PDA

View Full Version : Bandung dibilang "the City of Pigs"!!!



ga_genah
04-02-2014, 10:53 AM
ini berita sepertinya bikin kebakaran jenggot *kalo yg punya jenggot* atau malah bikin yg baca sembunyi dibalik pohon tomat


Penuh Sampah, Bandung Dibilang "The City of Pigs"

KOMPAS.com — "Bandung, kota tempat orang berpikir bahwa daging babi dianggap terlalu kotor untuk dimakan, tetapi orang-orangnya hidup dalam lingkungan yang lebih kotor dari babi."
Itulah kalimat pembuka sebuah tulisan berjudul "Bandung, the City of Pigs" yang detik ini sedang di-retweet oleh banyak pengguna Twitter.
Tulisan itu termuat di blog venusgotgonorrhea.wordpress.com itu ditulis oleh warga Bulgaria yang kini tinggal di Bandung, bernama Inna Savova.
Dalam tulisan itu, Savova mengeluhkan betapa Bandung dipenuhi oleh sampah, sementara warganya tidak peduli dan tetap merasa nyaman hidup di lingkungan kotor itu.

Tempat sampah yang tak digunakan
Savova menuliskan, ada banyak tempat sampah berbahan logam yang disediakan, berwarna hijau untuk organik, dan putih untuk anorganik.
Namun, bukannya justru memakainya, warga golongan pertama justru merusak dan menjual logam bahan tempat sampah itu.
Mengetahui perilaku warga, pemerintah kota berupaya untuk mencegah perusakan dengan menambahkan semen cor saat menaruh tempat sampah itu.
Namun, warga yang "lebih aktif", tulis Savova, tak kehilangan akal. Mereka tetap merusaknya dengan kemarahan.
Ada juga warga yang disebut Savova "tak terlalu bersemangat", yang memilih membawa kantong plastik ke rumah.
Warga lain yang disebutnya "pasifis" memilih untuk membuang sampah sembarangan di lokasi yang berdekatan dengan tempat sampah atau di jalan dan di sekitar rumah.
"Berubah menjadi sampah yang membusuk, bau, membentuk tumpukan lendir, di tempat yang digunakan anak-anak untuk bermain," tulis Savova.

Taman yang penuh sampah
Savova mengajak anaknya berjalan-jalan ke taman dekat sebuah kantor pemerintah. Ia menyebutnya "Grumpy Scientist Place", alih-alih tak ingin menyebut nama tempat sebenarnya.
Pada hari kerja, taman itu hanya berisi orang paruh baya. Namun, pada akhir pekan, ada banyak anak muda yang menghabiskan akhir pekan dengan "work out" alias makan.
Pada suatu Selasa, Savova mengunjungi taman itu dan menjumpai betapa tempat tersebut dipenuhi oleh sampah.
"Tempat itu ditutupi oleh sampah, cup mi instan, botol air minum, kotak jus dan usus, bungkus permen, semua jenis plastik, dan beberapa pasang sandal tak berpemilik," tulis Savova.
Adanya sandal yang tak berpemilik membuat Savova heran. "Saya tak habis pikir bagaimana bisa orang kehilangan alas kaki bagus dan tak menyadarinya, berjalan kaki telanjang," katanya.

Mempersalahkan, tidak bertanggung jawab
Ketika menjumpai lingkungan yang kotor, Savova mengatakan bahwa banyak warga menyalahkan pihak lain, seperti pemerintah dan bahkan komunisme.
"Tak ada yang berhenti sejenak dan berpikir itu adalah salah mereka sendiri. Beberapa orang berpikir bahwa mereka hidup di lingkungan kotor karena miskin. Itu absurd," tulis Savova.
"Biarkan saya mengingatkan kamu tentang banyaknya pengungsi di Somalia. Mereka tidak kotor karena mereka tidak membuang sesuatu. Bukan kemiskinan sebabnya," imbuhnya.
Savova menganggap banyak warga Bandung tak bertanggung jawab dalam mengelola lingkungannya sendiri.
"Bagaimana mereka tidak berpikir tentang alam, kualitas hidup, pemanasan global, dan kebersihan dasar, yang bahkan hewan saja tak membuang kotoran di tempat tidurnya," sambungnya.

Memulung dan ditertawakan
Savova mencoba membuat perubahan. Pada Rabu (16/1/2014), ia membawa kantong plastik berukuran 1,5 x 1 meter untuk membersihkan sampah.
Ia menceritakan, dalam jarak 200 meter saja, kantong plastik besar yang dibawanya sudah penuh dengan sampah.
Ketika mengumpulkan sampah, ia mendapat beragam respons dari warga yang melihatnya. Ternyata, cuma sedikit yang merasa malu.
Ia mengatakan, ada warga yang ternyata justru menertawakannya. "Karena membersihkan sampah adalah tugas orang miskin, bodoh, dan tak berpendidikan, sedangkan orang yang terhormat hanya membuang sampahnya dan pergi," ungkapnya.
Ada pula orang yang menjerit ketika melihat aksi Savova, menganggap bahwa apa yang dilakukannya kotor. Sampah tak seharusnya disentuh.
Selesai membersihkan sampah itu, Savova beristirahat bersama anaknya. Namun, ia tak bisa tenang karena di depan tempatnya tinggal, ada area terbuka dengan pohon pisang yang juga penuh sampah.
Ketika anaknya tidur siang, Savova memulung sampah dan gelas kaca di area itu. Anak-anak berlari telanjang kaki dan melihatnya, sementara orangtuanya justru diam-diam menghakiminya.
Savova mengaku tahu bahwa ia tak bisa membersihkan sendirian. "Tujuan saya adalah membuat orang merasa malu, bahwa saya, dengan kantong dan sepasang sarung tangan, bisa membersihkan sampah dalam 1 jam," katanya.

Beragam respons
Tulisan Savova menuai beragam tanggapan, yang hingga Senin (3/1/2014) mencapai 25.000 pembaca. Angka ini cukup tinggi untuk sebuah tulisan di blog.
Beberapa masalah lain juga diungkap dalam tulisan itu, seperti banyaknya tikus, dan konsumsi air.
Beberapa orang sangat setuju dengan kritik Savova. Yang lain setuju, tetapi sekaligus menganggap tulisan itu terlalu ofensif, apalagi saat menyebut "city of pigs".
Di Twitter, tulisan Savova banyak di-retweet. Banyak pengguna me-mention Ridwan Kamil, wali kota baru Bandung.
Tentang tulisan yang dianggap ofensif, Savova mengatakan bahwa hal itu dilakukan agar warga mengingat apa yang dikatakannya.
Ia menantang warga Bandung untuk mengubah perilakunya, dan membuktikan bahwa apa yang dikatakannya salah.
Savova berkali-kali berkunjung ke Indonesia. Ia telah 3,5 tahun tinggal di Bandung. Ia selama 6 bulan tinggal di kawasan Setiabudi, 1,5 tahun di Antapani, dan 1,5 tahun di Ujungberung.

saus (http://sains.kompas.com/read/2014/02/04/0022510/Penuh.Sampah.Bandung.Dibilang.The.City.of.Pigs.)

Urzu 7
04-02-2014, 11:17 AM
Bagaimana? Tanggapannya mister read one come meal?

Porcelain Doll
04-02-2014, 11:24 AM
mau gimana lagi, emang kenyataan sih -_-
banyak orang yg masih ga peduli buang sampah di mana aja suka2 dia
jelas2 udah ada tempat sampah, masih 'males' maen lempar aja
ga punya budaya malu ::doh::

itsreza
04-02-2014, 11:47 AM
It just hyperbole, is not meant to be taken literally

Ai artikel terlihat penulis mengapresiasi apa yang telah dilakukan walikota
Bandung pada saat ini. Namun perilaku vandalisme warga, merusak fasilitas
publik, membuang sampah sembarangan, dan bentuk ketidakpedulian lain
memang sungguh terlalu. Pemandangan serupa pada taman publik di Bogor
pun seperti itu, tempat yang selalu dikunjungi oleh warga untuk berolahraga,
biasanya mereka yang lebih sadar untuk menjaga kesehatan sadar juga untuk
menjaga lingkungan, namun realita banyak warga yang datang berolahraga
dan mengotori taman tersebut. Jangankan tempat sampah rusak, perangkat
outdoor gym yang berat pun bisa hilang dicuri. Memungut sampah orang lain
malah ditertawakan.

kandalf
04-02-2014, 12:00 PM
Gue ketawa-ketawa baca artikelnya tuh.
Ini tautannya.
http://venusgotgonorrhea.wordpress.com/2014/01/16/bandung-the-city-of-pigs/

Contoh nih:

Now there is a new mayor, Ridwan Kamil, who got a foreign (USA) education. He is trying to change Bandung into a place, where humans can live *. He is trying to do everything in the same time – get the filthy food carts off the streets, plant some gardens and find a solution for the trash.

You see, in here they can’t have a normal trash can like us. Someone will steal it. Then the city council came up with the idea to put just a metal holder with a plastic trash bag, green for organic and white for the non-organic trash. They are still standing (well, some of them).

Ini juga terjadi di Jakarta. Beberapa kali aku menemukan tempat sampah yang sudah tidak ada tempat sampah. Hanya ada tiang bekas tempat menggantung tempat sampah.

Atau yang ini:

. Mr. Ridwan Kamil , just like me, likes parks, so he is trying to build a lot of them. With playgrounds, benches and trash cans. Yet a week after their opening, those beautiful, renovated or entirely or brand new parks are unrecognizable. There is garbage everywhere except the trash cans. And as I say garbage, understand you CAN NOT see the grass under it.
Ayolah.. itu penyakit yang sama yang terjadi di Jakarta.
Mau pemda-nya (baca Jokowi) berusaha merapikan Jakarta, tetap saja ada yang ngeyel.

Kenapa si penulis lebay menghina orang Bandung sebagai babi?
Ini penjelasannya

Some say they live in their own dirt, because they are poor. That’s absurd. Let me remind you of the many refugee camps in Somalia. They are not dirty. Because people don’t have what to throw. Not that’s poverty. You are just a pig and money are not an excuse.

yanwok
04-02-2014, 12:05 PM
*abis baca, buang puntung rokok ke lantai parkiran motor*

:ngopi:

kupo
04-02-2014, 12:06 PM
saya kira bukan hanya di bandung saja, hampir tiap kota di indonesia mempunyai permasalahan yg sama. akar masalahnya ada di pola pikir dan "budaya" masyarakat kita ::grrr::

cherryerichan
04-02-2014, 12:07 PM
palembang dulu gudangnya sampah. sampe kemudian pemerintah sadar,sifat bebal bakal susah dirubah kalo gak dipaksa n diberi contoh. sekarang pasukan kuning (sebutan pembersih jalan) kerja nonstop pagi siang malam nyapu. mereka kerja sampe shift shift an. hasilnya memang kinclongan dikit dibanding dulu . tapi ini berlaku di pusat kota ya. di daerah pinggiran yg tidak diakses jalan utama, masih banyak yg buang sampah sembarangan. padahal tempat buang sampah gede (selalu ada jadwal angkut 2x sehari) deket.
yah gitu deh.

