serendipity
01-09-2013, 08:29 PM
http://statik.tempo.co/data/2013/08/01/id_207175/207175_620.jpg
Namanya mencuat setelah tiba-tiba menghilang dari Kepolisian Resor Mojokerto, Jawa Timur beberapa bulan lalu. Dari 'tempat persembuyiannya' kala itu, Ranny Indahyuni Nugraeni muncul di sebuah stasiun televisi swasta. Ia membeberkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pimpinannya.
Berpangkat Brigadir Satu, Ranny memang sempat membuat heboh di media massa. Hingga klimaksnya ia resmi dipecat dari dinas kepolisian pada 31 Juli 2013 itu. Ia mengaku shocked karena harus menanggalkan profesinya.
Ditemui Tempo di sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya awal Agustus 2013 lalu, Ranny menceritakan perasaannya. "Gimana nggak kaget? Sempat ngantor, tiba-tiba dapat kabar kalau dipecat," katanya.
Sebelum dipecat, Ranny digeser ke Kepolisian Daerah Jawa Timur. Selama dua bulan, Ranny berbaur dengan rekan sebayanya di Polda. "Sudah ngerasa enak, ngerasa nyaman, eh nggak tahunya dipecat," ujar dia.
Ranny menyayangkan hukuman pemecatan yang diterimanya. Menurut dia, kesalahan yang dilakukan terbilang ringan, hanya disersi. Apalagi jika dibandingkan dengan sejumlah polisi yang terjerat kasus narkoba atau mantan pimpinannya Ajun Komisaris Besar Eko Puji Nugroho yang. "Yang sana (Kapolres) aja cuma diturunin jabatannya, aku dicopot selamanya. Adil nggak, sih?" ujarnya.
Perempuan berusia 25 tahun ini merasa dikorbankan. Padahal waktu menghilang ke Bandung setelah peristiwa pengukuran baju, Ranny sempat bersemangat ketika dipanggil ke Surabaya. Kala itu, Ranny berharap bisa kembali ke bertugas di Polda Jatim.
Sayang, kembalinya Ranny harus berakhir pahit. Setelah sempat 'diisolasi', Ranny pun harus menerima kenyataan berhenti sebagai polisi wanita. Mendapat kabar pemecatan, Ranny sakit hati. Ia mematikan seluruh alat komunikasinya. Kabar 'Briptu Ranny dipecat' menghiasi seluruh media massa.
Sengaja Ranny tidak bersuara. Keluarga menyarankan agar janda satu anak ini untuk menenangkan diri dan menunggu pernyataan Polda. Tawaran wawancara dari berbagai media pun tidak digubrisnya. "Keluarga minta aku diam dulu," ujarnya.
sumbernya kakak (http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/173509243)
Namanya mencuat setelah tiba-tiba menghilang dari Kepolisian Resor Mojokerto, Jawa Timur beberapa bulan lalu. Dari 'tempat persembuyiannya' kala itu, Ranny Indahyuni Nugraeni muncul di sebuah stasiun televisi swasta. Ia membeberkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pimpinannya.
Berpangkat Brigadir Satu, Ranny memang sempat membuat heboh di media massa. Hingga klimaksnya ia resmi dipecat dari dinas kepolisian pada 31 Juli 2013 itu. Ia mengaku shocked karena harus menanggalkan profesinya.
Ditemui Tempo di sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya awal Agustus 2013 lalu, Ranny menceritakan perasaannya. "Gimana nggak kaget? Sempat ngantor, tiba-tiba dapat kabar kalau dipecat," katanya.
Sebelum dipecat, Ranny digeser ke Kepolisian Daerah Jawa Timur. Selama dua bulan, Ranny berbaur dengan rekan sebayanya di Polda. "Sudah ngerasa enak, ngerasa nyaman, eh nggak tahunya dipecat," ujar dia.
Ranny menyayangkan hukuman pemecatan yang diterimanya. Menurut dia, kesalahan yang dilakukan terbilang ringan, hanya disersi. Apalagi jika dibandingkan dengan sejumlah polisi yang terjerat kasus narkoba atau mantan pimpinannya Ajun Komisaris Besar Eko Puji Nugroho yang. "Yang sana (Kapolres) aja cuma diturunin jabatannya, aku dicopot selamanya. Adil nggak, sih?" ujarnya.
Perempuan berusia 25 tahun ini merasa dikorbankan. Padahal waktu menghilang ke Bandung setelah peristiwa pengukuran baju, Ranny sempat bersemangat ketika dipanggil ke Surabaya. Kala itu, Ranny berharap bisa kembali ke bertugas di Polda Jatim.
Sayang, kembalinya Ranny harus berakhir pahit. Setelah sempat 'diisolasi', Ranny pun harus menerima kenyataan berhenti sebagai polisi wanita. Mendapat kabar pemecatan, Ranny sakit hati. Ia mematikan seluruh alat komunikasinya. Kabar 'Briptu Ranny dipecat' menghiasi seluruh media massa.
Sengaja Ranny tidak bersuara. Keluarga menyarankan agar janda satu anak ini untuk menenangkan diri dan menunggu pernyataan Polda. Tawaran wawancara dari berbagai media pun tidak digubrisnya. "Keluarga minta aku diam dulu," ujarnya.
sumbernya kakak (http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/173509243)