PDA

View Full Version : Lika Liku Hidup Pelukis "Keluarga Khong Ghuan"



cherryerichan
11-11-2013, 08:41 PM
VIVAnews - Lukisan di kaleng biskuit Khong
Ghuan itu sangat populer. Nyaris semua
penggemar biskuit khas itu hafal dengan gambar
seorang ibu dan dua anak yang tengah
menikmati sajian biskuit di meja makan. Sapuan
dan goresan lukisan itu sekilas bergaya barat,
tapi ternyata ia produk lokal. Itulah karya
Bernardus Prasojo.
Akhir pekan lalu, VIVAnews berkesempatan
mewawancarai sang pelukis itu. Bernard--
panggilan akrab Bernardus--adalah seorang pria
kelahiran Solo, 25 Januari 1948. Pria ini mengaku
bahwa dalam dirinya mengalir darah seni
turunan ayahnya.
"Ayah saya seorang pelukis, mertua saya juga.
Tetapi, entah kenapa anak-anak saya tidak
berminat menjadi seorang pelukis," kata Bernard
ketika ditemui di RS Mitra Keluarga Kemayoran,
Jakarta.
Melukis kaleng biskuit
Dia menuturkan bahwa pertama menerima
pesanan pembuatan gambar merek penganan itu
ketika ia masih bekerja di suatu perusahaan
percetakan, Forinco.
"Saya mendapat order dari perusahaan separasi
film. Salah satunya, mendapat dari Khong
Ghuan. Itu dulu ketika saya masih bekerja di
Forinco," kata Bernard.
Sayangnya, dia tidak bisa mengingat tanggal pasti
saat mendapat permintaan untuk menggambar
ilustasi salah satu produk biskuit itu. Bernard
hanya bisa menyebutkan nama orang yang
memberikannya.
"Itu sudah lama sekali, sekitar 40 tahun lalu.
Tetapi, saya masih ingat siapa orangnya.
Namanya Pak Bambang. Kalau beliau masih
hidup, mungkin usianya sudah 80 tahun," kata
pria yang hobi melukis sejak kecil ini.
Dia menambahkan, setelah itu ia juga menerima
pesanan ilustrasi untuk produk makanan wafer
dengan merk Nissin. Namun, semua gambar itu
bukanlah murni dari idenya. Ada pihak yang
mengarahkannya. Jadi, dia menggambar
berdasarkan konsep si pemesan. "Saya hanya
mengubah sedikit. Misalnya, ini lebih terang dan
yang ini kurang," kata Bernard yang kini tinggal di
daerah Kalipasir, Cikini.
Ketika menggambar ilustrasi tersebut, Bernard
mengatakan ia tidak mengeluarkan modal. Ia
hanya menggunakan kuas, kertas, dan cat air
miliknya. Proses pembuatannya pun tidak begitu
lama, hanya makan waktu 3-4 hari. Pertama, dia
membuat sketsa lukisan. Langkah selanjutnya
adalah melukisnya dengan cat air.
"Waktu menggambar, kertasnya dibasahi air
supaya tidak mengerut. Kalau tidak dibasahi air,
bagian kertas yang tidak diwarnai biasanya akan
mengerut," kata dia.
Namun sayangnya, dia tidak memberi tahu
berapa harga lukisan tersebut. "Saya lupa. Yang
penting, dari perusahaan itu saya bisa
membesarkan tiga orang anak," kata pria
beranak tiga.
Tidak hanya ilustrasi kedua produk penganan itu
yang dibuatnya, produk-produk lainnya seperti
minuman dan sikat gigi juga adalah hasil
karyanya. "Misalnya, Monde, dan produk-produk
Hero (Hero Supermarket). Dulu seperti minuman
kerasnya, pabrik kaos, dan sikat gigi," ujarnya.
Lambang perusahaan pun tidak luput dari
goresan tangannya.
"Dulu saya buat logo Hero, Danamon (PT Bank
Danamon Tbk), dan hotel di Jakarta. Saya lupa
namanya. Logonya ada gambar robot, dan rumit
hingga makan waktu sebulan penggambaran.
Saya kira, hotel itu sudah tidak ada lagi. Kalau
yang Danamon, tulisan Danamon-nya masih
dipakai," kata dia.
Rupanya, bukan hanya orang Indonesia yang
menyukai hasil karya Bernard, melainkan juga
orang asing. Dia mengatakan sekitar tahun
1970-1980, pernah ada pesanan ilustrasi gambar
untuk buku dari Filipina. Waktu itu, dia diminta
menggambarkan malaikat berdasarkan
permintaan.
Dia hanya diberikan konsep malaikat yang
diinginkan pemesan. Tangannya pun
menggambarkan malaikat sesuai pesanan.
Awalnya, dia membuatkan sketsa, lalu
menunjukkan kepada pemesan. Apabila ada yang
kurang sreg dengan keinginan pemesan, Bernard
segera memperbaiki sketsanya. Baru setelah itu,
dia melukis dengan cat air.
"Saya juga diminta menggambar dari Italia.
Waktu itu, hanya melukis wajah orang untuk
buku," kata Bernard yang hanya lulusan SMA.
Tidak tamat kuliah
Ia sempat mengenyam pendidikan tinggi jurusan
seni rupa di sebuah instansi pendidikan di
Bandung. Namun sayangnya, pria bercucu tujuh
ini tidak menamatkan pendidikannya.
Seperti diketahui, sekitar tahun 1970-1980, komik
menjadi sesuatu yang "wah" dan populer. Alhasil,
banyak komik bertebaran di pasar buku. Bernard
pun tidak bisa melepaskan momen tersebut. Dia
pun turut membuat ilustrasi dan komik. Saat itu,
dia menjadi seorang freelance. Saking asyiknya
menggambar, Bernard pun terpaksa keluar dari
kampusnya di Bandung.
"Karena sudah kenal uang, saya jadi keasyikan
menggambar. Saya banyak meninggalkan kelas,"
kata pria yang tidak tamat kuliah jurusan seni
rupa ini.
Bernard mengatakan bahwa dirinya telah
membuat 5-6 judul komik. Dua di antaranya
adalah komik berjudul "Kasih Ibu" dan satu lagi
komik yang bercerita tentang kisah seseorang
dari Rusia. Sayangnya, dia lupa judul komik yang
kedua.
VIVAnews sempat melihat komiknya yang sengaja
dibawa untuk wawancara hari itu. Komik
tersebut digoreskan dengan pena berwarna
hitam. Setiap lembar halamannya terdiri dari
tiga-empat kolom. Masing-masing kotak berisi
gambar dan balon kata. Ada beberapa halaman
komik tersebut yang sudut atasnya robek.
"Dimakan tikus," kata dia sambil tertawa.
Bernard mengatakan bahwa komik "Kasih Ibu"
dimuat di sebuah majalah terkenal pada tahun
1970-an, yaitu Aktuil. Majalah ini adalah majalah
musik yang terbit perdana pada 8 Juni 1967.
Pada 1970-1975, majalah ini menjadi "bacaan
wajib" bagi anak muda di Indonesia.
Dalam majalah itu, selalu ada dua lembar cerita
berjudul "Kasih Ibu". Komik yang total halaman
sebanyak 100 halaman ini bercerita tentang
seorang anak yang menyayangi ibunya. Ide
ceritanya berasal dari pemikirannya sendiri.
Bernard sempat kewalahan menghadapi deadline
majalah yang terbit mingguan itu.
"Mereka itu percaya kepada saya. Saking
percayanya, komik belum jadi, mereka langsung
beli. Saya juga kewalahan waktu komik belum
jadi, padahal majalah hendak terbit," kenang
Bernard.
Lalu, bagaimana dengan komik yang lainnya?
Bernard mengatakan bahwa dirinya menerbitkan
komiknya itu. "Saya membuat komik lainnya dan
sudah jadi buku," kata dia.
Bernard mengatakan bahwa dulu melukis adalah
pekerjaan utamanya, tetapi sekarang tidak. Kini,
dirinya aktif sebagai pekerja di Yayasan Prana
Indonesia, yaitu tempat pusat pelatihan,
penyembuhan, dan meditasi.
Di kantor yang berpusat di Jalan Kalipasir,
Pengarengan No. 7, Kebon Sirih, Cikini, Jakarta,
dia bekerja sebagai koordinator penyebaran
prana metoda Grandmaster Choa Kok Sui di
seluruh Indonesia. "Kini, saya bekerja di Yayasan
Prana Indonesia," tuturnya.
© VIVA.co.id

