Ngangkat tret lama sambil langsung ngamuk2 ::elaugh::
Post pertama pula