---------- Post Merged at 11:07 AM ----------

palembang dulu gudangnya sampah. sampe kemudian pemerintah sadar,sifat bebal bakal susah dirubah kalo gak dipaksa n diberi contoh. sekarang pasukan kuning (sebutan pembersih jalan) kerja nonstop pagi siang malam nyapu. mereka kerja sampe shift shift an. hasilnya memang kinclongan dikit dibanding dulu . tapi ini berlaku di pusat kota ya. di daerah pinggiran yg tidak diakses jalan utama, masih banyak yg buang sampah sembarangan. padahal tempat buang sampah gede (selalu ada jadwal angkut 2x sehari) deket.
yah gitu deh.

lighterheaven
04-02-2014, 01:05 PM
Change the people, the behavior, turn the pigs into bees.

Alip
04-02-2014, 01:26 PM
buang sampah denda 1 juta... bukannya gituh?

Taroh satpol PP di tiap taman... walopun nanti jadinya damai Rp. 50.000, tetap aja mahal buat ukuran buang sampah... dan satpol PP juga dapat income tambahan...

thin.king
04-02-2014, 01:30 PM
mau gimana lagi, emang kenyataan sih -_-banyak orang yg masih ga peduli buang sampah di mana aja suka2 diajelas2 udah ada tempat sampah, masih 'males' maen lempar ajaga punya budaya malu ::doh::Ada po malunya, malu mungutin sampah yg berserakan ::ngopi::

mbok jamu
04-02-2014, 04:20 PM
Terakhir di airport Hussein di Bandung, mbok lihat seorang teteh yang mengambil kopernya dari bagian pengambilan bagasi lalu menyobek luggage tag dan membuangnya ke lantai dengan muka yang super lempeng.

Mbok yang kebeneran sedang berdiri di depannya melongo lalu menatap dia dan sampah itu berganti-ganti supaya dia ngerasa ndak enak. No reaction whatsoever. Dia ndak merasa sudah membuang sampah seenaknya. Logika si teteh: Luggage tag itu asalnya dari airport jadi harus dibuang di airport juga.

Begitu juga dengan semua sampah yang dibuang di taman-taman kota. Makanan itu mereka beli di luar jadi kemasannya atau sisanya harus dibuang di luar juga, entah di jalan, taman, stasiun, dsb.

Konsep membuang sampah di tong sampah (darimana pun asalnya) belum ada di benak mereka. Di rumah mereka ndak ada istilah bin atau tempat sampah. Sistem pengelolaan sampah adalah memasukkan sampah ke kantong plastik lalu membuangnya ke ujung gang atau halaman rumah kosong atau bawah tiang listrik.

tuscany
04-02-2014, 05:14 PM
ada gerakan sporadis bank sampah di beberapa tempat di Indonesia, mungkin si Kamil bisa bikin pilot project di salah satu kecamatan di Bandung. Kalo warga sadar sampah bisa jadi duit, mikir2 lagi dia buat buang sembarangan, mungkin.

PERMANDYAN
04-02-2014, 07:03 PM
laik dis......

moengkin memang haroes ada jang menjentil dengan keras sehingga itoe bisa disadari.....

serendipity
04-02-2014, 07:29 PM
jadi harus di rubah dulu orang-orangnya yah... rubah juga donk pendidikannya.
Kalo pendidikannya aja gak bener, gimana perilaku orangnya di kehidupan sosial

serendipity
04-02-2014, 07:58 PM
https://pbs.twimg.com/media/Bflw5N2CIAAHllJ.jpg

eve
04-02-2014, 08:13 PM
Budaya indonesia sekarang "membenarkan yang sudah biasa".
Sering kali saya temui alasan kesalahan : kan biasanya gitu bu, gak masalah kok. Mereka melihat tauladan, bukan apa yang "seharusnya".
Saatnya kita "membiasakan yang benar"...

Itulah tugas berat pemimpin daerah saat ini (pemimpin daerah yang masih punya otak)

TheCursed
05-02-2014, 12:46 AM
city of pigs ? meh...

Kan semua udah tau dari jamannya masih tk kalo kebersihan itu sebagian(penting) dari iman.
So, kalo jorok, artinya.... ya nalar aja sendiri....

ga_genah
05-02-2014, 01:08 AM
kemarin posting panjang kok jadinya segitu ya.... ::doh::
kemarin itu ngopi yg tulisan asli dari blognya si penulis
di blog aslinya, ada yg koment setuju, ada juga yg tidak
intinya dia ingin menyentil orang2 disekitar dia

masalah sampah itu masalah semuanya
contohnya:
1. berapa banyak dari kita yang menyimpan sampah dikantung saat tidak ketemu tong sampah?
2. berapa banyak tong sampah yang berserakan di jarak 1 km? sering nyari tong sampah di perkantoran, dan ga ada. ada juga tumpukan sampah dipojokan pagar
3. berapa banyak dari kita yg mau depan rumahnya jadi tempat pengumpulan sampah. biasanya kalo buang sampah enakan di tong sampah tetangga
4. berapa banyak dari kita yang mau TPA/TPS/Kontainer/Depo Sampah berdekatan dengan tempat tinggalnya?
5. berapa banyak kabupaten/kota yang mau dijadikan lokasi TPA. contoh simpel kabupaten badung di bali yg paling besar APBDnya tidak memiliki lokasi TPA, mereka buangnya di denpasar (TPA Suwung dekat serangan yg sekarang tingginya seperti rumah lantai 3)
6. berapa banyak truk sampah yg dimiliki oleh masing-masing kota/kabupaten. denpasar tahun 2012 hanya punya 32 truk. utk membersihkan sekitar 128 km2 areal kota dan membawa sampah yag dihasilkan oleh sekitar 600 rb jiwa penduduk denpasar
7. bagaimana susahnya memilah sampah untuk menjadi berguna saat masuk TPA karena sudah tercampur antar sampah berbahaya (B3), organik dan an-organik
8. bagaimana susahnya anggota dewan kita yg terhormat disana menyetujui pembelian truk sampah, traktor sampah, dan alat2 berat lainnya di TPA dibandingkan dengan menyetujui angpao saksi pemilu dan bansos2an
9. dlllllll

skrg yg penting dari diri sendiri dulu. sampah oragin di timbun, sampah plastik dimanfaatkan semaksimal mungkin. yg susah tetap sambah berbahaya yg mengandung racun, itu dibuangnya kemana ya? ::elaugh::

tuscany
05-02-2014, 01:22 AM
paling sebel kalo liat anak kecil dibonceng orang tuanya naik motor sambil minum es, terus kantong plastiknya di lempar ke jalan begitu saja. pengen tak pites rasanya. padahal yang salah bukan dia tapi yang membiarkannya mengira perbuatan kayak gitu bener.

TheCursed
05-02-2014, 02:09 AM
^
Mending. Gue pernah(kalo bilang sering takut di bilang lebay...) liat tangan lentik gemulai keluar dari jendela mobil mewah... buat ngelempar botol/gelas aqua... ke jalan... di jalan tol...
coba 'adegan' ini di bayangkan sejenak.
;D


BTW, gue barusan dari supermarkt buat nge-recycle sampah di lapak punya mereka.
Kaleng bekas redbull, botol aqua, cola, sama jus, di recycle jadi sekilo anggur tanpa biji. :D
Sekantong plastik gede botol dan kaleng bekas, dapet 4,5 euro. ::hohoho::

Prunella
05-02-2014, 03:12 AM
Jakarta dendanya 500 ribu, masih pada cuek buang sampah, pas banjir..rumahnya kelelep, tetap ketawa wlpn rumahnya banyak sampah dan lumpur kali ::arg!::

noodles maniac
05-02-2014, 09:04 PM
Yang bermasalah itu orang dan kebiasan buruknya untuk buang sampah sembarangan...

sama sekali gak ada kesadaran, gak peduli, gak acuh
gampang dan praktis banget, bahkan ke sungai/kali/got sekalipun
karena emang gak ada yang negor
itu dah biasa, hampir semua orang juga melakukan itu
udah ada petugas kebersihan/OB, itu kan emang tugas mereka


Emang udah ndableg ya emang harus diajarin lagi yang benernya gimana :capek:


Bagaimana? Tanggapannya mister read one come meal?

Ridwan Kamil :lololol:


palembang dulu gudangnya sampah. sampe kemudian pemerintah sadar,sifat bebal bakal susah dirubah kalo gak dipaksa n diberi contoh. sekarang pasukan kuning (sebutan pembersih jalan) kerja nonstop pagi siang malam nyapu. mereka kerja sampe shift shift an. hasilnya memang kinclongan dikit dibanding dulu . tapi ini berlaku di pusat kota ya. di daerah pinggiran yg tidak diakses jalan utama, masih banyak yg buang sampah sembarangan. padahal tempat buang sampah gede (selalu ada jadwal angkut 2x sehari) deket.
yah gitu deh.



Ide bagus, harus ada satpol PP ato siapapun yang jadi reminder yang tegas untuk mengingatkan orang-orang agar membuang sampah pada tempatnya :ngopi:


paling sebel kalo liat anak kecil dibonceng orang tuanya naik motor sambil minum es, terus kantong plastiknya di lempar ke jalan begitu saja. pengen tak pites rasanya. padahal yang salah bukan dia tapi yang membiarkannya mengira perbuatan kayak gitu bener.

Ujian paling kecil adalah kalo lu habis makan permen, ato plastik pembungkus cup aqua 600ml. Lu mo kantongin untuk dibuang ke tempat sampah, ato lu buang gitu aja. Itu aja dulu :ngopi:

tuscany
05-02-2014, 09:25 PM
Ujian paling kecil adalah kalo lu habis makan permen, ato plastik pembungkus cup aqua 600ml. Lu mo kantongin untuk dibuang ke tempat sampah, ato lu buang gitu aja. Itu aja dulu :ngopi:

Dikantongin, terus lupa buang. berlaku hingga detik ini.
kalo ada yang berani buka tas saya pasti kaget ::elaugh::

itsreza
05-02-2014, 09:58 PM
Ujian paling kecil adalah kalo lu habis makan permen, ato plastik pembungkus cup aqua 600ml. Lu mo kantongin untuk dibuang ke tempat sampah, ato lu buang gitu aja. Itu aja dulu :ngopi:
ini sih sepele, tinggal pegang sambil jalan dan cari tempat sampah terdekat.
bungkus permen dan makanan kecil cukup masukin ke saku atau kantong.

Porcelain Doll
05-02-2014, 11:19 PM
g sama kaya eja
kalo botol, masih bisa dimasukin tas
kalo aqua gelas, dipegang sampe nemu bak sampah
bungkus permen...nah ini sama kaya tucsy, suka lupa buang...kadang numpuk di kantong tas ;D

mbok jamu
06-02-2014, 06:14 PM
BANDUNG, KOMPAS.com — Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta penulis "The City of Pigs" di dalam blogvenusgotgonorrhea.wordpress.com, yaitu Inna Savova, untuk ikut introspeksi diri.

Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan, meski Inna Savova adalah warga Bulgaria, dia juga bagian dari masyarakat karena sudah lama tinggal di Kota Bandung. Menurutnya, tidak ada salahnya bila Inna Savova melakukan aksi kecil dengan cara mengingatkan warga Kota Bandung untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

"Orang bule menyindir orang kita, tapi dia yang melihat dibiarkan saja. Ya, introspeksi saja," kata Emil di ruang kerjanya, Selasa (4/2/2014).