sheva
11-11-2013, 08:59 PM
emang legend tuh. sampe sekarang aja lukisan nya masi dipajang di kaleng nya
1 orang ibu ditemenin sama 1 orang anak laki sama perempuan ::hihi::

GiKu
12-11-2013, 10:46 AM
bapaknya gak ikut makan
ke mana dia ?

Urzu 7
12-11-2013, 10:52 AM
bapaknya gak ikut makan
ke mana dia ?

Bapaknya kan lagi moto sambil makan biskuit

lily
12-11-2013, 11:00 AM
keren ya ceritanya :) hebat ya Pak Bernard.

nambahin gambarnya.



http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/11/09/228845_bernardus-prasojo--pelukis--keluarga-khong-ghuan-_663_382.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-AVomTHs-9HU/TftePw46q6I/AAAAAAAABtI/C97hFq1Tqtg/s1600/KhongGuan.jpg

kupo
12-11-2013, 11:09 AM
keren ya ceritanya :) hebat ya Pak Bernard.

nambahin gambarnya.





http://4.bp.blogspot.com/-AVomTHs-9HU/TftePw46q6I/AAAAAAAABtI/C97hFq1Tqtg/s1600/KhongGuan.jpg



ternyata ibu anak udah pada pake henpon... ::ngakak2::

Urzu 7
12-11-2013, 11:12 AM
Kocak..jgn2 tekonya itu wifi