thin.king
06-07-2013, 07:00 PM
BALIKPAPAN - Listrik tak menempati urutan atas dalam lima besar kebutuhan primer. Padahal, kalau sudah biarpet, tak sedikit yang kesal hingga mengumpat. Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Win Sismawansyah mengatakan, listrik menjadi kebutuhan primer kelima dalam survei kebutuhan primer orang Indonesia. Ingin tahu urutan teratas, ternyata pulsa! Mengalahkan makanan atau minuman.
“Menurut survei kebutuhan primer orang Indonesia adalah pulsa, makanan, rokok, BBM (bahan bakar minyak) dan listrik. Jadi bisa dilihat
kalau listrik masih kalah dengan kebutuhan-kebutuhan primer yang tidak terlalu penting,” katanya saat
paparan dalam sosialisasi Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan subsidi listrik di Hotel Aston Balikpapan, Selasa (3/7) lalu.
Hasil survei yang disinggungnya itu berkaitan dengan penyesuaian kenaikan TTL secara bertahap, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 30 Tahun 2012, sudah memasuki triwulan ketiga 2013 -- 1 Juli hingga 30 September. Penyesuaian tarif TTL ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan rasio elektrifikasi (pemakaian atau penggantian dengan listrik). Karena itu, dia mengingatkan publik untuk bijak menggunakan listrik. Penyesuaian TTL ini akan dikenakan kepada pelanggan listrik 1.300 VA ke atas.
Win menambahkan, masyarakat Indonesia hingga kini belum memahami tentang penghematan
listrik. “Dengan melakukan penghematan maka akan berpengaruh terhadap beban puncak. Sehingga bisa menurunkan biaya pokok subsidi listrik,” ujarnya.
TAK PENGARUH
Di tempat sama, Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) Suhartono mengatakan, listrik tidak terlalu memengaruhi keadaan psikologi
pasar. Yakni, jika terjadi kenaikan salah satu kebutuhan primer akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan lainnya.
“Kenaikan TTL di Balikpapan tidak terlalu memengaruhi inflasi di Balikpapan, karena pengaruh listrik hanya sebesar 0,1 persen. Beda jauh
dengan saat kenaikan harga bawang merah yang dapat memengaruhi inflasi sebesar 0,9 persen,” ungkapnya. Ia juga mengungkapkan jika
Balikpapan adalah kota konsumen. “Dengan kenaikan tarif yang diiringi dengan peningkatan kualitas layanan yang baik, masyarakat harus lebih bijak dalam melihat implikasi kenaikan harga terhadap perekonomian,” tegasnya.
Ia juga menyarankan kepada perusahaan setrum ini untuk bisa menggunakan bahan bakar selain BBM untuk pembangkit listrik.
Misalnya, di Kaltim banyak batu bara. “Pembangkit listrik di daerah harus berorientasi dengan sumber daya alam setempat. Sehingga penggunaan BBM dapat dikendalikan dan bisa disalurkan ke daerah yang
lebih membutuhkan,” jelasnya. (*/bjo/far/k1)
-------------
belom bisa post link, jadi sumbernya menyusul ::hihi::
“Menurut survei kebutuhan primer orang Indonesia adalah pulsa, makanan, rokok, BBM (bahan bakar minyak) dan listrik. Jadi bisa dilihat
kalau listrik masih kalah dengan kebutuhan-kebutuhan primer yang tidak terlalu penting,” katanya saat
paparan dalam sosialisasi Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan subsidi listrik di Hotel Aston Balikpapan, Selasa (3/7) lalu.
Hasil survei yang disinggungnya itu berkaitan dengan penyesuaian kenaikan TTL secara bertahap, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 30 Tahun 2012, sudah memasuki triwulan ketiga 2013 -- 1 Juli hingga 30 September. Penyesuaian tarif TTL ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan rasio elektrifikasi (pemakaian atau penggantian dengan listrik). Karena itu, dia mengingatkan publik untuk bijak menggunakan listrik. Penyesuaian TTL ini akan dikenakan kepada pelanggan listrik 1.300 VA ke atas.
Win menambahkan, masyarakat Indonesia hingga kini belum memahami tentang penghematan
listrik. “Dengan melakukan penghematan maka akan berpengaruh terhadap beban puncak. Sehingga bisa menurunkan biaya pokok subsidi listrik,” ujarnya.
TAK PENGARUH
Di tempat sama, Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) Suhartono mengatakan, listrik tidak terlalu memengaruhi keadaan psikologi
pasar. Yakni, jika terjadi kenaikan salah satu kebutuhan primer akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan lainnya.
“Kenaikan TTL di Balikpapan tidak terlalu memengaruhi inflasi di Balikpapan, karena pengaruh listrik hanya sebesar 0,1 persen. Beda jauh
dengan saat kenaikan harga bawang merah yang dapat memengaruhi inflasi sebesar 0,9 persen,” ungkapnya. Ia juga mengungkapkan jika
Balikpapan adalah kota konsumen. “Dengan kenaikan tarif yang diiringi dengan peningkatan kualitas layanan yang baik, masyarakat harus lebih bijak dalam melihat implikasi kenaikan harga terhadap perekonomian,” tegasnya.
Ia juga menyarankan kepada perusahaan setrum ini untuk bisa menggunakan bahan bakar selain BBM untuk pembangkit listrik.
Misalnya, di Kaltim banyak batu bara. “Pembangkit listrik di daerah harus berorientasi dengan sumber daya alam setempat. Sehingga penggunaan BBM dapat dikendalikan dan bisa disalurkan ke daerah yang
lebih membutuhkan,” jelasnya. (*/bjo/far/k1)
-------------
belom bisa post link, jadi sumbernya menyusul ::hihi::