Emil menambahkan, kultur budaya di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan orang Eropa. Menurutnya, kultur di Indonesia membuka peluang besar untuk membuat sampah menjadi banyak.

"Saya pernah tinggal di negeri lain, kalau habis makan sampahnya langsung dipindahin sendiri. Kalau di Indonesia, habis makan sampahnya ditinggalin karena mereka pikir ada pelayannya," tuturnya.

"Eropa saja butuh tiga abad untuk berubah jadi Eropa yang higienis. Jadi, untuk menjadi negeri maju memang ada proses," bebernya.

surjadi05
06-02-2014, 11:02 PM
BANDUNG, KOMPAS.com — Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta penulis "The City of Pigs" di dalam blogvenusgotgonorrhea.wordpress.com, yaitu Inna Savova, untuk ikut introspeksi diri.

Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan, meski Inna Savova adalah warga Bulgaria, dia juga bagian dari masyarakat karena sudah lama tinggal di Kota Bandung. Menurutnya, tidak ada salahnya bila Inna Savova melakukan aksi kecil dengan cara mengingatkan warga Kota Bandung untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

"Orang bule menyindir orang kita, tapi dia yang melihat dibiarkan saja. Ya, introspeksi saja," kata Emil di ruang kerjanya, Selasa (4/2/2014).

Emil menambahkan, kultur budaya di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan orang Eropa. Menurutnya, kultur di Indonesia membuka peluang besar untuk membuat sampah menjadi banyak.

"Saya pernah tinggal di negeri lain, kalau habis makan sampahnya langsung dipindahin sendiri. Kalau di Indonesia, habis makan sampahnya ditinggalin karena mereka pikir ada pelayannya," tuturnya.

"Eropa saja butuh tiga abad untuk berubah jadi Eropa yang higienis. Jadi, untuk menjadi negeri maju memang ada proses," bebernya.

Craps, butuh 3 abad, jadi ga mungkin dalam hidup kali ini untuk melihat indo bersih ::kesal::

tuscany
06-02-2014, 11:25 PM
mungkin di kehidupan selanjutnya, kong ::maap::

mbok jamu
07-02-2014, 11:27 AM
Iya, kong surjadi05

Bersama neng Agnes ::maap::

lighterheaven
07-02-2014, 02:25 PM
Craps, butuh 3 abad, jadi ga mungkin dalam hidup kali ini untuk melihat indo bersih ::kesal::

3 abad itu kan sekarang bisa dipersingkat periodenya dengan kemajuan teknologi. Sekarang ada social media untuk menambah awareness, banyak petition dan movement juga, dan alat alat pengangkut sampah sudah canggih. Tinggal pemerintahnya aja peduli, nyisihin uang kas negara buat beli semua perlengkapan itu, instead of putting it on their own pocket and have a smashing weekend vacation in Venice.

Alip
07-02-2014, 02:36 PM
ngajuin permanent residence ke Bulgaria...
:pencuri:

Bi4rain
07-02-2014, 02:39 PM
tipikal jawaban pejabat nih, nuding sana sini. Maunya kerjasama yak, gandeng tuh penulis buat bikin program entah itu untuk mencegah, menambah kesadaran, de el el....
gw cenderung setuju sama permandyan. klo emang sudah menjadi budaya alias 'bebal', kadangkala 'tamparan keras' lebih dibutuhkan.

mbok jamu
07-02-2014, 03:37 PM
Si Emil *sok akrab* itu kesel karena Bandung mulai jorok dan kacau sejak awal 90an sementara dia baru 3 bulan jadi walikota si Inna yang sudah 3 tahun tinggal di Bandung baru nyinyir sekarang. Selama ini kemana saja? Kerjanya baru sedikit ngomelnya banyak bener.

et dah
07-02-2014, 03:41 PM
Daging gw haram dong

tuscany
07-02-2014, 08:14 PM
ngajuin permanent residence ke Bulgaria...
:pencuri:

Bulgaria? Saya kira Norwegia ato FInlandia.

---------- Post Merged at 07:14 PM ----------


Iya, kong surjadi05

Bersama neng Agnes ::maap::

wohoho...summon lily

Alip
07-02-2014, 08:33 PM
Bulgaria? Saya kira Norwegia ato FInlandia.
Katanya Inna dari Bulgaria... ::ungg::
daripada nunggu tiga abad...::hihi::

noodles maniac
09-02-2014, 01:34 AM
ini sih sepele, tinggal pegang sambil jalan dan cari tempat sampah terdekat.
bungkus permen dan makanan kecil cukup masukin ke saku atau kantong.

For you dear friend, its so easy... tapi kalo lu naik angkot? sopir dan hampir semua penumpangnya akan buang itu bungkus permen/plastik cup aqua ke jalan ato lantai angkot tanpa banyak mikir ;)

et dah
09-02-2014, 05:50 PM
Btw, si inna ini cantik banget aslinya

surjadi05
09-02-2014, 06:57 PM
Btw, si inna ini cantik banget aslinya

Cakepan mana sama si INE? ::ungg::

TheCursed
09-02-2014, 10:50 PM
^ummm cakep ngganya penting ?

kandalf
10-02-2014, 08:42 AM
ngajuin permanent residence ke Bulgaria...
:pencuri:

Bulgaria itu bukannya negara sosialis dan pajak pendapatannya 50% ya?
Dulu orang asing yang pernah ngobrol denganku di Malang itu orang mana ya? Kalau gak salah sih Bulgaria.

*tapi katanya sistem kesehatan dan jaminan sosialnya bagus*

mbok jamu
10-02-2014, 12:26 PM
Oh ya? Kalau negaranya bagus, untuk apa si Inna tinggal di Bandung?

If Bandung is the city of pigs and she lives there, she's one of the pigs then. ::ngakak2:: ::pletak::

Alethia
10-02-2014, 03:08 PM
if she is one the pigs, then there would be so much pigs to be eaten...nom nom nom::hohoho::
so much pigs, so little time..nom nom nom

---------- Post Merged at 02:08 PM ----------

if she is one the pigs, then there would be so much pigs to be eaten...nom nom nom::hohoho::
so much pigs, so little time..nom nom nom

et dah
10-02-2014, 05:47 PM
Btw, hari minggu kemaren doi masuk koran Pikiran Rakyat halaman di pertama lg munguti sampah

ini ada foto kalau ngga penting ngga usah di lihat ;D

http://4.bp.blogspot.com/_Laos_jhhe2g/TIEsl-d1IaI/AAAAAAAAAKo/JDht1cpEtTM/s400/Babi.jpg

TheCursed
11-02-2014, 04:31 AM
Bulgaria itu bukannya negara sosialis dan pajak pendapatannya 50% ya?
Dulu orang asing yang pernah ngobrol denganku di Malang itu orang mana ya? Kalau gak salah sih Bulgaria.

*tapi katanya sistem kesehatan dan jaminan sosialnya bagus*

Jerman juga Sosialis, sistem kesehatan dan jaminan sosialnya bagus. Nggak pake katanya.

surjadi05
11-02-2014, 11:18 AM
Oh ya? Kalau negaranya bagus, untuk apa si Inna tinggal di Bandung?

If Bandung is the city of pigs and she lives there, she's one of the pigs then. ::ngakak2:: ::pletak::

nicely said, so to sum up, better being pig in bandung than being human in bulgaria ::hihi::::hihi::

TheCursed
11-02-2014, 06:16 PM
^eeeehhhhh..... what ?

PERMANDYAN
11-02-2014, 06:44 PM
paling sebel kalo liat anak kecil dibonceng orang tuanya naik motor sambil minum es, terus kantong plastiknya di lempar ke jalan begitu saja. pengen tak pites rasanya. padahal yang salah bukan dia tapi yang membiarkannya mengira perbuatan kayak gitu bener.

akoea selaloe djewer anakkoe djika boeang sampah sembarangan,,,,,
pernah ketemoe teman boeang sampah sembarangan (sampah boengkoes permen) dan akoe tegoer, laloe dia bilang tjoema boengkoes permen, kemoedian akoe bilang, kalaoe satoe orang seperti dirimoe itoe tidak masalah, natj kalaoe ada seriboe ataoe lebih orang jang sama seperti seperti dirimoe, maka akan banjak sampah sembarangan... laloe dia poengoet kembali boengkoes permen terseboet...

surjadi05
13-02-2014, 11:53 AM
^eeeehhhhh..... what ?
Err maksdnya karna si inna memilih tinggal di Bandung, dan mengatai orang bandung "pigs" secara tidak langsung dia mengataii dirinya "pigs", dan karna diia bulgarian, tapi tetap milih tinggal di bandung daripada di bulgaria, secara tidak langsung dia mengatakkan kalimat itu ::ungg::

Porcelain Doll
13-02-2014, 12:58 PM
bukannya tinggal di sana karena merit sama orang kita ya? ::ungg::

surjadi05
13-02-2014, 01:02 PM
bukannya tinggal di sana karena merit sama orang kita ya? ::ungg::

ga tahu po, en jujur ga peduli ::hihi::::hihi::

tapi walo merit kan tetap dia "milih" tinggal di bandung kan? bukan dipaksa "warga bandung"::ungg::::ungg::

mbok jamu
13-02-2014, 03:50 PM
Toss dulu, Kong.:minum2:

Kalau kata orang dulu, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Jangan seperti si Anton Casey yang menghina orang Singapore, akhirnya diusir toh? Si Inna jangan hanya bisa menikmati biaya hidup yang murah di Bandung tapi ndak mau hidup dengan masalah-masalah seputar Bandung karena bagaimanapun orang-orang yang membuang sampah seenaknya itu adalah orang-orang kelas bawah yang membuat biaya hidup si Inna di Bandung bisa murah.

surjadi05
13-02-2014, 04:02 PM
Toss dulu, Kong.:minum2:

Kalau kata orang dulu, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Jangan seperti si Anton Casey yang menghina orang Singapore, akhirnya diusir toh? Si Inna jangan hanya bisa menikmati biaya hidup yang murah di Bandung tapi ndak mau hidup dengan masalah-masalah seputar Bandung karena bagaimanapun orang-orang yang membuang sampah seenaknya itu adalah orang-orang kelas bawah yang membuat biaya hidup si Inna di Bandung bisa murah.

:minum2::minum2::minum2:::hihi::::hihi::::hihi::

Shaka_RDR
13-02-2014, 04:17 PM
IMHO ga bisa disamain dengan anton casey.

dalam kasus anton casey kaga ada masalah yg dia utarakan, dia hanya mengata2i singaporean.
sementara di kasus ini, ada masalah yg diangkat sekaligus mengata2i.

sejujurnya empet juga denger "sample" orang indonesia dikatakan pigs. tapi setelah pikir2 lagi, emang bener perlu dikatain kaya gitu.
coba pikir, berapa banyak kegiatan membersihkan sampah, himbauan, tindakan nyata, maya sampe tindakan gaib dilakukan tapi orang2 pada cuek. sekali dihina baru deh pada heboh n mikir.

klo kata bokap gw: itu seperti sapi. dibaek2in kaga jalan, digebuk baru mau jalan.

*nah loh, dari babi jadi sapi. gw kira2 bakalan di protes kaga ye ? ::doh::


btw, mungkin karena negara kita itu amat sangat religius. mungkin peringatan "dilarang buang sampah sembarangan disini" perlu diganti dengan yg satu ini, dijamin pada ngeri buang sampah sembarangan semua :

http://indonesiacrazypicture.com/wp-content/uploads/2013/05/cabut-nyawanya.jpg

Alethia
13-02-2014, 04:24 PM
Selamat datang di Kota Bandung,

Bagi yang merasa bukan babee, dilarang tinggal disini.

regards,
Inna

surjadi05
13-02-2014, 05:15 PM
IMHO ga bisa disamain dengan anton casey.

dalam kasus anton casey kaga ada masalah yg dia utarakan, dia hanya mengata2i singaporean.
sementara di kasus ini, ada masalah yg diangkat sekaligus mengata2i.

sejujurnya empet juga denger "sample" orang indonesia dikatakan pigs. tapi setelah pikir2 lagi, emang bener perlu dikatain kaya gitu.
coba pikir, berapa banyak kegiatan membersihkan sampah, himbauan, tindakan nyata, maya sampe tindakan gaib dilakukan tapi orang2 pada cuek. sekali dihina baru deh pada heboh n mikir.

klo kata bokap gw: itu seperti sapi. dibaek2in kaga jalan, digebuk baru mau jalan.

*nah loh, dari babi jadi sapi. gw kira2 bakalan di protes kaga ye ? ::doh::


btw, mungkin karena negara kita itu amat sangat religius. mungkin peringatan "dilarang buang sampah sembarangan disini" perlu diganti dengan yg satu ini, dijamin pada ngeri buang sampah sembarangan semua :

http://indonesiacrazypicture.com/wp-content/uploads/2013/05/cabut-nyawanya.jpg

betul menurut gw juga ga bisa disamakan, karna si inna "lebih baik" dia menceritakan masalah dan solusinya, tapi tetap aja dia membuat itu dengan tujuan menghina::bye::::bye::

mbok jamu
13-02-2014, 05:31 PM
Toss lagi, Kong :minum2:::hihi::

Maksud mbok, ada sedikit arogansi bangsa kulit putih yang kadang-kadang suka kumat ketika mereka hidup berbaur dengan bangsa asli. Si Inna ndak tiba-tiba lahir langsung tahu cara membuang sampah. Dia dididik di negara yang lebih maju dan teratur dibandingkan Indonesia dan life style orang biasa di negara asalnya ndak menyediakan pembantu, pelayan, tukang sapu dan tukang sampah sebagai tenaga yang murah. Lebih murah dan mudah jika semua dikerjakan sendiri; bisa karena biasa.

Pernah nonton di Kick Andy seorang Perancis yang membuat sumur di daerah yang sulit air di Sumbawa, CMIIW. He saved a lot of lives in my opinion but he remained humble.

ga_genah
13-02-2014, 05:43 PM
ini tulisan aslinya
dan menurutku dia mengingatkan dengan cara menampar
ga ada tujuan menghina
dan menurutku maksud dari "Bandung, The city of pigs" itu seperti tempat tinggal pigs krn kekotorannya
bukan orang2nya yg pigs
dan sptnya skrg efeknya udah ada



Bandung, The city of pigs
POSTED ON JANUARY 16, 2014
Bandung – the city where people think pig meat is too dirty to eat, yet they live in more filth than the animal itself. It could be a lovely city. Yet it looks (and smells) like a disaster area. Now there is a new mayor, Ridwan Kamil, who got a foreign (USA) education. He is trying to change Bandung into a place, where humans can live *. He is trying to do everything in the same time – get the filthy food carts off the streets, plant some gardens and find a solution for the trash.
You see, in here they can’t have a normal trash can like us. Someone will steal it. Then the city council came up with the idea to put just a metal holder with a plastic trash bag, green for organic and white for the non-organic trash. They are still standing (well, some of them).
When the trash cans were put, the population was in shock. Then, after a day or two, the more active citizens tried to rip them off and sell them. You know, iron is cheap, filth is priceless. Since the city council already knew their people they made sure that the trash cans are put in solid concrete. After being unable to remove them and sell them, our active citizens just broke them to pieces out of pure spite. In other areas, where people were not so passionate, they just took the plastic bags home. White and green are good colors, fresh and you can always use an extra plastic bag. The pacifistic, non- violent people had an even better solution. They just kept throwing their garbage AROUND the trash cans, on the road or just next to their house, turning it into a decaying, stinky, slimy hill, where their children play. After that the three groups united in raising a voice of complain that it’s dirty, because of the “government”. A smaller group blamed God, other blamed communism… Yet no one stopped for a second and thought that it might be their fault. Some say they live in their own dirt, because they are poor. That’s absurd. Let me remind you of the many refugee camps in Somalia. They are not dirty. Because people don’t have what to throw. Not that’s poverty. You are just a pig and money are not an excuse.
When I first came to the city I was shocked from all the dirt. It was disgusting. I started observing the people, their homes, and their cleaning habits. They are so different from us. A rat, longer than 20cm, running free in the house, eating whatever he can get (sometimes the cat) is a daily routine. They can buy a mouse trap or poison. But they don’t. Most of Bandung’s households don’t have running water. Not because they can’t have it- it’s a person choice of lifestyle. You can plumb and have running water 24/7 and the price is not horribly high. But people chose to have water for only 1-2h a day if they are lucky, store as much as they can in buckets and containers, where all kinds of bugs drown (and sometimes mice). That water is used for everything -showering, cooking, and washing. Oh, washing. Let me tell you something. In here after washing your clothes, you don’t hang them to dry. You just toss them over your gate, half on the street, half in your yard, on the dirty door and you wait until the passing cars and motorcycles dust them dry. There isn’t running hot water anywhere. You have to install a gas heater in your bathroom, there, with the gas bottle in a closed room and take showers like that.
Indonesian way of having a bath is very interesting. They can install showers, but they prefer to have an open water container, where they store icy cold water. You take something that’s like a mug with a long holder and you start throwing the water on yourself. I have to admit, it is ecofriendly, but really unenjoyable. As most Asians, they also prefer squatting toilets, usually squished in between the water container and the wall. I’m attaching a picture I found in google, so people can see.
Now, as I have given you an idea about Indonesian hygiene I can move to their streets, parks and public spaces. Mr. Ridwan Kamil , just like me, likes parks, so he is trying to build a lot of them. With playgrounds, benches and trash cans. Yet a week after their opening, those beautiful, renovated or entirely or brand new parks are unrecognizable. There is garbage everywhere except the trash cans. And as I say garbage, understand you CAN NOT see the grass under it.
Since we couldn’t take a walk in any park, I and my husband decided to take the baby for a walk in a government office near his parent’s home. They have an amazing, huge park. I don’t want to tell where it is, because I’m afraid people will read, go there and will ruin it. So for privacy sake we will call it “Grumpy Scientists” place. In the week days not much people go in there. Just us, a group of middle aged women and a group of elderly men. But in the weekend a lot of people go to “work out’’. And by work out understand eat, eat, eat. Sometimes fishermen come to the pond to try their luck. The place is so nice, that they still have a clean pond, where fish and duck live.
Due to bad weather, we didn’t take a walk in Monday. When we went in Tuesday I almost had a nervous breakdown. The place was COVERED in junk- instant noodles cups, water bottles, juice and milk cartons, candy , all kinds of plastic and a couple of lonely sandals.
Let me explain in here, that there is a very strange phenomenal occurring in this city. There are a lot of perfectly good, lonely sandals out there just sitting in awkward places. My first thought was that someone dropped it. Yet I can’t figure out how someone would lose a perfectly good shoe and not notice it, walking away with on bare foot. Or maybe it’s some kind of movement? Like “Flip Flops for Peace”? What kind of sorcery is this?
To get back to the story, I flipped out, seeing a place I like turned into a typical Indonesian filthy landscape. I took one thrown away plastic bag and gathered junk with my bare hands while almost crying. I am just unable to realize how not irresponsible people in here are, how they don’t think about nature, quality of life, global warming but for basic hygiene, the one that even animals have- don’t **** where you sleep.
My mind was set from then on. I got ahold of some big trash bags, a pair of gloves and a face mask. The next day (today, Wednesday, January the 16th) I was ready. My husband was this time in charge of pushing the baby stroller and I was on to do some cleaning.
First I added trash bags to whichever trashcan pole was standing. Then as we walked I’d pick garbage and put it in my bag. Here I’d like to mention I could NOT possibly gather every garbage I see on our way (Yes, there are so many). Complete cleaning of an area of 10x10m would take an hour or more. Two hundred meters into our journey and I already had filled one big 1m wide and 1,50m trash bag.
I kept on, trying to pick the most recent trash, while people stared or screamed that I shouldn’t touch that, because it’s “dirty” (You do live in that dirt and it doesn’t bother you, yeah?). Others laughed at me, since cleaning is for the poor, stupid, uneducated people and anyone with any self-respect just throws their garbage and walks away (or burns it in the best case possible. Oh, didn’t I mention that’s the only way they know how to dispose of trash?). There were others, thinking that I’m looking for something to sell, looking at me in amazement. But there were two, rare cases in which people felt ashamed and started cleaning around their workplace or warung (that’s like a small coffee shop made out of wood). Since Caucasian people in here would always be considered a higher race (no, I am not racist, that’s how the post-colonialism mind of people in here works) it made them realize that if me, the rich, white girl with expensive cellphone and everything can dig into a stinky pile of trash, then so can they.
After I finished my morning duty and baby had enough walk for one day we went home for a well-deserved bath and rest. But yet, it kept bothering me. In front of the street of where my in laws live (We are currently staying with them), there is an open space with banana trees, that could make great public space. Yet they are using it to pour garbage (of course). I waited for my baby to go down for a nap and there was I again- picking sharp glass and garbage, while the kids from the area were running bare foot around me and their parents were silently judging me from aside. After a couple of quick questions they just assumed I’m insane and carried on with their daily errands.
I am aware that I can’t clean the whole city. I can’t even keep a whole street clean for long. My general purpose was to make people feel ashamed, show them that if I, one person with one bag and one pair of gloves can clean up so much for an hour. Give them awareness that their trash shouldn’t be on the street. I am one person, I don’t have networking or influence on people. They just see me as some crazy white woman, which makes me feel sad. As long as I live in this country (only a few weeks left of that, phew) I’ll try to clean as much as I can and set up a good example.
The idealist and optimist in me say I should come back in here and fight!! Fight for a better Indonesia! But the mother in me knows that change should happen in the mind of the individual first and until Indonesian people are ready for change no one can force them into it. So I’ll pack my cases and move my family away from this toxic, hazardous place and just pray that people in here learn a simple rule:
“ Don’t **** where you sleep”
I’m not much into politics, but I kind of like the new mayor. You can see that idealistic belief in him, that he can make a change. I think Bandung and Indonesia in general need more people like that. Yet again, I’m not interested in politics at all. I don’t know if he is that good or he just got me hooked up on another lie. Politics tend to do that.

---------- Post Merged at 04:43 PM ----------

dia mengajak orang

Jangan lupa har…
POSTED ON FEBRUARY 6, 2014
Jangan lupa hari sabtu tgl 8 februari jam 08.00 pagi kita kumpul di Taman Lansia dalam rangka kerja bakti membersihkan sampah semampu kita !

sedikit melakukan aksi

Tetap semangat.
POSTED ON FEBRUARY 8, 2014
Thank you all for showing up today . I was truly surpriced to see people from all age groups – from little children, brought by their parents to elderly people who want to see Bandung clean and nice once more as it was in the old days.
Just for the two hours I was in there we were able to gather 35 + big trash bags, which were taken away by a truck provided by another supporter of our cause. I’m so happy to learn that despite me and the first group of people leaving, there are many more that keep coming to the area and keep cleaning as I write this.
Of course all the journalist were there, looking for scandal and contraversy, which got their attention in the first place but soon after they were distracted from it. They actually gave attention to all the people who came in there to get down and dirty and heard what they have to say.
The people themselves exchanged their information and promised to meet again, this time without me and keep cleaning different areas of the city.
We met the park rangers, who were hard at work with their brooms. You should all go and see how the park looks like now and remember that this is how it should look at all times.
I also saw several newspaper headlines talking about the littering and the people who do it. Now the focus is no longer on me or my blog and people start asking themselves where the problem is coming from and trying to solve it.
I hope Indonesian media will keep the interest in those issues alive without me or someone else having to write another contraversial, offensive artice. Stop chasing drug addicted comedians and dangdut singers, show the many people who are trying to help their city long before I decided to start a circus that you monkeys will run after with your cameras.
I believe that my “job” is done. In a good or bad away I brought some awareness not only in the “dunia maya” but in the real one as well. I urge you to tweet less and clean more. Your life is out there not in here. Less talking- more action.
If you want to help, please google about all the NGO’s that have been working on those issues for quite some time now.
Now that they have your attention, you should focus on that, create your own cleaning groups and take care of your own city. I’m sure that if you keep the good spirit and the action in less than a year Bandung is going to be beautiful once more. Don’t try to blame others, if you don’t like something. Just try to fix it.
Tetap semangat, warga Bandung~~~Thank you

memang perlu di"cambuk" dulu

mbok jamu
13-02-2014, 06:32 PM
Tetep, mbok ndak rela kota Bandung dibilang city of pigs! GG orang Bandung kah? Si mbok orang Bandung dan selalu menjaga kebersihan %omg

Kalau mau lama tinggal di Bandung si Inna better watch what she's saying.

surjadi05
13-02-2014, 07:44 PM
ini tulisan aslinya
dan menurutku dia mengingatkan dengan cara menampar
ga ada tujuan menghina
dan menurutku maksud dari "Bandung, The city of pigs" itu seperti tempat tinggal pigs krn kekotorannya
bukan orang2nya yg pigs
dan sptnya skrg efeknya udah ada




---------- Post Merged at 04:43 PM ----------

dia mengajak orang


sedikit melakukan aksi


memang perlu di"cambuk" dulu

Bandung, The city of pigs
POSTED ON JANUARY 16, 2014
Bandung – the city where people think pig meat is too dirty to eat, yet they live in more filth than the animal itself. It could be a lovely city. Yet it looks (and smells) like a disaster area! coba baca ini, dia menghina bukan? Oke mungkin menghina karna marah liat kelakuan orangnya,tapi tetap aja menghina,tough love? I don't think so ::bye::

TheCursed
13-02-2014, 08:42 PM
Babi...
http://farm6.static.flickr.com/5129/5304355986_78e4751dba.jpg

Anjing...
http://cuteoverload.files.wordpress.com/2010/06/4680768445_682a5a26a2_o.jpg?w=560&h=842

Tikus...
http://cuteoverload.files.wordpress.com/2013/09/9785132075_74d33cb6e8_h.jpg?w=560&h=839

Ular...
http://cuteoverload.files.wordpress.com/2012/07/7592297034_3d5930f8cc_o.jpg?w=560&h=545

Ya' know, dengan segala 'hinaan'(perhatikan tanda kutip) bonbin ini... I just can't find my self feeling angry. ;D

Di bilang makhluk jorok-nggak-beradab on the other hand... welp, pungutin aja sampahnya. Gitu aja kok repot(Gus Durtm). :ngopi:

tuscany
13-02-2014, 10:44 PM
Kata babi - dan beberapa binatang lainnya - berkonotasi cukup negatif di masyarakat Indonesia. Mungkin Inna kurang menyadari aspek ini.

TheCursed
13-02-2014, 10:56 PM
oh lupa .... Monyet....
http://cuteoverload.files.wordpress.com/2012/08/7735963534_55bd04946d1.jpg?w=560

lalu Monyet dan Babi, di gulung dalam satu cerita...

http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=5_sfnQDr1-o

I just can't get angry. ::hihi::

And, oh BTW, Tuscy, She knows.
Ini yang namanya Trolling. :D
Dan sekali lagi, solusi simplenya, pungut itu sampah. Paling nggak, kota Bandung, khusus di mana yang mungut itu sampah duduk atau berdiri, nggak lagi buat 'Babi'. :D

beastmen85
14-02-2014, 01:39 AM
Babi...
http://farm6.static.flickr.com/5129/5304355986_78e4751dba.jpg



kyahhhhhh lucuuuuu :matabesar::matabesar::matabesar:

anak babi selucu itu yah? jadi pengen piara :matabesar::matabesar:

tuscany
14-02-2014, 01:51 AM
And, oh BTW, Tuscy, She knows.
Ini yang namanya Trolling. :D
Dan sekali lagi, solusi simplenya, pungut itu sampah. Paling nggak, kota Bandung, khusus di mana yang mungut itu sampah duduk atau berdiri, nggak lagi buat 'Babi'. :D

Ummm...ya jelas dia tahu, pilih kata babi itu pasti nggak sembarangan. Tapi maksud saya sebagai orang asing yang tinggal kurang dari 4 tahun di Bandung, nilai rasanya yaitu senegatif apa, dia belom dapet. Nulis aja masi pake bahasa Inggris. Besides, buat saya sih niat baik kudu juga dikawal dengan proses yang baik.

Btw, saya belom pernah ke Bandung taunya cuma transit doang sekitar stasiun jadi nggak ngerti2 amat sekotor apa. Yang jelas di mata saya Inna berhasil menerapkan 2 majas sekaligus di tulisannya tentang Bandung (yang berbahasa Inggris), yaitu metafora dan hiperbola ::hihi::

TheCursed
14-02-2014, 03:02 AM
....
anak babi selucu itu yah? jadi pengen piara :matabesar::matabesar:

Iya. Selucu itu.
Nama jenisnya Micro-Pig, fungsinya emang buat Pet.
Dan biasanya selalu bersih. Dan biasanya juga secerdas anjing K-9.
:)

---------- Post Merged at 02:02 AM ----------


.... buat saya sih niat baik kudu juga dikawal dengan proses yang baik. ...
Welp, aku di kelompok yang percaya bahwa orang kota besar Indonesia itu kalo nggak di 'toyor2' nggak mudeng.
Nggak bisa di kasih tau dengan di alus2in.

Shaka_RDR
14-02-2014, 04:43 PM
^
gw juga mulai seperti si thecursed.
soalnya berapa puluh taon nih kita coba dengan cara baik2, himbauan dll?

eropa aja perlu "ditampol" oleh black plague atau bencana baru nyadar.
lha kita ditampol bencana aja kaga peduli. mungkin perlu tampolan lain yg lebih nyakitin.

Alethia
14-02-2014, 05:08 PM
gww bersimpati untuk para babi lucu yang ga tau apa apa, malah disama samain sama manusia

tuscany
14-02-2014, 06:03 PM
Iya. Selucu itu.
Nama jenisnya Micro-Pig, fungsinya emang buat Pet.
Dan biasanya selalu bersih. Dan biasanya juga secerdas anjing K-9.
:)

---------- Post Merged at 02:02 AM ----------


Welp, aku di kelompok yang percaya bahwa orang kota besar Indonesia itu kalo nggak di 'toyor2' nggak mudeng.
Nggak bisa di kasih tau dengan di alus2in.

Mana itu sloganmu "make love not war" ::hihi::

TheCursed
14-02-2014, 07:44 PM
^Still makin love. Tough one.
Not makin war. Just bein' rude.
.
.
.
.

Dan sayangnya, juga, sering, perang ngga bisa dihindari.

mbok jamu
14-02-2014, 11:37 PM
^
gw juga mulai seperti si thecursed.
soalnya berapa puluh taon nih kita coba dengan cara baik2, himbauan dll?

eropa aja perlu "ditampol" oleh black plague atau bencana baru nyadar.
lha kita ditampol bencana aja kaga peduli. mungkin perlu tampolan lain yg lebih nyakitin.

Cara baik-baik? Himbauan? Contohnya?

---------- Post Merged at 01:37 AM ----------


Welp, aku di kelompok yang percaya bahwa orang kota besar Indonesia itu kalo nggak di 'toyor2' nggak mudeng.
Nggak bisa di kasih tau dengan di alus2in.

Are you saying.. they are thick?

Shaka_RDR
15-02-2014, 01:39 AM
lha berapa puluh taon kita diajarin di PPKn / PMP / PKN whatever itu namanya, dengan pertanyaan seperti: kita harus membuang sampah di ........
a) tempat sampah
b) jalan raya
c) sembarang tempat
itu kurang halus?

tulisan "dilarang buang sampah disini", itu masih cukup halus.

"kebersihan adalah sebagian dari iman", itu halus banget atuh.

video penyuluhan kebersihan yg ada di TVRI jaman dulu, itu juga termasuk halus.

bahkan cara "agak kasar" seperti : yang buang sampah disini anjing!
itu masih kategorinya "halus" deh.

TheCursed
15-02-2014, 02:51 AM
....
Are you saying.. they are thick?

Thick ? Bebal ?
Bebal yang dalam definisinya bodoh banget... ya, nggak.
Mereka orang pinter2 kok. Pada nggak buta hurup.

Cuman aja, orang2 di kota besar Indonesia terutama, jadi nggak cuma Bandung aja, kalo urusan di suruh/minta/himbau jadi manusia 'beradab'(jadi nggak cuma urusan 'buang sampah di tempatnya') umumnya susah.
Walaupun, misalnya, ada tempat sampah berjarak kurang dari sepuluh langkah dari tempat orang 'Metropolitan' Indonesia berdiri, bakalan jarang yang berfikir buang buang bungkus permen yang barusan dia makan ke situ. Atau minimum di kantongin. Umumnya bakalan berfikir, "Eh, why bother/too much of a hassle... " terus lempar aja itu bungkus permen di mana dia berdiri.

Dan sepanjang pengalaman hidup gue, kelakuan kayak gini umum buat penghuni metropolitan Indonesia. Maksudnya, nggak di batasi strata pendidikan, ekonomi, ataupun sara.

Dan tambahan buat komennya Shaka diatas gue; Bukannya dari kecil juga di pengajian2 suka di gemba/or-kan kalo "Kebersihan adalah sebagian dari Iman" ?
Kurang alus apa lagi coba ?
So, mungkin, kalo berbagai cara alus nggak 'gerak' juga, perlu dikit di kasarin ?

/Me, gue ngerasa komennya Bu Nina itu malah berisi betapa dia perduli dengan Kota Bandung. Toh dia kan cuma expat/bule/belanda, ngapain dia repot2 mau nulis blog, mungutin sampah(sampe di hina2 orang) ? Bukannya lebih enak kayak expat/bule/belanda lain yang asik aja cuek dengan kondisi di mana dia tinggal, karena toh, dia juga nggak selamanya tinggal di situ.

et dah
15-02-2014, 05:56 PM
bule udah biasa ceplas ceplos, jadi kalau keluar keluar aja gausah pada heran, lagian dia nulis cuman di blog ini.
ambil aja yg benernya ngga usah repot.
bandung aja kebakaran jenggot
coba liat di bali disana bule-bulenya kerjaannya pada protes dan ngebacot (soal polisi lah.. soal sampah lah.. imigrasi lah.. apa lah) kerjanya ngebandingin sama keadaan di negaranya padahal ditempat kelahirannya kerjanya jadi tukang sampah.

TheCursed
15-02-2014, 10:11 PM
... kerjanya ngebandingin sama keadaan di negaranya padahal ditempat kelahirannya kerjanya jadi tukang sampah.

Dan ini hal lain lagi... implisit 'cuma tukang sampah'.
Yang gue tau di sini, nggak ada itu pola fikir 'cuma'. He/She is a garbage-person. That's it. Dan itu profesi yang tetap respectable. Dan si tukang sampahnya sendiri punya pride terhadap trade-nya dia.
So, bisa jadi banget ada bule yang ngedumel soal sampah Indonesia, justru, karena dia sendiri Tukang Sampah. Cara penanganan sampahnya bikin malu profesi Tukang Sampah.

et dah
15-02-2014, 10:46 PM
berbalas bahasa "city of pigs" jadi ngga perlu respect.
kecuali kota para babi lebih terhormat dari tukang sampah.
terserah loe mau terima atau engga, gue nyampain komentar gue.

TheCursed
15-02-2014, 10:49 PM
^
^
^Haaaaa..... kalo balik lagi ke situ.... ya, terserah lah... :sigh:


Here's a more productive question: Setelah sampe dikatain 'Babi', sekarang pada mulai bersih2 nggak ?

Ronggolawe
15-02-2014, 11:12 PM
Dan ini hal lain lagi... implisit 'cuma tukang sampah'.
Yang gue tau di sini, nggak ada itu pola fikir 'cuma'. He/She is a garbage-person. That's it. Dan itu profesi yang tetap respectable. Dan si tukang sampahnya sendiri punya pride terhadap trade-nya dia.
So, bisa jadi banget ada bule yang ngedumel soal sampah Indonesia, justru, karena dia sendiri Tukang Sampah. Cara penanganan sampahnya bikin malu profesi Tukang Sampah.
malah komparasi profesi Tukang Sampah di Indonesia
vs Tukang Sampah di luar negeri :)

Komparasi Tukang Sampah (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/01/173380984/Tukang-Sampah-Jakarta-Jadi-Sorotan-Media-Asing)


Tukang Sampah Jakarta Jadi Sorotan Media Asing

TEMPO.CO, Jakarta - Nasib tukang sampah di Indonesia, khususnya Jakarta, kini menjadi sorotan media luar. BBC London dalam laporannya mengeluarkan perbandingan nasib antara tukang sampah Indonesia dengan tukang sampah di Inggris. "Sediiiiiih banget liat acara di BBC 2 di London. Hari ini acara seorang binman London ke Jakarta berbagi pengalaman," tulis Zulindatando, kakak ipar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam laman Facebook-nya, seperti dikutip dari Antara terbitan Senin, 30 Januari 2012.

Laporan berjudul Toughest Place to Be a Binman tersebut memperlihatkan satu sisi kerasnya menjadi tukang sampah di Ibu Kota Jakarta. Wilbur Ramirez, seorang binman atau tukang sampah di Inggris, selama 10 hari mengikuti kerja Iman, tukang sampah Indonesia.

Di Inggris, Wilbur bekerja dengan menggunakan truk bersama dua rekannya. Namun, di Indonesia, Iman hanya bekerja dengan gerobak dan mengais sampah dari rumah ke rumah seorang diri. Melihat kehidupan Iman, Wilbur merasa terharu dan meneteskan air mata. Ia merasa takjub melihat Iman berhasil menafkahi anak dan istrinya dengan gaji yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan gajinya di Inggris.

Dalam video laporan berdurasi satu jam itu, terlihat Wilbur tidak dapat membendung air matanya. Apalagi ketika menceritakan kehidupan Iman dan keluarga yang tidak tersentuh oleh pelayanan kesehatan. Wilbur merasa takjub bagaimana tumpukan sampah di Bantargerbang dikerumuni pemulung tanpa mereka memedulika kesehatan dan keselamatan diri mereka sendiri. (Lihat video di sini)

Kisah pengalaman Wilbur bekerja dengan tukang sampah di Indonesia telah merebut perhatian internasional. Warga Brussel, Amerika Serikat, dan Inggris turut menonton laporan ini melalui BBC Iplayer. Laporan Wilbur telah menjadi topik hangat yang diperbincangkan di berbagai situs jejaring sosial misalnya, Facebook.

Lies Parish, tukang sampah Inggris yang juga menonton acara tersebut, menuturkan meskipun keduanya berprofesi sama, pekerjaan dan kehidupan mereka sungguh jauh berbeda. "Bahkan, London binman pun sampai menangis menyaksikan bagaimana kehidupan tukang sampah di Jakarta," ujar Lies Parish yang lebih dari 14 tahun telah menetap di Inggris.

Dalam akhir laporan, Wilbur terlihat berusaha berbicara dengan Ketua RT untuk meminta kenaikan gaji Iman. Permintaan ini kemudian dikabulkan.

et dah
15-02-2014, 11:16 PM
gue nonton nih yang ini

Ronggolawe
15-02-2014, 11:19 PM
http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=RUbqupTkmK4

TheCursed
15-02-2014, 11:25 PM
... malah komparasi profesi Tukang Sampah di Indonesia
vs Tukang Sampah di luar negeri :)
...

Eeeehhh...... OK. Bentar.
Menurut pemahaman lo, emang maksud komen gue yang lo garis bawahi itu gimana ?
Cuma pengen tau aja. Gue khawatir ada ide yang selisih.

Ronggolawe
15-02-2014, 11:29 PM
video di-atas kan sudah memperlihatkan bagaimana
seorang tukang sampah profesional asal London shock
melihat tugas dan kewajiban seorang tukang sampah
"amatiran" dari Jakarta :)

TheCursed
15-02-2014, 11:38 PM
^
Kalo gue boleh kira2, menurut lo, gue komper antara "Tukang Sampah Pro" dan yang nggak, gitu ?

Ronggolawe
15-02-2014, 11:43 PM
ngga tahu lah... gw sih cuma asal ngoceh saja... :)

TheCursed
15-02-2014, 11:49 PM
^
huh ? Ngeles ? Takut gue tersinggung ? :D
Ha. Asik aja, bro. Ayo, di buka aja opini-nya.

Biar ketauan. Kalo gue salah, ya, salah aja. Biar bisa cepet gue benerin.

tuscany
16-02-2014, 12:03 AM
ayo bro ronggo jangan sungkan bin malu mengeluarkan pendapat. moso ngoceh doang :luck:
*ngomporin

Ronggolawe
16-02-2014, 12:27 AM
Bandung – the city where people think pig meat is too dirty to eat, yet they live in more filth than the animal itself. It could be a lovely city. Yet it looks (and smells) like a disaster area. Now there is a new mayor, Ridwan Kamil, who got a foreign (USA) education. He is trying to change Bandung into a place, where humans can live *. He is trying to do everything in the same time – get the filthy food carts off the streets, plant some gardens and find a solution for the trash.
prajurit sejati boleh dibunuh, tetapi jangan dihinakan :)

gw 7 tahun tinggal di Bandung, dan sampai saat ini
masih punya rumah di Bandung. Lingkungan rumah
gw cuma di perkampungan sekitaran Pasar Simpang
Dago. Dan tidak ada sampah berserakan disana, ter
akhir gw ke Bandung, mengurus perjanjian kontrak
rumah, masih tetap bersih.

jadi gw ngga tahu, bagian Bandung mana yang kotor,
atau masyarakat Bandung mana yang berbudaya jo
rok :)

Sampah berserakan di Taman <<< Pengunjung mem
buang sampah sembarangan <<< Tempat sampah ti
dak tersedia <<< Banyak orang berbisnis risaikel plas
tik tempat sampah <<< nah kelihatan Biang Kerok nya,
yaitu sindikat pencuri tempat sampah di taman :)

Taman setahu gw bukan tempat tinggal, jadi ngga co
cok pula kalau dikatakan, penduduk Bandung doyan
tinggal ditempat kotor layaknya babi... taman itu tem
pat bermain kok, kalau kotor ya biarkan saja, wong ko
tor itu bagian dari proses belajar #kemakaniklan :)

Budaya membuang sampah seenaknya? Ngga jugalah,
setahu gw Sensi, Gancit, Pejvil, GI bersih-bersih tuh, ma
lah gw mau buang ingus saja musti nyari toilet dulu :)

TheCursed
16-02-2014, 12:38 AM
^
^
aaaa.... Danke Sehr. Alles Klaar.
Makasih banyak. Udah menjernihkan banyak hal.
::maap::

Ronggolawe
16-02-2014, 12:39 AM
^
huh ? Ngeles ? Takut gue tersinggung ? :D
Ha. Asik aja, bro. Ayo, di buka aja opini-nya.

Biar ketauan. Kalo gue salah, ya, salah aja. Biar bisa cepet gue benerin.
Opini gw?
persoalan sampah itu bukan cuma persoalan tu
kang sampah atau perilaku masyarakat atau sis
tem penangan sampah belaka, tapi jauh lebih
kompleks.

Tukang sampah, sudah dibuktikan lewat video
diatas, Tukang Sampah Indonesia jelas lebih ke
ras kerjanya.

Perilaku masyarakat? yang buang sampah sem
barangan, kalau jalan ke Mall Besar mana per
nah buang sampah sembarangan.

Sistem penanganan sampah? boleh baca tulisan
Iwan Piliang tentang sindikat bisnis sampah di Ja
karta :)
http://birokrasi.kompasiana.com/2014/02/05/sketsa-terlalu-tipu-tipu-sampah-jakarta-631265.html


Sketsa: Terlalu Tipu-tipu Sampah Jakarta

SABTU, penghujung Januari 2014, pekan lalu saya ke kawasan Bantar Gebang, Bekasi, ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah DKI Jakarta. Kawasan lebih 108 hektar milik Pemda DKI itu, di gerbangnya tampak bagai hanggar gudang, ada tulisan TPA, dan judul sebuah perusahaan PT swasta.

“TPA ini milik Pemda, tapi ada pula tulisan perusahaan swasta?”

Demikian pertanyaan sumber menemani saya.

Siapakah pihak swasta itu?

Di bawah bangunan bak hanggar itu, truk-truk pembawa sampah ditimbang. Jumlah tonase truk berikut sampahnya, menjadi acuan total sampah masuk ke TPA ini. Itu artinya berat truk dihitung sebagai sampah. Tidak ada penimbangan truk kosong saat keluar.

Ketika mengamati lalu lintas truk sampah ke luar dari pintu tol Cibubur, hampir sebagian besar truk pengangkut sampah bak terbuka hanya ditutup plastik tebal itu, tidak memiliki tanda uji layak muatan angkutan atau dikenal KIR. Jadi truk kecil riil bermuatan 1,5 ton, mereka main-cantumkan di penimbangan 5 ton. Truk ukuran 6 ton mereka katakan 14 ton. “Ini bagian cara menggelembungkan tonase sampah itu,” ujar sumber saya merinci.

“Timbangan itu hanya basa-basi. Memenuhi persyaratan administrasi.”

Dugaan sumber saya itu, lebih 3.500 ton sampah sehari, angka akal-akalan, alias balon angin, bin haw-haw.

Ia meyakini jika dihitung maka hanya sekitar 2.600 ton saja sampah Jakarta sehari, bukan 6.500 ton. Penggelembungan ini, angka tambun dari kolusi oknum Pemda dengan pihak swasta pengelola telah puluhan tahun menambang “emas” sampah.

Dalam istilah keren saya, oknum Pemda DKI selama ini, melakukan transfer pricing uang APBD, Pemindah-bukuan APBD ke pengelola swasta. Swasta kembalikan dalam bentuk bagi-bagi angpao.

Maka setiap tahun angka sampah DKI ditambah, agar dana bisa dihisap dari penguapan tonase kian besar. Biaya dikeluarkan pemda DKI Jakarta untuk mengangkut sampah ke TPA itu Rp 253. 387 per ton. Anda hitung sendiri jika angka itu dikalikan 3.500 sahaja.

Sekadar gambaran untuk Anda, jika 6.500 ton sehari, maka dalam 2 hari, volume sampah DKI Jakarta, setara dengan volume Candi Borobudur. Volume seukuran Candi Borobudur itu, memang dapat dilihat dari total tumpukan sampah menggunung di dalam kawasan TPA. Namun tumpukan itu, total menahun.

Di satu tumpukan sebuah beku besar mengeluarkan sampah dari truk. Di bawahnya kerumunan pemulung dengan keranjang rotan di punggung, mengais sampah. Mereka memilah; plastik, kayu, bahkan kasur, serta potongan perca, hingga baju bekas.

Saya menyimak satu dua dari ratusan pemulung itu, mendapatkan buah jeruk sudah terkupas, masih ada bagian bisa dimakan. Dengan kondisi tangan bergelimang sampah, dan aroma sekitar bak dikerubungi bau bangkai-masai, ia melahap jeruk sampah basah.

Di bagian atas rombongan pemulung itu, masih ada lagi dua beku bekerja. Alat berat itu mengais sampah ke bagian atas. Terlihat menjadi bertiga trap. Buat gambaran Anda, ya bagaikan lekukan lantai tiga Candi Borobudur.

Mengelilingi ke kawasan itu, jalan-jalan seputar mengalirkan air hitam legam. Jangan ditanya aromanya. Aliran got sekitar tidak mengalir. Di beberapa tumpukan sampah sudah “mencandi” terlihat jaringan pipa hitam berdiameter sepenggaris, 30 cm. Beberapa pipa karet ebonit itu tampak sudah tak tersambung satu sama lain. Konon pipa-pipa itu dialirkan ke pengolahan gas. Itu artinya gas dari sampah sudah dimanfaatkan untuk listrik?

“Teorinya demikian. Namun prateknya lihat saja!” ujar sumber saya itu.

Di sebuah bangunan konon menampung gas sampah itu, memang ada suara mesin menderu. Seakan nyala. Namun sumber saya itu meragukannya menghasilkan listrik. Saya berniat turun, dari mobil untuk memastikan. Namun ia menyarankan jangan, nanti akan menimbulkan kehebohan di lokasi. Itu artinya, proyek listrik dari gas buang sampah, dibiayai Pemda DKI ratusan miliar wajib dipertanyakan.

“Lantas kalau berjalan, listriknya dijual ke mana? Lalu pendapatan penjualannya milik siapa? Toh semua dibiayai Pemda. Bahkan uang Pemda setiap tahun juga membayar Rp 75 miliar Pemda Bekasi, agar kawasan ini dipertahankan.”

Di beberapa kawasan kosong kini banyak ditanami pohon Jati Belanda. “Itu lihat Jati Belanda ditanam oleh swasta. Ini nanti juga bisa menjadi masalah, menjadi milik siapa? Tanah, tanah Pamda, penanam swasta?” Sumber saya itu juga meragukan apakah kini tanah Pemda di Bantar Gebang itu masih ada 108 hektar? Jangan-jangan sudah berkurang jauh?

Ihwal mark up tonase itu, sumber saya itu sudah lama menyarankan ke Dinas Kebersihan DKI Jakarta, untuk mengakui saja dosa panjang. Dosa me-mark up tonase sampah. Namun sejak pengakuan itu dihitung secara riil berapa sampah sesungguhnya.

Kami pernah melalui jaringan BANGROJAK, Bangun Gotong Royong Jakarta, melakukan riset di lapangan. Untuk menghitung riil sampah dapat dilakukan dengan menyimak segenap sampah mulai dari penyapuan, pengangkutan oleh tukang gerobak di tingkat RT hingga pengangkutan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Maka ditemui angka tak sampai 2.600 ton sehari. Angka ini kian nyata kalau disimak jumlah truk angkutan DKI Jakarta yang katanya berjumlah 700 unit saja. Jika mereka bekerja 8 jam sehari, dapat dihitung dalam 460 menit lewat 700 unit truk, dan bisa dilihat muatannya. Jika Anda berkenan, saya pastikan Anda akan tertawa-tawa, betapa banyak kali tipu-tipu itu.

Ranah penyapuan, pengangkutan ke TPS itu pun selama ini ada yang dikerjasamakan dengan Swasta sudah lebih 20 tahun. Perusahaannya itu ke itu saja. Dan di TPS ini maka terjadi pula mark up jumlah luas sapuan jalan, jumlah tonase angkutan. Sehingga kalau digabung biaya angkut TPS hingga TPA mendekati angka Rp 500 ribu per ton, setara dengan batubara. Bayangkan kalau 3.500 ton saja per hari tonase haw-haw, dibayar dengan uang APBD? Dan hal ini sudah berlangsung menahun; pembiaran masif.

SENIN, 3 Februari 2014, saya membaca di media, wakil gubernur DKI kecewa dengan tidak disetujuinya pembelian truk sampah sebanyak 200 unit oleh DPRD DKI Jakarta. Hingga Selasa malam saya amati berita-berita di online, ternyata, DPRD tidak menerima ajuan. Konon tertahan pengajuan di Bappeda.

“Saya meminta hal ini diinvestigasi, siapa yang salah, apakah dinas?” ujar Ahok, Wagub DKI Jakarta, ke media.

Saya mencoba memverifikasi mengapa hal itu terjadi. Rupanya alur pengajuan itu diambil inisiatifnya oleh Kepala Dinas dan Wakilnya. Tidak sebagaimana tahun sebelumnya, pengajuan oleh masing-masing Suku Dinas Kebersihan. Bila dilakukan suku dinas, maka dipastikan akan didukung oleh lima Walikota, dan Bappeda tentu akan meneruskan ke DPRD.

Saya tak paham mengapa hal ini terjadi. Yang pasti untuk anggaran 2013 lalu masing-masing Suku Dinas (Sudin) hanya memliki anggaran Rp 50 miliar setahun. Itu artinya dana operasional di Sudin total Rp 250 miliar, sisanya dikelola Kepala Dinas, total Rp 1, 2 triliun. Dan truk dominan tua, membebani biaya operasional, ada buatan 1987 masih digunakan, maka layak diganti, pengadaannya ingin di pool oleh Kepala Dinas dan Wakilnya.

Saya belum melengkapi verifikasi untuk apa saja anggaran sisa di Dinas? Yang pasti antara lain ya, membayar tonase angin haw-haw tadi, di antaranya.

Tim Riset BANGROJAK pernah menyarankan melalui salah satu ketua partai di DKI Jakarta, untuk mengajukan kepada Wagub DKI, agar sekitar 5.000 tukang gerobak sampah digaji saja sesuai UMR. Latar: Pasar milik Pemda. Truk milik Pemda, Kontainer sampah di seluruh DKI juga milik Pemda DKI. Lantas untuk apa kerja sama dengan swasta? Maka tidak berlebihanlah kerja sama dengan swasta hanyalah bentuk akal-akalan memindahkan uang dari kas APBD ke kantung swasta untuk “dirampok” dan “dilahap” bersama. Nah oknum-oknum penyamun itu terindikasi mulai dari pejabat atas hingga level bawah.

Saya pernah menyampaikan ke Gubernur DKI, di saat bersepeda bersama. Bahwa untuk kawasan Monumen Nasional yang kecil itu saja, biaya kebersihan dan tamannya setahun Rp 50 miliar, dilakukan oleh UPT sendiri. Sayangnya kebersihan Monas sering dikeluhkan warga. Dua pekan setelah hal itu saya sampaikan, kami bersepeda lagi ke lokasi, Monas sudah bersih. Saya tak paham hari ini?

Pengelolaan sampah di DKI ini memang sudah menjadi tambang tersendiri. Konon pihak swasta terindikasi mengkartel di pengelolaannya, bisa saban week end berkeliling dunia main golf, mendukung partai politik selama ini mem-backing-nya. Kenyataan itu berbanding terbalik dengan keadaan di TPA Bantar Gebang, di mana sebuah jeruk busuk menjadi kenikmatan tersendiri bagi ratusan pemulung berkubang bau.

Solusi?

Saya pernah menyarankan untuk membongkar akar soal di Dinas Kebersihan, memangkas para pejabat senior, mengganti dengan yang muda, dan mau berubah. Berubah saya maksudkan, mengakui dosa selama ini. Baik gubernur dan wakilnya paham hal ini. Namun saya heran, entah mengapa seperti video Ahok di youtube.com mengatakan akan memecat Kadis Kebersihannya, hingga hari ini tak kunjung terjadi?

Dan ketika bertemu Gubernur DKI Jakarta, saya pernah sampaikan kader muda mereka ada di suku dinas terbiasa menjadi wakil ketika di-audit BPK, bisa tampil membenahi persampahan, terbentur dengan birokrasi, bahwa untuk level Kadis harus dari golongfan 4B. Dan mereka yang mau berubah benar itu umumnya masih berada di golongan 4A.

Ketika saya sampaikan kepada Jokowi, bahwa gubernur punya hak prerogatif? “Tidak mudah, saya bisa di-PTUN-kan,” katanya. Apalagi Jokowi pernah mengalami hal seperti itu ketika menjadi Walikota Solo. Di Solo, ia dikalahkan di PTUN.

Bila sudah demikian, tiada lain tinggal kepada ketegasan sahaja. Mereka yang menjabat di level Kadis dan wakil, terindikasi bermasalah dan sudah setahun lebih diberi kesempatan tanpa ada perubahan, bahkan Kadis saat ini, Unu Nurdin, terindikasi tajam berbohong ke publik. Di saat banjir kini, ia mengatakan ke media sampah banjir 3.550 ton. Bahkan sampah malam tahun baru lalu, ia dengan lantang menyebutkan di teve: 600 ton semalam. Kedua angka itu jelas angka tipu-tipu. Sampah tahun baru dari verifikasi saya di sepanjang Sudirman, Thamrin, hingga Monas tidak sampai 65 ton. Kalaupun digabung se-DKI paling top 150 ton saja. Sampah di jalan Busway dikatakan 300 ton per hari, faktanya, 10% saja tidak. Apakah kebohongan publik tak berkira ini dibiarkan terus oleh pimpinan di DKI? Dan pembiaran itu berkorelasi dengan belanja rupiah untuk membeli tonase angin?

Kini, berpulang ke pejabat Pemda, anggota DPRD, termasuk inspektoratnya. Warga di DKI Jakarta, pasti muak melihat kenyataan itu. Sementara di Bandung dengan kepemimpinan sosok muda, Ridwan Kamil, sebagai Walikota, kini sudah ada program 1.500 motor untuk gerobak sampah, sudah tersedia 200. DKI Jakarta, boro-boro truk bak tertutup otomatis, truk bak terbuka saja mau dibeli, akibat kepentingan sempit oknum Pemda-nya, bikin bau berita media.


@iwanpiliang, citizen reporter

TheCursed
16-02-2014, 12:42 AM
Opini gw?
....

Yep. Exactly the same. Persis yang gue maksud.

Kudos dan salut buat yang mau jungkir-balik-guling2 buat ngebenerin. Tapi tetep, sistem yang existen, apalagi dengan mafianya,.... IMHO, masih sangat layak buat di komplen.
Semoga orang2 bener ini cepet 'berkuasa' dan tetep bener saat berkuasa.

Ronggolawe
17-02-2014, 08:25 AM
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/02/17/0652395/.Kebusukan.Pengelolaan.Sampah.Ibu.Kota


”Kebusukan” Pengelolaan Sampah Ibu Kota

KOMPAS.com - MENGURUS sampah ternyata tidak mudah. Hampir Rp 1 triliun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggulirkan dana untuk pengelolaan sampah. Pemerintah menggaet swasta membantu pengangkutan ataupun pengolahan di tempat pembuangan akhir. Namun, sampah masih belum teratasi, masih banyak terjadi penumpukan sampah.

Pengangkutan molor di tengah bertambahnya produksi sampah. Sampah tercecer di sejumlah depo dan tempat penampungan sementara (TPS). Warga pun memprotes kondisi itu.

Sementara pengelola depo dan sopir berkilah, pengangkutan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, molor dari 3-4 jam menjadi 10-12 jam. Lamanya antrean di titik buang menjadi pemicunya.

Jumat (14/2) lalu, rute pengangkutan sampah dari Jakarta padat kendaraan, terutama di ruas Cibubur dan Cileungsi. Akses utama menuju kawasan itu rusak berat. Lubang jalan menganga, antara lain di Jalan Raya Narogong di Cileungsi, membuat truk pengangkut sampah terantuk.

Selain kemacetan, waktu pembuangan molor karena truk harus mengantre berjam-jam di titik buang. Waktu mengantre kerap molor sampai 10 jam sehingga tak jarang sopir harus menginap di kabin truk.
Berang

Melihat karut-marut pengelolaan sampah Ibu Kota, wajar jika Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berang. Sebab, Pemprov DKI sudah banyak mengeluarkan dana. Namun, persoalan sampah masih belum beres.

Paling tidak, biaya pengangkutan dan pengelolaan sampah mencapai Rp 943 miliar per tahun. Sementara masih ada timbunan sampah di TPS dan sekitar permukiman warga.

Basuki menuding ada mafia di balik pengelolaan sampah. Mereka mengambil keuntungan dari pengelolaan sampah Jakarta. Siapakah mafia itu?

Basuki tidak menjelaskan secara detail. Dugaan serupa disampaikan peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali. Indikasi keterlibatan mafia terlihat dari pembiaran kacaunya pengelolaan sampah. Padahal, dalam mata rantai pengelolaan, ada pengawas yang dilibatkan. Sayangnya, mekanisme pengawasan ini tumpul atau ditumpulkan.

”Mafia inilah yang harus diatasi lebih dahulu sebelum menata pengangkutan dan pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir,” kata Firdaus.
Tak sesuai rencana

Keterlibatan swasta dalam pengelolaan sampah Jakarta ada pada pengangkutan dan pengolahan. Pengangkutan dilakukan 26 perusahaan pengangkut sampah. Kontrak kerja sama dengan mereka diputus per 31 Desember 2013.

Pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang diserahkan Pemprov DKI Jakarta kepada dua pemenang tender, yakni PT Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT Navigat Organic Energy.

Kontrak kerja sama dengan mereka berlangsung dari Desember 2008 hingga 2023. Di awal kontrak, PT GTJ berkomitmen akan menerapkan teknologi sanitary landfillyang benar dan penerapan proses 3R, yaitureduce, reuse, recycle (pengurangan, penggunaan ulang, dan pengolahan ulang), serta pengomposan sampah di TPST Bantar Gebang.

Dalam rencana PT GTJ, sedikitnya ada empat jenis fasilitas pengelolaan sampah yang akan dibangun bertahap mulai 2009. Rencana ini meliputi pembangunan fasilitas pengolahan sampah dengan teknologi Galfad (gasification, landfill, and anaerobic digestion), fasilitas daur ulang sampah plastik, fasilitas pengolahan gas metana, dan fasilitas pembangkit listrik (Kompas, 4 Maret 2009).

Kini, lima tahun setelah penandatanganan kerja sama itu, sejumlah rencana belum terealisasi. Tak jauh dari kantor pengelola, air lindi mengalir di jalan utama kawasan. Pada Jumat, beton jalan utama TPST Bantar Gebang retak, bergelombang, dan berlumpur bagai kubangan.

Bukan hanya itu, model sanitary landfilldinilai belum berjalan. Sebab, tumpukan sampah seharusnya tidak lebih dari 12 meter, tetapi di beberapa lokasi kini sudah mencapai 30 meter.

”Mengacu pada model pengolahan itu, setiap dua meter tumpukan sampah seharusnya dilapisi tanah sebelum ditimpa sampah baru. Namun, sampah ditumpuk dan dipadatkan begitu saja tanpa tanah,” kata Bagong Suyoto dari Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta.

Hal ini terjadi karena pengawasan pelaksanaan kontrak kerja sama tidak jalan dengan baik. Bagong mengingatkan pentingnya beberapa aspek pengelolaan sampah, seperti hukum, kelembagaan, pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan teknologi.

”Semua tidak boleh ditinggalkan, harus dipadukan dalam tata kelola yang utuh,” katanya.
(Mukhamad Kurniawan/B Josie Susilo/Andy Riza Hidayat)

ga_genah
24-02-2014, 10:03 PM
Tetep, mbok ndak rela kota Bandung dibilang city of pigs! GG orang Bandung kah? Si mbok orang Bandung dan selalu menjaga kebersihan %omg

Kalau mau lama tinggal di Bandung si Inna better watch what she's saying.

maaf mbok, dah lama ga masuk sini, soalnya harus mikir, padahal ada yg lain jg yg perlu dipikirin :mrgreen:
saya tidak tinggal di bandung mbok, tp beberapa kali sempat kesana
tp pointnya, saya tidak hanya ngomongin bandung. kebetulan skrg judulnya ada "bandung",
tp ini buat semua yg bebal, yg tidak cukup diomomgin, yg tidak cukup diberkan contoh, dan tidak cukup lain2nya.
banyak daerah juga yg seperti bandung. saya kira masih ada kabupaten yang tidak punya TPA sendiri. khususnya utk pulau2 kecil itu sangat susah utk punya TPA
menurutku perlu ada tingkat "kepedasan" cara ngomong agar orang itu "menoleh".
dulu masih biasa merasakan guru itu mukul murid pake batang sapu, dan batang sapunya sampe patah. rotan di kelas jg hal yg biasa. ada yg tidak bandel lagi, tp ada juga yg masih bandel. jadi "kepedasan" rotan masih kurang untuk "menolehkan" anak yg masih bandel
jadi tingkat daya tahan "kepedasan" setiap orang itu berbeda2. kadang2 kita perlu mesama ratakan tingkat "kepedasan" pada level yang paling atas untuk "memukul" sekian persen orang yang memeiliki tingkat daya tahan "kepedasan" yang tinggi
tp konsekwensinnya, orang yg punya tingkat "kepedasan" yang rendah akan kena juga

saya tidak pernah pergi ketempat mbok jamu tinggal saat ini
tp perkiraan saya ditempat mbok jamu tinggal saat ini ada 70% banding 30% untuk orang yg taat aturan buang sampah pada tempatnya dan yg tidak taat aturan, dan sepertinya kebalikannya di indonesia
di negeri seberang tmpat saya tinggal sementara, hukumannya hanya dengan mendelik, maka yg didelik akan sangat malu sekali
saya pernah didelik oleh orang2 gara2 tas saja jatuh dikereta, saya pernah didelik oleh orang2 gara2 saya ngerokok sambil jalan, saya pernah didelik oleh orang2 gara2 saya buang botol bukan pada tempat pembuangan botol sebuah taman

dari kedua cerita diatas, jenis hukuman moral kedua tempat yang berbeda2 itu gak sama
disatu tempat, perlu rotan utk memberikan efek kelas "pedas" 2,
ditempat lain, perlu mendelik untuk memberikan efek kelas "pedas" 2,

ingat, bukan hanya "bandung" yg dituju oleh tulisan itu, tp pada semua yg bebal2
kalo bukan kita sendiri yg memulai, siapa lagi

Ronggolawe
24-02-2014, 10:50 PM
ingat, bukan hanya "bandung" yg dituju oleh tulisan itu, tp pada semua yg bebal2
yang "bebal-bebal" itu kalau di Singapura ngga bera
ni melanggar aturan, walau cuma membuang abu ro
kok.

Orang Singapura pun, gw pernah ada perjanjian ker
ja dengan orang Singapura, kelakuannya ngga jauh
beda dengan pelanggar-pelanggar aturan ketertib
an/kebersihan di Jakarta :)

ga_genah
24-02-2014, 11:02 PM
mungkin bagian dari 30% itu :luck:

Ronggolawe
24-02-2014, 11:14 PM
ngga lah, ini cuma soal penegakan aturan hukum
saja, kok :)

yang diatas memberi contoh, yand ditengah mem
bangun/membuat kerja/karya, yang dibawah mem
beri semangat/dorongan dan mengikuti.

kandalf
25-02-2014, 01:04 PM
Keinginan gue, sebagai warga yang membuang sampah pada tempatnya, cuma satu.....

Kalau ada tempat sampah,
mohon, dengan amat sangat, untuk tidak mencuri tempat sampah tersebut.

Ringankan beban para tukang sampah kita dan ringankan beban mental yang jajan di jalan.